Anda di halaman 1dari 58

PERENCANAAN TATA LETAK (LAYOUT) DAN KAPASITAS PARKIR

KENDARAAN SEPEDA MOTOR DI UNIVERSITAS LAMBUNG

MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK BANJARBARU

Oleh:
NAMA : ALFIANSYAH RIADY
NIM : H1F114009

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

BANJARBARU

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas selesainya makalah yang berjudul “Perencanaan Tata Letak dan

Kapasitas Parkir Kendaraan Sepeda Motor di Universitas Lambung

Mangkurat Fakultas Teknik Banjarbaru”. Atas dukungan moral dan materi

yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, S.T., M.Kes., selaku Dosen

pembimbing mata kuliah Perencanaan Tata Letak Pabrik.

2. Teman - teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan

untuk penyempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, oktober 2017

Alfiansyah Riady

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar belakang ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ............................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................. 5

2.1 Maksud, Tujuan serta Ruang Tata Letak Pabrik serta Peta

Proses Operasi dan Peta Perakitan...................................... 6

2.2 Routing Sheet dan Multi Product process chart ........... 12

2.3 Material Handling Planning Sheet (MHPS) dan Perhitungan

Luas Lantai Produksi............................................................. 15

2.4 Struktur Organisasi & Perencanaan SDM dengan Form-To

Chart dan Outflow Inflow & Skala Prioritas ......................... 20

iii
2.5 Konstruksi Tata Letak Awal Produksi Analisis CRAFT… 24

2.6 Konstruksi Tata Letak Akhir Produksi dan Activity Relation

Chart ....................................................................................... 26

2.7Analisis Corelap dan Area Allocation Diagram (AAD) .. 30

2.8 Template ........................................................................... 32

2.9 Pengertian Parkir ............................................................. 36

2.10Satuan Ruang Parkir ....................................................... 36

2.11 Akumulasi Parkir ............................................................ 37

2.12 Penentuan Kebutuhan Parkir ........................................ 38

2.13 Pola Parkir ...................................................................... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 39

3.1 Objek Penelitian............................................................... 39

3.2 Alat dan Bahan ................................................................ 39

3.3 Metode Pengumpulan Data............................................. 40

3.4 Jenis Penelitian ............................................................... 40

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................. 41

4.1 Hasil Penelitian ................................................................ 41

a. Gambaran hasil survei inventaris ruang parkir ........ 41

b. Akumulasi parkir sepeda motor ................................ 41

iv
c. Jumlah satuan ruang parkir ....................................... 45

d. Perencanaan parkir ..................................................... 45

BAB V PENUTUP ............................................................................ 49

5.1 Kesimpulan ...................................................................... 49

5.2 Saran ................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 51

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 kebutuhan ruang parkir sepeda motor ................ 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram garis survei pada hari selasa ............ 42

Gambar 4.2 Diagram garis survei pada hari rabu .............. 43

Gambar 4.3 Diagram garis survei pada hari kamis............. 43

Gambar 4.4 Diagram garis survei pada hari jum’at ............ 44

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

universitas Lambung Mangkurat sebagai institut pendidikan

memiliki fasilitas parkir kendaraan bermotor baik roda 4 maupun roda

2 sebagai fasilitas penunjang operasional kampus. Oleh karenanya

fisilitas parkir kendraan bermotor yang efektif akan membantu

kelancaran proses belajar-mengajar yang merupakan inti dari

operasional Universitas Lambung Mangkurat. Tentunya efektifitas

fasilitas parkir tersebut tidak terlepas dari tata letak dan kapasitas

parkir kendraan bermotor yang telah di sediakan oleh pihak

universitas serta pelayanan yang diberikan di fasilitas parkir tersebut.

Secara teori tata letak atau pengaturan dan kapasitas dari

fasilitas produksi dan area kerja yang ada merupakan landasan

utama dalam dunia industri. Tujuan dari tata letak adalah untuk

memberikan efektifitas maupun efisiensi selama proses produksi

barang atau jasa dari suatu industri. Perencanaan yang tepat dalam

pengaturan letak fasilitas berdampak pada kelancaran serta

keteraturan proses kerja dan efisiensi yang dapat meningkatkan

produktifitas produksi. Sedangkan tujuan perencanaan kapasitas

adalah pencapaian tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian

1
investasi yang tinggi, dimana penetapan ukuran fasilitas sangatlah

menentukan (Heizer dan Render, 2009:532).

Kendaraan dalam hal ini kendraan sepeda motor sebagai

alat transportasi, akan bergerak atas kehendak dan kemauan

pengendara sehubungan dengan kegiatan yang hendak dilakukan

oleh pengendara tersebut. Pergerakan yang dilakukan dari suatu

tempat akan berhenti setelah sampai tempat tujuannya dan

pengendara memarkir kendraannya untuk kemudian melakukan

kegiatan sehari-harinya.

Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan

diakhiri ditempat parkir, oleh karena itu ketersediaan ruang parkir

diperlukan bagi pengguna kendaraan sehingga aktifitas yang akan

dilakukan dapat terlaksana pada waktunya. Ketersediaan ruang

parkir tidak terlepas dari pengaturan tata letak ruang parkir yang

efektif dan kapasitas ruang parkir serta pelayanan parkir yang baik

sehingga dapat mengoptimalkan fasilitas parkir kendaraan, dalam

hal ini fasilitas parkir kendraan motor yang ada di Universitas

Lambung Mangkurat, Fakultas Teknik yang merupakan lembaga

pendidikan perguruan tinggi berlokasi di jalan jend. Ahmad Yani Km.

36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Bidang atau areal parkir tentunya mempunyai angka maksimal

dalam menampung jumlah kendaraan. Penggunaan fasilitas parkir

merupakan suatu keperluan yang penting sebagai tempat untuk

menitipkan kendaraan bila kita ingin berkunjung kesuatu tempat,

2
namun kendala yang sering dialami dalam penggunaan fasilitas

parkir tersebut adalah tempat parkir sering sekali penuh namun tidak

ada petunjuk parkir penuh, sehingga waktu terbuang dalam mencari

ruang parkir, dan tata letak kendaraan yang parkir sering sekali tidak

beraturan, sehingga pengunjung merasa kurang nyaman dan tidak

bisa memarkirkan kendaraan mereka dengan baik.

Dari hasil pengamatan, di saat jam – jam tertentu ataupun ada

suatu acara yang dilaksanakan di fakultas Teknik ULM terjadi

lonjakan kebutuhan ruang parkir. Hal ini tentunya perlu dievaluasi

apakah efektifitas lahan parkir yang telah disediakan mencukupi

sehingga penguna kendaraan tidak harus parkir di luar areal parkir

karena penataan pola parkir yang kurang teratur mengakibatkan

ruang parkir yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan secara optimal,

untuk diperlukan penataan ulang lahan parkir serta meningkatkan

kualitas pelayanan sehingga pengguna kendaraan motor dapat

memarkirkan kendaraan lebih cepat. Berdasarkan observasi yang

sudah dilakukan didapatkan luas parkir saat penuh adalah 378m 2.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil judul

Perencanaa Tata Letak (layout) dan Kapasitas Parkir Kendaraan

Sepeda Motor di Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Teknik

Banjarbaru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

3
a. Bagaimana akumulasi parkir dan perhitungan kapasitas parkir di

Universitas Lambung Mangkurat?

b. Bagaimana desain Tata Letak ruang parkir kendaraan sepeda

motor yang baik dan efisien di Fakultas Teknik?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dengan batasan.

Lokasi penelitian dibatasi hanya pada parkir kendaraan sepeda

motor yang telah disediakan oleh Universitas Lambung Mangkurat,

Fakultas Teknik Banjarbaru.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Mengetahui akumulasi parkir dan kapasitas parkir di Universitas

Lambung Mangkurat, Fakultas Teknik Banjarbaru untuk

kendaraan sepeda motor yang memanfaatkan ruang parkir

tersebut.

b. Membuat desain Tata Letak ruang parkir yang ideal dengan tujuan

agar dapat mengefektifkan ruang parkir kendaraan motor bagi

pengunjung Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas Teknik

Banjarbaru.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang evaluasi tata letak parkir kendaraan Fakultas

Teknik Banjarbaru Universitas Lambung Mangkurat diharapkan

memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut:

4
a. Memberikan solusi yang lebih mengefektifkan masalah parkir

kendaraan sepeda motor Universitas Lambung Mangkurat,

Fakultas Teknik Banjarbaru.

b. Bagi para pengendara sepeda motor khususnya mahasiswa agar

mereka memarkirkan kendaraan sesuai dengan aturan parkir

Fakultas Teknik Banjarbaru.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Maksud, Tujuan serta Ruang Tata Letak Pabrik serta Peta

Proses Operasi dan Peta Perakitan

a. Definisi dan hubungannya dengan perencanaan tata letak pabrik

Tujuan strategi tata letak adalah membangun tata letak yang

ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan.

