edu/en/table-of-contents/leadership/leadership-
ideas/team-building/main
Kita begitu terpana untuk melaksanakan “tugas dengan benar” sehingga kita
kehilangan “esensi orientasi kreatif” yang intrinsik, yaitu yang memberikan inspirasi
kepada kita untuk melakukan sesuatu yang benar-benar bermakna.
2
Inilah sketsa tentang ketiga tipe pemimpin yang kita pelajari dan diterapkan di
berbagai organisasi manapun.
Tidak akan ada permulaan kerja apa pun tanpa adanya pemimpin lini depan
yang berkomitmen. Pemimpin lini depan adalah individu dengan tanggung jawab
usaha yang besar dan menjadi fokus garis dasar. Mereka memiliki unit-unit yang
cukup besar untuk jadi mikrokosmos penting organisasi, dan juga mereka
mempunyai cukup otonomi untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang berarti.
Peran kunci yang dimainkan oleh pemimpin lini depan adalah melaksanakan
percobaan praktis yang bermanfaat. Tanpa percobaan praktis yang serius dengan
tujuan menghubungkan kemampuan pembelajaran baru dengan hasil upaya, maka
tidak akan ada jalan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan
pembelajaran itu sekedar ide yang menantang atau memang benar-benar membawa
perbedaan menuju perubahan.
Telah kita saksikan tidak ada contoh kemajuan yang berarti tanpa
kepemimpinan dari manajer dan pemimpin lini depan, dan kita saksikan pula bahwa
3
banyak contoh tentang pimpinan puncak dengan komitmen tulus gagal dalam
memanfaatkan momentum penting. Fakta: cakupan posyandu diberbagai wilayah
yang rendah. Gerakan untuk jemput bola (kunjungan rumah), dll
Pemimpin Eksekutif
Bekerja dalam suatu konser dengan pelaku kerja jaringan intern, para
eksekutif dapat membantu menghubungkan para pemimpin lini depan dengan
orang-orang lain “yang sepaham”. Para eksekutif ini juga memainkan peran
penasehat dalam membantu pendewasaan para pemimpin lini depan, memahami
liku-liku politik yang rumit, dan mengkomunikasikan ide-ide mereka kepada pihak-
pihak yang terkait.
Cara ketiga untuk membangun lingkungan kerja untuk upaya program adalah
‘ranah pengambilan tindakan’ para eksekutif sendiri, maksudnya yaitu tim
eksekutif itu sendiri. Yang penting, pertama-tama, adalah para eksekutif harus
memahami bahwa mereka juga harus berubah, dan berbagai ketrampilan yang
membuat mereka berhasil di masa lalu pun dapat mengganggu pembelajaran.
Mereka mungkin hebat, menyuarakan anjuran, namun mereka biasanya tidak
begitu peka dalam melongok pikiran mereka sendiri atau mengungkap wilayah
pikiran mereka yang lemah (inilah contoh terjadinya “psikosklerosis”).
Pemimpin Jaringan
Peran kepemimpinan yang paling sulit adalah peran pemimpin jaringan kerja
intern, atau pembangun masyarakat. Pelaku jaringan kerja intern menjadi efektif
karena alasan bahwa usaha pimpinan puncak untuk mengawali perubahan berubah
menjadi senjata makan tuan. Ungkapan ironinya mungkin seperti “Tiadanya
kekuasaan adalah kekuasaan”.
Satu-satunya kewenangan yang dimiliki oleh para pelaku jaringan kerja intern
berasal dari “kekuatan rasa percaya diri mereka dan kejelasan gagasan mereka”.
Inilah satu-satunya kewenangan sah bilamana perubahan mendasar dibutuhkan,
terlepas dari posisi seseorang. Para pelaku jaringan kerja intern mempunyai
keuntungan yang ironis, mengingat bahwa itulah satu-satunya sumber kewenangan
mereka.
konsultan intern, widiaswara, atau staf bagian pengembangan organisasi, atau SDM
yang dedikasi dan cara berinteraksinya mengundang kohesi SDM lain. Mungkin juga
mereka staf senior. Yang penting adalah bahwa mereka bebas bergerak dengan
tingkat aksesibilitas yang tinggi. Mereka memahami jaringan kerja informal, tempat
dimana informasi dan cerita mengalir dan cara-cara inovatif bertaut secara alami.
Fungsi vital pertama yang dimainkan oleh para pemimpin jaringan kerja
adalah mengenal manajer/pemimpin garis depan yang memiliki kekuasaan
mengambil tindakan dan dipercayai mengembangkan kemampuan pembelajaran
baru. Banyak waktu dan energi bisa terbuang percuma bila bekerja dengan orang
yang salah, khususnya pada tahap awal proses perubahan.
Pada semua persoalan ini, tidak ada penyebab yang sederhana, tidak ada
pemecahan yang sederhana. Tidak ada seorangpun yang harus disalahkan. Tidak
akan ada pil ajaib. Perubahan berarti membutuhkan imajinasi, kegigihan, dialog,
kepedulian yang dalam, dan ini yang terpenting yaitu “kemamuan untuk merubah
diri sebagai bagian dari berjuta-juta umat manusia”.
Bahasa akan menimbulkan kalimat; dan, sebagai bagian dari anggota, tim
akan mencoba mengkomunikasikan segala bentuk informasi untuk diterima dan
diteruskan serta ditindak lanjuti melalui bahasa. Kesamaan bahasa dalam tim akan
dapat menjamin terwujudnya kinerja yang tangguh.
Kata kunci disini adalah rasa saling berterima dalam tim; yakni,
keberterimaan secara mutual, secara imbal balik tanpa syarat, tanpa kondisi, baik
berbentuk harapan, maupun berbentuk balas budi. Ini mengandung makna
kesejajaran, baik dalam pengertian ruang psikis, yang terbuka untuk orang lain,
maupun dalam pengertian kesejajaran potensi yang dimiliki. Kesejajaran dalam
hubungan akan melahirkan ruang interaksi yang rileks, tidak tegang. Karena tidak
ada ketegangan, plastisitas dalam interaksi akan muncul sehingga melahirkan
toleransi. Tiadanya ketegangan juga akan melahirkan kreativitas, dan
mengoptimalkan potensi kecerdasan. Dalam situasi seperti ini, semua orang dalam
tim akan memiliki kecerdasan yang semakin berkembang. Kesejajaran juga
bermakna pengakuan terhadap adanya intelegensi yang sama dalam suatu tim.
Karena itu, proses pembelajaran akan melahirkan dan membangun empati, sikap,
dan kebersamaan. Kebersamaan terwujud dalam menyatunya rasa keutuhan
diantara anggota yang tidak bisa dipisahkan.