Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMBANGAN PRODUK BARU

LAUNCHING PRODUK
Sarapan Sehat Rendah Kalori

Kelompok 3 A

Willa Kusumah Wardani 240210140005


Shafira Fauzi 240210140026
Salma Fauziah Afifah Syahidah 240210140029
Novita Damayanti 240210140034
Frida Mahardika 240210140043
Rafi Farhan Abdillah 240210140045

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sarapan yang baik dan memenuhi kriteria gizi berdasarkan rekomendas WHO,
ialah sarapan yang menyuplai karbohidrat (55-65 %), protein (12-15 %), lemak (24-
30 %), vitamin, dan mineral yang dapat diperoleh dari sayur atau buah (Almatsier,
2004). Permasalahan saat ini adalah kebiasaan sarapan pagi yang masih dianggap
kebiasaan yang membosankan. Berbagai alasan seringkali menyebabkan anak tidak
sarapan pagi, diantaranya waktu terasa sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh,
terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan pagi. Kebiasaan tidak
sarapan dipandang dari keperluan gizi bagi kesehatan dan prestasi anak merupakan
kesalahan yang sangat merugikan hari depan anak. Dampak negatif dari kebiassan
tidak sarapan pagi adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan
rasa pusing, badan gemetar atau rasalelah. Akibat dampak tersebut anak akan sulit
untuk dapat menerima pelajaran dengan baik.
Bandros adalah salah satu makanan khas daerah Jawa Barat Kue tradisional ini
terbuat dari campuran tepung beras, kelapa parut dan santan. Kue ini biasanya
dihidangkan dengan taburan gula pasir. Bentuk kue ini mirip dengan kue pukis karena
memang di cetak pada cetakan yang sama, yakni cetakan yang berbentuk setengah
lingkaran dan berjejer cukup banyak. Kue bandros biasanya disajikan bersamaan
dengan teh manis atau kopi.
Ada beberapa jenis bandros yang dikenal di tanah Jawa Barat, diantaranya ialah
bandros asin dan bandros manis. Kedua jenis bandros tersebut dibedakan karena
beberapa kebiasaan di masyarakat Jawa Barat untuk memakan bandros tanpa
menggunakan gula, tetapi ada juga yang menggunakan taburan gula pasir sehingga
membuat bandros yang dimakan terasa manis.
Di tanah Jawa Barat, khususnya di Bandung, kita dapat menemukan bandros di
beberapa tempat. Bandros dapat ditemukan pada penjual makanan yang berkeliling
kompleks perumahan yang didorong atau dipanggul. Selain itu, dapat ditemukan pula
penjual bandros di sekitar pusat keramaian atau pusat perbelanjaan. Di daerah
Cisangkuy, Kota Bandung, dapat ditemukan penjual bandros yang dikenal dengan
bandros gaul. Bandros gaul menyediakan beberapa macam inovasi bandros misalnya
bandros rasa keju, bandros coklat dan juga bandros susu sesuai dengan cita rasa yang
disukai oleh pembeli.
Berdasakan permasalahan tersebut maka makalah ini dimaksudkan untuk
menegmbangkan bandros menjadi makanan yang dapat bersaing di pasar nasional
maupun internasional dengan cara di inovasi kan dari segi bahan baku maupun varian.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana cara pengolahan produk bandros?
 Apakah produk bandros dapat dijadikan menu saran sehat rendah kalori?

