Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat
dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur
oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system
somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan,
maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik.
Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya
bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun
kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus.
Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing.
S.M, 2003)
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga
bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan
atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo
menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat
hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf
vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular
atau aktivitas vestibulocerebellar. (www.wikipedia.com)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak
naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan
Nurbaiti, 2002)

B. Etiologi
1. Otologi 24-61% kasus
a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b) Meniere Desease
c) Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media
2. Neurologik 23-30% kasus
a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Gangguan sirkulasi LCS
f) Multiple sklerosis
g) Vertigo servikal
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a) Tekanan darah naik turun
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e) < glikemia
f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4. . Psikiatrik > 50% kasus
a) Depresi
b) Fobia
c) Anxietas
d) Psikosomatis
5. Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.

C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi
lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu.
Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat
tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari,
mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.
Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya
berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan
posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi
kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa
waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan
pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua
sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi.
Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri
atau lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

(http://perawatyulius.blogspot.com)

D. Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya
saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk
tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih
sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak
yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

E. Patofisiologi dan Pathway


Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N
VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut
menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena
penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan
visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain
saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV,
dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan
menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan
yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga
akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan
darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga
sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi


tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan
dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor
fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang
berbeda-beda.
F. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a) Anti kolinergik
 Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
 Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b) Simpatomimetika
 Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
 Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
ii. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi
bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam
dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif
vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis
vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada
suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan,
temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya ver-
tigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi
visual yang kuat.
d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang
belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien
merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari
terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat
sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan
membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini
untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibu-
lar akut. (http://niarahayu9.blogspot.com)

H. Asuhan Keperawatan sesuai teori


1. Pengkajian data keperawatan
a) Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca,
insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat
saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b) Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak
kemerahan
c) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain),
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e) Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis
satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka
terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah,
fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah
seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
i) Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat
lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat energi yang dimiliki 1. Energi yang besar dapat
klien memberikan keseimbangan pada
2. Berikan terapi ringan untuk tubuh saat istirahat
mempertahankan kesimbangan 2. Salah satu terapi ringan adalah
3. Ajarkan penggunaan alat-alat menggerakan bola mata, jika sudah
alternatif dan atau alat-alat bantu terbiasa dilakukan, pusing akan
untuk aktivitas klien. berkurang.
4. Berikan pengobatan nyeri (pusing) 3. Mengantisipasi dan meminimalkan
sebelum aktivitas resiko jatuh.
4. Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.

b) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi
aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Meyadari keterbatasan energi
2) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi Rasional
1. Kaji respon emosi, sosial, dan 1. Respon emosi, sosial, dan spiritual
spiritual terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam
2. Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas
melakukan aktivitas 2. Klien dapat bersemangat untuk melakukan
3. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk 3. Energi yang tidak stabil dapat menghambat
mencegah kelelahan. dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu
4. Kolaborasi dengan ahli terapi dilakukan manajemen waktu
okupasi 4. Terapi okupasi dapat menentukan tindakan
alternatif dalam melakukan aktivitas.

c) Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang nutrisi
dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak merasa mual muntah
2) Nafsu makan meningkat
3) BB stabil atau bertahan
Intervensi Rasional
1. Kaji kebiasaan makan yang disukai 1. Kebiasaan makan yang disukai dapat
klien meningkatkan nafsu makan
2. Pantau input dan output pada klien 2. Untuk memantau status nutrisi pada klien
3. Ajarkan untuk makan sedikit tapi 3. Mempertahankan status nutisi pada klien
sering agar dapat meningkat atau stabil.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Ahli gizi dapat menentukan makanan yang
tepat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi
pada klien.

d) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah gangguan perepsi
sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat memfokuskan pendengaran
2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3) Pendengaran adekuat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pendengaran pada klien1. Mengetahui tingkat kemaksimalan
2. Lakukan tes rinne, weber, atau pendengaran pada klien untuk menentukan
swabah untuk mengetahui terapi yang tepat.
keseimbangan pendengaran saat 2. Mengetahui keabnormalan yang terjadi
terjadi tinitus akibat tinitus
3. Ajarkan untuk memfokuskan 3. Mempertahankan keadekuatan pendengaran
pendengaran saat terjadi tinitus 4. Memaksimalkan pendengaran pada klien
4. Kolaborasi penggunaan alat bantu
pendengaran

e) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah koping individu
tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran
2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mengetahui batas maksimal kemampuan
mempertahankan keadekuatan pendengaran klien
pendengaran 2. Klien tidak mengalami depresi akibat
2. Berikan motivasi dalam menerima keadaan fisiknya
keadaan fisiknya 3. Pusing yang terjadi dapat memunculkan
3. Ajarkan cara mengatasi masalah tinitus
pendengaran akibat pusing yang 4. Obat untuk mengatasi tinitus.
diderita
4. Kolaborasi pemberian antidepresan
sedatif, neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok
kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. (http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses


pada 22 oktober 2012.Pukul 23.50 WIB

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta


: Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

BAB III
ASUHAN KEPERWATAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR
PADA Tn.S DENGAN VERTIGO DI RUANG MAWAR I
RSUD KARANGANYAR

Tgl/Jam MRS : 20 Oktober 2012/10.00 WIB


Tgl/Jam Pengkajian : 22 Oktober 2012/09.30 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Diagnosa Medis : Vertigo dan Hipertensi

I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn.S
Alamat : Supan 2/14 Tegalgedhe, Karanganyar
Umur : 58 th
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Peternak
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.S
Umur : 54 th
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Supan 2/14 Tegal Gede, Karanganyar
Hubungan dengan klien : Istri

