Pada penelitian kali ini data yang digunakan berupa data batuan inti Sumur
RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur RST-3697. Sumur RST-1887 memiliki
kedalaman 359-624 kaki, Sumur RST-3686 memiliki kedalaman 140-756 kaki,
dan Sumur RST-3697 memiliki kedalaman 114-710 kaki. Selain data batuan inti
digunakan juga data Log berupa log Gamma Ray, NPHI, dan RHOB serta data
biostratigrafi yaitu berupa diagram mikrofosil dari ketiga sumur (Lampiran A1,
A2, dan A3). Secara umum metode analisis yang dilakukan dibagi menjadi dua,
yaitu:
IV-1
pengawetannya tergantung pada proses pengendapan, umur, dan asal batuan.
Kondisi batuan inti pada sumur penelitian kurang begitu baik, sangat lapuk,
dan terdapat jejak minyak sehingga cukup sulit untuk dideskripsi Gambar
4.1.). Sehingga penulis menggunakan data log sumur untuk menginterpretasi
litologi pada ketiga sumur (Gambar 4.2.).
IV-2
Gambar 4.2. Hasil interpretasi litologi sumur penelitian berdasarkan data log
sumur.
Contoh batuan yang telah diambil (± 100 gram berat sedimen kering)
ditumbuk pelan-pelan menggunakan alu porselen atau besi.
IV-3
Setelah agak halus, sedimen dimasukkan ke dalam gelas beaker dan
diberikan larutan H2O2 (10%-15%) secukupnya untuk memisahkan
mikrofosil dengan material-material yang menyelimutinya.
Diamkan hingga 2-5 jam atau sampai tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
Setelah itu residu dicuci dengan air mengalir diatas saringan 150 mesh.
Residu yang tertinggal pada kedua saringan tersebut diambil dan
dikeringkan pada oven dengan suhu 65oC.
Setelah kering residu dikemas dalam kertas residu dan diberi label sesuai
dengan nomor sampel yang dipreparasi.
Sampel siap dideterminasi dengan mikroskop binokuler.
IV-4
IV.1.2. Metode Analisis Stratigrafi Sekuen
Kelimpahan spesimen dari satu takson atau lebih dalam suatu tempat
tertentu. Kelimpahan spesimen yang dimaksud adalah kelimpahan total
dari mikrofauna planktonik dan bentonik.
IV-5
Peristiwa regresi juga berasosiasi dengan perubahan litologi, dimana muka air
laut mengalami penurunan, sehingga akan direfleksikan dengan adanya
pemunculan fauna laut dangkal dan semakin berkurangnya fauna laut dalam.
Umur
Foraminifera planktonik : 362-570 kaki: Zona N5
570-615 kaki: Zona N4 dan/atau lebih tua
Nannoplankton : 362-368 kaki: Zona NN2 dan lebih muda
368-523 kaki: Zona NN1
523-615 kaki: Zona NN1 dan/atau lebih tua
Foraminifera planktonik
Kedalaman 362-570 kaki tidak ditemukan marker, namun terdapat
kehadiran Globigerina primordius yang menunjukan umur relatif Zona N5.
Pada kedalaman 615 kaki terdapat kemunculan akhir Globorotalia kugleri
yang menunjukan pada kedalaman 570-615 kaki memiliki umur relatif Zona
N4 dan/atau lebih tua (Lampiran A1).
Nannoplankton
Kedalaman 368-362 kaki diendapkan pada umur Zona NN2 dan lebih
muda, dicirikan dengan kemunculan awal Helicosphaera ampliaperta di
kedalaman 368 kaki dan merupakan batas atas umur Zona NN1 pada
IV-6
kedalaman 368-523 kaki. Kedalaman 523-615 kaki memiliki umur relatif
NN1 dan/atau lebih tua, dengan adanya kemunculan akhir Cyclicargolithus
abisectus di kedalaman 523 kaki (Lampiran A1).