(Haizer dan Render, 2009:532).

Perencanaan tata letak termasuk fase dalam desain suatu

system produksi baik barang maupun jasa. Desain tata letak harus

mempertimbangkan bagaimana dapat mencapai hal – hal berikut.

(Heizer dan Render, 2009:532)

1. Layout yang baik adalah bagaimana memperoleh

penggunaan yang tinggi pada masing-masing ruangan.

2. Memperbaiki arus informasi, bahan baku, dan orange

3. Memperbaiki moral pekerja dan menciptakan kondisi kerja

yang lebih aman.

4. Memperbaiki interaksi pelanggan dan klien.

5. Pertimbangan yang kelima atau yang terakhir adalah

fleksibilitas.

Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganalisis,

membentuk konsep, dan mewujudkan system pembuatan barang tau

jasa. Rancangan ini pada umumnya digambarkan sebagai rancangan

lantai, yaitu satu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan,

6
dan sarana lainnya) untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas

pelaksana, aliran barang, aliran informasi, dan tata cara yang

diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara ekonomis dan aman

(Apple, tahun 1990: 2). Tata letak pabrik juga merupakan salah satu

bagian terbesar dari suatu studi perancangan fasilitas (facilities design).

Facilities design sendiri terdiri dari pelokasian pabrik (plant location) dan

perancangan gedung (building design) dimana sebagaimana diketahui

bahwa antara tata letak pabrik (plant layout) dengan penanganan

material (material handling) saling berkaitan erat (Fred E. Meyers, tahun

1993:1).

b. Perhitungan Tata Letak Pabrik

Perhitungan tata letak yang baik dapat memperlihatkan suatu

penyusunan daerah kerja yang paling ekonomis untuk dijalankan,

disamping itu akan menjamin keamanan dan kepuasan kerja dari

pegawai. Prestasi kerja dapat meningkat bila penyusun tata letak

pabrik dilakukan dengan baik dan aktif. Selain itu, material handling

sangat berpengaruh 50% sebagai penyebab kecelakaan yang terjadi

dalam industri dan merupakan 40% dari 80% seluruh biaya

operasional. Dalam pelaksanaannya , tata letak dan material handling

tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

c. Prosedur Perancangan Tata Letak Pabrik

Dalam perencanaan suatu tata letak pabrik yang baik digunakan

prosedur yang tahapannya merupakan suatu petunjuk untuk menjamin

7
adanya hubungan yang selaras bagi setiap aspek. Berikut ini akan

diuraikan tahapan perencanaan tata letak pabrik :

1. Mendapatkan data dasar

2. Menganalisis data dasar

3. Merancang proses produksi

4. Merencanakan pola aliran barang

5. Mempertimbangkan rencana pemindahan bahan menyeluruh

6. Menghitung kebutuhan peralatan

7. Merencanakan stasiun kerja mandiri

8. Mempertimbangkan jenis bangunan

9. Membangun tata letak induk

10. Mengevaluasi, menyesuaikan, dan memeriksa tata letak

dengan orang yang tepat

11. Memperoleh persetujuan

12. Membangun tata letak

13. Mengikuti pelaksanaan tata letak

14. Menentukan apa yang akan dibuat

15. Menentukan berapa banyak produk akan dibuat

16. Menentukan komponen (part) yang akan dibeli dan akan

dibuat

17. Menentukan bagaimana memproduksi setiap komponen

yang dibuat

18. Menentukan urutan perakitan

19. Menentukan waktu standar dari setiap operasi

8
20. Menentukan laju produksi pabrik

21. Menentukan jumlah mesin yang dibutuhkan

d. Pengertian Peta Produksi dan Macam-Macam Peta Produksi

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan

kerja secara sistematis dan jelas ( biasanya kerja produksi ). Lewat

peta – peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang

dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk praktikum ( berbentuk

bahan baku ), kemudian menggambarkan semua langkah yang

dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan

perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap.

Pada dasarnya peta –peta kerja sekarang ini dibagi dalam dua

kelompok besar bedasarkan kegiatannya, yaitu peta – peta kerja yang

digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan dan peta –

peta kerja yan digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.

Dalam hal ini tentunya kita harus membedakan antara kegiatan kerja

keseluruhan dan kegiatan kerja setempat. Suatu kegiatan disebut

kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan kerja tersebut melibatka

sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat

produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kerja

setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja

yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah

terbatas. Masing – masing peta kerja yang akan dibahas berikut ini

semuanya termasuk dalam kelompok diatas, antara lain kelompok

9
kegiatan kerja keseluruhan,yaitu peta proses, peta aliran proses, peta

proses kelompok kerja dan diagram aliran. Kemudian kegiatan kerja,

yaitu peta kerja dan mesin, peta tangan kiri dan tangan kanan.

Keenam peta peta kerja diatas merupakan peta yang paling banyak

digunakan dan akan dibahas secara lengkap dan dalam tulisan ini.

e. Penjelasan mengenai Peta Operasi dan Peta Perakitan

peta proses operasi ini merupakan suatu diagram yang

menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahn-

bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak

dari awal sampai akan menjadi prodak jadi utuh maupun sebagai

kompenen dan juga membuat informasi-informasi yang diperlukan

untuk analisa lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang

digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. Jadi dalam

suatu peta proses, yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi

dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicatat

tentang penyimpangan.

Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukan urutan-

urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan

penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur yang

berlangsung.

f. Analisa Peta Operasi dan Peta Perakitan

Untuk bisa menggambarkan peta proses operasim dengan baik,

ada beberapa prinsip yang perlu diikuti sebagai berikut ialah pertama-

10
pertama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “peta proses

operasi” peta proses operasi yang diikuti oleh identifikasi lain seperti

nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau

cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar.

Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang

menunjukan terjadinya perubahan proses, material yang akan diproses

diletakkan diatas garis horizontal, yang menunjukan bahwa material

tersebut masuk kedalam proses. Penomoran terhadap satu kegiatan

operasi diberikan secara berurutan sesuai operasi yang dibutuhkan

untuk membuat produk tersebut atau sesuai proses yang terjadi. Dan

penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan secar tersendiri dan

prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari

susunan lantai dan gedung yang menunjukan lokasi dari semua

aktivitas dalam peta aliran proses. Aktivitas yang berarti pergerakan

suatu material atau orang dari suatu tempat ketempat berikutnya,

dinyatakan dalam garis proses aliran diagram tersebut. Arah aliran

digambarkan oleh anak panah kecil pada garis aliran tersebut.

Kegunaan diagram aliran, kegunaan suatu diagram aliran dapat

diuraikan sebagai berikut ialah untuk memperjelas suatu aliran proses

dan menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja.

Prinsip-prinsip pembuatan diagram aliran, pertama harus dibuat

judul peta yang diikuti oleh identifikasi lainnya, untuk membuat suatu

diagram aliran, si penganalisa harus mengidentifikasi setiap aktivitas

11
dengan lambang dan nomor yang sesuia dengan yang digunakan

dalam peta aliran proses dan arah gerakan dinyatakan oleh anak

panah kecil yang dibuat secara periodik sepanjang garis aliran.

2.2 Routing Sheet dan Multi Product process chart

a. Penjelasan mengenai Pengurutan Produksi

Pengurutan produksi (routing sheet) adalah tabulasi langkah-

langkah yang dicakup dalam memproduksi komponen tertentu dan

rincian yang perlu dari hal-hal yang berkaitan. Pengurutan produksi

menjadi tulang punggung kegiatan produksi yang merupakan

pengumpulan kembali semua data yang dikembangkan oleh

rekayasawan proses dan alat komunikasi pokok antara rekayasawan

produk dan orang produksi. Routing sheet ini sering disebut juga

dengan lembar proses atau lembar operasi (Apple, 1990)

Lembar urutan proses atau lembar operasi adalah tabulasi langkah-

langkah yang dicakup dalam memproduksi komponen tertentu dan

rincian yang perlu dari hal-hal yang berkaitan (Apple, 1990). Lembar

urutan proses terutama ditujukan untuk mengetahui jumlah mesin

atau peralatan produksi yang diperlukan dalam memenuhi jumlah

produksi yang diinginkan dengan memperhatikan persentase bahan

baku yang terbuang, kapasitas mesin atau peralatan dan efisiensi

departemen atau pabrik.