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama
Pusing seperti berputar-putar, panas dingin, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kepala pusing berputar,
nyeri kedua pipi hingga sekitar mata, sakit bertambah saat pasien menunduk dan duduk,
badan panas dingin, dan leher terasa cengeng/pegel-pegel.
Kemudian dibawa ke puskesmas dan hasilnya tidak ada perubahan dan akhirnya dibawa ke
RSUD Karanganyar melalui UGD. Pasien terpasang infus Rl 20tpm, dan diambil sempel
darah, TD : 225/120 mmHg, S : 38°C, RR : 24x/menit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya Tn.S belum pernah mengalami penyakit ini, namun dulu pernah menderita
penyakit hipertensi dan pernah berobat ke THT untuk operasi sinus maksilaris.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga Tn.S tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti yang Tn.S derita
saat ini. Namun untuk hipertensi diduga didapatkan melalui keturunan, karena ayah dari Tn.S
juga mengalami penyakit hipertensi.
Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Memiliki riwayat hipertensi
: Pasien (Tn.S)
: Tinggal serumah

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan Tn.S cukup terawat dan orang-orang disekitarnya paling umum
memiliki penyakit hipertensi namun untuk penyakit pusing hebat yang diderita Tn.S tidak ada
yang mengalami.

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu sangat berarti bagi kehidupan. Tanpa kesehatan orang tidak akan
bisa melakukan kegiatan sehari-hari, maka keluarga Tn.S selalu membawa anggota keluarga
yang sakit ke tempat dokter untuk diperiksa, bahkan sampai kerumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan yang rutin.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Jenis Nasi putih, sayur, Bubur, kuah, air putih,
gorengan, buah kadang-
kadang, air putih.
Porsi 1 porsi habis ¼ porsi
Keluhan Tidak ada Mual, tidak nafsu
makan, dan lidah terasa
pahit serta tidak makan
selama 3 hari terhitung
saat 1 hari sebelum
masuk RS
Antropometri : BB : 64 kg, TB : 163 cm, IMT : 24,08 Kg/BB
Biochemical : Hct : 42 % Hb : 12,8 g/dL
Clinical sign :
 Rambut : sedikit lengket, kusam, terdapat ketombe.
 Mata : konjugtiva tidak anemis, pupil isokor, sclera tidak ikterik
 Kulit : lembab, turgor kurang elastis.
 Pasien merasa mual muntah
Dietary history : Pasien tidak memiliki diet khusus. Selain itu pasien suka
makan kangkung dan sayur lodeh.
3. Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi (BAB)
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 1x sehari 3 hari sekali
Konsistensi Lunak berbentuk Sedikit Keras
Bau Khas Khas
Warna Kuning Kuning kecoklatan, tidak
ada darah
Keluhan Tidak ada Sulit BAB

Eliminasi Urin
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 4-6x/hari 3-5x/hari
Pancaran Kuat lemah
Jumlah ±200 cc sekali BAK ±200 cc sekali BAK
Bau Khas Amoniak
Warna Kuning jernih Kuning kecoklatan
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Total produksi urin ± 800-1200 cc/hari ±600-1000 cc/hari

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN


Intake Output Analisa
Minum ±1200 cc Urine 1000 cc Intake 1900 cc
Makanan ±200 cc Feses 100 cc Output 1740 cc
Infus 500 cc IWL 10 x 64 kg = 640 cc
Total 1900 cc Total 1740 cc Balance : intake > output

4. Pola Aktifitas dan Latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V

5. Pola Istrahat Tidur


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Jumlah jam tidur siang - ± ½ jam
Jumlah jam tidur malam 8 jam 3-5 jam
Pengantar tidur Tidak ada Ada
(penggunaan obat tidur)
Gangguan tidur Tidak ada sering terbangun karena
nyeri pada pipi,
lingkungan kurang
tenang.
Perasaan waktu bangun Nyaman Masih merasa ngantuk
Kondisi mata Tidak berkantung Berkantung

6. Pola Kognitif – Perseptual


Klien dapat berbicara dengan lancar, melihat seperti berputar-putar, menjawab pertanyaan
dengan tepat saat ditanya, penciuman baik, lidah terasa pahit, merasa mual-mual, dapat
mengidentifikasi tes raba, merasa badannya panas dingin. Selain itu klien juga merasa nyeri.
P : nyeri karena vertigo,
Q :seperti ditarik-tarik,
R: kedua pipi sampai sekitar mata,
S:9
T : saat menundukkan dan duduk
7. Pola persepsi Konsep Diri
a. Gambaran diri/citra tubuh
Pasien tidak suka dengan pusing yang seakan menarik wajahnya.
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat segera pulang.
c. Harga diri
Tn.S mengatakan malu dengan istrinya karena tidak bisa menafkahi istrinya karena keadaan
sakit yang dia alami saat ini.
d. Peran diri
Tn.S mengatakan saya tidak bisa bekerja lagi. Untuk saat ini justru istri saya yang harus
bekerja untuk biaya perawatan di rumah sakit.
e. Identitas diri
Tn.S mengatakan dia sebagai kepala keluarga didalam keluarganya, yang seharusnya dapat
memberikan sandang, papan, dan pangan.
8. Pola Seksual dan Seksualitas
Tn.S mengatakan terkadang masih melakukan hubungan dengan istrinya jika kondisi mereka
memungkinkan.
9. Pola Peran dan Hubungan
Hubungan dengan kelurga harmonis dan tidak ada maslah yang mengakibatkan kekacauan
dalam rumah tanggannya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik sehingga saat salah
satu anggota warga ada yang sakit mereka saling menjenguk.
10. Pola Manajemen dan Koping Stres
Saat terjadi nyeri pasien hanya mampu menahan nyeri dan berusaha untuk tidur. Karena Tn.S
sakit yang berusaha membayar biaya perawatan adalah istrinya.
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Ny.S mengatakan yakin bahwa suaminya dapat sembuh, Ny.S selalu berdoa agar suaminya
lekas diberikan kesembuhan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/Penampilan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV :
a) TD : 170/100 mmHg
b) Pernafasan :
- Frekuensi : 22x/menit
- Irama : teratur
c) Suhu : 38°C
d) Nadi :
- Frekuensi : 96x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala, Rambut : warna hitam sedikit beruban, rambut lengket, dan kusam, tidak ada
kutu, terdapat ketombe.
b. Mata :
- Palpebra : tidak udem, tidak petosis
- Konjungtiva : konjungtiva tidak anemis
- Pupil : isokor
- Sclera : tidak ikterik
- Reflek terhadap cahaya : +
- Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
c. Hidung : lembab, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Mulut : bibir lembab, mukosa mulut sedikit kotor, tidak ada sariawan
tidak ada gigi berlubang.
e. Telinga : sedikit kotor, sedikit serumen, kadang-kadang terjadi tinitus.
f. Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku
Kuduk
g. Dada :
1) Paru-paru
-Inspeksi : Bentuk dada simetris
-Palpasi : Vocal premitus getaran kanan kiri sama
-Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
-Auskultasi : Vesikuler pada seluruh area paru, tidak ada suara nafas tambahan, inspirasi
lebih pendek dari ekspirasi.
2) Jantung
-Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
-Palpasi : IC teraba di ICS 5 mid clavicula
-Perkusi : Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal
-Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.