1.3. Tujuan
 Mengetahui keunggulan produk bandros
 Mengetahui cara pengolahan bandros
 Membuat inovasi produk bandros
II. KONSEP PRODUK

2.1 Bandana
2.1.1 Deskripsi Produk
Bandros merupakan jajanan khas dari Bandung yang berbahan dasar dari
tepung beras yang dicampur dengan parutan kelapa dan santan. Tidak jarang orang
mengonsumsi bandros sebagai menu sarapan. Proses pembuatan bandros sekitar 5
menit. Setelah matang, kue ini dapar dimakan langsung, bisa juga diberi taburan gula
pasir bagi yang menginginkan. Gambar bandros dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bandana
(Dokumentasi Pribadi, 2017)

2.1.2 Posisi Produk


Produk ini merupakan salah satu produk modifikasi dikarenakan adanya
modifikasi dari penggantian bahan baku pembuatan bandros. Modifikasi bahan baku
yang dilakukan yaitu dengan mengganti tepung beras dengan tepung hanjeli sebagai
bahan utama dalam pembuatan bandana, sehingga meningkatkan nilai gizi dan
menjadikan produk ini sebagai pangan fungsional.
Adapun keunggulan dari Bandana, yaitu :
 Memiliki jumlah kalori yang rendah
 Harga terjangkau
 Memiliki tampilan yang menarik
 Rasanya enak
Adapun kekurangan dari Bandana, yaitu :
 Ukuran produk kurang seragam karena pengangkatan yang manual
 Rasa akan lebih enak jika disantap dalam keadaan yang masih hangat
 Proses pemanggangan yang cukup lama

2.1.3 Sasaran Produk


Sasaran produk untuk usaha kami adalah mahasiswa dan mayarakat umum
yang suka akan makanan yang inovatif. Untuk usia dari anak-anak, remaja, dewasa
(usia 7 tahun sampai 70 tahun), baik yang memiliki status sosial tingggi maupun
rendah. Alasan kami memilih segmentasi konsumen seperti ini dikarenakan kami ingin
mencapai seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi konsumen kami.

2.1.4 Kandungan Gizi


Kandungan gizi bandana dengan bahan dasar tepung hanjeli, kelapa setengah
tua, santan, garam, gula pasir, almond, dan kismis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Gizi Bandana
Komponen Nilai gizi untuk satu porsi
Kalori (kal) 220,01038
Protein (g) 5,1865
Lemak (g) 9,51575
Karbohidrat (g) 33,858625
Kalsium (mg) 71,1875
Fosfor (mg) 71,625
Besi (g) 5,3125
Vitamin A (SI) 1,875
Vitamin B1 (mg) 0,185375
Vitamin C (mg) 1,5
Air (g) 39,0625
Pottasium (mg) 97,125
Sodium (mg) 10,16
(Dokumentasi Pribadi, 2017)
2.1.5 Prosedur Pembuatan
Alat :
 Balloon whisk  Mangkuk
 Baskom  Sendok
 Loyang bandros  Timbangan
Bahan :
 Almond  Kismis
 Garam  Santan
 Kelapa parut setengah tua  Tepung hanjeli

Cara Pembuatan Bandana :


1. Siapkan alat dan bahan seperti tepung hanjeli, garam, kelapa parut tua, santan,
daun pandan, minyak sayur/mentega, dan gula pasir
2. Campurkan tepung hanjeli, kelapa parut serta garam hingga merata
3. Tambahkan santan sedikit demi sedikit sembari diaduk hingga adonan merata
4. Panaskan cetakan bandros kemudian olesi cetakan dengan men ggunakan
minyak sayur/mentega
5. Tuangkan adonan kedalam cetakan, lalu ditutup dengan menggunakan tutup
cetakan.
6. Pemasakan dilakukan selama 15 menit dengan api kecil
7. Setelah matang. Angkat bandros kemudian tiriskan
8. Tambahkan topping gula pasir dan kemas
Diagram alir mengenai pembuatan bandros disajikan pada Gambar 2.
Tepung hanjeli

Kelapa parut
Pencampuran dan garam

Santan&daun
Pengadukan pandan

Penuangan adonan kedalam cetakan

Pemasakan selama 5 menit dengan


api kecil

Pengangkatan dan penirisan

Gula pasir
Pemberian toping

Pengemasan

Bandros

Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Pembuatan Kue Bandros


(Dokumentasi Pribadi, 2017)

2.1.6 Kemasan
 Kemasan Produk : Karton Laminasi dialasi daun pisang
 Bahan : Karton laminasi dan daun pisang
Gambar 3. Kemasan Karton Laminasi
(Dokumentasi Pribadi, 2017)