12
b. Analisis Routing Sheet

Cara pengisian tabel urutan proses, yaitu untuk kolom (1), kolom

(2) dan, kolom (3) menggunakan data yang ada pada peta proses

operasi. Kolom (4) terlebih dahulu mengisi jumlah produk akhir yang

diingikan pada akhir aktivitas, kemudian untuk pengisisan kolom (5)

persentasi buangan, berdasarkan pada peta proses operasi. Pada

kolom (6) diisi dengan jumlah produk yang harus disiapkan pada awal

aktivitas dengan memperhitungkan % buangan yang pada aktivitas

yang bersangkutan. Sedangkan kolom (7) yaitu efesiensi mesin, faktor

efesiensi kerja mesin yang disebabkan adanya persiapan mesin

sebelum digunakan, waktu perbaikan, maupun hal-hal lain yang

menyebabkan terjadinya waktu tunggu, dimana harga umum yang

diambil dalam hal ini berkisar antara 0,8-0,9 (Wignjosoebroto, 2000).

Perhitungan kolom (8) produksi mesin/ jam adalah hasil produksi

dalam satu jam (kapasitas/jam), yaitu kapasitas alat teoritis/jam

menunjukkan jumlah unit komponen yang dapat diproses oleh alat

atau mesin dalam jangka waktu kerja yang tersedia. Kolom (9) adalah

jumlah mesin teoritis yang dapat dihitung dengan rumus:

Rumus Routing Sheet

13
c. MPPC (Multi Product Process Chart)

MPPC (Multi Product Process Chart) adalah suatu diagram yang

menunjukkan urutan untuk masing-masing komponen yang akan

diproduksi. Peta MPPC juga dapat berguna sebagai gambaran umum

yang berkaitan dengan langkah-langkah pengerjaan dari setiap

produk yang ada pada waktu proses tertentu sehingga diperoleh

informasi tentang kesamaan proses dari setiap produk dengan yang

lainya. Berdasarkan MPPC juga dapat diketahui aliran balik

(backtracking) dan pola aliran yang tidak sesuai dengan urutan proses

(Lutfah Ariana, 2005).

Informasi yang dapat diperoleh dari MPPC ini adalah jumlah aktual

mesin yang dibutuhkan. Terdapat ketentuan-ketentuan yang berlaku

di dalam MPPC, diantaranya adalah pembulatan ke atas jika angka di

belakang koma dibagi dengan angka didepan koma jika lebih besar

dari 0,1 maka dilakukan pembulatan ke atas. Ketentuan lainnya

adalah pembulatan ke bawah jika angka di belakang koma lebih kecil

dari 0,1 dan jika jumlah mesin teoritis lebih kecil dari satu maka

dibulatkan menjadi 1 (http://library.binus.ac.id).

Biasanya Multi Product Process Chart sangat berguna sebagai

petunjuk teman kerja dalam suatu proses produksi dan terdapat pula

kegunaan lainnya. Fungsi lain dari MPPC diantaranya adalah untuk

menghitung jumlah mesin atau mesin teoritis, untuk keperluan

membuat setiap komponen, menentukan jumlah mesin setiap unit dan

14
jumlah operator (Harahap,2006). Peta proses produksi ialah suatu

diagram yang menggambarkan aliran atau urutan operasi kerja tiap

elemen produk disetiap mesin atau stasiun kerja (Wignjosoebroto,

2000).

d. Prinsip Pembuatan MPPC

Dengan membuat diagram ini dapat diperoleh gambaran umum

mengenai tata letak mesin atau fasilitas produksi yang seharusnya

dirancang. Berdasarkan peta tersebut akan dapat dipelajari dan

dianalisis dua hal yang memiliki pengaruh yang cukup nayta dalam

perancangan tata letak seperti: Aliran balik dimana hal ini ditunjukkan

dengan adanya ”aliran balik” akibat fasilitas produksi tidak

ditempatkan sesuai dengan urutan prosesnya, dan pengelompokkan

pola aliran yaitu pengelompokkan komponen yang memiliki urutan

proses pengerjaan dan menggunakan mesin yang sama.

15
2.3 Material Handling Planning Sheet (MHPS) dan Perhitungan Luas

Lantai Produksi

a. Pengertian MHPS

Pemindahan bahan atau material handling merupakan istilah

terjemahan dari material handling adalah suatu aktivitas yang sangat

penting dalam kegiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan

perencanaan tata letak fasilitas produksi (Wignjosoebroto, 2000).

Material Handling Planning Sheet (MHPS) merupakan suatu tabel

yang digunakan untuk menghitung biaya penanganan bahan. Disini

dilakukan minimasi biaya penanganan bahan tetapi dengan tidak

mengabaikan prinsip-prinsip pemindahan bahan, prinsip-prinsip

tersebut adalah seluruh aktivitas pemindahan harus direncanakan,

mengoptimasi aliran bahan dengan merencanakan sebuah urutan

operasi dan pengaturan peralatan, mengurang mengkombinasi dan

menghilangkan pergerakan atau peralatan yang tidak diperlukan,

memanfaatkan prinsip gravitasi bagi pergerakan bahan jika

memungkinkan, meningkatkan jumlah, ukuran dan berat muatan yang

dipindahkan, menggunakan peralatan pemindahan yang mekanis dan

otomatis, mengurangi waktu non produktif dari peralatan dan tenaga

kerja (Apple 1990).

b. Peralatan Material Handling

Peralatan material handling yang biasanya dipergunakan dalam

suatu perusahaan pabrik dapat dibedakan atas sebagai berikut: Fixed

path equipment yaitu peralatan material handling yang sudah tetap

16
(fixed) digunakan suatu proses produksi,dan dapat digunakan untuk

maksud-maksud lain. Sifat-sifat dari fixed path equipment ialah:

biasanya tergantung atau ditentukan oleh proses produksi. Sifatnya

sudah tetap (fixed) tidak fleksibel, karena hanya digunakan untuk

mengangkut barang-barang atau bahan-bahan secara terus-menerus

dan tidak dapat digunakan untuk maksud yang lain. Mesin-mesin atau

peralatan ini biasanya menggunakan kekuatan tenaga listrik. Contoh

fixed path equipment adalah: ban berjalan (conveyor), ada yang

diletakkan di atas ruang dan ada di lantai, derek (cranes), lift

(elevator), kereta api (Unikom, 2011).

Varied Path Equipment, yaitu peralatan material handling yang

sifatnya fleksibel dapat dipergunakan untuk bermacam-macam tujuan

dan tidak khusus untuk mengangkut atau memindahkan bahan-

bahan/barang-barang tertentu. Sifat-sifat dari varied ialah: biasanya

tidak tergantung dari proses produksi. Dapat dipergunakan bermacam-

macam operasi. Mesin-mesin atau peralatan semacam ini biasanya

digunakan dengan kekuatan tenaga manusia atau tenaga mesin

(motor). Contoh dari varied path equipment adalah bermacam-macam

truk, forktruck atau forklift, kereta dorong (Mercubuana, 2010).

Pemilihan jenis alat angkut didasari terhadap besar beban material

yang harus dipindahkan, dimana jenis alat angkut yang dipergunakan

bergantung pada spesifikasi alat angkut dalam melakukan operasinya.

Beberapa alat-alat angkut yang biasa dipergunakan adalah: Alat

angkut dengan menggunakan tenaga manusia <20 kg. Alat angkut

17
dengan menggunakan walky pallet (20-50 kg). Alat angkut dengan

menggunakan lift truck (di atas 50 kg). Setelah ditentukan alat angkut

yang akan digunakan, maka selanjutnya dapat ditentukan ongkos alat

angkut berdasarkan jarak tempuh (meter gerakan). Seperti telah

dikatakan bahan plant lay out dan material handling seharusnya

berjalan bersamaan. Oleh karena itu plant lay out yang dibuat haruslah

mencerminkan banyaknya kebutuhan atas kegiatan material handling

dari suatu tingkat proses ke tingkat proses berikutnya (Mercubuana,

2010).

c. produksi / manufaktur

Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan

mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk

mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini

bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai

ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih

sering digunakan untuk dunia industri, di mana bahan baku diubah

menjadi barang jadi dalam skala yang besar.

d. Receiving dan Shipping

Luas lantai gudang bahan baku ini terdiri dari model tumpukan dan

rak. Untuk memberi gambaran dari cara penyimpanan bahan baku di

gudang, maka perlu digambarkan bagaimana cara penyimpanan

material tersebut (baik model tumpukan maupun model rak), sehingga

18
luas lantai yang dipakai sesuai dengan hasil perhitungan. Gambaran

yang dibuat harus memberi penjelasan mengenai:

 Tinggi memuat berapa tumpuk

 Lebar memuat berapa tumpuk

 Panjang memuat berapa tumpuk

Sehingga jika dijumlahkan, material yang tergambar sesuai dengan

material per satu periode yang akan disimpan. Demikian juga untuk

model rak, luas lantai yang dibutuhkan adalah lahan yang diperlukan

berdasarkan kebutuhan hasil perhitungan setelah disimpan dalam rak

sesuai dengan tinggi dan lebar maksimum dari rak serta cara

penyimpanan di dalam rak.

Shipping ialah data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai

gudang barang jadi antara lain adalah: nomor komponen, nama

komponen, dan tipe barang jadi

e. Warehouse

Pengertian Warehouse, warehouse dapat digambarkan sebagai

bagian dari suatu sistem logistik sebuah perusahaan yang berfungsi

untuk menyimpan produk dan menyediakan informasi mengenai status

serta kondisi material/persediaan yang disimpan di gudang, sehingga

informasi tersebut selalu up-to-date dan mudah diakses oleh siapa pun

yang berkepentingan.

Gudang (warehouse) merupakan komponen penting dari rantai

pasokan modern. Rantai pasokan melibatkan kegiatan dalam berbagai

19
tahap: sourcing, produksi, dan distribusi barang, dari penanganan

bahan baku dan barang dalam proses hingga produk jadi.

pengertian warehouse, warehouse merupakan bagian integral dari

rantai pasokan. Tren tantangan dalam rantai pasokan, seperti

peningkatan volatilitas pasar, dan kebutuhan untuk memperpendek

lead time pelanggan, semua berdampak pada peran yang diharapkan

dari adanya gudang.

2.4 Struktur Organisasi & Perencanaan SDM dengan Form-To Chart

dan Outflow Inflow & Skala Prioritas

a. Peranan Struktur Organisasi dan Perencanaan SDM dalam Tata

Letak Pabrik

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat sentral dalam

organisasi. Apapun bentuk dan tujuannya, organisasi dibuat

berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia. Begitu pula

dalam pelaksanaan misinya maka dikelola dan diurus oleh manusia.

Dengan demikian manusia merupakan faktor yang sangat strategis

dalam semua kegiatan organisasi. Agar dapat mengatur dan

mengurus sumber daya manusia berdasarkan visi organisasi

sehingga tujuan organisasi tercapai maka dibutuhkan ilmu, metoda

dan pendekatan pengelolaan sumber daya manusia atau yang sering

disebut dengan manajemen sumber daya manusia. Ini berarti bahwa

manajemen sumber daya manusia juga menjadi bagian dari ilmu

manajemen (management science) yang mengacu kepada fungsi

manajemen yang dalam pelaksanaannya meliputi proses-proses

20
perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan

mengendalikan. Peran sumber daya manusia dari waktu ke waktu

akan semakin strategis terhadap perkembangan dan dinamika

organisasi, seperti yang diungkapkan oleh (Foulkes, 1975).

b. pengertian from to chart

From to chart (FTC) adalah suatu teknik konvensional yang umum

digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan

bahan dalam suatu proses produksi. From to chart merupakan

adaptasi dari mileage chart yang umumnya dijumpai pada suatu peta

perjalanan (road map), sehingga menunjukan total berat beban.

From to chart (FTC) kadang-kadang disebut sebagai trip frequency

chart atau Travel Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum

digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan

bahan dalam suatu proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk

kondisi-kondisi dimana banyak item yang mengalir melalui suatu area

seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-lain

(Wignjosoebroto, 2000).

From to chart (FTC) adalah salah satu kebanyakan teknik sekarang

ini yang digunakan dalam layout dan kerja tranfor perusahaan, hal ini

terutama membantu dimana kebanyakan catatan aliran melalui suatu

tempat, seperti bengkel kerja, bengkel mesin besar, kantor atau

fasilitas lain (Harahap, 2006).

c. Kegunaan From-To Chart

21
From to chart (FTC) merupakan salah satu teknik konvensional

yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan

pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. From to chart

(FTC) merupakan adaptasi dari mileage chart yang umum dijumpai

pada suatu peta perjalanan, angka-angka yang terdapat dalam suatu

from to chart akan menunjukan total dari berat beban yag harus

dipindahkan, jarak perpindahan, volume atau kombinasi dari faktor

biaya dan biasanya diisi dengan biaya total dari material handling

untuk tiap-tiap perpindahan yang terjadi (Unikom, 2011).

d. Penjelasan mengenai pembuatan From-To Chart, Outflow Chart

dan Inflow Chart

From to chart juga dikenal sebagai travel chart atau cross chart,

umunya terdiri dari besaran-besaran aliran material antara dua

bagunan departemen atau mesin. Peta from to chart memberikan

informasi mengenai jumlah perjalanan material handling antara dua

pusat aktifitas dan total jarak material handling. Flow to chart dibagi

menjadi dua yatu from to chart inflow dan from to chart outflow. From

to chart inflow merupakan koefisien atas ongkos pada from to chart

dilihat dari ongkos yang masuk ke suatu mesin. Berikut ini adalah

rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk from to chart inflow

(Harahap, 2006).

22
From to chart outflow merupakan koefisien atas ongkos pada from

to chart dilihat dari ongkos yang keluar dari suatu mesin. Berikut ini

merupakan rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk from to

chart outflow adalah sebagai berikut (Harahap, 2006).

From to chart biasanya sangat berguna apabila barang yang

mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti misalnya di

bengkel, kantor, dan lain-lain. Juga berguna apabila keterkaitan terjadi

antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan

kegiatan optimum. Kegunaan from to chart antara lain adalah untuk

menganalisis perpindahan bahan, sebagai perencanaan pola aliran,

penentuan lokasi kegiatan, pemendekan jarak perjalanan selama

proses, perbandingan pola aliran atau letak pengganti, penukuran

efisiensi pola aliran, perinupaan perpindahan bahan, menunjukan

ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lanya, menunjukan

volume perpindahan antar kegiatan, menunjukan keterkaitan lintas

produksi, menujukan masalah kemungkinan antara beberapa produk,

komponen, barang, bahan, dan lain sebagainya (Binus, 2004).

From to chart atau peta dari ke- secara umum mempunyai beberapa

keuntungan dan kegunaan yaitu menganalisa perpindahan bahan,

perencanaan pola aliran, mengukur effesiensi pola aliran,

menunjukkan ketergantungan suatu aktivitas dengan aktivitas lainnya,

23
merencanakan hubungan antara sejumlah produk, bagian, item dan

lainnya, menggambarkan jumlah hubungan antara aktivitas dan

pergerakkan diantaranya, memperpendek jarak perjalanan dalam

suatu proses (Apple, 1990).

2.5 Konstruksi Tata Letak Awal Produksi Analisis CRAFT

a. Prinsip, Fungsi dan Tujuan CRAFT

Sejak tahun 1983 teknik CRAFT (Computerized Relative Allocation

of Facilities Techniques) bertujuan untuk meminimumkan biaya

perpindahan material, dimana biaya perpindahan material

didefenisikan sebagai aliran produk, jarak dan biaya unit

pengangkutan. CRAFT awalnya dipresentasikan oleh Armour dan

Bufa. CRAFT merupakan contoh program tipe teknik Heuristic yang

berdasarkan pada interpretasi Quadratic Assignment dari program

proses layout, yaitu mempunyai kriteria dasar yang digunakan

meminimumkan biaya perpindahan material, dimana biaya ini

digambarkan sebagai fungsi linier dari jarak perpindahan. Fungsi

tujuan dari CRAFT adalah:

F = max/min Σ ij Cij W ij Dij ......................... (2.4)

Dimana:

Cij = Ongkos aliran antar departemen

W ij = Frekuensi aliran antar departemen

Dij = Jarak antar departemen

24
b. Input CRAFT

CRAFT memerlukan input yang berupa biaya perpindahan material.

Input biaya perpindahan berupa biaya per satuan perpindahan per

satuan jarak (ongkos material handling per satuan jarak atau OMH

per satuan jarak). Asumsi-asumsi biaya perpindahan material adalah

sebagai berikut:

1. Biaya perpindahan tidak tergantung (bebas) terhadap

utilisasi peralatan.

2. Biaya perpindahan adalah linier terhadap panjang

perpindahan.

3. Algoritma CRAFT melakukan pertukaran dua atau tiga

departemen sekaligus. Untuk setiap pertukaran, CRAFT

menghitung ongkos transportasinya. Pertukaran yang

menghasilkan ongkos terbesar akan dipilih atau dicetak

dalam tata letak. Prosedur ini berlanjut sampai tidak ada

lagi pertukaran lokasi yang menghasilkan ongkos lebih

kecil dari ongkos tata letak saat ini. CRAFT hanya dapat

melayani pertukaran sampai 40 departemen. CRAFT

merupakan sebuah program perbaikan. Program ini

mencari perancangan optimum dengan melakukan

perbaikan tata letak secara bertahap. CRAFT

mengevaluasi tata letak dengan cara mempertukarkan

lokasi departemen.

25
Perubahan antar departemen diharapkan dapat mengurangi biaya

perpindahan material. Selanjutnya CRAFT membuat pertimbangan

pertukaran departemen untuk tata letak yang baru, dan ini dilakukan

secara berulang-ulang sampai menghasilkan tata letak yang terbaik

dengan mempertimbangkan biaya perpindahan material.

Input yang diperlukan untuk algoritma CRAFT (Francis R., L., and

White J., A.) adalah:

1. Tata letak awal

2. Data aliran (frekuensi perpindahan)

3. Data biaya (OMH per satuan jarak)

4. Jumlah departemen yang tidak berubah (fixed)

2.6 Konstruksi Tata Letak Akhir Produksi dan Activity Relation

Chart

Activity Relationship Chart (ARC) adalah digram yang digunakan

untuk mendapatkan hubungan dari aktivitas-aktivitas tertentu,

sehingga dapat ditentukan aktivitas yang harus berdekatan dan

aktivitas yang harus berjauhan dalam suatu perancangan tata letak

fasilitas.

ARC dapat dibagi dalam tiga kolom atau bagian. Kolom pertama

berisi pengelompokan aktivitas. Secara umum aktivitas-aktivitas

dalam perancangan tata letak pabrik dikelompokan kedalam dua

kelompok yaitu:

Kelompok aktivitas produksi.

Kelompok aktivitas pelayanan (service), yaitu:

26
1. Production service (pelayanan produksi)

2. General service (pelayanan umum)

3. Personal service (pelayanan pegawai)

4. Physical plant service (pelayanan bangunan pabrik)

Dalam menggambarkan derajat kedektan hubungan antar seluruh

kegiatan Activity Relationship Chart menggunakan simbol-simbol A,

E, I, O, U dan X yaitu:

A : Absolutely necessary yaitu hubungan bersifat mutlak

E : Especially important yaitu hubungan bersifat sangat penting

I : Important yaitu hubungan bersifat cukup penting

O : Ordinary yaitu bersifat biasa-biasa saja

U : Undersireble yaitu hubungan yang tidak diinginkan

X : Hubungan yang sangat tidak diinginkan

Dalam mendukung hubungan derajat kedekatan antar aktivitas

dalam perancangan tata letak pabrik, dibutuhkan alasan-alasan baik

itu alasan yang mendekatkan maupun alasan yang menjauhkan.

Adapaun alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk simbol A, E, dan I

2. Hubungan produksi:

3. Urutan aliran kerja

4. Menggunakan peralatan yang sama

Menggunakan catatan yang sama :

1. Menggunakan ruangan yang sama

27
2. Memuddahkan pemimdahan barang

3. Hubungan kedekatan

4. Menggunakan personil yang sama

5. Pentingnya berhubungan

Derajat hubungan kepegawaiaan:

1. Kemudahan pengawasan

2. Melaksanakan pekerjaan serupa

3. Perpindahan personil

4. Aliran Informasi

5. Menggunakan catatan yang sama

6. Derajat hubungan kertas kerja

Menggunakan alat komunikasi yang sama :

1. Untuk simbol U dan X

2. Kotor

3. Bising

4. Asap

5. Debu

6. Bau

7. Getaran

8. Resiko kecelakaan kerja

9. Gangguan kesehatan dan keselamatan kerja

10. Gangguan lain

ARC

Prosedur pembuatan ARC

28
Tetapkan semua kegiatan yang diperlukan baik kegiatan pada

bagian produksi maupun kegiatan pada bagian service.

Semua kegiatan ditetapkan/dikelompokan dalam bagian-bagian

yaitu kegiatan service (service produksi, service personalia dan

lainya) dan kegiatan produksi.

Kumpulkan data-data tentang aliran bahan, data personalia dan

data informasi lainnya mengenai seluruh kegiatan yang ditabulasi

diatas.

Tetapkan faktor atau sub faktor yang perlu diperhitungkan dalam

mempertimbangkan hubungan yang ada. Misalnya aliran bahan,

peralataan, aliran informasi dan lain-lain.

Membuat peta aktivitas yang sesuai jumlah barisnya dengan

kegiatan yang ditetapkan.

Masukan semua kegiatan yang telah ditetapkan ke dalam peta

aktivitas. Susun berdasarkan kelompok sifat aktivitasnya untuk

memudahkan analisis.

Memulai menganalisa tingkat hubungan dan alasan-alasan

terhadap aktivitas lainya. Dimulai dari aktivitas nomor 1. Tuliskan

kode hasil analisa tingkat hubungan pada perpotongan baris

aktivitas. Pada bagian atas ditulis tingkat hubungan aktivitas dan

pada bagian bawah dituliskan alasan mengapa tingkat hubungan

tersebut diberikan.

Yang perlu diperhatikan : – Proses, urutan proses, sifat

29
Pengisian kode tingkan hubungan dalam satu bagian kelompok

aktivitas didahulukan setelah pengisian tingkat hubungan terkait

proses.

Untuk merating : – faktor kebutuhan (untuk melakukan aktivitas)

Yang terjadi (akibat adanya aktivitas tersebut)

Yang dihindari (untuk leakukan aktivitas tersebut)

2.7 Analisis Corelap dan Area Allocation Diagram (AAD)

a. Corelap

Algoritma CORELAP (Computerized Relationship Layout Planning)

merupakan algoritma pembangunan (construction algorithm), yaitu

suatu algoritma yang digunakan untuk menghasilkan rancangan

layout baru yang tidak bergantung atau tidak memerlukan initial

layout. Metode perhitungannya menggunakan alat bantu software

Blocplan 90 dan Quantitative sistem 3.0. Prosedur algoritma

CORELAP adalah dengan menghitung kegiatan-kegiatan yang

paling sibuk pada tata letak atau yang memiliki tingkat keterkaitan

terbanyak. Algoritma CORELAP ini memerlukan data inputan berupa

peta hubungan (ARC), area tiap departemen, jumlah departemen,

dan nilai kedekatan hubungan. Output yang dihasilkan berupa

matriks layout dalam bentuk tidak beraturan yang menggambarkan

penempatan fasilitas yang ada. Karena itu diperlukan penyesuaian

lebih lanjut agar dapat dipergunakan.

b. Pengertian AAD

30
Area Allocation Diagram (AAD) merupakan kelanjutan dari ARC

dimana dalam ARC diketahui kesimpulan dari tingkat kepentingan

antar aktivitas. Maka dengan demikian berarti bahwa ada sebagian

aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan juga

sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antar

aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas

tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut dapat dilihat dalam

Area Allocation Diagram (AAD). AAD merupakan gambaran layout

secara global yang menggambarkan hubungan kedekatan antar

departemen dengan skala ukuran luas lantai yang sebenarnya. Input

dari pembuatan AAD ini adalah Area Relation Diagram dan data luas

lantai setiap departemen. Ukuran setiap departemen pada AAD akan

disesuaikan dengan luas lantai dan tata letakkan awal pada ARD

yang telah terbentuk.

c. Pembuatan AAD

Pertama-tama, yang dilakukan adalah mengolah data awal yaitu

membuat Peta Proses Aliran, membuat Routing Sheet, membuat

Peta Proses Darab, menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan,

menghitung kebutuhan luas lantai produksi, menghitung kebutuhan

luas gudang bahan baku dan bahan pembantu serta luas gudang

barang jadi. Kemudian dilanjutkan dengan Metode Kuantitatif yaitu

menghitung biaya penanganan material dengan menggunakan

Material Handling Planning Sheet (MHPS), membuat From To Chart

(FTC) Biaya, FTC Inflow dan FTC Outflow, serta menyusun Skala

31
Prioritas Inflow dan Outflow yang akan digunakan untuk membuat

Activity Relationship Diagram (ARD), lalu membuat Area Allocation

Diagram (AAD) yang kemudian diikuti dengan penghitungan biaya

penanganan material dengan menggunakan Material Handling

Evaluation Sheet (MHES). Setelah itu dilanjutkan Metode Kualitatif

yaitu membuat Activity Relationship Chart (ARC), menyusun Skala

Prioritas, membuat Activity Relationship Diagram (ARD), membuat

Area Allocation Diagram (AAD) yang kemudian diikuti dengan

penghitungan biaya penanganan material dengan menggunakan

Material Handling Evaluation Sheet (MHES). Kemudian dilanjutkan

dengan Me tode Algoritma Genetik yaitu membentuk populasi yang

berasal dari kromosom induk, menghitung fungsi tujuan dari setiap

kromosom, menciptakan sebuah populasi baru dengan cara seleksi,

kawin silang (Crossover), mutasi dan penerimaan yang hasilnya

kemudian dibuat Area Allocation Diagram (AAD). Kemudian dibuat

perbandingan dari ketiga layout alternatif dari hasilpenghitungan

dengan ke tiga metode diatas berdasarkan kriteria biaya , jarak

material handling dan luas layout.

2.8 Template

Template merupakan suatu gambar jadi dari bangunan atau pabrik

yang ingin kita rancang, yang dituangkan keatas kertas. Ukuran

kertas yang digunakan bisa bermacam-macam, tergantung seberapa

besar skala yang kita inginkan dalam gambar yang kita buat

nantinya. Tentunya ukuran skala yang digunakan tidak boleh terlalu

32
kecil. Ukuran yang biasanya digunakan dalam penggambaran

template adalah 1:100 yang berarti 1cm didalam template sama

dengan 100cm pada kenyataannya.Template bisa juga kita sebut

sebagai peta dari suatu bangunan, karena dalam template berisi

semua yang terdapat pada bangunan yang dirancang, mulai dari

ukuran jarak antara satu tempat dengan tempat lain, ukuran luas

lahan, luas ruangan, seberapa panjang tembok yang digunakan,

ketebalan tembok, tata letak barang-barang, peletakan mesin-mesin,

dan juga berbagai hal-hal kecil lainnya yang biasanya digunakan

sebagai aksesoris untuk suatu ruangan, seperti halnya pot bunga,

televisi, bangku, meja, tempat sampah, lemari, dan berbagai hal

lainnya yang tardapat pada suatu tempat.

Tampilan yang digunakan dalam template bersifat 2 Dimensi, yang

berarti hanya bisa dilihat dari arah atas saja, sehingga semua benda

yang kita lihat hanya bisa dari arah atas saja.

Ada beberapa bentuk pola aliran yang terdapat pada tata letak

fasilitas suatu pabrik, yang sangat bergantung dari macam produk

yang dihasilkannya. Beberapa bentuk pola aliran tersebut adalah:

1. Bentuk garis lurus, digunakan untuk produksi yang pendek

proses produksinya dan relatif sederhana.

2. Bentuk tak tentu (odd-angel), dimana ruangan sangat terbatas,

atau tataletak mesin yang memerlukan pendekatan dengan

mesin lainnya yang tak tentu.

33
3. Bentuk huruf “U” , digunakan bila produk yang dibuat mulai dari

bahan baku hingga barang jadi dalam satu ruangan dengan pintu

masuk dan keluar dari arah yang sama.

4. Bentuk lingkaran, dipakai bila produk harus kembali ke tempat

awal proses atau pemakaian proses yang berulang.

5. Bentuk zig-zag, dipakai bila dengan garis lurus ternyata menjadi

sangat panjangsedangkan tempat yang dimiliki tidak

memungkinkan.

Apabila luas tanah yang ada atau tersedia dibatasi atau terbatas

makasebagai pemecahan masalah tersebut adalah dengan

mengefisiensikan luastanah yang tersedia untuk pemanfaatan

penempatan fasilitas, produksi dan perkantoran.

Adanya pemisahan lantai antara bagian perkantoran dan produksi

merupakan jalan keluar yang terbaik, yaitu dengan mengikuti syarat-

syarat sebagai berikut:

1. Untuk template dengan satu lantai (single Floor) Untuk

penempatan tataletak antara bagian produksi, pelayanan

(service) dan perkantoranditempatkan dalam satu lantai jika luas

lahan yang tersedia masih mencukupi dan memungkinkan.

2. Untuk template dengan dua lantai atau lebih (Multi Floor)

Penempatan tataletak fasilitas antara bagian produksi, pelayanan

(service) dan perkantoranmengalami pemisahan tata letak.

Biasanya untuk bagian produksi ditempatkan pada bagian

pertama agar memudahkan handling dan material maupun

34
loading dari container ke receiving dan dari shipping ke container.

Template jenis ini adalah sebagai solusi jika luas tanah yang

tersedia tidak mencukupi.

Merupakan suatu gambaran yang lebih jelas dari tata letak pabrik

yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang

telah dibuat. Informasi yang dapat dilihat pada template antara lain

adalah:

1. Tata letak kantor dan peralatannya

2. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik

3. Tata letak bagian produksi

4. Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai shipping

5. Distribusi material terhadap setiap mesin sesuai dengan

jumlah mesin yang dibituhkan.

Jika luas tanah yang tersedia dibatasi atau terbatas, maka sebagai

pemecahan dari masalah tersebut adalah dengan mengefisienkan

luas tanah yang tersedia untuk penempatan fasilitas, produksi, dan

perkantoran.

Adanya pemisahan lantai antara bagian perkantoran dengan bagian

produksi merupakan jalan keluar yang terbaik, yaitu dengan

mengikuti syarat-syarat sebagai berikut:

· Untuk Template dengan satu lantai

Penempatan tata letak fasilitas antara bagian produksi, pelayanan

dan perkantoran ditempatkan dalam satu lantai jika luas lahan

tersedia

35
· Untuk template dengan dua lantai atau lebih

Penempatan tata letak fasilitas antara bagian produksi, pelayanan

dan perkantoran mengalami pemisahan tata letak. Biasanya untuk

bagian produksi ditempatkan pada lantai pertama, untuk

memudahkan handling dari material maupun loading dari container

ke receiving dan dari shipping ke container.

2.9 Pengertian Parkir

Menurut Direktur Jendral Darat dalam Raharjo (2011), keadaan

tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang

berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk

sementara dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya.

Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan

badan jalan sebagai fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir

melalui parkir masuk.

2.10 Satuan Ruang Parkir

Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk

meletakkan kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan

pintu. Dapat pula dikatakan bahwa SRP meerupakan ukuran

kebutuhan ruang untuk parkir suatu kendaraan dengan aman dan

nyaman, dengan besaran ruang seefisien mungkin (Munawar dalam

Raharjo, 2011).

Dalam buku manajemen lalu lintas perkotaan karya Munawar

dalan Raharjo, 2011. Penentuan suatu ruang parkir tergantung dari:

SRP4 = F(D, Ls, Lm, Lp) .......................................... (2.1)

36
SRP2 = F(D, Ls, Lm) ........................................... (2.2)

Keterangan:

SRP4 = satuan ruang parkir roda 4,

SRP2 = satuan ruang parkir roda 2,

D = dimensi kendaraan standar,

Ls = ruang bebas samping arah literal

Lm = ruang bebas samping arah membujur

Lp = lebar bukaan pintu.

2.11 Akumulasi Parkir

Akumulasi parker merupakan jumlah kendaraan yang diparkir

pada suatu tempat pada waktu tertentu dan dapat dibagai sesuai

dengan kategori jenis dan maksud perjalanan, dimana integrasi

parkir pada suatu periode tertentu, menunjukan beban parkir (jumlah

kendaraan parkir) dalam satu jam kendaraan per periode waktu

tertentu. (Munawar dalam Raharjo, 2011)

Akumulai = Ei – Ex ........................................... (2.3)

Bila sebelum pengamatan sudah terdapat kendaraan

banyaknya kendaraan yang telah diparkir dijumlahkan dalam harga

akumulasi parkir yang telah dibuat, sehingga persamaan diatas

menjadi:

Akumulasi = Ei – Ex + X ........................................... (2.4)

Keterangan:

X= jumlah kendaraan yang sudah ada sebelum penelitian,

Ei= kendaraan yang masuk lokasi parkir

37
Ex= kendaraan yang keluar lokasi parkir

2.12 Penentuan Kebutuhan Parkir

kebutuhan ruang parkir adalah kebutuhan ruang parkir yang

dihitung denga mengalikan SRP yang direncanakan dengan volume

puncak kendaraan yang parkir berdasarkan data hasil akumulasi.

(Direktorat Jendral Perhubungan Darat dalam Muzakir, 2014)

KRP = Vp x SRP ........................................... (2.5)

Keterangan:

KRP = kebutuhan ruang parkir

Vp = volume puncak parkir

SRP = satuan ruang parkir

2.13 Pola Parkir

Kebutuhan dasar sirkulasi lalu lintas berupa jalan menuju

keseluruhan tempat parkir harus sependek mungkin dan gerakan lalu

lintas harus tersebar cukup merata untuk mencegah kemacetan,

terutama pada periode sibuk. Ruang parkir mungkin harus di

korbankan untuk mempertingi efisiensi operasional maka dibutuhkan

pengaturan tata letak parkir yang baik. (Departemen Perhubungan

Darat: 1996)

Pada umumnya posisi kendaraan adalah 90°. Dari segi

efektifitas ruang, posisi sudut 90° lebih menguntungkan

dibandingkan dengan pola parkir membentuk sudut 30°, 45°, 60°.

38
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Adapun objek penelitian pada penelitian ini adalah lahan parkir

yang berada di Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Teknik

Banjarbaru, Kalimantan selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan pada penelitian ini yang digunakan oleh

peneliti, yaitu sebagai berikut:

a. Alat penelitian

1) Laptop

2) Microsoft word

3) Microsoft exel

4) Paint

5) Meteran

6) Mouse

7) Kertas

8) Ballpoint

b. Bahan penelitian

Bahan penelitian yang akan digunakan oleh penulis

mencakup hasil survey dan observasi yang telah dilakukan.

Bahan-bahan penelitian itu antara lain:

1) Pola parkir yang tidak efisien.

39
2) Kebutuhan ruang parkir yang kurang pada saat ada acara .

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari

pengamatan langsung di lapangan sedangkan data sekunder adalah

data yang dikumpulkan dari instansi yang terkait, sebagai pelengkap

untuk menunjang penelitian tersebut.

3.4 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

tidak hanya megukur sikap dari responden (wawancara dan

angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai

fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).

2. Survei

Pengamatan langsung di lapangan atau observasi atau inspek

berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta,

mendapatkan data kinerja dan operasional.

40
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

a. Gambaran Hasil Survei Inventaris Ruang Parkir

1) Luas areal parkir sepeda motor 1440 m2

2) Sepeda motor yang diparkirkan tidak terparkir dengan rapi

b. Akumulasi Parkir Sepeda Motor

Akumulasi parkir merupakan jumlah kendaraan yang parkir

di lahan parkir pada interval waktu tertentu. Pada penelitian ini

digunakan interval waktu 30 menit.

Contoh:

Hitungan akumulasi parkir untuk sepeda motor di lahan parkir

Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Teknik Banjarbaru,

jika sebelum pengamatan sudah ada kendaraan yang di parkir

maka diperoleh:

Akumulasi = X + Ei – Ex

Keterangan:

X = jumlah kendaraan yang sudah ada sebelum penelitian,

Ei= kendaraan yang masuk lokasi parkir,

Ex= kendaraan yang keluar lokasi parkir.

Observasi dilakukan selama 4 hari dan dimulai dari hari selasa

tanggal 03 oktober 2017 sebagai sempel terhadap pengguna

ruang parkir di Kampus Fakultas Teknik Universitas Lambung

Mangkurat Banjarbaru. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui

41
akumulasi kendaraan sepeda motor yang parkir, khususnya

akumulasi maksimum yang terjadi selama jam - jam perkuliahan.

Data yang sudah dihitung akumulasinya dengan menghitung

nilai rata-rata dari pengamat kemudian dibuat dalam table terpisah

dengan tujuan agar lebih jelas dalam membaca hasil observasi

yang dilakukan.

kendaraan parkir
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
<08.00 08.00 - 08.30 08.30 - 09.00 09.00 - 09.30 09.30 - 10.00
Masuk 175 90 88 94
Keluar 17 20 15 50
Akumulasi 50 208 278 351 395

Masuk Keluar Akumulasi

(Gambar 4.1)

Observasi pada hari selasa tanggal 03 Oktober 2017

mendapatkan akumulasi maksimum di jam 09.30-10.00 dengan

jumlah kendaraan motor yang parkir sebanyak 395.

42
kendaraan parkir
400
350
300
250
200
150
100
50
0
<10.00 10.00 - 10.30 10.30 - 11.00 11.00 - 11.30 11.30 - 12.00
Masuk 47 86 25 20
Keluar 30 42 20 40
Akumulasi 289 306 350 355 335

Masuk Keluar Akumulasi

(Gambar 4.2)

Observasi pada hari rabu tanggal 04 Oktober 2017

mendapatkan akumulasi maksimum di jam 11.00-11.30 dengan

jumlah kendaraan motor yang parkir sebanyak 355.

kendaraan parkir
400
350
300
250
200
150
100
50
0
<12.00 12.00 - 12.30 12.30 - 13.00 13.00 - 13.30 13.30 - 14.00
Masuk 20 60 40 17
Keluar 45 15 23 28
Akumulasi 320 295 340 357 346

Masuk Keluar Akumulasi

(Gambar 4.3)

43
Observasi pada hari kamis tanggal 05 Oktober 2017

mendapatkan akumulasi maksimum di jam 13.00-13.30 dengan

jumlah kendaraan motor yang parkir sebanyak 357.

kendaraan parkir
400
350
300
250
200
150
100
50
0
<14.00 14.00 - 14.30 14.30 - 15.00 15.00 - 15.30 15.30 - 16.00
Masuk 50 25 35 48
Keluar 20 54 50 74
Akumulasi 350 370 341 326 300

Masuk Keluar Akumulasi

(Gambar 4.4)

Observasi pada hari jum.at tanggal 06 Oktober 2017

mendapatkan akumulasi maksimum di jam 14.00-14.30 dengan

jumlah kendaraan motor yang parkir sebanyak 370.

Dalam observasi selama 4 (Empat) hari yang telah dilakukan,

didapatkan akumulasi maksimum terjadi pada jam 09.30 – 10.30

dengan jumlah kendaraan motor yang parkir sebanyak 395.

c. Jumlah satuan ruang parkir (SRP)

Jumlah satua ruang parkir diperoleh dengan membagi luas

efektif areal parkir dengan satuan SRP standar (Dinas

44
Perhubungan) tiap jenis kendaraan. Satuan ruang parkir untuk

sepeda motor dijelaskan dibawah ini.

Standar (Dinas perhubungan) : 0,70 x 2,00 (m2)

Contoh perhitungan :

Hitungan SRP sepeda motor :

1440
Jumlah SRP standar = 0,7x 2,00

= 1028 SRP

d. Perencanaan parkir

1) Kebutuhan ruang parkir

Dari observasi yang telah dilaksanakan diperoleh data

primer yang selanjutnya diolah untuk menghitungkebutuhan

ruang parkir di Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas

Teknik Banjarbaru, dimana perhitungan menggunakan

persamaan (2.5).

Contoh :

Hitungan kebutuhan ruang parkir secara keseluruhan

untuk sepeda motor

KRP = Vp x SRP

= 395 x 2,00

= 553

45
SRP untuk sepeda motor 1,00m x 2,00m (L x P) = 2 m2

Tabel 4.1 Kebutuhan Ruang Parkir Sepeda Motor

Ruang

parkir SRP
jam Vp KRP (m2)
yang (m2)

tersedia

09.30 – 10.00 1440 2 395 790

11.00 – 11.30 1440 2 355 710

13.00 – 13.30 1440 2 357 714

14.00 – 14.30 1440 2 370 740

Hasil perhitungan kapasitas ruang parkir pada tabel 4.1

menunjukkan bahwa kebutuhan ruang parkir di Universitas

Lambung Mangkurat, Fakulta Teknik Banjarbaru untuk areal

parkir sepeda motor tidak melebihi kapasitas ruang yang parkir

yang tersedia. Pada areal parkir sepeda motor nilai KRP

maksimal 790 m2.

2) Pola parkir

Secara keseluruhan pola parkir untuk sepeda motor di

Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Teknik Banjrbaru

menggunakan pola parkir sudut 90°, hal ini disebabkan pola

parkir 90° merupakan pola parkir yang dapat menampung

banyak kendaraan dengan keterbatasan lahan parkir.

46
3) Kapasitas lahan parkir

Kapasitas lahan parkir terdiri dari dua kapasitas, kapasitas

tersebut adalah kapasitas yang sudah disediakan oleh

Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Teknik Banjarbaru

dan kapasitas berdasarkan penelitian.

a) kapasitas yang sudah disediakan oleh Universitas Lambung

Mangkurat Fakultas Teknik Banjarbaru untuk parkir sepeda

motor sebanyak 710 kendaraan dengan luas lahan parkir

sebesar 1440m2.

b) Kapasitas berdasarkan penelitian di lapangan diperoleh

kebutuhan ruang parkir terbesar yang dapat dilihat pada

tabel 4.1. kebutuhan ruang parkir untuk sepeda motor

sebesar 790 m2 dengan akumulasi parkir maksimal 395

kendaraan.

4) Solusi tata letak parkir sepeda motor dan akses jalannya

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan selama 4

hari di Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Teknik

Banjarbru diketahui bahwa kapasitas parkir untuk sepeda motor

yang tersedia masih mencukupi untuk menampung.

Permasalahan yang ditemukan adalah penataan tata letak yang

masih kurang efektif karena masih ada beberapa kendaraan

yang parkir diluar parkiran utama dan parkir tidak sesuai

dengan pola parkir yang diterapkan di parkiran tersebut. Selain

itu sirkulasi jalan juga masih kurang diperhatikan dibeberapa

47
bagian ruang parkir. Solusi yang dapat diambil adalah. Sirkulasi

jalannya diubah dengan membuat akses jalan masuk dan jalan

keluar berbeda (lampiran 1. Gambar 4.6), dengan demikian

para pengendara sepeda motor akan lebih cepat memarkirkan

kendaraannya. Parkir kendaraan dengan menggunakan

ketentuan yaitu 1m x 2m dan diberi garis-garis sebagai batasan

parkir antara sepeda motor yang satu dengan yang lainnya.

48
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil data survei dan analisis yang dilakukan pada

lahan parkir Universita Lambung Mangkurat Fakultas Teknik

Banjarbaru selam 4 hari dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Akumulasi parkir

Berdasarkan data yang diperoleh akumulasi maksimal untuk

sepeda motor di parkiran terjadi pada jam 09.30 – 10.00

sebanyak 395 kendaraan.

b. Kapasitas lahan parkir

Kapasitas lahan parkir yang disediakan untuk sepeda motor

sebanyak 710 kendaraan dengan luas lahan parkir sebesar 1440

m2. Berdasarkan penelitian di lapangan diperoleh kebutuhan

ruang parkir untuk sepeda motor sebesar 790 m2 dengan

akumulasi parkir maksimal 395 kendaraan. Dengan demikian

diketahui bahwa kapasitas parkir untuk sepeda motor yang

tersedia masih mencukupi untuk menampung kendaraan yang

parkir diluar parkiran. Oleh karena itu tidak terdapat permasalahan

kekurangan ruang parkir di Fakultas Teknik Banjarbaru.

Permasalahan yang sangat terlihat adalah penataan layout parkir

yang ada saat ini masih kurang efektif khususnya pada akses

jalan kelur dan masuk parkir, dan ketegasan serta kedisiplinan

para petugas parkir untuk tidak diperbolehkan parkir di luar

49
parkiran, sehingga parkiran di Fakultas Teknik Banjarbaru terlihat

rapi dan teratur.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka ada

beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai solusi bagi

masalah perparkiran yang ada, yaitu sebagai berikut:

a. Sirkulasi jalan diubah dengan membuat akses jalan masuk dan

keluar berbeda sehingga dapat memudahkan dan melancarkan

pengendara memarkirkan kendaraannya.

b. Desain tata letak sebaik nya menggunakan SRP standar dinas

perhubungan atau lebih yaitu 1 x 2 m dengan tujuan untuk dapat

mengetahui kebutuhan ruang parkir suatu kendaraan dengan

aman dan nyaman, dengan besaran ruang seefisien mungkin.

50
DAFTAR PUSTAKA

Direktur Jendral Perhubungan Darat, (1996), Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Departemen Perhubungan,

Jakarta.

D. Wahyu Ariani., (2014), “Evaluasi Tata Letak dan Kapasitas Parkir

Kendaraan Sepeda Motor di Universitas Atma Jaya Yogyakarja

Kampus III Gedung Bonaventura”, diakses dari

https://www.google.co.id/search?q=jurnal+tata+letak+parkir&aqs=chr

ome.2.69i57j33l3.14469j0j4&client=tablet-android-

samsung&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8

Ekoanindiyo, F. A., dan Wedana, Y. A., (2012), “Perencanaan Tata Letak

Gudang Menggunakan Metode Shared Storage di Pabrik Plastik

Kota Semarang”, jurnal Dinamika Teknik, VI (1) Januari, hal. 46 – 57

Endartanto, D., (2012), “Perencanaan Tata Letak Fasilitas” , Blogg,

diakses dari http://dwiendartantopltf.blogspot.com/2012/09/definisi-

perancangan-tataletak.html pada tanggal 4 Agustus 2014.

Heizer. J., and Render. B., (2009), Operation Management 9th ed., New

Jersey, Pearson.

Kristantyo, L., (2010), “Perancangan Tata Letak Pabrik Pupuk Organik

Granul”. Skripsi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

51
Monks, Joseph G., (1987), Operations Management, Singapore, McGraw-

Hill.

Murdifin, H., dan Mahfud, N., (2011), Manajemen Produksi Modern,

Jakarta, Bumi Aksara.

Muzakir, A., (2014), “Evaluasi Kapasitas dan Penataan Ruang Parkir

Rumah Sakit Panti Rapih yogyakarta”. Skripsi Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Raharjo, A.D.A., (2011), “ Analisis Kapasitas Ruang Parkir RSUD Dr. R.

Koesma Tuban – Jawa Timur”. Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Sat Lantas Polrestabes Semarang, (2013), “Pengertian Rambu Lalu

Lintas”, Blogg, diakses dari

http://satlantaspolrestabessemarang.blogspot.com/2013/05/pengertia

n-rambu-lalulintas.html pada tanggal 20 Agustus 2014.

Setiawan, F., (2012), “Usulan Perancangan Tata Letak Fasilitas Pada

Perluasan Pabrik CV Sinar Albasia Utama”. Skripsi Jurusan Teknik

Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.

Sholihah Q., Khairiyati L., dan Setyaningrum R., (2008), “Pajanan Debu

Batubara Dan Gangguan Pernapasan Pada Pekerja Lapangan

Tambang Batubara”. Jurnal kesehatan lingkungan vo 4, Desember.

Hal 1-8

52
Sholihah Q., Setyaningrum R., dan Saputra MTH., (2016), “Pengendalian

Sektor Informal Pada Lama Pajanan Kebisingan Dengan Gangguan

Fungsi Pendengaran Pada Nelayan Ikatan Nelayan Saijaan(INSAN)

Kecamatan Pulau Laut Utara Kotabaru”. Jurnal publikasi kesehatan

masyarakat Indonesia 1 (1)

Sholihah Q., (2016), “kadar debu ambien pada jalur yang dilalui dan tidak

dilalui angkutan batubara di kota banjarbaru Kalimantan seelatan”.

Jurnal purifikasi 14 (1), hal 21-27

Sholihah Q., Kalistra NB., dan Hidayah N., (2015), “perbedaan kapasitas

fungsi paru pekerja tambang batubara antar shift siang dan malam”.

Jurnal berkala kedokteran 11 (1), hal 63-70

Sumayang, L., (2003), Dasar – dasar Manajemen Produksi & Operasi,

Jakarta, Salemba Empat.

53

Anda mungkin juga menyukai