Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSI BERAT(PEB)

1) Definisi
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
(Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer
dkk, 2006).

2) Anatomi Fisiologi
Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan
beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini
terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk
bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama
masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47)
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan pertama
kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4
bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula,
lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89)
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
1) Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba
2) Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus uteri berada
di belakang simfisis.
3) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2 jari di
atas simfisis pubis.
4) Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan
pusat.
5) Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.
6) Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.
7) Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
8) Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus
xypoideus.
9) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus
xypoideus.
10) Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah
prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati, G. A.
2008. Hal. 90).
b. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen
sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut tanda
Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
c. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun akan mengecil
setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta. (Wiknjosastro,
H. 2006. Hal .95)
d. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
e. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar
pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan
adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kira-
kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengancardiac output yang
meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
f. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa
sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus
tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang
leluasa bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96)
g. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena
hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga menurun.Pada
bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala muntah pada pagi hari
yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila terlampau sering dan banyak
dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
h. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus
yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang dengan makin
tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir kehamilan karena bagian
terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006.
Hal. 97)
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh hormon Melanophore StimulatingHormone (MSH) yang dikeluarkan
oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi,
pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut
dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae livide.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
j. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-20
%.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada kehamilan
trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk
perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan
pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan
tulang terutama pada trimester ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil harus
mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat
diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga janin
tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat
besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai
persiapan agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H.
2006. Hal. 98)
k. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu
terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4 kg dalam
kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam
trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61)

3) Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit
ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang
menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan :
1) Hypertensi
2) Pada otak (sakit kepala, kejang)
3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5) Pada hati (icterus)
6) Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan molahidatidosa
2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
1) Molahidatidosa
2) Diabetes melitus
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
6) Umur yang lebih dari 35 tahun

4) Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30
mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ &
2+ pada urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
1) TD 160/110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5gr atau lebih perliter
3) Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
4) Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium
5) Terdapat edema paru dan sianosis
5) Manifestasi Klinis
a. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
3) Diastolik>15 mmHg
4) tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai
preeklamsi
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine
porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

6) Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
7) Pohon Masalah
Pre Eklamsi

Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan

Ekspansi plasma

↑ekspansi massa sel darah

Anemia fisiologis pada
kehamilan

Peningkatan volume plasma darah



Vasodilatasi

↓albumin serum ↓resistensi vasculer
sistemik /sistemik
vasculer resisten
(SVR)

↑curah jantung ↑aliran plasma ginjal
↓ ↓
Hipertensi arterial Laju filtrasi
↓ glomerulus↑
Ketidak efektifan ↓
perfusi jaringan Hepatoseluler GFR
perifer endoteliosis
glumerulus

↓tekanan osmotik keloid SRAA protein realease
↓ Edema
Hemokonsentrasi ↓
↓ Intoleransi aktivitas
↑hematoksit maternal

Perfusi organ maternal↓
termasuk perfusi ke unit
janin uretroplasma

Vasospasme siklik lanjut
menurunkan perfusi
organ dengan
menghancurkan sel-sel
darah merah

Kapasitas O2maternal↓

Kontraksi IUGR
jalan lahir
IUFD
↓ ↓
Nyeri akut Duka cita

Penanganan pre eklamsi

Ringan
Berat

˂ 36 minggu ≥ 36 minggu Konservatif
↓ ↓
Konservatif
Aktif Membaik Memburuk
Membaik Gagal ↓ ↓ ↓
↓ (12-24 jam) Akhiri kehamilan Tunggu Akkhiri
Tunggu Aterm ↓ aterm pada ≥ 37
↓ Akhiri ↓ minggu
Akhiri kehamilan Partus biasa
kehamilan

8) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
b. USG : untuk mengetahui keadaan janin
c. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

9) Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain
atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver
Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular
Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan
kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.