Gambar 3 menunjukkan kemasan yang digunakan yaitu karton laminasi yang


berbentuk kotak. Fungsi utama dari kemasan yaitu untuk mewadahi produk sehingga
mudah dibawa dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, selain itu kemasan
pun harus foodgrade atau dapat digunakan untuk bahan pangan dan tidak menimbulkan
efek negatif pada bahan pangan yang dikemas. Kemasan karton laminasi ini digunakan
karena tahan panas sehingga kemasan tidak bereaksi dengan bandana, mengingat
produk bandana yang kami sajikan bersifat panas, serta memberikan kemudahan untuk
dibawa, selain itu kemasan ini juga bentuknya menarik dan harganya murah. Selain
kertas laminasi, ditambahkan pula daun pisan untuk mempercantik penampilan
Bandana. Hal ini dikarenakan kemasan dapat menambah daya tarik calon pembeli,
sehingga dibutuhkan pengemasan yang menarik.
 Sticker Kemasan :

Gambar 4. Stiker Kacida Raosna


(Dokumentasi Pribadi, 2017)
2.2 Sum-Gokong
2.2.1 Deskripsi Produk
Bubur sumsum merupakan bubur bewarna putih yang berasal dari tepung beras
dimakan dengan cairan gula merah yang diberi santan. Produk modifikasi ini
mengganti tepung beras menjadi tepung hanjeli. Rasanya enak dan lembut cocok
dikonsumsi oleh semua kalangan karena mudah dimakan. Makanan ini terkenal dari
daerah Jawa barat sangat cocok dinikmati sebagai sarapan. Penyajian bubur sumsum
dapat disajikan dengan berbagai warna yang menarik, seperti warna hijau yang berasal
dari daun pandan. Produk Sum-Gokong dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Sum-Gokong
(Dokumentasi Pribadi, 2017)
2.2.2 Posisi Produk
Produk ini merupakan salah satu produk modifikasi dikarenakan adanya
modifikasi dari penggantian bahan baku pembuatan bubur sum-sum. Modifikasi bahan
baku yang dilakukan yaitu dengan mengganti tepung beras dengan tepung hanjeli
sebagai bahan utama dalam pembuatan Sum-Gokong, sehingga meningkatkan nilai
gizi dan menjadikan produk ini sebagai pangan fungsional.
Adapun keunggulan dari produk ini adalah :
 Harga sangat terjangkau
 Kaya protein
 Memiliki kandungan kalori yang mencukupi
Adapun kelemahan dari produk ini adalah :
 Tekstur Sum-Gokong tidak seperti tekstur bubur sum-sum pada umumnya,
Sum-Gokong memiliki tekstur berpasir
 Lebih nikmat jika dimakan bersamaan dengan sausnya
 Warna produk terlihat kurang menarik setelah dipanaskan

2.2.3 Sasaran Produk


Sasaran produk untuk usaha kami adalah mahasiswa dan mayarakat umum yang
suka akan makanan yang inovatif. Untuk usia dari anak-anak, remaja, dewasa (usia 1
tahun sampai 70 tahun), baik yang memiliki status sosial tingggi maupun rendah.
Alasan kami memilih segmentasi konsumen seperti ini dikarenakan kami ingin
mencapai seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi konsumen kami.

2.2.4 Kandungan Gizi


Kandungan gizi Sum-Gokong dengan bahan dasar tepung hanjeli, kelapa
setengah tua, santan, garam, gula pasir, almond, kismis, gula merah, dan daun pandan
dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Kandungan Gizi Sum-Gokong
Komponen Nilai Gizi
Kalori (kal) 250,08
Protein (g) 2,6587
Lemak (g) 4,7922
Karbohidrat (g) 52,9878
Kalsium (mg) 43,1
Fosfor (mg) 36,21
Besi (g) 2,2
Vitamin A (SI) 0
Vitamin B1 (mg) 0,03566
Vitamin C (mg) 0,0064
Air (g) 28,6
Pottasium (mg) 51,17
Sodium (mg) 25,766
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
2.2.5 Prosedur Pembuatan
Alat :
 Baloon whisk  Pengaduk
 Baskom  Pisau
 Kompor  Sendok
 Mangkuk  Timbangan
 Panci
Bahan :
 Almond  Kismis
 Garam  Santan
 Gula kelapa  Tepung Hanjeli

Cara Pembuatan Sum-Gokong :


1. Saus: masak semua bahan hingga mendidih dan gula pasir larut
2. Campur tepung hanjeli, garam, dan santan
3. Masak bahan tersebut sambil diaduk
4. Tuangkan bubur dan gula kelapa
5. Sajikan
Diagram alir pembuatan Sum-Gokong disajikan pada Gambar 6.
Gula merah, gula Tepung hanjeli,
pasir, dan air santan, dan garam

Pencampuran Pencampuran

Pemasakan Pemasakan

Saus gula Bubur

Pencampuran

Bubur sum sum

Gambar 6. Diagram Alir Pembuatan Sum-Gokong


(Dokumentasi Pribadi, 2017)

2.2.6 Kemasan Produk


 Kemasan : Paper cup
 Bahan : Karton Laminasi

Gambar 7. Kemasan Sum-Gokong


(Dokumentasi Pribadi, 2017)

Gambar 7 menunjukkan kemasan yang digunakan yaitu karton laminasi yang


berbentuk cup. Fungsi utama dari kemasan yaitu untuk mewadahi produk sehingga
mudah dibawa dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, selain itu kemasan
pun harus foodgrade atau dapat digunakan untuk bahan pangan dan tidak menimbulkan
efek negatif pada bahan pangan yang dikemas. Kemasan karton laminasi ini digunakan
karena tahan panas sehingga kemasan tidak bereaksi dengan Sum-Gokong, mengingat
produk Sum-Gokong yang kami sajikan bersifat panas, serta memberikan kemudahan
untuk dibawa, selain itu kemasan ini juga bentuknya menarik dan harganya murah.
 Sticker Kemasan :

Gambar 8. Stiker Kacida Raosna


(Dokumentasi Pribadi, 2017)
III. LAUNCHING PRODUK

3.1 Produk yang akan dijual sebelum expo


Perencanaan pembuatan produk dilakukan dengan linear programing
metode simplex
Fungsi Tujuan:
Z = 10000 X1 + 10000 X2
Z - 10000 X1 - 10000 X2 = 0
Keterangan: z = Keuntungan maksimum
X1 = Bandana
X2 = Sum go kong
Fungsi Kendala:
Hanjeli: 31,25 X1 + 25 X2 + X3 = 4000
Kelapa: 18,75 X1 + 18,75 X2 +X4 = 3000
Bumbu: 0,375 X1 + 0,375 X2 +X5 = 1000
Topping: 6,25 X1 + 40 X2 + X6 = 1000
Sebelum expo
X1 X2 X3 X4 X5 X6 NK Indeks
Z -10000 -10000 0 0 0 0 0 0
X3 31,25 25 1 0 0 0 4000 128
X4 18,75 18,75 0 1 0 0 3000 160
X5 0,375 0,375 0 0 1 0 1000 2666,667
X6 6,25 40 0 0 0 1 1000 160

Literasi 1
X1 X2 X3 X4 X5 X6 NK Indeks
Z 0 -2000 320 0 0 0 1280000 -640
X1 1 0,8 0,032 0 0 0 128 160
X4 0 3,75 -0,6 1 0 0 600 160
X5 0 0,075 -0,012 0 1 0 952 12693,33
X6 0 35 -0,2 0 0 1 200 5,714286

Literasi 2
X1 X2 X3 X4 X5 X6 NK Keterangan
Z 0 0 317,6 0 0 11,765 1282352,94 Keuntungan
X1 1 0 0,03 0 0 -0,024 122,35 Bandana
X4 0 0 -0,596 1 0 -0,022 595,58
X5 0 0 -0,012 0 1 -0,0004 951,91
X2 0 1 -0,05 0 0 0,0294 5,88 Sumgo-kong
Kesimpulan: Berdasarkan metode simplex, maka keuntungan maksimum yang
dapat diperoleh ialah Rp 1.282.352 dengan menjual 122 produk bandana dan 6 produk sum
go kong.

3.2 Produk yang terjual saat expo


Setelah expo, produk sum go kong dijual dengan harga Rp 5000
sehingga metode simplexnya ialah sebagai berikut:
Fungsi Tujuan:
Z = 10000 X1 + 5000 X2
Z - 10000 X1 - 5000 X2 = 0
Keterangan: z = Keuntungan maksimum
X1 = Bandana
X2 = Sum go kong
Fungsi Kendala:
Hanjeli: 31,25 X1 + 25 X2 + X3 = 4000
Kelapa: 18,75 X1 + 18,75 X2 +X4 = 3000
Bumbu: 0,375 X1 + 0,375 X2 +X5 = 1000
Topping: 6,25 X1 + 40 X2 + X6 = 1000
X1 X2 X3 X4 X5 X6 NK Indeks
Z -10000 -5000 0 0 0 0 0 0
X3 31,25 25 1 0 0 0 4000 128
X4 18,75 18,75 0 1 0 0 3000 160
X5 0,375 0,375 0 0 1 0 1000 2666,667
X6 6,25 40 0 0 0 1 1000 160

Literasi 1
X1 X2 X3 X4 X5 X6 NK Keterangan
X1 0 3000 320 0 0 0 1280000 Keuntungan
X3 1 0,8 0,032 0 0 0 128 Bandana
X4 0 3,75 -0,6 1 0 0 600
X5 0 0,075 -0,012 0 1 0 952
X6 0 35 -0,2 0 0 1 200
Kesimpulan: Berdasarkan metode simplex, maka keuntungan maksimum yang
dapat diperoleh ialah Rp 1.280.000 dengan menjual 128 produk bandana

3.3 Analisis Biaya


3.3.1 Bandana
Jumlah porsi = 10 porsi
Perkiraan Harga Perbungkus = Rp 10.000
Biaya Habis Pakai = Rp 33.890
HPP = Rp 33.890/10 = Rp 3.389
Keuntungan = Rp 6.611
Perhitungan BEP
Biaya Produksi 33890
BEP = = = 3 porsi
Harga Jual per Buah 10000

Hasil perhitungan BEP menunjukkan bahwa produsen akan mencapai


titik imbang yaitu tidak rugi maupun untung apabila dapat menjual produk
sebanyak 3 produk dengan harga jual Rp 10.000 per porsinya.
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 10000
R/C = = = 2,95
𝐻𝑃𝑃 𝑝𝑒𝑟 𝐵𝑢𝑎ℎ 3389

Analisis kelayakan dengan nilai R/C lebih besar dari 1 menunjukkan


bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai tersebut menunjukan satuan biaya
yang dikeluarkan diperoleh dari hasil penjualan sebesar 2,95 kali lipat

3.3.2 Sum-Gokong
Jumlah porsi = 36 porsi
Perkiraan Harga Perbungkus = Rp 5.000
Biaya Habis Pakai = Rp 84.708
HPP = Rp 84.708/36 = Rp 2.353
Keuntungan = Rp 2.647
Perhitungan BEP
Biaya Produksi 84708
BEP = = = 16 porsi
Harga Jual per Buah 5000
Hasil perhitungan BEP menunjukkan bahwa produsen akan mencapai
titik imbang yaitu tidak rugi maupun untung apabila dapat menjual produk
sebanyak 16 produk dengan harga jual Rp 5.000 per porsinya.
Harga Produk per Kemasan 5000
R/C = = = 2,12
HPP per Buah 2353