Lingkungan pengendapan
362-368 kaki: Neritik Tengah
368-376 kaki: Neritik Dalam
376-460 kaki: Litoral
460-530 kaki: Neritik Dalam
530-570 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas
570-615 kaki: Neritik Tengah
Umur
Foraminifera planktonik : 143-548 kaki: Zona N5
548-750 kaki: Zona N5 dan/atau lebih tua
Nannoplankton : 143-149 kaki: Zona NN2 dan lebih muda
149-548 kaki: Zona NN2
548-750 kaki: Zona NN1 dan/atau lebih tua
IV-7
Foraminifera planktonik
Kedalaman 143-548 kaki memiliki umur relatif Zona N5, dicirikan
dengan kehadiran Globigerinoides primordius dan batas bawah Zona N5
ditemukan kemunculan awal Globerigerina foliata di kedalaman 548 kaki
dan kedalaman 548-750 kaki memiliki umur relatif Zona N5 dan/atau lebih
tua (Lampiran A2).
Nannoplankton
Kedalaman 143-149 kaki tidak ditemukan marker namun terdapat
kehadiran Triquetrorhabdulus carinatus yang dapat diinterpretasikan memiliki
umur NN2 dan lebih muda. Kedalaman 149-548 kaki terdapat kemunculan awal
Helicosphaera ampliaperta di kedalaman 548 kaki yang menjadi batas awal
umur NN2. Kedalaman 548-750 kaki diendapkan pada umur Zona NN1
dan/atau lebih tua, pada kedalaman tersebut terdapat kemunculan akhir dari
Cyclicargolithus abisectus yang menjadi batas akhir umur Zona NN1
(Lampiran A2).
Lingkungan pengendapan
143-149 kaki: Neritik Tengah
149-162 kaki: Litoral
162-285 kaki: Neritik Tengah
285-496 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas
496-506 kaki: Neritik Tengah
506-520 kaki: Neritik Dalam
520-532 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas
532-548 kaki: Neritik Tengah
548-586 kaki: Neritik Dalam
586-599 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas
599-647 kaki: Neritik Dalam
647-750 kaki: Supralitoral-Litoral
IV-8
diendapkan di Litoral. Kedalaman 162-285 kaki foraminifera planktonik
melimpah dan diendapkan di Neritik Tengah. Kedalaman 285-496 kaki
diendapkan di Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas dicirikan dengan
kelimpahan foraminifera planktonik berkurang dibandingkan kedalaman
sebelumnya dan kemudian foraminifera planktonik kembali bertambah dan
terdapat Bolivina spp., maka kedalaman 496-506 kaki diinterpretasikan
diendapkan di Neritik Tengah. Kedalaman 506-647 kaki terlihat terjadi
perubahan lingkungan pengendapan yang bersifat fluktuatif dari Neritik
Dalam, Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas, hingga Neritik Tengah
hal ini dapat dilihat dari kandungan foraminifera planktonik dan bentonik
pada kedalaman tersebut. Kedalaman 647-750 kaki diinterpretasikan
diendapkan di Supralitoral-Litoral dikarenakan tidak terdapat kandungan
foraminifera ataupun mikrofosil lainnya (Lampiran A2).
Umur
Foraminifera planktonik : 115-254 kaki: Zona N6 dan lebih muda
254-676 kaki: Zona N5
676-709 kaki: Zona N5 dan lebih tua
Nannoplankton : 115-124 kaki: Zona NN2 dan lebih muda
124-555 kaki: Zona NN2
555-709 kaki: Zona NN1 dan/atau lebih tua
Foraminifera planktonik
Kedalaman 115-254 kaki memiliki umur relatif Zona N6 dan lebih
muda, pada kedalaman ini tidak terdapat marker namun secara stratigrafi
kedalaman 115-254 kaki terletak di atas Zona N5. Kedalaman 254-676 kaki
memiliki umur relatif Zona N5, pada kedalaman ini terdapat kemunculan
akhir dari Globigerinoides primordius dan Globigerina ciproensis yang
menjadi batas akhir dari umur Zona N5 dan terdapat kemunculan awal dari
Globigerina primordius pada kedalama 539 kaki. Kedalaman 676-709 kaki
IV-9
memiliki umur relatif Zona N5 dan lebih tua, pada kedalaman ini hanya
terdapat kehadiran dari Globigerina foliata (Lampiran A3).
