step 3
1. bagaimana ciri gingiva normal?
warna: corak pink, tergantung pigmentasi orangnya
kedalaman sulkus:tdk lebih 2mm
bentuk interdental:piramidal
tekstur: stippling
konsistensi: kenyal dan melekat pd gigi dan tulang alveolar
mukosa sama dgn daerah sekitarnya
8. apa saja obat yang dapat membuat gusi membesar selain phenytoin?
-antikonvulsan :phenytoin,succinimides,metsusinimid ,asam flaproat
-imunosupresan:siklosporin berpengaruh dlm pembentukan epitel dan pengurang degradasi
dari kolagen ,matriks menyebkan penurunna degradasi kolagen
-kalsium blocker: amiodipine,ferapamil,nefedipin
9. mengapa pada saat kunjungan pertama tdk dilakukan tindakan pemotongan gusi semua regio?
karena jika dilakukan semua rahang mastikasi sulit
pembesaran hanya 1 pd saat kunjungan pertama/ belum kelihatan adanya pembesaran gingiva
10. bagaimana pandangan islam tentang pengobatan yg menyebabkan penyakit lain?
manfaat lebih besar dari mudhorotnya
mapping
penyakit gingiva
etiologi
bedah
perawatan
non bedah
STEP 4
1. bagaimana mekanisme dan patofisiologi gingiva enlargment pd skenario dan obat lainya ?
vidio/gambar/skema
“Dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku..” (Asy-Syu’araa [36]:80)
Di samping itu ada juga Hadits yang berbunyi, “Lii Kulli Daa In dawaun.” Artinya: “Setiap
penyakit pasti ada obatnya.”
Dari kedua hujjah ini, seseorang yang menderita suatu penyakit, seyogyanya mempunyai
suatu keyakinan yang sangat kuat bahwa tiada satu pun yang ada di dunia ini yang mampu
menyembuhkan kecuali Allah ‘Azza wa Jalla melalui izin-Nya.
Seseorang yang menderita suatu penyakit haruslah mempunyai keyakinan yang sangat kuat
bahwa semua penyakit pasti ada obatnya, karena demikianlah memang yang dikabarkan oleh
Rasulullah mengenai hal tersebut, bahkan beliau menyebutkan hanya ada dua penyakit yang
tidak bisa disembuhkan, yaitu: Mati dan Pikun.
Oleh Karena itu jika kita mendapatkan manusia yang mengatakan bahwa suatu penyakit tidak
ada obatnya dan tidak bisa disembuhkan , maka ucapan ini menjadi bertentangan dengan
apa yang disampaikan oleh Rasulullah dan wajib bagi kita untuk menolaknya.
Kedua, Menggunakan obat yang halal dan thoyyib. “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit
dan obatnya, dan menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya.Maka berobatlah kalian, tapi
jangan dengan yang haram.” (Riwayat Abu Dawud)
Konsep kedua dalam pengobatan Islam adalah menggunakan obat yang halal dan thoyyib.
Ada hal yang penting dari apa yang disampaikan Rasulullah SAW melalui Hadits ini.
Dari sini dapat kita pahami bahwa tidak mungkin obat obat yang digunakan seseorang adalah
sesuatu yang haram, karena pastinya ketika Allah menciptakan suatu penyakit, Allah juga
menurunkan obatnya, namun karena Allah Maha Suci (Al-Quddus), tidaklah mungkin Allah
akan menurunkan penawarnya dari benda yang haram.
Hal ini patut kita cermati, karena kita sekarang banyak mendapati obat obatan yang digunakan
pada masa kini, ternyata berasal dari barang haram, termasuk gelatin yang banyak sekali
digunakan dalam dunia pengobatan masa kini yang ternyata berasal dari babi. Sebagai
contoh, LPPOM –MUI banyak mendapatkan ternyata cangkang kapsul yang digunakan untuk
obat, banyak dihasilkan dari gelatin babi.
Hal ini patut menjadi perhatian kita semua, karena perihal halal haram menjadi suatu hal yang
sangat penting dalam Islam yang bisa membuat amalan seseorang tidak diterima oleh Allah
‘Azza wa Jalla karena permasalahan haramnya obat yang dia minum.
h. Bacterial flora
Smear pada lesi terdiri dai bakteri, sphirocetes, fusiform bacilli, desquamatives ephitelial sel,
dan terkadang PMNs. Sphirocetes yang ada dapat dibagi dalam 3 grup yaitu, small(7-39%),
medium(43.9-90%), dan large(0-20%).
i. Diagnosis
Diagnosis diambil berdasarkan temuan klinis seperti gingival pain, ulserasi, dan
perdarahan.
j. Differential diagnosis
- Streptococcal gingivostomatitis: kondisi yang jarang terjadi yang ditandai dengan erythema
yang menyebar. Nekrosis pada margin gingiva bukan merupakan bagian dari penyakit ini.
- Agranulocytosis: ditandai dengan penurunan jumlah sirkulasi PMN, lesi pada tenggorokan
dan membran mucous lainnya, ulserasi dan necrosis gingiva. Pebedaannya pada
agranulocytosis tidak terjadi inflamasi hebat seperti NUG.
- Vincent’s angina: fusospirochetal infection pada orofaring dan tenggorokan. Terdapat
membran ulser pada tenggorokan dengan edema dan hiperemik patches yang pecah dan
membentuk ulser yang ditutupi pseudomembran material. Lesi dapat meluas mencapai
laring dan telinga tengah.
k. Etiologi
- Bakteri
- Local presdiposing factor: preexisting gingivitis, luka pada gusi, dan merokok.
- Systemic presdiposing factor: Kekurangan nutrisi, penyakit sistemik
- Psycosomatic factor: kecemasan, stress, depresi
l. Communicability
dapat menular pada kelompok orang yang menggunakan dapur yang sama. Penyakit dapat
menyebar melalui peralatan makan.
- Gambaran klinis
Oral sign
Kondisi ini muncul sebagai diffuse, eritema, mengkilap dengan berbagai tingkat edema
dan perdarahan gingival. Pada awalnya, terlihat abu-abu vesikel bulat pada mukosa, labial
gingival, buccal gingival, palatum molle, faring, mukosa sublingual dan lidah. Setelah 24
jam, vesikel pecah dan terasa sakit, bisul kecil dengan merah kekuningan atau putih abu-
abu pada bagian tengahnya.
Vesicles on the tongue in primary herpetic gingivostomatitis.
- Gejala
Penyakit ini ditandai sakit pada rongga mulut yang mengganggu saat makan dan
minum. Pecahnya vesikel akan sangat terasa sakit dan sangat sensitive ketika tersentuh,
perubahan termal, makanan berbumbu, makanan kasar dan jus buah. Pada bayi ditandai
dengan tidak mau makan.
- Diagnosa
Diagnosa biasanya dari gambaran klinis dan sejarah pasien pasien. Lesi diserahkan ke
laboratorium untuk tes imunologis dan perkembangbiakan virus menggunakan antibodi
monoclonal dan teknik hibridisasi DNA.
- Differential Diagnosis
Primery herpetic gingivostomatitis dapat dibedakan dengan penyakit gingival lain.
Berikut yang menjadi differential diagnosisnya:
b. Steves-johnson syndrome.
Dilihatdari vesicular hemoragic lesi dalam mulut, hemoragik ocular lesi, dan bullous
skin lesion.
c. Bullous lichen planus
Sangat jarang dibandingkan dengan PHG dan muncul dengan rasa sakit. Dapat
diidentifikasi dengan ditemukannya blister (lepuh) yang besar dan menyebar pada
lidah dan pipi, serta terdapat ulcer yang memanjang. Lichen planus saling
bertumpukan.
d. Desquamative gingivitis
Bentuknya menyebar pada gingival denganderajat peeling/ pengelupasan epitel
permukaan yang berbeda dan jaringan dibawahnya terbuka pada keadaan kronis.
3. Pericoronitis
Pericoronitis adalah gangguan dimana jaringan gingival di sekitar gigi Molar yang erupsi
sebagian mengalami inflamasi dan infeksi.
Etiologi
Biasanya, pada gigi Molar yang baru erupsi sebagian, terdapat celah antara gigi dan
gingival di sekitarnya. Celah ini memungkinkan masuknya bakteri, debris, dan plak, yang
dapat menyebabkan infeksi.
Sumber: 3bp.blogspot.com
Gambaran Klinis
- Eritema
- Pembengkakan
- Gingival lunak
- Kadang terdapat ulcer
- Pus dapat keluar dari jaringan
- Dapat terasa bau busuk
- Sakit mungkin ringan, namun cukup intens, dan dapat menyebar ke leher, tenggorokan,
telinga, atau dasar mulut.
- Pasien kadang tidak dapat membuka mulut karena sakit yang ekstrem
Perawatan
- Bila rasa sakit dan inflamasi belum menyebar, maka pasien dapat berkumur air garam
hangat.
- Tindakan bedah(gingivektomi) dapat dilakukan, bila sudah cukup parah, namun posisi gigi
masih dapat memungkinkan erupsi lanjutan.
- Ekstraksi dilakukan apabila tidak memungkinkan bagi gigi tersebut untuk erupsi dengan
baik.
A. PENYAKIT GINGIVA PADA ANAK
Penyakit gingiva dapat juga terjadi pada anak. Penyakit gingival yang terjadi pada anak, dapat
berkembang dan membahayakan jaringan perioonsuim ketika dewasa. Oleh karena itu, betapa
pentingnya menjaga kesahatan gigi dan mulut sejak masa anak-anak.
- Etiologi
Pada anak anak, seperti pada orang dewasa, sebab dari gingivitis adalah plak, kondisi lokal
seperti material alba dan kebersihan rongga mulut yang buruk. Pada anak-anak yang belum
bersekolah, respons gingival terhadap bacteria plak telah ditemukan namun lebih sedikit
daripada yang terdapat di orang dewasa. Dental plak muncul lebih sering pada anak-anak usia
8-12 tahun.
Kalkulus tidak biasa ditemukan pada bayi, muncul 9% pada anak-anak umur 4-6 tahun,
18% pada usia 7-9 tahun, dan 33%-43% pada usia 10-15 tahun. Erupsi gigi tidak menyebabkan
gingivitis. Inflamasi terjadi dari akumulasi plak di sekitar gigi yang erupsi. Gingivitis lebih
disebabkan oleh akumulasi plak daripada remodeling yang terdapat pada gingival saat gigi
erupsi. Retensi plak di sekitar gigi sulung memfasilitasi formasi plak di sekitar gigi permanen.
Gingivitis meningkat pada anak-anak dengan excessive overbite dan overjet, nasal obstruction,
dan kebiasaan bernapas lewat mulut. Prevalensi gingivitis lebih tinggi pada periode pubertas
yang disebut pubertal gingivitis. Manifestasi paling sering adalah adaya pendarahan di daerah
interdental. Lesi inflamasi ini dapat termasuk gingival enlargement sebagai hasil dari perubahan
hormonal dan terjadi pada wanita maupun pria.
a. Tonjolan preerupsi
Terdapat tonjolan pada gingiva yang keras, pucat, dan berbentuk mahkota yang ada di
bawahnya.
b. Formasi margin gingiva
Terdapat sulcus dan margin gingiva yang biasanya mengalami edema, membulat, dan
sedikit memerah.
c. Penonjolan normal dari margin gingiva
Terdapat penonjolan normal pada gigi permanen yang sedang erupsi, terutama pada
anterior maksila.
- Candidiasis
Penyakit ini adalah infeksi mitosis pada rongga mulut yang disebabkan oleh jamur candida
albicans
4. etiopatologisnya
a. Inflamantory Enlargement
Pembesaran gingiva dapat berasal dari inflamasi kronis atau akut. Inflamasi kronik
lebih biasa terjadi daripada akut. Selain itu, pembesaran inflamasi umumnya adalah
komplikasi sekunder dari tipe enlargemant yang lainnya sehingga dapat menciptakan
pembesaran gabungan (combine gingival enlargement). Dalam kasus penting untuk
memahami etiologi ganda.
- Histopatologi
Menunjukan adanya gambaran eksudatif & proliferatif kronis. Lesi tampak
merah / kebiruan, pemukaan halus, mengkilap & mudah berdarah. Banyak terdapat
sel-sel dan cairan nflamasi, dengan pembengkakan vascular, pembentukan
pembuluh kapiler baru dan perubahan generatif terkait. Lesi yang relatif firm,
resilient & pink memiliki komponen fibrotic yang banyak dengan paling banyak
adalah fibroblast & serat kolagen.
- Etiologi.
Chronic inflammatory gingival disebabkan oleh kontak yang terlalu lama pada
plak gigi. Faktor-faktor yang mendukung akumulasi plak dan retention, termasuk
kebersihan mulut yang buruk, serta iritasi karena kelainan anatomi dan restoratif
yang tidak tepat dan peralatan Orthodontic.
- Gingival Changes Associated with Mouth Breathing
Gingivitis dan pembesaran gingiva sering terlihat pada orang yang bernapas
lewat mulut. Gingiva menjadi merah dan bengkak dan mengkilap pada permukaan
yang terekspose. Biasanya terjadi pada daerah anterior rahang atas. Dalam banyak
kasus gingiva yang berubah ini akan berbatas jelas dengan gingival normal yang
tidak terekspose. Efek yang merugikan umumnya disebabkan oleh iritasi permukaan
akibat dehidrasi.
- Histology
Gingival abscess terdiri dari purulen pada jaringan ikat, dikelilingi oleh
infiltrasi leukosit PMN, jaringan edematous, & pembengkakan vascular.
Permukaan epitelnya memiliki variasi derajat intra/ekstra vaskuler edeme, invasi
leukosit dan terkadang ulcer.
- Etiologi
Pembesaran akut inflamasi gingival berasal bakteri yang terbawa jauh ke
dalam jaringan oleh zat asing seperti bulu sikat gigi, dll. Lesi terbatas hanya pada
gusi dan tidak harus dibingungkan dengan abses periodontal ataupun abses lateral.
- Histopatologi
Pembesaran biasanya terdiri dari hyperplasia dari connective tissue dan epithelium.
Terjadi pula acanthosis pada epithelium dan pemanjangan rete pegs ke bagian dalam
connective tissue sehingga terbentuklah collagen bundles dengan penambahan jumlah
fibroblast dan pembuluh darah baru. Pembesaran diawali dengan hyperplasia dari
connective tissue pada marginal gingival dan peningkatan proliferasi dan expansion pada
crest gingival margin.
- Anticonvulsant
Obat yang pertama kali ditemukan dapat menginduksi terjadinya gingival
enlargement adalah phenytoin (Dilantin) yang digunakan sebagai obat epilepsy. Selain itu
terdapat pula ethotoin (Paganone) dan Mephenytoin (Mesantoin). gingival enlargement
biasanya muncul pada 50% pasien yang mengkonsumsi obat tersebut. Biasanya pula
terjadi pada pasien yang masih muda. Dari hasil penelitian mengindikasikan bahwa
phenytoin menstimulasi proliferasi dari sel fibroblast dan ephitelium.
Kesimpulannya, pathogenesis dari gingival enlargement yang diinduksi oleh
phenytoin tidak diketahui namun terdapat bukti yang menghubungkan secara langsung
specific genetically predetermined subpopulatioin dari fibroblast, collagenase yang tidak
aktif dan inflamasi yang diinduksi oleh plak.
- Imunosupresan
Cyclosporine adalah agen imunosupresif yang dugnakan untuk mencegah penolakan
organ transplant dan untuk merawat beberapa penyakit autoimun. Mekanisme kerjanya
belum diketahui, namun terlihat secara selektif dan reversible menghalang kerja sel T, yang
berperan dalan respon imun selular dan humoral. Secara mikroskopik, terdapat benyak sel
plasma dan keberadaan subtansi ekstraselular yang sangat banyak yang disimpulkan
pembesaran merupakan respon hipersensitifitas terhadap cyclosporine.
Cyclosporin memiliki efek sampinglainnya: neprotoksik, hipertensi, dan hipertrikosis.
Tacrolimus, obat imunosupresan lain, juga neprotoxik namun tidak terlalu menimbulkan
hipertensi, hipertrikosis dan pembesaran gingival
1. Conditioned Enlargement
- Penyakit sistemik mengganggu respon gingiva terhadap dental plak
- Bakteri plak diperlukan untuk inisiasi pembesaran gingiva
- 3 macam conditioned enlargement :
1. Hormonal (kehamilan & pubertas)
2. Nutrisional (defisiensi vitamin C)
3. Gingivitis sel plasma
4. Nonspesifik
Faktor penyebab timbulnya gingivitis pada masa kehamilan dapat dibagi 2 bagian,
yaitu penyebab primer dan sekunder.
1. Penyebab primer
Iritasi lokal seperti plak merupakan penyebab primer gingivitis masa kehamilan
samahalnya seperti pada ibu yang tidak hamil, tetapi perubahan hormonal yang menyertai
kehamilan dapat memperberat reaksi peradangan pada gusi oleh iritasi lokal. Iritasi lokal tersebut
adalah kalkulus/plak yang telah mengalami pengapuran, sisa-sisa makanan, tambalan
kurang baik, gigi tiruan yang kurang baik. Saat kehamilan terjadi perubahan dalam
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang bisa disebabkan oleh timbulnya perasaan
mual, muntah, perasaan takut ketika menggosok gigi karena timbul perdarahan gusi atau
ibu terlalu lelah dengan kehamilannya sehingga ibu malas menggosok gigi. Keadaan ini
dengan sendirinya akan menambah penumpukan plak sehingga memperburuk keadaan.
2. Penyebab sekunder
Kehamilan merupakan keadan fisiologis yang menyebabkan perubahan
keseimbangan hormonal, terutama perubahan hormon estrogen dan progesteron.
Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada masa kehamilan mempunyai
efek bervariasi pada jaringan, di antaranya pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan
bertambahnya aliran darah sehingga gusi menjadi lebih merah, bengkak dan mudah
mengalami perdarahan Akan tetapi, jika kebersihan mulut terpelihara dengan baik selama
kehamilan, perubahan mencolok pada jaringan gusi jarang terjadi.
Keadaan klinis jaringan gusi selama kehamilan tidak berbeda jauh dengan jaringan
gusi wanita yang tidak hamil, diantaranya:
a. Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan berwarna merah terang sampai
kebiruan, kadang-kadang berwarna merah tua.
b. Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di daerah sela-sela gigi dan pinggiran
gusi terlihat membulat.
c. Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat bengkak, halus dan
mengkilat.Bagian gusi yang membengkak akan melekuk bila ditekan, lunak, dan lentur.
d. Risiko perdarahan, warna merah tua menandakan bertambahnya aliran darah, keadaan ini
akan meningkatkan risiko perdarahan gusi.
e. Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan dapat terjadi secara lokal maupun
menyeluruh. Proses peradangan dapat meluas sampai di bawah jaringan periodontal dan
menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada struktur tersebut.
Histopatologi :
- mengandung massa sentral, jaringan ikat (banyak, tersebar, baru terbentuk dengan
kapiler-kapiler baru yang dilapisi sel endotel kuboid)
- ada fibrosa stroma dengan derajat berbeda-beda dari edema & infiltrat
inflamasi kronis
- epitel squamosa berlapis, menebal, infiltrasi leukosit
- tidak ada patognomonik
Gambaran klinis :
- marginal & interdental
- bengkak pada papila interdental (gingiva facial bengkak, gingiva lingual baik) karena
mekanisme pembersihan dari lidah
- berhubungan dengan penyakit gingiva kronis, derajat pembesaran dan
kecenderungan untuk rekuren dipengaruhi keberadaan plak & kalkulus
- setelah lewat masa pubertas, pembesaran berkurang, tapi tidak akan
hilang sampai plak & kalkulus dibuang
Mikrobiologi :
- Capnocytophaga sp menginisiasi pubertas gingivitis
- perubahan hormonal peningkatan jumlah Prevotella intermedia &
Prevotella nigrecens.
Histopatologi :
- inflamasi kronis dengan edema yang jelas dan perubahan degeneratif.
Gambaran klinis :
- marginal, warna merah kebiruan, lunak, permukaan halus & mengkilap
- hemoragia dapat terjadi secara spontan / dengan sedikit rangsang
- ada nekrosis permukaan dengan pembentukkan pseudomembran
Histopatologi :
- infiltrasi selular inflamasi kronis dengan respon akut superfisial
- area hemoragia tersebar dengan kapiler
- edema difus, degenerasi kolagen, kekurangan fibroblas
Gambaran klinis :
- gingiva merah, kadang-kadang granular, tidak menyebabkan hilang perlekatan, mudah
berdarah, lesi terlokalisasi di aspek oral pada attached gingiva sehingga
membedakannya dari gingivitis yang disebabkan plak
- ada hubungan dengan chelitis & glositis, dapat disebabkan alergi (permen karet, bahan
makanan, dentrifice). Proses revolusi dipicu dengan menghilangkan alergen.
Histopatologi :
- spongiosis & infiltrasi sel inflamasi pada jaringan epitel, kerusakan pada stratum
spinosum & stratum basalis
- infiltrasi padat sel plasma pada jaringan ikat yang meluas ke jaringan epitel
Histopatologi :
- massa jaringan granulasi dengan infiltrasi selular kronis
- proliferasi endotel & pembentukkan banyak rongga vaskular
- permukaan epitel atrofi di satu area, hyperplasia di daerah lain
- ada ulkus & eksudasi pada permukaan
- Histopatologis
Inflamasi kronis tanpa keterlibatan sel leukemik. infiltrasi leukosit imatur dan sedang
berproliferasi dengan massa padat pada jaringan ikat. Area permukaan yang terisolasi
dari inflamasi nekrosis akut dengan pseudomembran( fibrin, PMN, dan bakteri)
2. Granulomatus diseases
Penyebab penyakit wegener’s granulomatosis adalah penyakit langka yang memiliki ciri
khas lesi granulomatus akut dari sistem pernapasan, meliputi hidung dan mulut. belum
diketahui penyebabnya. Penampakan klinis terlihat pembesaran papilla interdental,
berwarna ungu kemerah-merahan dan mudah berdarah.
- Histopatologi
Inflamasi kronis dengan giant cell dan titik-titik inflamasi akut, mikroabses yang tertutup
lapisan tipis epitel achantolic. Tidak ada perubahan vascular
3. Sarcoidosis
Sarcoidosis adalah penyakit granulomatus dengan etiologi yang belum diketahui.
Terjadi pada individu berusia 20 atau 30 tahun. Penampakan klinis terlihat gingival yang
merah, halus dan pembesaran tanpa rasa sakit mungkin bisa muncul.
- Histopatologi
Sarcoid granuloma yang mengandung sel epiteloid yang diskret, leukosit PMN.
Histopatologis
- Giant cell granuloma memilii banyak titik-titik leukosit PMN dan pertikel
hemosiderin pada stroma jaringan ikat
- Area inflamasi kronis tersebar pada lesi dengan inflamasi akut pada permukaan
- Jaringan epitel mengalami hypeperplasia dengan ulkus pada bagian dasarnya
- Terjadi pembentukan tulang pada lesi
d. Leukoplakia
- Istilah klinis untuk corak-corak putih (plak) yang tidak bisa diangkat dan tidak bias
didiagnosa sebagai penyakit lain
- Penyebabnya sering terjadi karena merokok (tembakau) , candida albicans, HPV-
16, HPV-18, trauma
- Tampilan klinisnya berwarna putih keabuan, datar, tebal, plak keratinosa, dengan
bentuk yang tidak beraturan.
Histopatologi:
- Memiliki derajat perubahan epitel, yaitu: ringan, sedang, parah, tergantung dari
perluasan leukoplakia pada lapisan epitel.
- Akan menjadi karsinoma bila mencapai membran basalis, sehingga terjadi
perluasan displasia.
- Ada inflamasi pada jaringan ikat dibawahnya
e. Kista Gingiva
- Awalnya hanya terlihat secara mikroskopis, tapi dapat tampak secara klinis
- Pembesarannya terlokalisasi, terjadi pada mergin gingival dan attached gingival
- Biasanya terjadi pada caninus mandibular dan area premolar pada permukaan
lingual
- Tidak sakit tapi bila meluas akan terjadi erosi pada tulang
- Berbeda dengan kista periodontal lateral
- Kista tumbuh dari epitel odontogenik/permukaan epitel sulkus gingival
Histopatoogi:
- Kavitas kista dilapisi epitel yang tipis dan pipih dengan/tanpa area yang menebal
e. False Enargement
False enlargement adalah pembesaran yang tidak tepat pada jaringan gingiva tetapi
dapat juga muncul sebagai hasil dari meningkatnya ukuran tulang bagian bawah atau
jaringan gingiva. Biasanya gingiva akan terlihat normal secara klinis, kecuali ukurannya.
Perbesaran gingival mungkin tidak ada hubungannya dengan adanya inflamasi. False
enlargement bisa terjadi pada saat masa erupsi, saat masih munculnya setengah mahkota.
Perbesaran gingival ini tidak masalah, tapi umumnya pada marginal gingival terjadi
inflamasi. Sehingga lebih baik meredakan peradangan marginal daripada mengurangi
pembesaran gingival yang terjadi.
Poket supraboni adalah pendalaman sulkus gingiva disertai dengan kerusakan serabut
gingiva di dekatnya, ligamen periodonsium, dan puncak tulang alveolar, yang dikaitkan
dengan migrasi epitel jungsional ke apikal. Dasar poket dan epitel jungsional lebih
koronal dibandingkan puncak tulang alveolar. Poket supraboni dihubungkan dengan
resorpsi tulang horizontal, yaitu penurunan ketinggian puncak alveolar keseluruhan,
umumnya puncak tulang dan permukaan akar membentuk sudut siku-siku.
Poket infraboni adalah pendalaman sulkus gingiva dengan posisi dasar poket dan epitel
jungsional terletak lebih ke apikal dibandingkan puncak tulang alveolar. Poket infraboni
dihubungkan dengan resorpsi tulang vertical (resorpsi tulang angular), yaitu kehilangan
tulang yang membentuk sudut tajam terhadap permukaan akar.