Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KIMIA FISIKA

Nama : Reizi Hanifa Arsya


Npm : 1604108010009
Prodi : S-1 Teknik Pertambangan

A. Sinar UV (Ultraviolet)
1. Pengertian Sinar UV
Sinar UV merupakan sinar dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari sinar
tampak dengan panjang gelombang berkisar antara 400-200 nm. Beberapa hewan, termasuk
burung, reptil, dan serangga seperti lebah dapat melihat hingga mencapai hampir UV*.
Banyak buah-buahan, bunga dan benih terlihat lebih jelas di latar belakang dalam panjang
gelombang UV dibandingkan dengan penglihatan warna manusia.

ultraviolet sun

2. Interaksi sinar UV dengan molekul


Salah satu media yang dapat digunakan untuk mengetahui interaksi molekul terhadap sinar
uv adalah dengan menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis. Adsorpsi cahaya UV-
Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi electron dari orbital-orbital ke keadaan
dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan interaksi berenergi lebih tinggi. Energy yang
terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorpsi
cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energy elektronik sebuah molekul,
artinya energy yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan elektron-elektron itu
mengatasi kekangan inti dan pandah ke luar ke orbital baru yang lebih tinggi energinya.
Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung
electron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energy yang lebih
tinggi.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi electron akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang menyerap
energy lebih sedikit akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih panjang.
Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak memiliki elektron yang lebih mudah
dipromosikan daripada senyawa yang menyerap cahaya pada gelombang UV yang lebih
pendek.
Pemisahan tenaga yang paling tinggi diperoleh bila electron-elektron dalam ikatan
tereksitasi yang menimbulkan serapan dalam daerah dari 120-200 nm. Daerah ini dikenal
sebagai daerah Ultra Violet (UV) vakum dan relative tidak banyak menimbulkan keterangan.
Diatas 200 nm eksitasi electron. Dari orbital-orbital p dan d, dan ikatan phi terutama system
konjugasi phi segera dapat diukur, dan spectra yang diperoleh memberikan banyak
keterangan.
Bila molekul menyerap sinar ultraviolet/terlihat pada tenaga tertentu, maka petama bahwa
hanya satu elektron dipromosikan ke tingkat tenaga yang lebih tinggi, dan bahwa elektron-
elektron lain tidak terpengaruh. Keadaan yang tereksitasi yang dihasilkan ini mempunyai
waktu hidup pendek (sekitar 10-6 hingga 10-9 det) dan sebagai akibat adalah bahwa selama
eksitasi elektronik atom-atom dari molekul tidak bergerak (dasar Franck-Condon).
Panjang gelombang cahaya UV atau tampak tergantung pada mudahnya eksitasi elektron.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk bertransisi, akan menyerap
panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi yang lebih kecil
akan menyerap panjang gelombang yang lebih besar. Sehingga senyawa yang menyerap
cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) memiliki elektron yang lebih mudah
bertransisi daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.
3. Sinar Tampak
Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm
dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol. Elektron pada keadaan normal atau berada
pada kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang
dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit
atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi.
Panjang Warna warna yang Warna komplementer
gelombang (nm) diserap (warna yang terlihat)
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Biru kehijauan Jingga
490 – 500 Hijau kebiruan Merah
500 – 560 Hijau Ungu kemerahan
560 – 580 Hijau kekuningan Ungu
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Jingga Biru kehijauan
610 – 800 Merah Hijau kebiruan

Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut
warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari
spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang
terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di atas.
Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan lampu
tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu unsur kimia,
dalam tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB
atau golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu
pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang sangat tinggi
yakni 5930 °C.

Gambar 2 jenis spektronic-20 yang bekerja pada rentang panjang gelombang sinar tanpak. Gambar atas
merupakan spectronic-20 lama yang sudah jarang bahkan mungkin tidak diproduksi lagi. Sedangkan gambar
kedua adalah spectronic-20 terbaru.

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang gelombang
dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut λmaks. Hal ini
disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama, maka data yang
diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil.
B. Absorbsi Atom

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai
suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam
suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang
ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat
berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari
keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi
elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada
dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi).
Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada
gelombang radio.

Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang
ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap,
sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan. Pada spektrofotometri, cahaya
datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah
melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya
datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel).

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan
diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer,
berbunyi:
“Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau
ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan
tebal larutan”
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi, karena b
atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin
tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin
rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah. (Hukum Lamber-Beer dan syarat peralatan
yang digunakan agar terpenuhi hukum Lambert-Beer Baca Pengertian Dasar Spektrofotometer
Vis, UV, UV-Vis)
Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (A≈C) apabila nilai absorbansi
larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut sebagai daerah berlaku hukum Lambert-
Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi.
Kurva kalibarasi hubungan antara absorbansi versus konsentrasi dapat dilihat pada Gambar.

Gambar Kurva hubungan absorbansi vs konsentrasi


Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet
dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat
tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam
bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada
pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri.

Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi
reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan
dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah
sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa
jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu harus
dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.
Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
2. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.
3. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.
4. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga warna
yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.
5. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang
dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk
atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak
sempurna.
6. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki
dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.
Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus
memiliki lima sifat di bawah ini:
1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran absorbansi dengan
teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya warna larutan
2. (fading), disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara fotokimia, pengaruh
keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan
dapat diperoleh kestabilan yang lebih baik.
3. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warna harus
cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε) besar. Hal ini dapat dikontrol dengan
mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang
cukup tinggi.
4. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi kecil kecil
dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain.
5. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
6. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.

Anda mungkin juga menyukai