h. Abdomen :
-Inspeksi : warna sawo matang, jaringan parut tidak
terlihat, umbilicus kotor.
-Auskultasi : 30x/menit
-Perkusi : thympani
-Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Ekstremitas
Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri :4
 ROM kanan dan kiri : Aktif
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada perubahan bentuk tulang
 Perabaan Akral : Hangat
 Pitting edema : tidak ada
Analisa : tidak ada kelainan pada ekstremitas.
Bawah
 Kekuatan otot kanan dan kiri :4
 ROM kanan dan kiri : Aktif
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada perubahan bentuk tulang
 Perabaan Akral : Hangat
 Pitting edema : tidak ada
Analisa : tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tanggal/ Jenis Keterangan Hasil
Jam Pemeriksaan
Senin, 22 1. Ro Thorax Tidak ada bercak-bercak, tidak ada fraktur ic
oktober 20122. Ro Sinus Penebalan mukosa sinus maksilaris duplek
09.00 WIB Paranasal
3. EKG Tidak ada kelainan jantung

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hari/Tgl/Jam Jenis Nilai Normal Hasil Keterangan
dan satuan
Pemeriksaan
Senin, 22 GDS 100 s/d 150 mg 127 mg Normal
Oktober 2012 Hb 14-18 g/dL 12.8 g/dL Turun
09.00 WIB Leukosit 5000-10000/mm³ 6000/mm³ Normal
Eritrosit 4,5-5,5 juta/mm³ 4800000/ mm³ Normal
Hct 40-43 % 42 % Normal
Eosinofil 1-3 % 0% Turun
Basofil 0-1 % 0% Normal
Batang 2-6 % 0% Turun
Segmen 50-70 % 69 Normal
Limfosit 20-40 % 27 % Normal
Monosit 2-8 % 4% Normal
Trombosit 150000-300000 mm³ 214000 mm³ Normal
MCV 82-92 mikron 3 88 mikron 3 Normal
MCH 27-32 piko gram 31 Piko gram Normal
MCHC 32-37 % 36 % Normal

VI. TERAPI MEDIS


Hari/ Tangga Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi &
Jam Kandungan Farmakologi
Senin, Cairan IV :
22/10/2012 - Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan
cairan dan elektrolit
dalam tubuh

Terapi tukak
- Ranitidin 25 mg Obat saluran cerna lambung, mengatasi
mual

Obat Peroral :
Mengobati
- Captopril 25 mg Antihipertensi hipertensi ringan
s/d sedang

e) Terapi defisiensi
- Sohobion 100 mg Vitamin B Vit B1, B6, & B12

Mengobati vertigo
- Mertigo 6 mg Antineoplastik, dan yang
Imunosupresan berhubungan
dengan gangguan
keseimbangan
Obat Parenteral
Obat Topikal

VII. ANALISA DATA


No Hari/tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi TTD
1 Senin, DS: Gangguan Agen cedera
22-10-2012 pasien mengatakan pusing rasa nyaman biologi
09.30 WIB berputar-putar. (nyeri akut)
P: nyeri karena vertigo
Q : seperti ditarik-tarik
R : kedua pipi sampai sekitar mata
S:9
T : Saat duduk / menunduk
DO:
1. TD : 170/100 mmhg
2. S : 380C
3. N : 96x/mnit
4. RR : 22x/mnit
5. Pasien tampak meringis kesakitan
6. Pasien tampak resah
2 Senin, 22- DS : Resiko Tidak
10-2012 Pasien mengatakan nafsu makan nutrisi adekuatnya
09.30 WIB berkurang, mual muntah, dan lidah kurang dari intake makanan
terasa pahit serta tidak makan kebutuhan
selama 3 hari dan hanya minum air tubuh
putih.
DO :
A : BB : 64kg, TB : 163 cm,
IMT : 24,08 kgBB
B:
Hct : 42 %
Hb : 12,8 g/dL
C:
1. Pasien tampak mual muntah
2. Turgor kurang elastis
3. Pasien tampak lemas
4. Konjungtiva tidak anemis
D : Menghabiskan ¼ porsi makan

3 Senin, DS : Gangguan Fisiologi


22-10-2012 Pasien mengatakan susah tidur, pola tidur (pusing seperti
09.30 WIB tidur siang ±1/2 jam dan tidur berputar-putar)
malam hanya 3-5 jam dan mudah
terbangun karena nyeri, perasaan
setelah bangun masih mengantuk
DO :
1. TD : 170/100mmhg
2. S : 38oC
3. N : 96 x/ mnit
4. Mata berkantung
5. Pasien tampak mengantuk

4. Senin, DS : Resiko Gangguan


22-10-2012 Pasien mengatakan pusing seperti Jatuh kesesimbangan
09.30 WIB berputar-putar dan tambah parah N VIII
jika digunakan untuk menunduk
dan duduk.
DO :
1. Kerusakan keseimbangan
2. 170/100 mmHg
3. Agen antihipertensi
4. Tidak familiar terhadap ruangan
5. Tidak ada pengawasan saat ke
kamar mandi
6. Tidak ada pegangan menuju kamar
mandi
5. Senin, DS : Hipertermi Ketidakefektifa
22-10-2012 Pasien mengatakan badanya n kerja
09.30 WIB merasa panas dingin. hipotalamus

DO :
1. Suhu : 38°C
2. Akral hangat
3. Banyak berkeringat
4. AL : 6000/mm³

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA


1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.