10) Penatalaksanaan
a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin
setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih
berat jika persalinan ditunda lebih lama.
b. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100
mmhg).
3) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan
minimal 8 jam pada malam hari)
4) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin
3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x
5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
8) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali
berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Berikan juga obat antihipertensi.
10) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia
berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau
indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan
matur.
12) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

c. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat


Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan
diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti :
kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap
pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi.
1) Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah
kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu
atau lebih kriteria ini.
 Ada tanda-tanda impending eklampsia
 Ada hellp syndrome
 Ada kegagalan penanganan konservatif
 Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
 Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus
dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2
gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat
pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada tanda-
tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya – refleks
patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah
24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat
perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram
dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi
diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis
3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg
lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2.
Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi
partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi
vakum atau cunam.
2) Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan
konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan
bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam
waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa :
oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu
dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi.
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari
perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi
protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang
tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang
penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
11) Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
1) Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun,
Jenis kelamin,
2) Riwayat Kesehatan
 keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam,
sakit kepala,
 Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
 Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
 Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
 Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
 Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
3) Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
4) Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping.
Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya
menggunakan kontrasepsi.
5) Pola aktivitas sehari-hari
a. Aktivitas
Gejala :
Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau
penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda :
Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Sirkulasi
Gejala :
Biasanya terjadi penurunan oksegen.
c. Abdomen
Gejala :
 Inspeksi :
Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik
bekas operasi atau tidak ( - )
 Palpasi :
Leopold I :
Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba
massa besar, lunak, noduler
Leopold II :
Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di
sebelah kanan.
Leopold III :
Biasanya teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV :
Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul

 Auskultasi :
Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
d. Eliminasi
Gejala :
Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
e. Makanan / cairan
Gejala :
Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah
Tanda :
Biasanya nyeri epigastrium,
f. Integritas ego
Gejala :
Perasaan takut.
Tanda :
Cemas.
g. Neurosensori
Gejala :
Biasanya terjadi hipertensi
Tanda :
Biasanya terjadi kejang atau koma
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda :
Biasanya klien gelisah,
i. Pernafasan
Gejala :
Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :
Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
j. Keamanan
Gejala :
Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
k. Seksualitas
Gejala :
Status Obstetrikus
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
 Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang
dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan
aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada
kaki.
 Sistem cardiovaskuler
Inspeksi :

Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.

Palpasi :

o Tekanan darah :

Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar


setetah 20 minggu kehamilan,

o Nadi :
Biasanyanadi meningkat atau menurun

o Leher :
Apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika
ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema
periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin

Auskultasi :

Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal


distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.

 System reproduksi
a. Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
b. Genetalia
Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah
pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
c. Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian
uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
 Sistem integument perkemihan
a. Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan
filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b. Oliguria
c. Proteinuria
 Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
 Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas),
anoreksia, mual dan muntah.
 Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
 Biasanya ibu mengeluh Panas
 Biasanya ibu mengeluh sakit kepala
 Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
 Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
 Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
 Biasanya mengeluh nyeri
 Skala nyeri (2-4)
 Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
 Klien biasanya sering mual muntah
 Klien biasanya sering bertanya
 Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan
b. Data Obyektif
 Biasanya teraba panas
 Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
 Biasanya ibu tampak kejang
 Biasanya ibu tampak lemah
 Biasanya penglihatan ibu kabur
 Biasanya klien tampak cemas
 Biasanya klien tampak gelisah
 Biasanya klien tampak kurus,
 biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.
 Tonus otot perut tampa tegang
 Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
 Biasanya tamapa cemas
 Biasanya DJJ bayi cepat >160
 Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
 biasanya ibu tampak cemas
 Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
 aktivitas janin menurun
 DJJ meningkat >160

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas yaitu:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor
biologi,
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan
Kognitif.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi
nyerinya
Kriteria Hasil
 Ibu mengerti penyebab nyerinya
 Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda
,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang
sesuai dengan respon pasien terhadap
2. Jelaskan penyebab nyerinya
nyerinya.

3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri 2. Ibu dapat memahami penyebab

dengan nafas dalam bila HIS timbul nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat
berelaksasi , terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi paru
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage
optimal sehingga kebutuhan 02 pada
pada bagian yang nyeri
jaringan terpenuhi
4. Untuk mengalihkan perhatian pasien
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor
biologi.
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan nafsu makan meningkat atu normal
Kriteria hasil
 BB meningkat atau normal
 tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
 kekuatan menggenggan
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien
ada alergi makanan
2. Anjurkan pasien untuk 2. intake fe dapat meningkatkan
meningkatkan intake Fe kekuatan tulang
3. Berikan substansi gula 3. substansi gula dapat meningkatkan
energi pasien
4. Untuk memenuhi status gizi pasien
4. Berikan makanan yang terpilih 5. Catatan harian makanan dapat
(sudah dikonsultasikan dengan mengetahui asupan nutrisi pasien
ahli gizi)

5. Ajarkan pasien bagaimana


membuat catatan makanan
harian

c. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan Gngguan mekanisme


regulasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan volume
cairan seimbang.
Kriteria Hasil :
 Tidak terdapat tanda-tanda edema.
 Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal.
 Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan
tekanan
 darah, protein dan urine.
Intervensi Rasional
6. Pantau masukan dan pengeluaran 1. Pembatasan dalam pemberian
cairan setiap hari. cairan dapat mengurangi
7. Timbang berat badan secara odema.
rutin. 2. Mengetahui peningkatan berat
badan yang berlebih
8. Pantau tanda-tanda vital, catat 3. Menjaga peningkatan vital
waktu pengisian kapiler. sign berlebih.
9. Kaji ulang masukan diit dari 4. Kesesuaian dalam pemberian
protein dan kalori, berikan informasi dapat mengurangi
informasi sesuai dengan tingkat kecemasan.
kebutuhan.
10. Perhatikan tanda-tanda edema 5. Menghindari edema anasarka.
berlebihan atau berlanjut. Krena cairan yang
11. Kaji distensi vena jugularis. tidakmampu keluar.
6. Pembesaran vena jugularis
merupakan tanda dari
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
pembengkakan dri jantung.
dalam pengaturan diet rendah
7. Diet rendah garam akan
garam.
memngurangi asupan Na
13. Kolaborasi dalam pemberian
dalam tubuh.
antidiuretik
8. Pemberian diuretik akan
mengurangi cairan yang
tertimbun di tubuh melalui
urine.

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi Rasional
a. tingkat kecemasan ibu a. Tingkat kecemasan ringan dan
sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan
yang berat diperlukan tindakan
b. Jelaskan mekanisme proses
medikamentosa
persalinan
b. Pengetahuan terhadap proses
persalinan diharapkan dapat
c. gali dan tingkatkan mekanisme mengurangi emosional ibu yang
koping ibu yang efektif maladaptive.
2. 4. Beri support system pada ibu c. Kecemasan akan dapat teratasi jika
mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
d. ibu dapat mempunyai motivasi untuk
menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat
membawa ketenangan hati

e. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan


Kognitif.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan
pengetahuan bertambah.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit.
Klien tidak cemas.
Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang tanda dan 14. Pemberian informasi dapat
gejala yang mengindentifikasi kondisi mencegah komplikasi
yang memburuk.
2. Berikan informasi tentang jaminan 15. Kliaen dapat

protein adekuat dalam diit klien dengan mempertahankan konsumsi

kemungkinan atau pre-eklamsia ringan. protein yang adekuat

3. Pertahankan agar klien dapat informasi 3. Informasi yang diperoleh akan

tentang kondisi kesehatan, hasil tes, dan mempertahankan status

kesejahteraan janin. kesehatan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi


dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta: Media
Aesculapius

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : YBP

Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190: 117 –
8

Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit diIndonesia,


patogen. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan
kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.

Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.

Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat


dengan Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam
Malik

Anda mungkin juga menyukai