Analisis kelayakan dengan nilai R/C lebih besar dari 1 menunjukkan


bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai tersebut menunjukan satuan biaya
yang dikeluarkan diperoleh dari hasil penjualan sebesar 2,12 kali lipat
Keuntungan yang Didapat
Tabel 3. Anggaran Pengeluaran
Nama Barang Harga Jual
Tepung Hanjeli Rp 64.190
Gula Rp 54
Garam Rp 203
Kelapa Parut Rp 2.500
Santan Rp 27.486
Margarin Rp 96
Almond Rp 19.700
Kismis Rp 2.200
Kemasan Rp 28.440
Tusuk gigi Rp 2.000
Sendok Plastik Rp 11.520
Gas Rp 18000
Total Rp 176.389

Tabel 4. Anggaran Pendapatan


Produk Harga Jumlah yang Terjual Total
Bandana Rp 10.000 10 Rp 100.000
Sum-Gokong Rp 5.000 36 Rp 180.000
Total Rp 280.000

Keuntungan = Pendapatan - Pengeluaran

= 280.000 – 176.389

= Rp 103.611
Jadi keuntungan yang didapat dari penjualan produk Bandana dan
Sum-Gokong yaitu sebanyak Rp 103.611,00
IV. KUISIONER

4.1 Bandana
Produk bandana yang terjual sebanyak 10 unit dan memperoleh 10 responden
dengan perolehan seperti pada Tabel 3.
Tabel 5. Hasil Kuisioner Bandana
Penampilan
Responden Rasa Aroma Warna Tekstur Kemasan Total
Produk
1 3 3 3 3 3 3 18
2 4 3 4 4 4 4 23
3 3 1 2 1 3 2 12
4 3 3 4 2 3 3 18
5 3 3 3 4 4 4 21
6 3 2 2 3 4 4 18
7 3 3 2 2 4 3 17
8 4 3 3 3 3 3 19
9 3 2 3 4 3 4 19
10 3 3 3 4 4 3 20
Total 32 26 29 30 35 33
Rata-Rata 3,2 2,6 2,9 3 3,5 3,3
Ket : 4 = Sangat suka, 3 = Suka, 2 = Agak Suka, 1 = Tidak suka
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
Hasil kuisiner tersebut diinterpretasikan dalam grafik seperti pada Gambar 3.
Gambar 9. Hasil Kuisioner Bandana
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Rasa Aroma Warna Tekstur Penampilan Kemasan
Produk

(Dokumentasi Pribadi, 2017)


 Rata-rata penilaian konsumen terhadap rasa, aroma, warna, tekstur,
penampilan produk, dan kemasan secara berurutan adalah 3,2; 2,6; 2,9; 3;
3,5; dan 3,3 dari skala 1-4.

 Kriteria sensori yang paling disukai konsumen adalah penampilan produk


dan rasa produk, terbukti dengan rata-rata penilaian konsumen yang paling
tinggi, yaitu 3,5 dari skala 1-4 dengan masuk ke rata-rata sangat suka.

 Kriteria sensori yang paling kurang disukai konsumen adalah aroma


produk, terbukti dengan rata-rata penilaian konsumen yang paling rendah,
yaitu 2,6 dari skala 1-4 dengan masuk ke rata – rata agak suka ke suka.
4.2 Sum-Gokong
Produk Sum-Gokong yang terjual sebanyak 36 unit dan memperoleh 35
responden dengan perolehan seperti pada Tabel 4.
Tabel 6. Hasil Kuisioner Sum-Gokong
Penampilan
Responden Rasa Aroma Warna Tekstur Kemasan total
Produk
1 3 4 4 3 3 3 20
2 4 4 4 4 4 4 24
3 4 4 4 4 4 4 24
4 3 3 2 4 3 3 18
5 3 3 3 2 3 3 17
6 3 3 3 4 4 4 21
7 3 3 3 2 3 3 17
8 3 4 4 4 3 4 22
9 4 4 4 4 4 4 24
10 3 2 4 4 4 4 21
11 2 2 3 3 3 3 16
12 3 4 4 1 3 3 18
13 4 4 3 3 3 2 19
14 3 4 4 2 4 4 21
15 3 3 4 3 3 2 18
16 4 4 3 3 3 3 20
17 3 3 3 3 3 3 18
18 4 4 4 2 2 3 19
19 3 3 3 2 3 3 17
20 4 4 4 4 4 4 24
21 3 3 3 3 3 3 18
22 3 3 2 2 3 3 16
23 3 3 4 3 3 3 19
24 4 4 3 3 3 3 20
25 4 3 3 3 4 4 21
26 4 4 4 4 4 4 24
27 3 3 3 2 2 3 16
28 3 4 3 2 3 4 19
29 4 4 3 3 4 3 21
30 3 3 3 4 4 4 21
31 4 4 4 2 3 3 20
32 3 3 3 3 3 3 18
33 3 3 4 3 4 4 21
Penampilan
Responden Rasa Aroma Warna Tekstur Kemasan total
Produk
34 3 4 4 3 4 4 22
35 4 4 4 2 3 3 20
36 3 4 3 2 3 4 19
Total 120 125 123 105 119 121
Rata-rata 3,33 3,47 3,42 2,92 3,31 3,36
Ket : 4 = Sangat suka, 3 = Suka, 2 = Agak Suka, 1 = Tidak suka
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)

Hasil kuisiner tersebut diinterpretasikan dalam grafik seperti pada Gambar 4.


Gambar 10. Hasil Kuisioner Sum-Gokong
3.60
3.50
3.40
3.30
3.20
3.10
3.00
2.90
2.80
2.70
2.60
Rasa Aroma Warna Tekstur Penampilan Kemasan
Produk

(Dokumentasi Pribadi, 2017)

 Rata-rata penilaian konsumen terhadap rasa, aroma, warna, tekstur, penampilan


produk, dan kemasan secara berurutan adalah 3,33; 3,47; 3,42; 2,92; 3,31; dan
3,36 dari skala 1-4.

 Kriteria sensori yang paling disukai konsumen adalah aroma dan warna produk,
terbukti dengan rata-rata penilaian konsumen yang paling tinggi, yaitu 3,47 dan
3,42 dari skala 1-4 dengan masuk ke rata-rata sangat suka.

 Kriteria sensori yang paling kurang disukai konsumen adalah tekstur produk,
terbukti dengan rata-rata penilaian konsumen yang paling rendah, yaitu 2,92
dari skala 1-4 dengan masuk ke rata – rata agak suka ke suka.
V. KENDALA

5.1 Uji Coba


Bandana Sumgokong
Wajan baru masih lengket saat dicoba Adonan bahan bubur sempat
menggumpal karena bahan dipanaskan
lebih awal
Produk overcook Kuah gula merah rasanya tidak enak,
karena gula yang digunakan kualitasnya
kurang baik
Produk susah diangkat dan hancur
Almond (topping) yang digunakan
belum disangrai dan terasa mentah

5.2 Expo
Bandana Sumgokong
Wajan lengket, produk menjadi hancur Adonan bahan awal overcook, sehingga
saat diangkat dibuat kembali
Proses pembuatan yang cukup lama
VI. PERENCANAAN STRATEGIS

Evaluasi Operasional Internal dan Eksternal


Tabel 7. Operasional Internal
No Variabel Atribut
1. Kualitas produk 1) Bandana
 Tekstur kenyal
 Rasa asin
 Warna putih kecoklatan
 Aroma khas hanjeli
 Berbentuk setengah bulat (halfmoon)

2) Sum-gokong
 Tekstur grassy
 Rasa manis
 Warna putih berkuah coklat.
 Aroma khas hanjeli
 Berbentuk kental
2. Variasi produk 1) Bandana
 Adanya topping almond dan kismis

2) Sum-gokong
 Penambahan topping almond an kismis
3. Teknologi  Pemanggangan dan perebusan.
4. Tenaga kerja Masing-masing produk membutuhkan dua orang tenaga
kerja produksi, satu orang pendesain kemasan dan
promosi, dan satu orang untuk pengelolaan keperluan
administratif
5. Produk baru Produk inovasi dengan memanfaatkan komoditas biji-
bijian lokal yaitu tepung hanjeli sebagai bahan dasar kedua
produk dalam bentuk panganan tradisional.
6. Lokasi produksi Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Tabel 8. Operasional Eksternal
No Variabel Atribut
1. Pesaing  Produk pangan tradisional rendah kalori dengan
memanfaatkan komoditas biji-bijian (hanjeli) sebagai
bahan dasar.
2. Bahan baku  Ketersediaan bahan baku pelengkap mudah didapat di
pasar dan atau swalayan
 Ketersediaan bahan baku utama tepung hanjeli yang
belum terlalu banyak di pasaran.
3. Budaya  Masyarakat tidak merasa asing terhadap kedua produk
masyarakat karena kedua produk merupakan produk panganan
tradisional dan sudah pernah ada
4. Potensi pasar  Permintaan pasar terhadap kedua produk cukup besar
sehingga kedua produk memiliki potensi yang cukup
kuat untuk bersaing di pasar
5. Placement  Produk dipasarkan di tempat bazaar dan pusat jajanan
dengan target konsumen langsung mengkonsumsi
produk selagi hangat.
6. Harga  Harga per kemasan produk Bandana adalah
Rp10.000,00 dan harga per kemasan produk Sum-
gokong adalah Rp 5000,00
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Analisis Matriks SWOT


Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Matriks ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis, yaitu:
1) Strategi SO (Strength – Opportunities)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
2) Strategi ST (Srength – Threats)
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3) Strategi WO (Weakness – Opportunities)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
4) Strategi WT (Weakness – Threats)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tabel 9. Analisis SWOT
Strength Weakness
 Kualitas produk yang  Kurangnya modal
baik dari segi warna, pengembangan produk
rasa, tekstur, dan baru dan modal
kekenyalan perluasan lokasi
 Merupakan produk produksi
dengan penggunaan  Perluasan lokasi
Internal hanjeli sebagai bahan produksi masih belum
Factor dasar untuk terealisasi
Evaluation mendukung  Daya simpannya
diversifikasi pangan. rendah.
 Memiliki kandungan  Kurangnya tenaga
fungsional gizi kerja untuk
(protein) yang tinggi pengembangan
serta kalori rendah.
 Merupakan produk
jajanan tradisional
External yang memiliki
Factor kemasan menarik.
Evaluation
Opportunities Strategi Strength – Strategi Weakness –
Opportunities Opportunities
 Respon baik dari  Pengembangan produk  Pemanfaatan sisa
masyarakat setempat baru maupun produk bahan baku yang
 Permintaan pasar substitusi belum terpakai
terhadap kedua  Penambahan kapasitas  Bekerja sama dengan
produk tinggi dan mesin produksi jasa penyedia modal
 Produk mochi pisang  Pengajuan modal
disukai oleh semua untuk fasilitas
umur dan tidak pengembangan
terbatas oleh level
konsumen (dapat
dikonsumsi oleh
konsumen menengah
kebawah maupun
menengah keatas)
Threats Strategi Srength – Strategi Weakness –
Threats Threats
 Bahan baku yang  Strategi promosi yang  Pemasaran dengan
belum terlalu banyak tepat baik secara sistem online
dijual di pasaran. langsung seperti
 Kurangnya minat mpembuatan flyer dan
mengonsumsi poster atau melalui
panganan tradisional. social media seperti
 Kedua produk Instagram, twitter,
memiliki umur simpan facebook, dll.
yang pendek sehingga  Standarisasi produk
tidak dapat disimpan
lama.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penjualan, kedua produk layak untuk dijual namun produk
Sum-gokong lebih memiliki profil margin yang lebih besar dengan harga yang lebih
murah sehingga konsumen lebih tertarik.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai