Anda di halaman 1dari 19

BAHAN SGD LBM 6 BLOK 22

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

Abstrak
Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai
dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi
yang kita lakukan. Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Salah satu komplikasi ekstraksi gigi yang dapat terjadi adalah perdarahan pasca ekstraksi.
Dalam mengatasi perdarahan pasca ekstraksi ini, tindakan yang paling utama adalah pencegahan,
tetapi bila tetap terjadi kita harus mampu mengatasinya.
Mengingat komplikasi perdarahan pasca ekstraksi gigi dapat disebabkan oleh faktor lokal
maupun faktor sistemik, maka pencegahan merupakan hal yang penting. Hal ini terutama apabila
perdarahan terjadi karena faktor sistemik seperti kelainan darah (blood dyscrasia), hipertensi,
gangguan pembekuan darah, dan apabila pasien mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi
pembekuan darah, dan lain-lain.
Bila perdarahan pasca ekstraksi terjadi karena faktor lokal, sebagai seorang dokter gigi kita
harus mampu mengatasinya dengan baik. Prinsip-prinsip penatalaksanaan perdarahan pasca
ekstraksi karena faktor-faktor lokal adalah dengan melakukan penekanan atau penjahitan yang baik,
dan apabila diperlukan dengan pemberian obat-obatan hemostatic agent baik lokal maupun sistemik.
Pendahuluan
Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang Bedah Mulut dan merupakan
tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter gigi. Walaupun merupakan tindakan yang
biasa dilakukan, tetapi kemungkinan terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi dapat terjadi
setiap saat.
Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi pasca ekstraksi gigi adalah perdarahan.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan pasca ekstraksi dapat terjadi karena
faktor lokal maupun karena faktor sistemik. Sebagai seorang dokter gigi, kita dituntut untuk
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam melakukan pencegahan dan
penatalaksanaannya.
Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :
 trauma yang berlebihan pada jaringan lunak
 mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
 tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
 tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan menghisap-hisap
 kumur-kumur yang berlebihan
 memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi
Faktor lokal
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis
primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka,
disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh
darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting
cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya
membentuk deposisi fibrin.
Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal, tetapi kadang adanya
perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit hemoragik.
Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan :
1. Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
2. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,
sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca
ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat
tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena
juga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Hemofilli
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli
B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s
disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.
4. Diabetes Mellitus
Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan
luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun, diapedesis dan
kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan
terjadinya perdarahan.
5. Malfungsi Adrenal
Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga
menyebabkan diabetes dan hipertensi.
6. Pemakaian obat antikoagulan
Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan PT dan
APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan internist untuk
mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.
Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik.
Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap
 Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki tendensi
perdarahan yang meliputi :
 bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan
 mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan hemostasis
(pembekuan darah)
 pernah dirawat di RS karena perdarahan
 spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab kecil
 riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas, dihubungkan
dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri
 mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin
 Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan herediter,misalnya von
Willebrand’s syndrome dan hemofilia
Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan apakah ada riwayat
prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui bagaimana
penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya. Apabila setelah diekstraksi
perdarahan langsung berhenti dengan menggigit tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan
bahwa pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi pasien sampai
dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu berhati-hati akan adanya penyakit
hemoragik.
Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot, persendian atau kulit dapat
kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda dari purpura
pada kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan spontan dari gingiva, petechiae .
Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi
Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan panik. Berikan
penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan tidak perlu khawatir. Alveolar
oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan
adalah melakukan penekanan langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan
supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan, perdarahan
dapat diatasi.
Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan tampon yang
telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau
pasien diminta menggigit tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah
berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge (alvolgyl /
spongostan) yang diletakkan di alveolus serta lakukan penjahitan biasa.
Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket gigi yang
mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita gunakan adalah teknik matras
horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang digunakan
umumnya adalah silk 3.0, vicryl® 3.0, dan catgut 3.0.
Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita lakukan klem dengan
hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh darah dengan benang atau dengan
kauterisasi.
Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan siapkan segera hemostatic
agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam traneksamat secara intravena atau intra muskuler.
Kesimpulan
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi, sebelum melakukan
tindakan tersebut sebaiknya kita lakukan anamnesis serta pemeriksaan klinis yang cermat pada
pasien. Lakukan tindakan ekstraksi gigi dengan hati-hati serta hindari penggunaan alat yang
berlebihan. Komplikasi paling sering adalah perdarahan pasca ekstraksi.
Apabila setelah ekstraksi gigi terjadi perdarahan, kita harus bersikap tenang dan mampu berpikir
jernih untuk menganalisis penyebab perdarahan. Lihat kondisi pasien, cek tanda vital, dan bila
semua dalam keadaan normal, segera periksa daerah yang mengalami perdarahan. Bersihkan soket
secara cermat dan lakukan tindakan sesuai kondisi yang ada.
Daftar Pustaka
Scully C. and Cawson RA.; Medical Problems in Dentistry; 4th ed.; Wright; London; 1998.
Malamed SF.; Medical Emergencies in the Dental Office; 5th ed.; Mosby, Inc.; St.Louis; 2000.
Hawkesford JE. and Banks JG.; Maxillofacial and Dental Emergencies; Oxford University Press;
Oxford; 1994.
http://dentistrymolar.wordpress.com/2010/08/05/perdarahan-pasca-ekstraksi-gigi-pencegahan-dan-
penatalaksanaannya/
Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Komplikasi pencabutan gigi banyak jumlahnya dan bervariasi, serta beberapa di antaranya dapat
terjadi meskipun sudah dilakukan tindakan sebaik mungkin. Respon pasien tertentu dapat dianggap
normal sebagai kelanjutan yang normal dari suatu tindakan pembedahan, yaitui perdarahan, rasa
sakit dan edema. Tetapi apabila berlebihan, perlu dipikirkan lagi apakah termasuk morbiditas yang
biasa ataukah komplikasi. Komplikasi digolongkan menjadi intraoperatif, segera setelah operasi,
dan jauh sesudah operasi
Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti, karena oleh dokter maupun pasien
dianggap dapat mengancam kehidupan. Pasien dengan gangguan pembekuan darah sangatlah jarang
ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan penhyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang
menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, atau pasien yang mengkonsumsi
aspirin dosis tinggi atau agen antiradang nonsteroid. Semua itu mempunyai resiko perdarahan
Pembedahan merupakan tindakan yang dapat mencetuskan perdarahan, untuk penderita dengan
kondisi yang normal, perdarahan yang terjadi dapat mudah ditangani. Hal yang berbeda dapat
terjadi apabila pasien mengalami gangguan sistem hemostasis, perdarahan yang hebat dapat terjadi
dan sering mengancam kelangsungan hidupnya
Bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi kita dihadapkan dengan kelainan hemostasis ringan
sehingga dalam evaluasi pra bedah tidak terdeteksi secara klinis. Kesulitan kemudian timbul setelah
dilakukan pembedahan, terjadi perdarahan selama ataupun sesudah pembedahan sehingga dapat
mengancam jiwa pasien. Oleh karenanya kelainan hemostasis sekecil apapun sebaiknya diketahui
sebelum tindakan bedah dikerjakan agar dapat dilakukan persiapan dan pencegahan sebelumnya.
I.2. Rumusan Masalah
1. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan ekstraksi?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya perdarahan post ekstraksi?
3. Bagaimana penatalaksanaan pasien yang mengalami perdarahan post ektraksi?
I.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan ekstraksi.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya perdarahan post ekstraksi.
3. Mengetahui penatalaksanaan pasien yang mengalami perdarahan post ekstraksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi pencabutan gigi


Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimanan pada gigi tersebut
sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
Pencabutan gigi juga adalah operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak
dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan
oleh gerakan lidah dan rahang.
Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi
dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat
sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang.
Seorang dokter gigi haruslah mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukannya
merupakan suatu tindakan yang ideal. Untuk mencapai tujuan tersebut dan menghindari komplikasi
yang mungkin timbul pada pencabutan gigi haruslah mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari
pencabutan gigi.

II.2. Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi


Indikasi :
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak
dapat dilakukan.
3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus
dilakukan pencabutan.
4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar
yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang
jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah
infeksi tulang.
7. Untuk perawatan ortodonsi
8. Supernumerary teeth
9. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah
trauma atau kerusakan.
10. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies,
menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
11. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
12. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)
13. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.
14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan
pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan
osteomelitis.
Kontraindikasi :
1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut
2. Pendarahan yang tidak diinginkan
3. Alergi pada anastesi local
4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol
5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka
6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahnkan dengan perawatan konservasi, endodontic dan
sebagainya.
II.3. Definisi Darah dan Perdarahan
Darah adalah cairan merah kental yang mengalir sepanjang jantung dan pembukuh darah,
membawa bahan makanan dan oksigen ke semua jaringan tubuh dan produk buangan serta
karbondioksida keluar dari jaringan.
Pendarahan adalah keluarnya darah dari saluran yang normal (arteri, vena, kapiler) ke dalam ruang
ekstra vaskuler oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah.

II.4. Komponen-komponen Darah


Darah tersusun atas beberapa elemen dan perubahan-perubahan dalam seluruh elemen-elemen
tersebut harus diperhatikan. Komponen-komponen darah tersebut memperlihatkan perubahan
fisiologi dan patologi atau keduanya yang merefleksi penyakit dalam system hemopoetik atau
sebagai hasil penyakit pada tubuh lainnya Adapun komponen-komponen darah tersebut antara lain:
1. Plasma darah
2. Sel darah merah (eritrocyte)
3. Sel darah putih (leukocyte)
4. Keping-keping darah (trombocyte)
II.5. Faktor Koagulasi Darah
Biasanya, koagulasi darah diterangkan terjadi dalam empat tahap. Tahap I disebutkan mengankut
pembentukan tromboplastin, tahap II berhubungan dengan pembentukan thrombin dari
tromboplastin, tahap III terdiri dari konversi fibrinogen menjadi fibrin, dan tahap IV mengangkut
lisis gumpalan fibrin. Faktor-faktor koagulasi lainnnya mungkin terlibat, tetapi perannyatidak
dipahami dengan baik dan tidak memberikan fungsi nyata dalam pola ini.
Oleh karena penemuan-penemuan baru dalam hematologi, proses koagulasi sekarang dapat
dijelaskan lebih baik dengan memeperhatikan peranan kedua belas factor-faktor koagulasi yang
diketahui. Setiap factor umumnya dituliskan dengan angka romawi dengan pengecualian pada
protrombin dan fibrinogen.
Faktor-faktor koagulasi darah lainnya:
a. Fletcher factor
b. Faktor ini merupakan suatu glikoprotein yang identik dengan prekalikrein. Factor XIIa
mengaktifkan prekalikrein menjadi kalikrein. Sebaliknya, kalikrein berfungsi sebagai
umpan-balik yang positif bagi percepatan aktivasi F.XII
c. William factor (Fitzgerald factor)
d. Faktor ini juga suatu glikoprotein dan dibutuhkan sebagai ko-faktor dalam penyempurnaan
proses aktivasi prekalikrein oleh F. XIIa.
e. Von Willebrand factor (cWF)
Factor ini merupakan sub unit dari F.VIII yang akivitasnya diperlukan oleh trombosit dalam proses
adhesi.

II.6. Klasifikasi Perdarahan


1. Menurut pembuluh darah yang terluka
a. Pendarahan arterial : pendarahan dari pembuluh arteri. Tanda : warna darah merah
terang. Darah keluar dengan menyemprot dengan aliran yang intermitten, sesuai
dengan denyut jantung.
b. Pendarahan vena, pendarahan dari pembuluh darah vena. Tanda : darah mengalir
dengan aliran yang tetap. Warna darah merah gelap.
c. Pendarahan kapiler, ialah pendarahan dari pembuluh adarah kapiler. Tanda :
keluarnya darah merembes dari permukaan
2. Menurut waktu terjadinya pendarahan
a. Pendarahan primer, ialah pendarahan yang terjadi pada waktu terputusnya pembuluh
darah karena kecelakaan atau operasi. Di dalam pendarahan primer darah tidak
berhenti setelah 4 -5 menit sesudah operasi selesai.
b. Pendarahan intermediet, terjadi pdalam waktu 24 jam setelah kecelakaan atau setalah
operasi. Selama operasi tekanan darah pasien mungkin akan turun karena semisyok.
Dan ketika tekanan darah kembali normal, sejalan dengan membaiknya pasien, inilah
yang disebut pendarahan intermediet atau rekuren.
c. Pendarahan sekunder, pendarahan yang terjadi setelah 24 jam atau beberapa hari
setelah kecelakaan atau operasi. Ini yang biasanya menyebabkan pembekuan darah
terbongkar diikuti infeksi.
3. Menurut lokasinya
a. Pendarahan eksternal, keluar darah dari kulit atau jaringan lunak di bawahnya.
Disebut pendarahan tampak.
b. Pendarahan internal, darah yang keluar dan masuk ke dalam jaringan. Disebut
pendarahan yang tidak tampak.
4. Menurut sebab-sebab terjadinya pendarahan
Penyebab dari pendarahan yang tidak normal bisa terjadi karena mekanik atau biokemis.
a. Pendarahan mekanik
b. Pendarah spontan atau pendarahan biokemis adalah pendarahan yang terjadi akibat
kelainan atau gangguan mekanisme hemostatis, karena tidak normalnya elemen
darah atau system vascular yang dapat mencegah terjadinya pembuluh darah yang
normal. Kelainan ini dapat terjadi pada :
o Pembuluh darahnya (vascular)
o Trombosit (jumlah dan fungsinya)
o Mekanisme pembekuan darah
o Gangguan pembekuan darah
Pendarahan terjadi karena dari dinding pembuluh darah. Sehingga dengan adanya tekanan
intravaskuler atau ekstravaskuler yang lebih besar dibandingkan dengan retensi didnding
pembuluh darah. Factor penyebab :
a. Faktor congenital.
b. Kelainan trombosit
c. Pendarahan oleh gangguan pembekuan
Perkiraan kecenderungan perdarahan adalah dengan menguasai berbagai macam bahaya
perdarahan sebelum melakukan tindakan pemudahan. Seorang operator harus mengetahui
riwayat kesehatan dan perawatan pasien atau apakah ada anggota keuarga yang mepunyai
kecenderungan pendarahan seperti mimisan. Selain itu sebelum melakukan tindakan
pembedahan harus diketahui apakah pasien sudah mengkonsumsi makanan dengan gizi yang
cukup. Apabila pasien tidak memiliki asupan gizi yang cukup maka operator harus
mengintruksikan pada pasien untuk mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran.
Untuk memperkirakan waktu perdarahan dapat diambil contoh darah dari jari pasien dengan
menggunakan Lanset. Darah harus keluar dengan bebas tanpa ditekan. Setelah setengah
menit, darah yang keluar dihapus dengan kertas filter dan sebisa mungkin tidak menyentuh
kulit. Waktu perdarahan normal biasanya antara 1- 2 menit.

II.7. Faktor Pembekuan Darah


Faktor Peranan pada Pembekuan Darah Tes
I. Fibrinogen Prekursor fibrin PT
II. Protrombin Proenzim diaktifkan oleh tromboplastin PT
III. Tromboplastin Diperlukan untuk mengubah protrombin menjadi -
thrombin
IV. Kalsium Diperlukan pada semua tahap PT
V. Proaccelerin Prlukan untuk pembentukan tromboplastin PT
VI. Tidak lagi digunakan - -
VII. Proconvertin Diperlukan untuk mengubah protrombin menjadi PT
thrombin
VIII. Faktor anti hemofilik Diperlukan untuk pembentuknan tromboplastin PTT
(AHF)
IX. Komponen plasma Diperlukan untuk pembentukan tromboplastin PTT
trombo plastin
X. Faktor Stuart-prower Diperlukan dalam pembentukan tromboplastin dan PT
perubahan dari protrombin menjadi trombin
XI. Anteseden tromplastin Diperlukan dalam pembentukan tromboplastin PTT
plasma
XII. Faktor Hageman Mengawali proses pembekuan darah in-vitro PTT
XIII. Faktor stabilisasi Mengubah fibrin menjadi polimer fibrin PTT
fibrin
Ada dua reaksi kimia yang terlibat dalam proses pembekuan darah yaitu:
1. Prothrombin + Thromboplastin + Kalsium = Thrombin
2. Thrombin + Fibrinogen = Fibrin
Fibrin tidak larut dalam air sehingga dapat menahan aliran darah. Hal ini dapat dilihat dari reaksi di
atas yang melibatkan empat komposisi yang esensial untuk mekanisme pembekuan: (1)
Prothrombin,(2) Thromboplastin,(3) Kalsium dan (4) Fibrinogen.

II.8. Kontrol Lokal untuk Perdarahan


Suction dan penerangan yang baik merupakan persyaratan utama bagi control local untuk
perdarahan. Apabila bagian yang mengalami perdarahan sudah ditemukan, lakukan anastetesi local
supaya perawatan tidak menyakitkan. Bekuan darah yang ada dibersihkan dan bagian tersebut
dikeringkan dan diperiksa. Apabioa perdarahan berasal dari dinding tulang, maka alveolus diisi
dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi (Gelfoam) atau sponge kolagen mikrofibrilar.
Sebelum melakukan prosedur pembedahan oral, sangat penting untuk memahami berbagai faktor
yang berpengaruh di dalam mengontrol perdarahan. Tubuh manusia sendiri memiliki beberapa
mekanisme untuk mengontrol perdarahan. Ketika dilakukan pemotongan maka pembuluh kapiler
yang kecil cenderung untuk berkontraksi sehingga menutup aliran darah. Kemampuan darah untuk
mengalami koagulasi adalah faktor yang sangat penting,sehingga bekuan darah dapat menyumbat
ujung pembuluh yang dipotong. Efek faso kontriksi seperti adrenalin,suprarenin,atau epinefrin atau
faso kontriktor yang lain berpengaruh dengan proses pembukuan darah.

II.9. Hematom
Hematom adalah perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat. Kadang-
kadang perdarahan sesudah pencabutan dengan tang atau pencabutan gigi dengan pembedahan
berlangsung internal, yaitu meluas sepanjang dataran fasial atau periosteum. Perdarahan bisa diatasi
dengan tampon (terbentuknya tekanan ekstravaskular local dari tampon), pembekuan atau keduanya.
Hematom biasanya bermula sebagai pembengkakan rongga mulut atau fasial atau keduanya, yang
sering berwarna merah atau ekhimotik. Dengan berjalannya waktu akan berubah menjadi noda
memar berwarna biru dan hitam.

II.10. Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi


Dapat berupa:
 Primer – terjadi sewaktu pencabutan.
 Reaksioner – terjadi jika arteriole membesar sewaktu efek adrenalin dalam anastesi local
hilang.
 Sekunder – sebagai akibat dari infeksi. Hanya infeksi virulen yang menyebabkan perdarahan
dalam waktu 24 jam setelah pencabutan gigi. Soket yang tidak infeksi biasanya tidak
mengalami pendarahan selama 48 jam.
Atau mungkin ada faktor-faktor lokal yang lain, seperti :
 Peradangan gingival yang sudah ada akan menyebabkan pasokan darah meningkat pada
pembuluh yang membesar.
 Gingiva terkoyak. Pembuluh yang terkoyak tidak bisa mengecil dan retraksi.
 Fraktur processus alveolar (tuberositas). Sebagian disebabkan oleh koyaknya pembuluh
darah, dan sebagian lagi disebabkan mobilitas pada bagian yang fraktur.
 Fraktur rahang (jarang).
 Tumor yang tidak dikenal (sangat jarang).
Perdarahan adalah salah satu komplikasi pencabutan yang harus diperhatikan oleh dokter gigi
ketika melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu, pencegahan perdarahan sangat perlu untuk
dikuasai oleh seorang dokter gigi. Dalam hal ini pasien harus dianamnesis terlebih dahulu apakah
pada pencabutan sebelumnya pernah terjadi perdarahan. Jika ada sejarah perdarahan post ekstraksi
yang ditemukan, maka sangat penting untuk memastikan dalam berapa lama perdarahan terjadi dan
bagaimana menghentikan perdarahan.
BAB III
PEMBAHASAN

Sebelum melakukan tindakan ekstraksi, seorang dokter gigi harus bisa menganamnesis dengan
cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau riwayat pendarahan sebelaum
melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan awal seorang dokter gigi, yaitu:
· Periksa tekanan darah
· Periksa laporan darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
· Jika memakai aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
· Berikan riwayat kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan dilakukan.
Jika pasien memiliki riwayat pendarahan setelah pencabutan, sangatlah bijaksana untuk membatasi
jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan pertama, melakuka penjahitan pada jaringan lunak,
dan mengamati perkembangan pasca bedah.

III.1. Perdarahan Pasca Pencabutan


Apabila terjadi perdarahan, maka ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengontrol
perdarahan :
 Tekanan adalah tindakan segera,baik tekanan dengan tangan atau tekanan tidak langsung
dengan perban.
 Menutupnya dengan sepon kasa atau Gelfoam bertekanan
 Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh darah
 Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol perdarahan dari pembuluh yang sulit diikat.
 Elektrokauterisasi, untuk pendarahan dari pembuluh yang kecil atau rembesan
 Bahan-bahan hemostatik:
 Spon gelatine penyerap (Gelfoam) yang menyerap darah dengan aksi kapiler dan
menimbulkan beku darah.
 Selulosa yang dioksidasi (Surgicel), yang secara fisik mempercepat pembekuan darah.
 Haemostat kolagen mikrofibrilar (Avitene, Helistat) yang memicu agregasi platelet.
 Thrombin hewan topical (trombinar, thrombostat) yang membekukan fibrinogen dengan
segera.
Jika terjadi perdarahan, maka ada beberapa golongan obat-obatan yang perlu untuk diingat dan
diperhatikan, antara lain :
 Antikoagulan. Beberapa pasien menggunakan obat antikoagulan karena berbagai alas an;
pada wanita muda untuk thrombosis vena dalam yang berulang, pria usia pertengahan untuk
infark miokardium atau penggantian katup jantung, orang tua untuk menghindari stroke.
Periksa riwayatnya.
 Aspirin adalah antikoagulan ringan. Beberapa pasien mendapat dosis aspirin yang teratur
untuk mengurangi agregasi platelet dan menghindari thrombosis. Dosis ini demikian kecil
sehingga tidak membuat perbedaan yang nyata pada pendarahan dari lesi di dalam mulut.
Contohnya, dosis besar yang diberikan pada penderita arthritis rumatoid, akan memberikan
efek yang nyata dalam memperpanjang waktu bekuan. Pasien yang kesakitan bisa saja
meminum dosis yang lebih besar dari dosis yang disarankan, dan tidak menyadari
kandungan preparat analgesiknya. Periksa riwayat penyakit.
 Hemofilia atau penyakit Crismas. Bila kondisi ini cukup parah sehingga menimbulkan
perdarahan spontan dari dalam mulut, pasien kemungkinan besar telah mengetahui bahwa
mereka menderita penyakit tersebut. Namun, bentuk yang ringan, dapat disamarkan oleh
perdarahan dari pencabutan gigi dan umumnya timbul berupa perdarahan reaksioner.
 Kelainan darah. Leukimia dan trombositopenia dapat menyebabkan perdarahan spontan dari
gingival atau perdarahan yang membingungkan sehabis pencabutan gigi. Umumnya, ada
tanda-tanda lain dari penyakit ini dan jarang sekali pasien dating ke dokter gigi tanpa
mengetahui keberadaan penyakit ini. Walaupun demikian, rembesan darah dari gingival
yang terus menerus, sebaiknya dipertimbangkan dengan serius dan semua tindakan bedah
ditunda sampai kondisi medis pasien yang sebenarnya diketahui.
 Pasien menjadi sangat cemas karena mengalami perdarahan dalam mulut. Hal ini sendiri
dapat menaikkan tekanan darah dan membantu terjadinya perdarahan. Selain itu, rasa cemas
meningkatkan kadar fibrinolisin. Yang lebih penting lagi, mencuci mulut berulang-ulang,
gangguan dari lidah, atau pertemuan dengan pasien atau kerabat yang mengalami
perdarahan soket gigi dapat membuat perdarahan sulit berhenti.

III.2. Penatalaksanaan Pasien yang Mengalami Perdarahan


Tindakan local adalah dasar dari seluruh perawatan pada perdarahan pasca pencabutan walaupun
terdapat penyebab sistemik. Segala usaha harus dilakukan untuk membuat kondisi setempat yang
ideal bagi proses pembekuan darah. Sebaiknya dipakai teknik pencabutan yang hati-hati, tetapi
walaupun sudah sangat berhati-hati tetap saja bisa terjadi luka pada gingival.
Bereaksilah dengan tenang dan percaya diri dan ambil alih situasi. Umumnya pasien sebaiknya
dipisahkan dari kerabat atau teman. Sebaiknya dudukkan pasien di kursi klinik di bawah
penerangan yang baik dengan bantuan dari asisten kompeten. Aspirator harus selalu tersedia,
bersama dengan seluruh instrument yang diperlukan (contohnya, kaca mulut, ujung aspirator kecil,
tang cabut, gunting jaringan, penjepit jarum, dan benang yang kuat).
 Periksa luka itu – beri pasien larutan kumur dan buang semua beku darah pada daerah
perdarahan dengan menggunakan aspirator.
 Letakkan kasa yang lembab di atas luka dan minta pasien menekannya dengan cara menutup
mulutnya. Kasa tersebut haruslah terbuat dari bahan tenun dan dilipat agar ukurannya tidak
lebih dari dua kali ukuran gigi yang dicabut, sehingga memberi tekanan pada tepi gingival.
Masukkan kasa secara hati-hati di atas soket, dan bila diperlukan, instruksikan pasien untuk
menggigitnya selama 20 menit tanpa pemeriksaan selanjutnya. Jika perdarahan masih terjadi
maka kasa harus diganti. Jika perdarahan terus berlangsung, ulangi hal ini. Jika berlanjut
terus, maka lakukan:
 Infiltrasi sekeliling daerah soket dengan anastesi local yang mengandung adrenalin,
dan tunggu selama dua sampai tiga menit. Sekarang dibutuhkan bantuan seorang
asisten. Buang darah beku yang berlebihan dan periksa tepi-tepi luka. Apabila
perdarahan berasal dari luka koyak atau insisi, eksisi tepi luka yang bergerak, atau
yang pasokan darahnya meragukan (sianotik dan dengan pedikel sempit). Buat
jahitan yang dalam pada jaringan melalui daerah yang koyak atau bagian yang
diinsisi, tempat asal perdarahan, dan ikat dengan kencang untuk menekan jaringan
tersebut. Tarik mukosa melalui soket dengan menggunakan matres horizontal,
bilamana mungkin ikat jahitan dengan kencang sampai jaringan gingival memutih.
Letakkan kasa pada soket, instruksikan pasien untuk memberikan tekanan selama 5
menit dan periksa kembali luka tersebut.
 Tutupi soket dengan kasa. Baik apakah anastesi local masih efektif atau tidak,
infiltrasikan anastesi local yang mengandung adrenalin di sekeliling tepi-tepi luka
sekali lagi. Buka jahitan dan ganti, tetapi jangan disimpul. Suatu cara yang cukup
membantu adalah dengan mengaitkan benang jahitan melewati soket ke gigi di
dekatnya sehingga bisa ditempatkan kasa pada soket. Kasa dapat terbuat dari bahan
yang bisa diserap maupun tidak, dengan konsistensi yang dapat ditekankan ke luka,
misalnya surgicel atau kasa ribbon yang tidak diserap yang direndam dalam varnish
white head. Jangan gunakan sponge yang bisa diserap. Lepaskan ikatan benang pada
gigi tetangga dan tempatkan di atas kasa. Ikat jahitan tersebut.
Hanya sedikit dokter gigi yang tidak berhasil melakukan hal ini. Jika mukosa luka sangat parah,
mungkin disertai dengan kerusakan pada tepi-tepi soket, lakukan hal seperti di atas tetapi tempatkan
jahitan jauh dari soket dan letakkan 2-3 lapis surgicel pada soket. Luka distabilisasikan oleh
bentangan benang jahit yang menyilang dari jahitan itu.
Pada kasus yang sangat jarang, yaitu jika titik perdarahan yang bisa dilihat, jahit kembali dengan
jahitan kecil atau dengan pola seperti angka delapan. Bila tahap terakhir akan dilaksanakan
pertimbangkan untuk memberikan obat penenang pada pasien. Pada bedah mulut, diazepam 5-10
mg atau temazepam 10 mg sudah cukup, walaupun pasien yang sangat gugup membutuhkan dosis
sampai 3 kali lipat. Diazepam akan diberikan secara intramuscular atau intravena 5-10 mg asalkan
pasien tidak mempunyai penyakit pernapasan bagian atas. Sebagai pilihan lain adalah midazolam 5-
10 mg. Semua pasien yang menerima obat penenang harus ditemani, dan tidak boleh mengendarai
mobil, menjalankan mesin, atau memakai peralatan dapur selama 24 jam.

BAB IV
PENUTUP

IV. 1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebelum mengadakan suatu tindakan terhadap pasien harus selalu dicurigai mengenai akan
terjadinya komplikasi pendarahan. Seorang dokter gigi harus bisa menganamnesis dengan
cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau riwayat pendarahan sebelaum
melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan awal seorang dokter gigi, yaitu:
a. Periksa tekanan darah
b. Periksa laporan darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
c. Jika memakai aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
d. Berikan riwayat kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan
dilakukan
2. Pendarahan pasca ekstraksi gigi dapat berupa : pedarahan primer, sekunder, dan reaksioner.
3. Bila terjadi perdarahan, seorang dokter gigi harus bisa bertindak dengan benar,
mempertimbangkan keadaan apa yang harus dilakukan untuk mencegah perdarahan yang
banyak dengan menggunakan tindakan sebagai berikut: tutup luka dengan menggunakan
perban atau kain, jepit dengan haemostat atau klem, tutup luka dengan gelfoam yang
menyerap perdarahan,dan berikan tindakan penjahitan bila diperlukan

IV. 2. Saran
Seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi sederhana bisa saja mengahadapi
kondisi komplikasi perdarahan. Oleh karena itu, pengetahuan akan faktor yang menyebabkan dan
cara menanggulanginya menjadi suatu hal yang penting dalam menghadapi kondisi seperti di atas.
http://gigiku-gigiku.blogspot.com/2009/04/perdarahan-pasca-ekstraksi-gigi_04.html
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan
penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon
tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat
kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu
Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai
normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut,
sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan
suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah.
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan
faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :
• Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
• Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
• Umur 1 bulan : 11 -15 gram/dl
• Anak anak : 11 -13 gram/dl
• Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
• Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
• Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
• Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak
penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum
tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah
dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi,
hemokonsentrasi, dll.
Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam
100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7%
- 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%. Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar
hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan
hematokrit terjadi pada penyakitpenyakit yang sama.
Leukosit (White Blood Cell / WBC)
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit
sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll
Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses
pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit
antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol).
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan.
Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah
(DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.
Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan
berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh
dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.
Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita
berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus
hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok,
preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid,
penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di
mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata
sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu
banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit
Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapat per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%)
(satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %
Laju Endap Darah
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak
spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan
jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis
(misalnya kehamilan).
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan
untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang
pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi
masih terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat
lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen.
Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit
memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis
leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan
jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total
dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal : Eosinofil 1 -3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%
Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan
pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan
trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
Red Cell Distribution Width (RDW)
RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat
mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi
besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang
rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.

Anda mungkin juga menyukai

  • Panduan Mahasiswa Blok 18 Edisi 8
    Panduan Mahasiswa Blok 18 Edisi 8
    Dokumen26 halaman
    Panduan Mahasiswa Blok 18 Edisi 8
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Template PPT Among Us
    Template PPT Among Us
    Dokumen10 halaman
    Template PPT Among Us
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Osce Training Crim E2018
    Jadwal Osce Training Crim E2018
    Dokumen3 halaman
    Jadwal Osce Training Crim E2018
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Bahan SGD LBM 6
    Bahan SGD LBM 6
    Dokumen8 halaman
    Bahan SGD LBM 6
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Dopamine Desain
    Dopamine Desain
    Dokumen18 halaman
    Dopamine Desain
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 3 LBM 1 Blok 18 (Nugrah)
    SGD 3 LBM 1 Blok 18 (Nugrah)
    Dokumen19 halaman
    SGD 3 LBM 1 Blok 18 (Nugrah)
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • 945 19222
    945 19222
    Dokumen4 halaman
    945 19222
    muhammad
    Belum ada peringkat
  • LBM 3
    LBM 3
    Dokumen18 halaman
    LBM 3
    muhammad
    Belum ada peringkat
  • Produk Herbal Medikamen Saluran Akar
    Produk Herbal Medikamen Saluran Akar
    Dokumen12 halaman
    Produk Herbal Medikamen Saluran Akar
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Puasa Dan Kesehatan
    Puasa Dan Kesehatan
    Dokumen6 halaman
    Puasa Dan Kesehatan
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • FDTFGJHGFD
    FDTFGJHGFD
    Dokumen3 halaman
    FDTFGJHGFD
    pammy
    Belum ada peringkat
  • Skill LBM 6
    Skill LBM 6
    Dokumen7 halaman
    Skill LBM 6
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Li
    Li
    Dokumen3 halaman
    Li
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Li Anugrah
    Li Anugrah
    Dokumen31 halaman
    Li Anugrah
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Konsep Flipchart
    Konsep Flipchart
    Dokumen1 halaman
    Konsep Flipchart
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 8 LBM 6
    SGD 8 LBM 6
    Dokumen3 halaman
    SGD 8 LBM 6
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • A Proses Penyembuhan Tulang
    A Proses Penyembuhan Tulang
    Dokumen3 halaman
    A Proses Penyembuhan Tulang
    Admon Dani
    Belum ada peringkat
  • OSCE
    OSCE
    Dokumen3 halaman
    OSCE
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Li LBM 4 Blok 13 SGD 2 Anugrah Dwi Pangestu
    Li LBM 4 Blok 13 SGD 2 Anugrah Dwi Pangestu
    Dokumen12 halaman
    Li LBM 4 Blok 13 SGD 2 Anugrah Dwi Pangestu
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 1
    SGD 1
    Dokumen7 halaman
    SGD 1
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Konsep Flipchart
    Konsep Flipchart
    Dokumen1 halaman
    Konsep Flipchart
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 8 LBM 6 Li Anugrah Dwi P
    SGD 8 LBM 6 Li Anugrah Dwi P
    Dokumen31 halaman
    SGD 8 LBM 6 Li Anugrah Dwi P
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Persyaratan Ketua Bem FKG Unissula 2016
    Persyaratan Ketua Bem FKG Unissula 2016
    Dokumen1 halaman
    Persyaratan Ketua Bem FKG Unissula 2016
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Li Anugrah Dwi P
    Li Anugrah Dwi P
    Dokumen19 halaman
    Li Anugrah Dwi P
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Dopamine Desain
    Dopamine Desain
    Dokumen18 halaman
    Dopamine Desain
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Puasa Dan Kesehatan
    Puasa Dan Kesehatan
    Dokumen6 halaman
    Puasa Dan Kesehatan
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Puasa Dan Kesehatan
    Puasa Dan Kesehatan
    Dokumen6 halaman
    Puasa Dan Kesehatan
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • LBM 5 Blok 16
    LBM 5 Blok 16
    Dokumen4 halaman
    LBM 5 Blok 16
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 7 LBM 1 Blok 16
    SGD 7 LBM 1 Blok 16
    Dokumen5 halaman
    SGD 7 LBM 1 Blok 16
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat