DOSEN PEMBIMBING:
Bapak DR, Hilmi, S.E., M.Si, Ak
Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau
sejumlah tertentu produk selama suatu periode tertentu. Penetapan biaya standar dapat memberikan
pedoman pada perusahaan untuk mengetahui biaya yang seharusnya terjadi dalam proses produksi,
karena efisiensi proses produksi yang dilaksanakan menjadi faktor yang penting dalam penentuan
biaya operasi keseluruhan perusahaan juga nantinya akan berpengaruh pada keseluruhan kondisi
keuangan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan biaya standar
pada tiap-tiap komponen biaya produksi pada Harian Tempe mawar serta untuk mengetahui
perencanaan dan pengendalian atas selisih biaya produksi antara biaya standar dan biaya aktual.
Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian kualitatif yang dimana
metode ini diharapkan dapat membedah dan mengoreksi secara fakta fenomena yang diteliti.
Metode kualitatif ini bersifat menjabarkan serta menggambarkan temuan-temuan di lapangan tanpa
memerlukan hipotesis, Metode ini juga mengangkat fakta,keadaan ,variable, dan fenomena-
fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan menyajikan dengan apa adanya kondisi di
lapangan, yaitu di Pabrik Tempe Cap Mawar yang beralamat di Gampong Uteun Bayi Kecamatan
Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang didirikan oleh Bapak Zafar Usman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembuatan tempe tersebut jika terlalu lama akan jadi over fermentasi,dan
factor-faktor produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi tempe cap bunga mawar
adalah jumlah kedelai.Setelah kenaikan harga kedelai usaha tempe cap bunga mawar masih
menguntungkan dan dapat diteruskan karena pendapatan tunai dan total masih bernilai positif dan
R/C rasio atas biaya tunai dan total bernilai lebih besar dari 1,00.Pendapatan tunai dan total setelah
kenaikan harga kedelai adalah Rp 76.364,85/hari dan Rp 75.048,21/hari.Pengusaha tempe tidak
akan untung atau rugi (impas) jika harga kedelai naik hingga sebesar 59,69%.
I. PENDAHULUAN
Indonesia secara astronomis terletak pada garis khatulistiwa sehingga memiliki dua musim
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Sebagai Negara agraris banyak penduduk Indonesia
mengandalkan pertanian sebagai dasar kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dilakukan
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarga sehari hari
(Yusdistira,2011).
Kesejahteraan keluarga merupakan pembangunan ekonomi yang berjangka panjang.
Pebangunan ekonomi yang dimaksud adalah pembangunan ekonomi yang berawal dari tingkat
kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat naik apabila masyarakat
melakukan tindakan sebagai pelaku bisnis industri, sebagai sarana penunjang pemenuhan kebutuhan
hingga dapat tercapai, karena dalam hal ini masyarakat dapat menghasilkan tingkat keuntungan
yang tinggi dalam sekali memproduksi.
Salah satu industri kecil di Indonesia adalah industri tempe. Indutri tempe merupakan bentuk
kegiatan ekonomi yang kecil, dan membutuhkan tenaga kerja. Menurut UU No 5 Tahun 1984
tentang perindustrian, industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunanya, termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri.
Banyaknya konsumsi tempe pada masyarakat Indonesia membuat industri tempe terus
berkembang salah satunya adalah Pabrik Tempe Mawar di Desa Uteun Bayi Kec. Banda Sakti Kota
Lhokseumawe. Hal ini dapat dilihat penghasilan Pabrik Tempe Mawar perhari mencapai 800.000-
1.000,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan dari industri tempe lebih besar.hal serupa
juga dipaparkan oleh pemilik perusahaan tersebut bahwasanya industri tempe dapat menghasilkan
keuntungan yang sangat besar,membantu banyak orang dan meciptakan lowongan pekerjaan.
4. Pengertian Pengendalian
Menurut Mulyadi (2007:89) pengendalian merupakan usaha untuk mencapai tujuan tertentu
melalui perilaku yg diharapkan. Sedangkan menurut Indra Bastian (2006:70) pengendalian
merupakan tahap penentu keberhasilan manajemen.
Berdasarkan uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa pengendalian merupakan
pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh atasan atau pimpinan dalam organisasi
terhadap komponen organisasi dan sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan sebelumya, secara terus menerus dan berkesinambungan agar semua bisa berfungsi
secara maksimal sehingga tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif dan efisien.
Uji secara ekonomi dilakukan ber dasarkan tanda yang ada pada setiap variabel bebas dalam
model pendugaan. Hasil estimasi model diperoleh bahwa tanda setiap parameter setiap variabel
penjelas bernilai positif, yang sesuai dengan hipotesis. Hal ini berarti perubahan input produksi
berbanding lurus terhadap perubahan produksi tempe.
Kedelai mempunyai pengaruh yang nyataatau signifikan terhadap produksi tempe pada tingkat
kepercayaan atau taraf αsebesar 0,05. Berdasarkan hasil regresi liner berganda P-value uji t kedelai
sebesar 0,000 kurang dari α = 0,05. Koefisien kedelai bernilai positif yaitu sebesar 0,230 artinya
setiap penambahan rata-rata kedelai sebanyak 1kilogram per proses produksi akan meningkatkan
produksi tempe sebanyak 0,230 kerai dengan asumsi variabel lain tetap (Tabel 1).
Kedelai berpengaruh nyata pada pro duksi tempe karena kedelai adalah input atau bahan baku
utama dalam proses produksi tempe. Input yang tidak berpengaruh secara nyata pada produksi
tempe adalah bahan bakar kayu dan daun, hal ini karena hasil regresi linear berganda P-value uji t
bahan bakar kayu sebesar 0,552 dan untuk input daun nilai P-value uji t sebesar 0,764, nilai P-value
kedua input tersebut lebih besar dari taraf α = 0,05 (Tabel 1).
Penggunaan bahan bakar kayu untuk merebus kedelai masih belum efisien. Hal ini dikarenakan
jumlah bahan bakar kayu yang digunakan oleh setiap pengusaha tempe cenderung sama.
Berdasarkan hasil proses wawancara dengan pengusaha tempe di daerah penelitian agar proses
perebusan menjadi lebih cepat seharusnya mengguna kan gas, namun harga gas lebih mahal
daripada kayu bakar sehingga mereka lebih memilih kayu bakar. Penggunaan daun juga tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi tempe hal ini dikarenakan pengusaha tempe yang
menggunakan daun juga harus meng gunakan plastik sebelum tempe tersebut dikemas dengan
daun, hal ini menjadi kurang efisien karena pengusaha tempe harus mengeluarkan biaya tambahan
lagi untuk daun dan tetap menggunakan plastik. Pemakaian daun pada kemasan tempe hanya
digunakan untuk menambah cita rasa pada tempe.
Berdasarkan uji F pada tabel 1, hasil estimasi model produksi tempe diketahui bahwa nilai P-
value sebesar 0,000. Nilai P-value tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, nilai ini menunjukan
keragaman produksi tempe dapat dijelaskan secara nyata oleh keragaman variabel kedelai, ragi,
bahan bakar kayu, kemasan daun dan plastik. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,845. Hal tersebut
berarti sebesar 84,5% keragaman produksi tempe dapat dijelaskan oleh variabel kedelai, ragi, bahan
bakar kayu, kemasan daun dan plastik, sedangkan sisanya yaitu sebesar 15,5% dapat diterangkan
oleh variabel lain di luar model (Tabel 1).
Berdasarkan uji t diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi
tempe hanya kedelai. Kedelai berpengaruh nyata terhadap taraf α = 0,05. Variabel bebas yang tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi tempe adalah jumlah ragi, bahan bakar kayu, jumlah plastik,
dan kemasan daun (Tabel 1).
Hasil estimasi model dalam penelitian perlu diuji secara ekonometrika, yaitu uji normalitas, uji
multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogrov-Smirnovyaitu dengan melihat nilai Asymp.Sig (2-tailed) (0,966) yang dihasilkan lebih
besar dari taraf nyata (α = 0,05) maka galat menyebar normal. Hasil dari uji normalitas dapat
terlihat pada lampiran 3.
Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari model regresi yang
digunakan. Multikolinearitas adalah terjadinya korelasi yang erat antara variabel bebas. Uji
Multikolinearitas dengan me regresikan model fungsi produksi tempe dan melihat kriteria
multikolinearitas dari nilai VIF yang dihasilkan. Apabila nilai VIF lebih dari 10 maka, pada model
terjadi multi kolinearitas. Nilai VIF pada tabel menunjukan bahwa tidak ada nilai VIF dari kelima
variabel yang dimasukan bernilai lebih dari 10, maka model yang digunakan tidak menunjukan
terjadinya multikolinearitas. Nilai VIF dapat dilihat pada (Tabel 1).
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas (Lampiran 4) dengan Uji glejser yaitu meregresikan
nilai absolut residual terhadap variabel independent, diperoleh siginifikansi pada masing-masing
variabel mempunyai nilai signifikan lebih dari taraf nyata 5,00%. Hal ini berarti tidak terdapat
heteroskedas tisitas pada model, sehingga model layak untuk digunakan.
V. KESIMPULAN
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang
menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus.
Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar karbohidrat penyebab flatuensi, yaitu stakiosa dan
rafinosa. Sehingga daya cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi.
Inokulasi tempe merupakan kumpulan spora kapang yang memegang peranan penting dalam pembuatan
tempe karena dapat mempengaruhi mutu tempe yang dihasilkan.
Dari data hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembuatan tempe tersebut jika terlalu lama akan jadi
over fermentasi,dan factor-faktor produksi yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi tempe cap
bunga mawar adalah jumlah kedelai.Setelah kenaikan harga kedelai usaha tempe cap bunga mawar masih
menguntungkan dan dapat diteruskan karena pendapatan tunai dan total masih bernilai positif dan R/C rasio
atas biaya tunai dan total bernilai lebih besar dari 1,00.Pendapatan tunai dan total setelah kenaikan harga
kedelai adalah Rp 76.364,85/hari dan Rp 75.048,21/hari.Pengusaha tempe tidak akan untung atau rugi
(impas) jika harga kedelai naik hingga sebesar 59,69%.
Pembuatan tempe pada dasarnya dapat dilakukan oleh semua orang dengan alat & bahan yang mudah
dicari.Tempe berpotensi untuk melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan
mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan
lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah,
pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
SARAN
1. Setelah terjadi kenaikan harga kedelai, pengusaha tempe cap bunga mawar dan pengusaha tempe
lainnya sebaiknya melakukan adaptasi atau strategi seperti mengurangi jumlah penggunaan bahan
baku kedelai atau melakukan diversifikasi ukuran tempe agar pengusaha tempe dapat terus
melangsungkan usahanya dan tidak mengalami kerugian.
2. Dalam jangka panjang, pemerintah juga harus memberikan subsidi kedelai terutama kepada
Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia dan mendorong peningkatan produksi kedelai
dalam negeri untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah. 2012. Akuntansi Biaya, Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
Harnanto. 2017. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Penerbit ANDI, kerjasama dengan BPFEUGM.
Mulyadi. 1992. Pemeriksaan Akuntan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media.
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Simamora, Henry. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Cetakan Kedua.
Yogyakarta: Penerbit STIE YKPN.
Supriyono, R.A. 2011. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE.
Lampiran
DOKUMENTASI