Nannoplankton
Kedalaman 115-124 kaki diendapkan pada umur Zona NN2 dan lebih
muda dicirikan dengan kehadiran Triquetrorhabdulus carinatus. Kedalaman
124-555 kaki memiliki umur relatif Zona NN2, pada kedalaman ini terdapat
kemunculan awal Helicosphaera ampliaperta di kedalaman 555 kaki yang
merupakan batas awal dari umur Zona NN2. Kedalaman 555-709 kaki
memiliki umur relatif Zona NN1 dan/atau lebih tua (Lampiran A3).
Lingkungan pengendapan
115-148 kaki: Neritik Dalam
148-149 kaki: Neritik Dalam Atas-Neritik Tengah Atas
149-150 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Bawah
150-254 kaki: Neritik Dalam
254-294 kaki: Neritik Tengah
294-302 kaki: Neritik Dalam Atas-Neritik Tengah Atas
302-504 kaki: Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas
504-539 kaki: Neritik Tengah
539-555 kaki: Neritik Dalam
555-564 kaki: Litoral Bawah-Neritik Dalam Atas
564-606 kaki: Litoral
606-650 kaki: Supralitoral-Litoral
650-676 kaki: Neritik Tengah
676-709 kaki: Supralitoral-Litoral
IV-10
Kedalaman 150-254 diinterpretasikan diendapkan di Neritik Dalam karena
pada kedalaman ini tidak hadirnya foraminifera planktonik dan terdapat
Ammonia becarii. Kedalaman 254-294 kaki diendapkan di Neritik Tengah
dicirikan dengan kehadiran Bolivina spp. yang cukup melimpah. Kedalaman
294-302 kaki diendapkan di Neritik Dalam Atas-Neritik Tengah Atas dan
kemudian muka air laut relatif naik dilihat dari foraminifera planktonik yang
semakin banyak sehingga kedalaman 302-504 kaki diinterpretasikan
diendapkan di Neritik Dalam Bawah-Neritik Tengah Atas dan kedalaman
504-539 kaki diendapkan di Neritik Tengah karena adanya Bolivina spp..
Kedalaman 539-555 kaki diendapkan di Neritik Dalam, kedalaman 555-564
kaki di Litoral Bawah-Neritik Dalam Atas, dan kedalaman 564-606 kaki di
Litoral, hal ini dicirikan tidak hadirnya foraminifera planktonik dan mulai
munculnya foraminifera bentonik penciri laut dangkal. Kedalaman 606-650
kaki tidak ditemukan kandungan foraminifera, baik planktonik maupun
bentonik sehingga diinterpretasikan diendapkan di Supralitoral-Litoral.
Kedalaman 650-676 kaki diinterpretasikan diendapkan di Neritik Tengah
karena kandungan foraminifera planktonik yang sangat melimpah dan pada
kedalaman 676-709 kaki tidak terdapat foraminifera sehingga
diinterpretasikan diendapkan di Supralitoral-Litoral (Lampiran A3).
IV-11
Gambar 4.3. Klasifikasi daerah pengendapan coastal dalam konteks dominasi
fluvial, gelombang, dan pasang surut, serta pengaruh dari fluktuasi muka air laut
relatif (Boyd, dkk., 1992; dalam Woodroffe, C., D., 2002).
IV-12
Gambar 4.4. Model proses sedimentasi Lapangan Duri (Abiratno, 1976; dalam
Johannesen dan Lyle, 1990).
Endapan deltaik yang terdapat pada ketiga sumur penelitian antara lain:
endapan Prodelta, Delta front, Mouth bar, Interdistributary, Interdistributary
channel, dan Distributary channel. Pembagian tipe endapan deltaik tersebut
dilihat dari analisis biostratigrafi (penentuan lingkungan pengendapan) dan pola
log Gamma Ray (Gambar 4.5.).
IV-13
Gambar 4.5. Karakteristik pola wireline log untuk lingkungan pengendapan
(Kendal, 2003).
IV-14
menjadi pola blocky aggrading yang mendakan endapan HST. Perubahan
pola log ini secara stratigrafi sekuen mengindikasikan terjadinya kenaikan
muka air laut relatif. Kemudian pada interval kedalaman 615 kaki, analisis
mikrofosil menunjukkan bahwa foraminifera (baik foram planktonik dan
bentonik) cukup melimpah. Dan dari analisis lingkungan berdasarkan
mikrofosil, menunjukkan lingkungan pengendapan Neritik Tengah (Lampiran
A1). Hal ini mengindikasikan kandidat MFS1 berada pada kedalaman
tersebut.
IV-15
TST
HST
TST
LST
Keterangan:
Batupasir
HST
Batulempung
TST Batulanau
LST
Prodelta
Delta front
Mouth bar
Interdistributary
Interdistributary channel
HST Distributary channel
Gambar 4.6. Interpretasi stratigrafi sekuen Sumur RST-1887.
IV-16
IV.4.2. Interpretasi Stratigrafi Sekuen Sumur RST-3686
IV-17
HST
LST
HST
TST
LST
Keterangan:
HST
Batupasir
TST
LST Batulempung
HST
Batulanau
TST Prodelta
?
? Delta front
Mouth bar
Interdistributary
?
Interdistributary channel
LST
Distributary channel
IV-18
IV.4.3. Interpretasi Stratigrafi Sekuen Sumur RST-3697
IV-19
HST
TST
LST
TST
LST
Keterangan:
HST Batupasir
Batulempung
Batulanau
TST
? Prodelta
? Delta front
LST Mouth bar
? ?
Interdistributary
TST Interdistributary channel
?
LST
Distributary channel
IV-20
IV.4.4. Korelasi Sratigrafi Sekuen Ketiga Sumur
IV-21
HST HST
LST
TST
HST TST
LST
TST
TST
LST HST
LST TST
U
LST
HST
RST-3697
HST
TST
LST RST-3686
HST
TST HST
?
? TST TST
LST
? LST
?
?
? RST-1887
TST
?
LST
LST HST
Gambar 4.9. Korelasi stratigrafi sekuen Sumur RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur RST-3697.
IV-22
HST HST
LST
TST
HST
LST
TST
TST
LST
LST
TST
HST HST
HST
TST
TST TOP NN1
LST U
TST HST
?
LST
? ? TST ? RST-3697
LST
? ?
TST
? RST-3686
LST
?
HST
LST
TST
Gambar 4.10. Korelasi stratigrafi sekuen Sumur RST-1887, Sumur RST-3686, dan Sumur LST RST-1887
HST
IV-23
Berdasarkan hasil interpretasi, secara umum didapatkan adanya lima
siklus sekuen. Namun hanya ada 2 sekuen yang lengkap dari 5 sekuen yang
ada, hal ini disebabkan batas lingkup kajian di daerah penelitian tidak
mencakup seluruh bagian dari proses perulangan yang terjadi pada daerah
penelitian. Siklus sekuen tersebut ditandai dengan adanya perulangan batas
sikuen atau SB (Sequence Boundary).
Proses yang terjadi pada Zona NN1 dan/atau lebih tua ini merupakan
kejadian pada fasa sagging. Pada fasa ini, terlihat melalui ketiga sumur yang
ada bahwa topografi pada bagian timur laut dari daerah penelitian merupakan
daerah tinggian dan pada bagian selatan merupakan daerah cekungannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa proses
sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian berlangsung dari arah utara
ke selatan (Gambar 4.10., Lampiran B).
IV-24