IX. RENCANA KEPERAWATAN


No. Hari/ Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional TTD
Tgl/Jam Keperawatan
1. Senin/ 22 Resiko jatuh Setelah dilakukan1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi
oktober b.d Gangguan tindakan aktivitas yang kategori aktivitas yang
2012/ keseimbangan keperawatan dijalani pasien dijalani pasien.
10.00 N VIII selama 2x24 jam selama di rumah2. Karakteristik jalan
WIB masalah resiko sakit. dapat menentukan
jatuh dapat 2. Observasi keadaan pasien,
teratasi dengan perilaku jalan memerlukan bantuan
kriteria hasil sbb : pasien atau tidak
1. Tidak terjadi 3. Observasi 3. Keadaan tempat yang
jatuh atau cidera tempat yang kurang baik dapat
fisik biasa dilalui menimbulkan jatuh
2. Pasien dapat pasien untuk 4. Mengantisipasi
beraktivitas dan beraktivitas terjadinya jatuh saat
atau ambulasi 4. Naikkan restrain pasien banyak
dengan tenang jika perlu bergerak
3. Pasien terjaga 5. Dampingi pasien
5. Saat pasien akan jatuh
keamanannya saat berjalan ada yang membantu
dalam beraktivitas6. Beritahu pasien menopang tubuhnya
4. TD : 140/90 dan keluarga 6. Pasien dan keluarga
mmHg akibat dari jatuh dapat memahami
5. Pasien dapat 7. Beritahu pada bahaya jatuh
mengenali keluarga pasien 7. Mengidentifkasi
lingkungan untuk tetap tanda-tanda terjadinya
diruangan menjaga atau jatuh
mengawasi 8. Pasien dapat
aktivitas pasien menggunakan
8. Ajarkan pada perantara untuk
pasien untuk berjalan seperti kursi,
menggunakan bed, dll
alat-alat 9. Keselamatan pasien
alternatif dalam saat beraktifitas
beraktivitas terjaga.
9. Kolaborasi
penggunaan alat
bantu untuk
beraktivitas
2. Senin/ 22 Hipertermi b.d Setelah dilakukan1. Observasi VS 1. Tanda-tanda kejang
oktober Ketidakefektifa tindakan 2x24 jam pasien 4 jam demam dapat diketahui
2012/ n kerja masalah sekali dari VS
10.00 hipotalamus hipertermi dapat 2. Lakukan 2. Agar tubuh terjadi
WIB teratasi dengan kompres hangat vasodilatasi dan suhu
kriteria hasil sbb :3. Anjurkan untuk dapat turun
1. Suhu turun memakai baju 3. Memudahkan sirkulasi
menjadi 36- tipis udara untuk
37,5°C 4. Anjurkan asupan menurunkan suhu
2. Pasien tidak cairan oral 4. Dehidrasi dapat
merasa resah 5. Kolaborasi memperparah
3. RR dalam batas penggunaan obat hipertermi
normal 18- antipiretik 5. Obat penurun suhu
24x/menit dan tubuh.
tidak mengalami
distres dalam
pernafasan
3. Senin/ 22 Gangguan rasa Setelah dilakukan1. Kaji nyeri 1. Mengetahui skala
oktober nyaman (nyeri tindakan (PQRST) nyeri dan keadaan
2012/ akut) b.d Agen keperawatan 2. Kaji keluhan nyeri secara holistik
10.00 cidera biologi selama 3x24 jam pasien tiap hari 2. Mengetahui tingkat
WIB masalah 3. Berikan posisi penurunan nyeri untuk
keperawatan nyaman sesuai sembuh
gangguan rasa dengan 3. Posisi yang nyaman
nyaman nyeri kebutuhan dapat sedikit
dapat pasien mengubah persepsi
diminimalkan 4. Ajarkan terapi nyeri yang dirasa
dengan KH sbb : untuk pasien
1. Pasien sudah pengurangan 4. Kebiasaan mengubah
tidak meringis nyeri (mengubah posisi kepala secara
kesakitan posisi kepala) bertahap dapat
2. Skala nyeri 5. Ajarkan tekhnik menurunkan nyeri atau
menjadi 6 relaksasi pusing.
3. TD : 140/70 6. Kolaborasi
5. Dengan teknik
mmHg dengan relaksasi dapat
4. S : 36-37,50C pemberian obat mengurangi rasa nyeri
5. N : 60-100x/menit analgesik dan
6. Obat penghilang rasa
6. RR : 18- mertigo nyeri dan obat untuk
24x/menit vertigo
7. Pasien merasa
nyaman
4. Senin/ 22 Gangguan pola Setelah dilakukan1. Kaji jumlah jam1. Mengetahui berapa
oktober tidur b.d tindakan tidur pasien jam tidur pasien
2012/ Fisiologi keperawatan 2. Mengobservasi 2. Mengetahui tingkat
10.00 (pusing yang selama 2x24 jam intensitas tidur insomnia pasien
WIB berputar-putar) masalah pasien 3. Menciptakan suasana
keperawatan 3. Ciptakan rileks yang bisa
gangguan pola lingkungan yang mempermudah tidur
tidur dapat teratasi nyaman 4. Karena saat tidur
dengan KH sbb: 4. Jelasakan tubuh melakukan
1. Konjungtiva tidak pentingnya tidur metabolisme
anemis yang adekuat 5. Kenyamanan tubuh
2. Mata tidak untuk kesehatan pasien dapat
berkantung 5. Beritahu pada membantu proses
3. Dapat tidur 4-6 keluarga untuk memulai tidur
jam memberikan 6. Untuk membantu tidur
4. Tidur nyenyak pijatan yang pasien
tidak mudah nyaman saat 7. Tidur dapat stabil dan
terbangun memulai tidur obat tidak
5. Nadi : 60-100 6. Kolaborasi membahayakan bagi
mmHg dengan tubuh pasien
6. TD : 140/90 pemberian
mmHg sedatif
7. Diskusikan
dengan dokter
tentang perlunya
meninjau
kembali program
pengobatan jika
berpengaruh
pada pola tidur.
5. Senin/ 22 Resiko nutrisi Setelah dilakukan1. Pantau intake 1. Mengetahui
oktober kurang dari tindakan dan output pada keseimbangan nutrisi
2012/ kebutuhan keperawatan pasien pada tubuh pasien
10.00 tubuh b.d tidak selama 3x24 jam 2. Timbang BB 2. Untuk memantau BB
WIB adekuatnya masalah nutrisi pasien pasien
intake makanan kurang dari 3. Anjurkan makan3. Menaikkan BB pasien
kebutuhan tubuh sedikit tapi 4. Agar nafsu makan
dapat teratasi sering pasien bertambah
dengan KH sbb : 4. Beritahu pada 5. Selain mendapatkan
1. Nafsu makan pasien dan gizi yang baik hal ini
bertambah keluarga untuk dapat pula menghemat
2. BB tidak makan makanan biaya
berkurang yang disukai 6. Melakukan hal-hal
3. Turgor elastis pasien yang biasa klien
4. Pasien tidak 5. Beritahu pasien lakukan saat makan
merasa lemas atau keluarga agar nafsu makan
5. Makan 1 porsi tentang makanan meningkat
habis yang bergizi dan7. Mengetahui diet
6. Tidak ada mual tidak mahal pasien dan
muntah 6. Ajarkan metode menentukan makanan
untuk yang banyak
perencanaan mengandung gizi yang
makan cukup
7. Kolaborasi 8. Dokter dapat
dengan ahli gizi menentukan obat
8. Laporkan pada pengganti nutrisi yang
dokter jika cukup dan atau dokter
pasien menolak memberikan obat
makan penambah nafsu
makan.

X. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
No Tgl/jam No. Implementasi Respon klien TTD
Dx
1 Senin, 3 Mengkaji nyeri (PQRST) S : pasien mengatakan pusing
22-10- berputar-putar
2012 P : nyeri karena vertigo
10.30 Q : seperti di tusuk-tusuk
WIB R : nyeri kedua pipi hingga
sekitar mata
S:9
T : saat duduk/ menunduk
O : -Pasien tampak meringis
kesakitan

10.45 3 Memberikan posisi yang S : pasien mengatakan lebih


WIB nyaman nyaman dengan posisi yang
diberikan perawat
O: -Pasien terlihat lebih nyaman
-Pasien tampak tenang

2 Memberikan kompres air S : Pasien mengatakan mau


hangat dikompres
O : Suhu 38,3°C
Pasien tampak resah

1 Mengkaji tingkat aktivitas S : Pasien mengatakan saat


yang dijalani pasien selama dirumah sakit hanya tidur dan ke
di rumah sakit. kamar mandi
O : Pasien tampak ingin
melakukan aktivitas secara
mandiri

11.30 1, 2, Melakukan pemeriksaan S:-


WIB 3,4 TTV O : suhu 37,9°C
TD : 170/100 mmHg
RR : 22x/menit
N : 86x/menit

5 Menganjurkan makan S : pasien mengatakan mau


sedikit tapi sering melakuakam
O : pasien tampak kooperatif.

13.00 4 Menjelaskan pentingnya S : klien mengatakan ingin tidur


WIB tidur tapi sulit.
O : klien tampak mengantuk
Adanya kantung mata

13.10 3 Mengajarkan mengubah S : Pasien mengatakan mau


WIB posisi kepala sesering mencobanya
mungkin sebagai terapi O : pasien tampak kooperatif
penghilang pusing
2 Selasa, 3 Memvalidasi nyeri pada S : pasien mengatakan nyerinya
23-10- pasien masih terasa hebat dan seperti
2012 berputar-putar
09.00 O : Wajah pasien tampak
WIB meringis kesakitan
-Qualitas seperti ditarik-tarik
-Skala 8

10.00 5 Memantau intake dan S : pasien mengatakan sudah


WIB output pada pasien minum sekitar 3 gelas
O : input cairan ±900 cc
Memberitahu pada pasien S : Pasien mengatakan ya
dan keluarga untuk makan O : Pasien tampak kooperatif
makanan yang disukai
pasien
11.30 1,2, Melakukan pemeriksaan S : Pasien mengatakan ya
WIB 3,4 TTV O : suhu 36,4°C
TD : 150/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit

13.00 4 Mengobservasi intensitas S : pasien mengatakan belum


WIB tidur pasien bisa tidur
O : mata pasien masih terlihat
berkantung, pasien tampak
mengantuk.
4 Memberitahu pada S : Istri pasien mengatakan sudah
keluarga untuk melakukan pijatan
memberikan pijatan yang O : Pasien dan keluarga tampak
nyaman saat memulai tidur resah

15.10 3 Mengajari teknik relaksasi S : Pasien mengatakan mau


WIB diajari
O : pasien terlihat kooperatif,
wajah tampak meringis kesakitan
karena nyeri.

16.00 1 Mengajarkan pada pasien S : Pasien mengatakan sudah


WIB untuk menggunakan alat- mengerti
alat alternatif dalam O : Pasien tampak sudah
beraktivitas melakukan dan sudah paham

16.30 1,2, Melakukan pemeriksaan S:-


WIB 3,4 TTV O : Suhu 38,2 °C
N : 84x/menit
TD : 140/80 mmHg
RR : 22x/menit
17.55 5 Memberikan injeksi S : Pasien mengatakan sedikit
WIB Ranitidin. Menganjurkan sakit saat diinjeksi
untuk minum parasetamol O : Ranitidin masuk 25mg/ml
per oral. Paracetamol masuk
500mg/oral
3 Rabu, 3 Memvalidasi nyeri pada S : Pasien mengatakan masih
24-12- pasien nyeri pada wajahnya dan terasa
2012 berputar-putar serta seperti
10.00 ditarik-tarik
WIB O : Pasien tampak bingung dan
kesakitan
Quality : seperti ditarik-tarik
Skala 8
4 Memvalidasi kemampuan S : Pasien mengatakan semalam
tidur pasien bisa tidur tapi dengan bantuan
obat tidur
O : Pasien tampak segar, kantung
mata tidak ada

11.20 5 Memberitahu pasien S : Pasien mengatakan sudah


WIB tentang makanan yang cukup mengerti atau paham
banyak mengandung tentang jenis-jenis makanan
karbohidrat dan gizi yang tersebut.
cukup O : pasien tampak mengerti,

12.00 1,2,3 Melakukan pemeriksaan S : Pasien mengatakan berkenan


WIB ,4 TTV untuk dilakukan pemeriksaan
TTV
O : suhu 37°C ,
TD : 110/70 mmHg
RR : 22X/menit
N : 88x/menit
13.20 5 Memotivasi pasien untuk S : pasien mengatakan ya
WIB tetap makan sesering O : Pasien tampak kooperatif.
mungkin.

21.10 1, 5 Memberikan injeksi S:-


WIB Mecobalamin 500µg O : Pasien tampak kesakitan saat
diinjeksi
-Mecobalamin masuk 500µg
- Pasien tidak alergi obat
Mecobalamin

3, 4 Menciptakan lingkungan S : Pasien merasa lebih baik tapi


yang nyaman tetap merasa sedikit nyeri
(membaringkan pasien O : Skala nyeri 7
tanpa bantal ditempat tidur Quality : seperti ditarik-tarik
dan membersihkan seprei) Sprei bersih

XI. CATATAN KEPERAWATAN


Hari/Tgl/Jam No.Dx Evaluasi Ttd
Senin, 22-10- 1 S : Pasien mengatakan belum bisa ke kamar mandi karena
2012 pusing
14.00 WIB O: Pasien tampak lemah
Kekuatan otot ekstremitas bawah 3
Pasien menggunakan bantuan minimal
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2 S : Pasien mengatakan badannya masih panas


O : Suhu 38°C
N : 86x/menit
RR : 22x/menit
TD : 170/100 mmHg
Akral teraba hangat
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 5)

3 S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri atau pusing seperti


berputar-putar dan mata seakan-akan tertarik kedalam
O : Pasien tampak bingung, takut, dan cemas
TD : 170/100 mmHg, Suhu 38°C
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)

S : pasien mengatakan masih tidak bisa tidur


4 O : klien tampak mengantuk, mata berkantung
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)

S : Pasien mengatakan makan selalu tidak habis


5 O : makan hanya habis ¼ porsi saja (±150 cc/tiap kali
makan)
A : Masalah nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (5,6,7)

Selasa, 23- 1 S : Pasien mengatakan sudah berjalan sendiri ke kamar


10-2012 mandi
20.00 WIB O : kekuatan otot pasien 4
Pasien tampak semangat dalam berjalan meski menahan
nyeri/pusing
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2,5,6,7,8)

2 S : Pasien mengatakan badanya panas lagi


O : Suhu 38,2°C
Nadi 84x/menit
RR : 22x/menit
TD : 140/80 mmHg
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi (2, 5)

3 S : Pasien mengatakan masih nyeri di wajah seperti ditarik-


tarik
O : klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 8
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)

4 S : Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering


terbangun
O : Pasien tampak bingung dan resah
TD : 140/80 mmHg
Suhu 38,2 °C
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,5,6)

5 S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat


O : makan habis ½ porsi, tidak ada mual
A : masalah resiko nutrisi sedikit teratasi
P : pertahankan intervensi

Rabu, 24-10- 1 S : Pasien mengatakan ke kamar mandi minta didampingi


2012 istrinya karena takut jatuh
08.00 WIB O : TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah resiko jatuh teratasi
P : pertahankan intervensi

2 S : Pasien mengatakan badanya sudah tidak panas


O : Suhu 37°C
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah hipertermi teratasi
P : Pertahankan intervensi

3 S : Pasien mengatakan masih nyeri dan pusing, apalagi saat


digunakan duduk atau berdiri
O : Pasien tampak resah, skala nyeri 7
TD : 110/60 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)

4 S : Pasien mengatakan sudah dapat tidur meskipun hanya 5


jam
O : Pasien tampak tidak mengantuk lagi, tidak ada kantung
mata
TD : 110/70 mmHg
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
P : Pertahankan intervensi

5 S : Pasien mengatakan jika makan sudah habis 1 porsi dan


tidak mual.
O : Intake meningkat dari ¼ porsi menjadi 1 porsi
A : masalah resiko nutrisi teratasi
P : Pertahankan intervensi
PATHWAY KONSEP

Otologi Neurologik Hipertensi Psikiatrik Fisiologi


-Meniere, -Gangguan Visus (Depresi, Ansietas
-Parese N VIII -MS Fobia, Psikosomatis) Gangguan
-Otitis media -Ggn Serebelum keseimbangan
Menyerang N. III, IV, VI terganggu tekanan darah Mual, muntah
Telinga bagian naik turun
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dalam mata menjadi kabur
Diteruskan ke
Tinitus keseimbangan terganggu pembuluh darah telinga

Gangguan persepsi sensori pendengaran


Tidak mampu berfokus pada Pasokan darah
Pikiran ke N.VIII tidak stabil

Keseimbangan terganggu
Gangguan proses fikir
Bakteri menginfasi SSP
Intoleransi aktivitas

Menyebar ke N. VIII

Resiko Jatuh
N.VIII terganggu
Sempoyongan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dilakukan dengan cara wawancara.Menggali informasi dari pasien langsung (Autoanamnesa)
dan informasi dari keluarga pasien (Alloanamnesa) serta dengan data-data dari rekam medik
pasien yang selalu digunakan dalam segala aspek atau tindakan yang pernah dilakukan
terhadap pasien.

Menurut Prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt Vertigo disebabkan karena gangguan keseimbangan di


telinga bagian dalam atau mungkin di otak. Bentuk paling sering dari vertigo adalah Benign
Paroxymal Positional Vertigo (BPPV), yaitu adanya ilusi gerakan yang disebabkan oleh
gerakan kepala secara mendadak atau gerakan kepala ke arah tertentu. Jenis seperti ini
umumnya tidak berat dan dapat teratasi. Pada umunya penderita akan merasakan sensasi
gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan yang berputar. Selain itu,
kadang ada juga yang disertai gejala mual muntah, berkeringat, dan gerakan mata yang
abnormal. Gejala ini bisa terjadi dalam satuan menit atau jam, dapat bersifat konstan atau
episodik (kadang-kadang). Ada pula yang merasakan telinga berdenging, gangguan
penglihatan, lemah, sulit bicara, atau kesulitan berjalan(Ikawati, 2010)

Namun pada pasien yang menjadi kasus kelolaan ini mengalami pusing yang berputar-putar
serta bagian sekitar mata seperti ditarik-tarik kedalam. Suhu tubuh yang selalu tinggi dan
derajat angkanya naik turun tapi tetap konstan termasuk kedalam hipertermi. Pasien
merasakan tubuhnya menggigil dan banyak mengeluarkan keringat. Selama sakit nafsu
makan pasien turun, hal itu dikarenakan adanya mual muntah yang dirasa pasien. Lima hari
pasien hanya minum air putih dan enggan untuk mengkonsumsi nasi. Herannya dengan
kondisi lemah yang dialami pasien ini masih dapat melakukan ADL secara mandiri,
meskipun nyeri (pusing) yang dialami ini lebih hebat dari nyeri yang dialami sebelumnya.
Pasien juga memiliki riwayat pengobatan penyakit sinus yang dideritanya sejak beberapa
tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan vertigo meliputi :
1. Nistagmus
2. Pemeriksaan neurologis dengan perhatian khusus pada :
a) Posturografi : tes Romberg yang dipertajam, past-pointing test, Manuver Nylen-Barany atau
Dix-Hallpike
b) Tes kalorik
c) Saraf-saraf kranal
d) Fungsi motorik dan sensorik
3. Pemeriksaan penunjang meliputi :
a) Laboratorium : darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostasis
b) Foto Rontgen servikal
c) Neurofisiologi sesuai indikasi : EEG (elektroensefalografi), ENG (elektronistagmografi),
EMG (elektromiografi), BAEP (Brainstem Auditory Evoked Potential) dan audiometri
d) Neuroimaging seperti CT scan, MRI, dan ateriografi untuk mengetahui keadaan lesi atau
tidaknya bagian kepala yang mempengaruhi saraf.
(Dewanto, dkk.2009)
Pada pasien kelolaan hanya dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium untuk
mendukung diagnosa pada pasien, karena dilihat dari tanda-tanda yang ada pasien positif
menderita vertigo.
B. Diagnosa
Setiap pasien dengan vertigo pasti memiliki keluhan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya. Namun sebagian besar pasien mengalami kejadian yang sama. Untuk keluhan
yang berbeda akan memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda pula. Berikut adalah
diagnosa keperawatan utama pada pasien dengan vertigo
1. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara
berjalan dan vertigo.
2. Kerusakan penyesuaian berhubungan dengan ketidakmampuan merubah gaya hidup yang
diperlukan karena sifat vertigo yang tidak dapat diperkirakan
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan haluaran cairan,
perubahan masukan, dan obat.
4. Kurang perawatan diri : makan, mandi/higiene, berpakaian/berdandan, toileting,
berhubungan dengan disfungsi labirin dan episode vertigo.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap, atau perubahan pada status kesehatan dan
efek ketidakmampuan dari vertigo. (Baughman,2000)
Dari berbagai diagnosa diatas hanya ada satu yang sesuai dengan diagnosa keperawatan pada
pasien kasus kelolaan yaitu risiko terhadap cedera. Namun diagnosa lain bertolak belakang.
Karena pada kasus kelolaan muncul diagnosa sebagai berikut :
1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
Diagnosa ini diambil karena pada pasien selalu aktif untuk melakukan ADL sendiri seperti ke
kamar mandi yang dilakukan secara mandiri tanpa ada seseorang yang mengawalnya.
Sehingga resiko kemungkinan untuk jatuh sangat besar terkait dengan kondisi pasien yang
lemah dan merasa pusing seperti berputar.
2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
Pada pasien mengalami panas dan keluar keringat dingn serta suhu tubuh pasien selalu tinggi.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
Kemungkinan pada pasien terjadi cedera pada bagian syarafnya karena dari hasil
pemeriksaan Rontgen sinus mengalami penebalan dan kemungkinan dapat menganggu saraf
nervus vestibularis sehingga timbul nyeri tiba-tiba dan terjadi vertigo.
4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
Karena tingkat nyeri yang skalanya tinggi (skala nyeri pasien 9). Sangat mengganggu pola
tidur pasien. Pasienpun susah untuk memulai tidur. Bahkan tidur malam hanya dirasakan
kurang lebih 2 jam saja.
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.
Timbulnya mual disertai muntah menjadi alasan utama untuk menegakan diagnosa resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu disertai adanya intake yang tidak stabil karena
pasien hanya minum banyak dan tidak makan selama lima hari.

C. Pathway Kasus
Bakteri/Virus masuk saluran nafas (hidung)

Sinusitis

Penebalan sinus maksilaris


Bakteri masuk melalui

Saluran Eustacius Mengganggu jaringan sekitar sinus

Menuju koklea ditelinga nyeri pada pipi mengganggu jaringan


sekitar mata
Dan sekitar mata

Gangguan Pola Tidur

Nyeri Akut

Vestibularis terganggu mata menjadi kabur dan

Timbul kekakuan
Inflamasi

Gerak bola mata menjadi lambat

Suhu tubuh Keseimbangan terganggu


meningkat Pusing berputar

Hipertermi

Jalan sempoyongan

Respon fisiologis
Resiko Jatuh

Mual & muntah


Nafsu makan turun

Resiko Nutrisi Kurang dariKebutuhan Tubuh

D. Intervensi
Sasaran pasien mencakup tetap bebas dari setiap cedera yang berkaitan dengan
ketidakseimbangan dan atau jatuh : menyesuaikan pada modifikasi gaya hidup untuk
mengurang ketidakmampuan dan menguatkan kontrol dan kemandirian, mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, tidak mengalami ansietas yang berkelanjutan serta
mampu untuk melakukan ADL (Baughman, 2000)
Pada rencana keperawatan lebih menekankan pada rencana keperawatan untuk mengatasi
diagnosa yang muncul lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan mandiri
perawat daripada tindakan kolaborasi. Meskipun tindakan mandiri perawat lebih kecil
presentase untuk mencapai keberhasilan, namun jika tetap dilakukan secara berangsur-angsur
akan menciptakan kesembuhan atau sedikit teratasinya keluhan yang muncul.
Pada pasien kasus kelolaan lebih diutamakan untuk mengatasi resiko jatuh karena bahaya dari
jatuh akan memunculkan komplikasi yang serius pada pasien serta menambah keluhan yang
dirasa pasien. Untuk mengatasi nyeri (pusing) dilakukan setelah hipertermi dapat teratasi.
Karena lebih mudah mengatasi hipertermi daripada nyeri yang muncul. Untuk mengatasi
nyeri (pusing) akan dilakukan proses terapi sederhana. Gangguan pola tidur akan dilakukan
tindakan pemberian lingkungan yang nyaman dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
akan lebih ditekankan pada pemberian pendidikan kesehatan pada pasien untuk mengubah
kebiasaan makan serta pemberian motivasi tetap makan karena kesembuhan dimulai dari
nutrisi yang baik.

E. Implementasi
Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler, penatalaksanaanya sesuai
dengan tatalaksana pada kasus stroke. Pada vertigo penatalaksanaanya terdiri dari terapi
kausal, terapi simtomatik, terapi rehabilitasi yaitu dengan menggunakan metode Brand-
Daroff, serta dilakukan operasi. Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak
berhasil. Berikut contoh-contoh obat antivertigo :
1. Penyekat Kalsium : Flunarisin 5-10 mg diberikan 1x sehari, Sinarisin 25 mg diberikan 3x
sehari.
2. Antihistamin : Prometasin 25-50 mg diberikan 3x sehari, Dimenhidrat 50 mg diberikan 3x
sehari.
3. Antikolenergik : Skopolamin 0,6 mg diberikan 3x sehari, Atropin 0,4 mg diberikan 3x sehar.
4. Monoaminergik : Amfetamin 5-10 mg diberikan 3x sehari, Efedrin 25 mg diberikan 3x
sehari.
5. Phenotiazine : Proklorperasin 3 mg diberikan 3x sehari, Klorperasin 25 mg diberikan 3x
sehari
6. Benzodiazepin : Diazepam 2-5 mg diberikan 3x sehari.
(Dewanto, 2009.Hal.113-114)
Penatalaksanaan diet diberikan minuman atau makanan rendah natrium yaitu 2000 mg per
hari. Selan itu dianjurkan untuk menghindari alkohol, nikotin, dan kafein. Sedangkan
penatalaksanaan bedah dilakukan 3 cara yaitu : Dekompresi atau pirai kantung endolimfatik,
Labirinektomi (penghancuran telinga dalam), dan terakhir dilakukan pembedahan Seksi saraf
vertibular (saraf kranial ke-8). (Baughman, 2000)
Sedangkan pada pasien ini selain diberikan tindakan mandiri perawat pasien juga diberikan
terapi farmakologi. Terapi yang diberikan antara lain :
Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi & Farmakologi
Kandungan
Cairan IV :
- Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh

- Ranitidin 25 mg Obat saluran cerna Terapi tukak lambung,


mengatasi mual
Obat Peroral :

- Captopril 25 mg Antihipertensi Mengobati hipertensi ringan s/d


sedang
b)
- Sohobion 100 mg Vitamin B Terapi defisiensi Vit B1, B6, &
B12
- Mertigo 6 mg Antineoplastik, Mengobati vertigo dan yang
Imunosupresan berhubungan dengan gangguan
keseimbangan
Terapi diatas diberikan menurut keluhan yang dialami pasien dan hanya ada satu obat
antivertigo yaitu mertigo yang menjadi terapi utama penangan vertigo.
F. Evaluasi
Pada pasien vertigo yang dikelola setelah dilakukan tindakan keperawatan berikut dengan
kolaborasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat teratasi meliputi nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, hipertermi, gangguan pola tidur, dan resiko jatuh pada pasien dapat
diantsipasi. Sedangkan diagnosa yang belum dapat teratasi adalah masalah nyeri atau pusing
yang berputar-putar. Pasien mengatakan bahwa nyerinya akan hilang sejenak setelah
diberikan suntikan, namun setelah itu nyeri akan kembali dan akan lama dirasakan oleh
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner &


Suddarth.Jakarta : EGC

Dewanto, George...[et al.].2009.Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit


Saraf.Jakarta : EGC

Ikawati, Zullies.2010.Resep Hidup Sehat.Yogyakarta : Kanisius


Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih
bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai