Anda di halaman 1dari 19

Skenario LBM 4 BLOK 17

Judul : “dok, gigi saya sakit, ingin dicabut, tapi tekanan darah saya tinggi, boleh kah ?”

Seorang laki-laki berusia 49 tahun datang ke RSIGM dengan keluhan gigi atas kiri kedua dari ujung,
berlubang, goyang, sakit saat makan. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah 165/100mmHg.
Pemeriksaan extra oral : Tidak ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan intra oral : OH sedang,
terdapat kavitas profunda di permukaan oklusal pada gigi 27, resesi gusi dengan bifurkasi dapat
ditembus dengan sonde, perkusi (+), palpasi (-), tes vitalitas CE (-). Pemeriksaan radiografis : terdapat
bayangan radiolusen pada bifurkasi gigi 27, membran periodontal melebar, apeks gigi terletak pada
perbatasan dasar sinus maksilaris. Drg merencanakan untuk melakukan tindakan pencabutan pada
gigi tersebut.

STEP 1

STEP 2

1. Apa saja Indikasi dan kontraindikasi pencabutan ?


2. Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum, saat, dan setelah pencabutan ?
3. Apa saja komplikasi dari pencabutan ?
4. Bagaimana rencana perawatan pada kasus di skenario ?
5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan pada skenario ?
6. Apa saja teknik dari pencabutan gigi ?
7. Apa diagnosa dari skenario ?
8. Apa saja jenis jenis derajat bifurkasi ?
9. Apa saja jenis jenis anastesi yang aman pada penderita hipertensi ?

STEP 3
1. Bagaimana interpretasi pemeriksaan pada skenario ?
Tekanan darah 165/100mmHg = hipertensi stage 2
Normal sistol = 120, diastol = 80
Pre hipertensi sistol = 120-139, diastol = 80-89
Hipertensi stage 1 sistol = 140-149, diastol = 90-99
Hipertensi stage 2 sistol = >160, diastol = >100

EO = normal
IO = gigi 27, perkusi (+) ada kelainan periodontal, resesi gusi dan dapat ditembus dengan
sonde = kelas IV, tes vitalitas (-) = non vital
Radiografis = radiolusen pada bifurkasi (terjadi penurunan tulang alveolar) menunjukan
jaringan tulang pada bifurkasi tergantikan oleh jaringan lunak = adanya mobilitas, apeks
gigi mendekati sinus maksilaris

2. Apa diagnosa dari skenario ?


Karies profunda disertai periodontitis akut, karena pada radiografi ada pelebaran pada
membran periodontal dan rasa sakit saat makan
Nekrosis pulpa disertai dengan periodontitis akut, karena ada pelebaran pada membran
periodontal

3. Bagaimana rencana perawatan pada kasus di skenario ?


- Diberi obat supaya tekanan darah turun atau dirujuk
- Sebelum dilakukan pencabutan, dihilangkan dulu kalo misal ada infeksi, diberi
anastesi (lidokain dan adrenalin dg perbandingan 1:80.000)
- Dilakukan pencabutan

Kalo kardiovaskular, ada 2 :


Terkontrol/ tidak terkontrol

-bisa dirujuk ke dokter spesialis atau diberi benzodizepam (long action sedatif) 5mg 1
jam sebelum pencabutan/semalam sebelum pencabutan
- diberi obat anastesi (lidokain + adrenalin) diperhatikan vasokontriktornya
(noradrenalin, levonoradrenalin) karena bekerja sistemik, bisa menyebabkan
meningkatknya tekanan darah

Jika stress, kita perhatikan irama sirkadian, pencabutan dilakukan pada sore hari

4. Apa saja Indikasi dan kontraindikasi pencabutan ?


- Indikasi
Karies yang parah
Gigi nekrosis dan sudah tidak bisa dilakukan perawatan endodontik
Adanya penyakit periodontal
Untuk perawatan ortho
Impaksi
Sisa akar
Gigi persistensi
Gigi yang sudah mengalami fraktur
Gigi supernumerary
Perawatan pre prostetik (jika mengganggu desain GTSL)
Gigi malposisi
Faktor ekonomis

- Kontraindikasi
Adanya penyakit sistemik (DM, sifilis karena menyebabkan daya tahan pasien lemah
menyebabkan mudah terkena infeksi, adanya kelainan darah)
Adanya penyakit lokal (malignancy cancer, adanya peradangan akut)
Pada pasien terapi radiasi
Kehamilan pada trimester pertama (saat tumbuh kembang janin, karena efek pencabutan
menyebabkan stres yang akan mengganggu perkembangan janin) dan ketiga (kehamilan
sudah besar sehingga susah mengatur posisinya, tekanan darah juga meningkat) Boleh
dilakukan pencabutan pada akhir trimester pertama dan awal trimester 3
Pasien dengan gangguan steroid
Pasien dengan terapi antiokoagulan
Penyakit kuning (diberikan antiobiotik profilaksis terlebih dahulu)
- Relatif = boleh dilakukan pencabutan tetapi ada kalanya diperbolehkan
Lokal (infeksi oral, periokoronitis akut diberi obat dulu)
sistemik (DM berhubungan dengan pemberian antikoagulan, kehamilan)
- Mutlak = benar benar tidak boleh
Lokal (gigi yang terlibat dalam malformasi arterovenosus  kelainan pembuluh darah
yang tidak punya pembuluh darah kapiler, sehingga asupan oksigen kurang), gigi yang
apabila dicabut menyebabkan kematian
Sistemik (leukemia, gagal ginjal, sirosis hati, gagal jantung)
5. Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum, saat, dan setelah pencabutan ?
Sebelum = mempersiapkan alat alat yang akan digunakan (forceps, bein) keadaan fisik dari
pasien, pemeriksan IO, EO dan radiografis, memperhatikan anatomis gigi, diperhatikan
penyakit sistemik, jumlah gigi
Saat pencabutan = teknik pencabutan, dan posisi operator, dilihat ada alergi atau tidak,
diperhatikan sisa gigi yang masih tertinggal
Setelah = komplikasi, pasien harus menggigit kapas selama 30 menit, diinstruksian untuk
tidak minum minuman yang hangat karena mengganggu penyembuhan luka, tidak makan
dan minum selama 2 jam, dan tidak berkumur terlalu keras dan tidak disentuh pada bekas
luka, edukasi untuk mengkonsumsi obat

6. Apa saja teknik dari pencabutan gigi anterior dan posterior ?


Pencabutan intraalveolar = pencabutan akar gigi dengan tang/bein (forceps
extraction).
- Instrumen ditekan ke ligamentum periodontal
- Jika akar terjepit maksimal oleh tang, ditekan masuk ke ligamentum peridontoal
digerakan ke arah buko-lingual/buko-palatal untuk menggerakan giginya
- Dilakukan gerakan rotasi

Pencabutan transalveolar = untuk kasus yang lebih parah dari intraalveolar. Untuk gigi
hipersementosis/aknylosis, geminasi, dilacerasi, sisa akar yang tidak dapat dipegang
oleh tang dan berhubungan dengan sinus maksilaris
- Diambil sebagian tulang alveolar
- Dilakukan teknik intraalveolar

Menurut alat yang digunakan


Forcep/ sederhana (untuk mahkota dan sisa akar)
Elevator/penyulit (jika forceps tidak dapat diaplikasikan untuk ekstraksi, seperti sisa
akar yang sudah fraktur, impaksi, yang sudah expert) dilakukan secara hati-hati, tidak
boleh bertumpu pada gigi sebelahnya karena bisa menyebabkan fraktur rahang

Dicabut dengan tang 150,53, 210 dipegang dengan telapak tangan keatas dan pinch
grasp. Jika ukuran mahkota cocok digunakan tang 53 karena adaptasi akar lebih baik.
Tekanan pencabutan ke arah bukal

7. Bagaimana teknik pencabutan gigi pada kasus apeks mendekati sinus maksilaris ?
Menggunakan teknik elevator karena jika pakai forceps dikhawatirkan dapat terkena sinus
Membuka flap, desainnya ada trapesium (untuk akar ganda), triangular (untuk akar
tunggal)
Pengeburan tulang, untuk pembuangan tulang bukal
Pembelahan dari gigi dengan bur tulang
Pengambilan bagian mesial/distal terlebih dahulu dengan forceps
Pembersihan soket dengan kuretase
Penghalusan tulang dengan bone file
Diirigasi dengan larutan saline
Disuturing

8. Apa saja komplikasi pasca pencabutan ?


Pendarahan yang berlebihan karena hipertensi, hemofili, penyakit kardiovaskular
Adanya fraktur pada rahang, karena penggunaan tang yang berlebih/teknik salah
Bisa terjadi infeksi, karena OH pasien kurang baik
Pembengkakan

Segera = bisa terjadi setelah pencabutan langsung (adanya pendarahan, edema, rasa sakit,
reaksi akibat obat)
Jauh sesudah ekstraksi (alveolitis/dry socket terjadi sekitar 2 hari setelah pencabutan.
Tandanya ada bau mulut, nyeri hebat sampai ke kepala. Adanya infeksi  berkumur
dengan larutan salin)
Akibat perforasi pada sinus ?

9. Apa saja jenis jenis derajat bifurkasi ?


Kelas I = sudah terjadi resesi gingiva tapi insstrumen tidak bisa masuk
Kelas II = sudah terjadi resesi, bisa masuk ke furkasi
Kelas III = sudah terjadi resesi, instrumen hampir tembus ke bagian belakang
Kelas IV = sudah terjadi resesi, instrumen sudah tembus ke palatal

10. Apa saja jenis jenis anastesi yang aman pada penderita hipertensi ?
Lidokain + adrenalin (1:80.000)
Lidokain hidrokolrid 2%
Mepivacain HCL 3%
Prilokain HCL 2%

11. Bagaimana mekanisme penyembuhan luka pasca pencabutan ?


Ada 3 tahap,
- Tahap inflamasi
Tahap dimana adanya sel sel menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah supaya tidak
terjadi infeksi
- Tahap proliferasi
Tahap terjadinya pertumbuhan dari sel sel fibroblas sebagai perantara untuk sel sel baru
untuk membentuk suatu jaringan
- Tahap maturasi dan remodeling
Tahap pembentukan kembali jaringan seperti semula, sel sel fibroblas sudah tidak
dimunculkan lagi pada daerah luka. Pembentukan kembali kekuatan jaringan, jika pada
tahap ini terjadi gangguan, biasanya akan terbentuk jaringan parut

Bagaimana SOP saat pasien pertama kali datang berobat?


Penatalaksanaan pasien pada skenario
Hubungan hipertensi dengan pencabutan
Komplikasi hipertensi dan apeks dekat dengan sinus
Prosedur yang dilakukan saat terjadi pendarahan
Instruksi pasca pencabutan
Instrumen yang digunakan dalam pencabutan dan gambar

KONSEP MAPPING

Px datang ingin
mencabut gigi

Anamnesa, Pemeriksan
IO, EO, dan radiografi

Indikasi kontraindikasi

Pemberian obat dirujuk

Pembuatan
rencana perawatan

pencabutan

komplikasi

Evaluasi
STEP 4 LI
1. Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum, saat, dan setelah pencabutan ?
Sama seperti SOP

2. Apa saja teknik dari pencabutan gigi anterior dan posterior ?


1. Teknik Forsep
 Persyaratan Penggunaan Forsep
a) Memilih forsep yang tepat dan baik dalam hal macam maupun ukuran. Forsep
yang terlalu kecil bagi lebar gigi yang akan diekstraksi atau forsep yang berengsel
rusak dapat berakibat fraktur mahkota atau akar gigi.
b) Memegang pegangan forsep jangan terlalu dek4t engselnya yang benar adalah
hampir seluruh ujung pegangan forsep tergenggam di tangan.
c) Poros panjang paruh forsep sej ajar dengan poros panjang gigi yang akan
diekstraksi.
d) Paruh forsep harus memegang sebagian akar yang masih dalam keadaan utuh,
jangan sekali-sekali memegang gigi pada mahkotanya. f). Gigi tetanggajangan
sampai terganggu oleh gerakan forsep.
 Kekuatan Dasar Eksodonsia
 Kekuatan dasar yang digunakan pada ekstraksi gigi maksila berposisi normal
pada arkus dentalis. Untuk melakukan eksodonsia dibutuhkan kekuatan untuk
menggerakan gigi dan melebarkan soket gigi dengan maksud agar gigi terpisah
dari jaringan lunak dan tulang sekelilingnya.
 Kekuatan dasar pertama yang diberikan kepada gigi maksila pada. waktu ekstraksi
ialah menggerakan forsep ke apikal gigi sampai paruh forsep memegang leher
akar gigi dan bersandar pada sementum. Kekuatan pertama itu diikuti dengan
kekuatan tekan ke arah tulang bukal dan lingual dan kekuatan putar (rotasi) ke
arah mesio-distal tergantung pada keadaan gigi itu sendiri. Tulang maksila pada
umumnya lebih tipis di daerah labial/bukal dibanding daerah palatinal, namun
pada daerah pertemuan dengan tulang zigomatikus tulang bukal sedikit menebal.
Kedaan itu juga akan berpengaruh pada kekuatan eksodonsia yang diberikan.
 Kekuatan dasar dasar untuk masing-masing gigi yaitu sebagai berikut:
o Gigi incisivus sentralis. Kekuatan tekan ke labial, diikuti tekan ke lingual
lalu tekan ke labial lagi cliikuti dengan rotasi ke mesial (dapat ditambah
ke distal) lalu mengangkat gigi ke luar dan soket gigi (gerak ektraksi).
o Dominasi kekuatan gerak untuk gigi ini ialah gerak ke labial dan putar ke
mesial (rotasi).
o Gigi incisivus lateralis. Tekan ke labial dengan rotasi ke mesial sambil gigi
ditarik ke luar soket gigi.
o Gigi Caninus. Tekan ke labial lalu tekan ke lingual lalu tekanan labial lagi
disertai rotasi ke mesial (dapat ditambah ke distal) sambil menarik gigi
keluar soket gigi.
o Gigi Premolar Pertama. Tekanan ke bukal, tekanan ke lingual, dan angkat
keluar gigi dengan menariknya ke arah bukal. Kadang-kadang perlu
melakukan tekanan rotasi ke mesio-distal sedikit.
o Gigi Premolar Kedua. Tekanan ke arah bukal, lalu ke arah lingual, kalau
diperlukan tambahkan tekanan rotasi ke mesio-distal sedikit sambil
menarik gigi keluar soket gigi ke arah lingual atau bukal.
o Gigi Molar Pertama. Tekanan ke arab bukal lalu ke arah lingual, kemudian
gigi ditarik keluar dan soket gigi ke arah bukal.
o Gigi Molar Kedua. Tekana ke arah bukal, lalu ke arah lingual dan gigi
ditarik ke luar dan soket gigi ke arah bukal. Kadang-kadang diperlukan
tekanan rotasi ke arah mesio-distal.
o Gigi Molar Ketiga. Tekanan ke arah bukal diikuti tekanan rotasi ke arah
distal. Gerakan itu dapat dilakukan bila keadaan masing-masing akar tidak
melebar (devergen) atau masing-masing akar berpadupadan (fused).
o
 Kekuatan dasar yang digunakan pada eksodonsia gigi mandibula pada posisi
normal.
 Tekanan awal yang digunakan pada ekstraksi semua gigi mandibula ialah
kekuatan ke apikal sampai paruh forsep memegang leher akar gigi dan bersandar
pada bagian sementum. Lalu untuk masing-masing gigi mandibula diikuti oleh
tekanan seperti berikut:
o Gigi incisivus sentralis. Tekanan ke labial, tekanan ke lingual sedikit
tekanan ke mesial dan ke distal lalu menarik gigi keluar soket gigi.
o Gigi incisivus lateralis. Tekanan ke labial, tekanan ke lingual lalu tekanan
ke arah mesio-distal sedikit dan kemudian gigi ditank keluar soket gigi ke
arah labial.
o Gigi caninus. Tekanan ke labial dengan rotasi ke mesial dan gigi ditank ke
luar soket gigi ke arah labial.
o Gigi premolar pertama. Tekanan ke arah bukal dengan sedikit rotasi ke
mesiodistal dan gigi ditarik ke luar soket gigi ke arah bukal.
o Gigi premolar kedua. Tekanan ke arab bukal dengan rotasi ke arah mesio-
distal sedikit dan kemudian gigi ditarik ke arah bukal.
o Gigi molar pertama. Tekanan ke arah bukal lalu ke arah lingual, kadang
dapat dibantu dengan sedikit tekanan rotasi mesio-distal dan tarik gigi ke
arah bukal.
o Gigi molar kedua. Tekanan ke arah bukal, lalu tekanan ke arah lingual dan
kadang-kadang dapat ditambah tekanan sedikit rotasi ke mesio-distal lalu
gigi ditank ke arah bukal.
o Gigi molar ketiga. Tekanan ke arah bukal kadang dicoba untuk menambah
rotasi mesio-distal dan gigi ditarik ke arah bukal atau lingual.

3. Akibat perforasi pada sinus ?


Etiologi terjadinya KOA adalah komplikasi pasca ekstraksi gigi posterior rahang atas
atau patahnya akar palatal gigi molar, destruksi dasar sinus akibat kelainan periapikal,
perforasi dasar sinus dan membran sinus akibat pemakaian instrumen yang salah,
mendorong gigi atau akar gigi ke dalam sinus saat pencabutan gigi, derajat
pneumatisasi sinus, proses pembedahan pada sinus maksilaris atau pengambilan lesi
kista yang besar, infeksi kronik sinus maksilaris seperti osteomielitis, serta keganasan.
Akar gigi molar pertama dan kedua rahang atas diduga memiliki hubungan yang dekat
dengan sinus maksilaris (gambar 1B). Sering terjadi, akar tidak dilapisi lamina dura
akibat infeksi periapikal kronis, sehingga apeks gigi berkontak langsung dengan tepi
sinus. Saat pencabutan gigi, besar kemungkinan terdapat sebagian dasar sinus yang
terbuka sehingga KOA terjadi. Namun, pada tindakan bedah lainnya seperti
odontektomi gigi molar ketiga atas yang terpendam, apikoektomi, enukleasi suatu
kista atau kuretase radikal suatu tumor dapat pula menyebabkan terjadinya KOA.
Dalam kondisi normal, jika KOA terjadi akibat pencabutan gigi, penyembuhan akan
terjadi dengan baik bila bekuan darah dalam soket gigi tidak terganggu. Namun, jika
bekuan darah terlepas atau terjadi defisiensi akibat adanya infeksi, maka saluran akan
dilapisi epitel dan akan berkembang menjadi fistula kronik dan dikenal sebagai fistula
oroantral.

4. Apa saja komplikasi pasca pencabutan ?

5. Bagaimana SOP saat pasien pertama kali datang berobat?

EVALUASI PERAN PIHAK TERKAIT


No. Dokumen : /UKP/VII/PKS/2016

SOP No. Revisi : 00

TglTerbit :

Halaman : 1/3

UPTD PUSKESMAS dr. LusiDewina


SILUNGKANG
NIP. 197612212009022001

A. Pengertian Pencabutan gigi atau ekstrkasi gigi adalah : tindakan mengeluarkan gigI
dari soketnya dengan menggunakan ilfiltrasi anasthesi untuk pencabutan
gigi atas dan anterior bawah dan blok anasthesi untuk pencabutan gigi
posterior bawah kecuali radik atau sisa akar.

Sebagai acuan dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi untuk


B. Tujuan melakukan pencabutan pada gigi permanen yang sudah rusak berat
dan tidak mungkin dipertahankan lagi.

C. Kebijakan
D. Referensi 1. Permenkes No 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
2. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer Edisi Revisi Tahun 2014, Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta 2014.

E. Alat dan -
Bahan
F. Prosedur 1. Dokter gigi menanyakan dan mencatat indentitas pasien
- Nama
- Umur
- Alamat, dll
2. Dokter gigi menanyakan dan mencatat riwayat penyakit pasien
dan riwayat penyakit keluarga pasien
- Golongan darah
- Tekanan darah
- Diabetes
- Hemophilia
- dll
3. Dokter gigi Menanyakan keluhan utama pasien
- Menanyakan lokasi gigi yang akan di cabut
- Apakah pernah sakit
- Kapan sakitnya
4. Dokter gigi memakai alat pelindung diri seperti : handscun dan
masker
5. Dokter gigi melakukan pemeriksaan intra oral pada gigi yang
akan di cabut dengan cara :
- Perkusi untuk
- Periksa jaringan sekitar gigi yang akan dicabut apakah ada
infeksi atau abses
6. Dokter gigi meminta persetujuan pasien atau orang tua pasien
dengan menanda tanganan inform content untuk persetujuan
tindakan pencabutan gigi
7. Perawat gigi mempersiapkan alat steril yang akan dipergunakan
untuk pencabutan gigi
- Kaca mulut
- Pinset
- Sonde
- ekscavator
- Bein
- Tang ekstraksi sesuai dengan gigi yang akan di cabut
- Crayer ( jika dirasa perlu )
8. Perawat gigi mempersiapkan bahan anasthesi yang akan
digunakan
- Spuit
- Lidocain atau PHcain
9. Asepsis daerah yang akan di anasthesi
10. Infiltasi anasthesi dilakukan pada gigi rahang atas dan anterior
rahang bawah dengan cara menyuntikkan anasthetikum di
bawah mukosa untuk melumpuhkan sementara ujung saraf
pada bagian bukal palatal untuk rahang atas dan bukal lingual
untuk anterior rahang bawah.
11. Blok anasthesi atau mandibular anasthesi yaitu memblokir (
melumpuhkan ) n. Alveolaris inferior yang dicapai sebelum
masuk ke kanalis mandibularis dan akibat dari pemberian
anasthetikum dari regio molar tiga sampai daerah incisivus
sentralis menjadi pati rasa.
12. Lepaskan gingival dari gigi dengan menggunakan sonde atau
ekscavator
13. Longgarkan gigi dari alveolus dengan menggunakan bein
14. Apabila sudah luksasi, dilanjutkan dengan menggunakan tang.
Gerakan rotasi pada gigi dengan akar tunggal dan gerakan bukal
lingual / palatal pada gigi dengan akar jamak.
15. Lakukan gerakan ekstaksi setelah gigi goyang
16. Setelah gigi keluar dari soket, letakkan tampon di atas soket gigi
serta pasien diminta untuk menggigit tampon
17. Instruksi pasca pencabutan kepada pasien :
- Gigit kapas selama kurang lebih 30 menit
- Jangan di isap – isap bekas pencabutan
- Jangan makan dan minum yang terlalu panas
- Minumlah obat sesuai aturan
18. Resepkan obat antibiotic ( bila perlu ) dan analgetik

G. Diagram Alir
H. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
I. Unit Terkait 1. IGD dan Rawat Inap
2. Rawat Jalan
J. Dokumen 1. Rekam Medis
terkait
K. Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Historis diberlakukan
Perubahan

6. Penatalaksanaan pasien pada skenario


Secara umum, tujuan pengobatan dan penglolaan hipertensi adalah untuk menurunkan
resiko morbiditas dan mortalitas. Secara khusus dalam perawatan bidang kedokteran gigi
adalah untuk mengembangkan dan memberikan perawatan yang sesuai dengan kondisi
fisik dan emosi pasien.

Pengelolaan pasien hipertensi memerlukan rencana perawatan atau strategi tertentu


untuk menjaga kestabilan tekanan darah ketika tindakan terutama tindakan yang
memerlukan anestesi lokal yang mngandung vasokonstriktor. Dua strategi yang dapat
diterapkan yaitu, strategi preventif dan kuratif.

A. Strategi Preventif

Strategi ini meliputi semua tindakan untuk mengontrol tekanan darah pasien selama
perawatan maupun selama tindakan preventif kedokteran gigi seperti kontrol plak,
flouridasi, dll. Tindakan preventif yang efektif yaitu dengan menghilangkan penyebab
meningkatnya tekanan darah pasien seperti pemilihan anestesi, bahan anestesi, dan
kontrol kecemasan. Tindakan preventif lainnya, antara lain:

Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan


Pemberian sedatif peroral membantu mengurangi kecemasan. Sedatif peroral yang
digunakan adalah benzodiazepine 5 mg, diminum malam sebelum tidur dan 1 jam
sebelum tindakan.
Penggunaan sedasi Nitrous oxide menurunkan tekanan darah sistol-diastole hingga 5-10
mmHg.
Pemilihan waktu perawatan gigi. Kenaikan tekanan darah pada pasien hipertensi sering
terjadi saat bangun pagi, mencapai puncak pada tengah hari, kemudian menurun di sore
hari, sehingga waktu yang dianjurkan untuk melakukan perawatan adalah sore hari.
Penggunaan anestesi lokal akan lebih baik dibandingkan anestesi umum.
Pemberian anestesi harus pelan dan hindari penyuntikan intravascular.
Dalam hubungan pasien hipertensi dengan tindakan perawatan menggunakan anestesi
lokal yang mengandung vasokonstriktor, harus diingat bahwa bahan vasokonstriktor pada
anestesi lokal bermacam-macam. Noradrenalin dan levonordefrin merupakan
kontraindikasi untuk pasien hipertensi. Sedangkan adrenalin lebih aman digunakan
karena tidak akan meningkatkan tekanan darah secara dramatis.

B. Strategi Kuratif

Penerapan strategi ini disesuaikan dengan kondisi kondisi fisik dan kemampuan emosi
pasien untuk menerima dan merespon terhadap perawatan yang diberikan. Keadaan
pasien ini diklasifikasikan menurut status resiko pasien menjadi ASA I, II, III, IV, dan V.

2.2 Perawatan Bedah Mulut Pasien Hipertensi

Banyak komplikasi yang dapat terjadi pada pasien hipertensi. Oleh karena itu, sebelum
melakukan tindakan bedah, sebaiknya pasien konsultasi dahulu dengan dokter penyakit
dalam yang merawat penderita. Jika keadaan pasien memungkinkan untuk dilakukan
tindakan pembedahan, maka segala kondisi yang menimbulkan kecemasan atau stress
sebaiknya dihilangkan. Penggunaan obat penenang sehari sebelumnya dianjurkan.
Apabila keadaan pasien sudah lebih tenang, pembedahan dapat dilakukan. Perlu
diperhatikan bahwa tekanan darah pasien saat tindakan harus dalam keadaan tensi yang
terkontrol. Jika perlu, upaya pembedahan dilakukan dam bentuk tim karena selain ada
hipertensi esensial, kemungkinan pasien juga menderita hipertensi sekunder yang
merupakan komplikasi penyakit lain.

7. Hubungan hipertensi dengan pencabutan


Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup
pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah adalah tekanan
yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi curah
jantung dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh
peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan
volume darah akan menurunkan tekanan darah.
Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen
dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan yang membutuhkan.
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap, karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai dengan gejalagejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi
penderitanya.
Respon tekanan darah selama perawatan gigi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ketika
pasien dalam kondisi sadar selama perawatan gigi, terdapat peningkatan tekanan darah
yang dikaitkan dengan rasa cemas atau stres fisiologis, termasuk stimulus rasa nyeri dan
efek dari vasokonstriktor yang terdapat dalam anestesi yang diberikan. Peningkatan
tekanan darah lebih terlihat pada pasien hipertensi dibandingkan dengan pasien dengan
normotensi.
Tsuchihashi et al (1996) yang mengatakan bahwa terdapat peningkatan tekanan darah
pada pasien hipertensi yang dilakukan tindakan pencabutan gigi. Peningkatan tekanan
darah yang disebabkan oleh stres mental mengalami peningkatan yang minimal dan tidak
signifikan saat pemeriksaan stres mental, sehingga terdapat dua faktor yang lebih
mempengaruhi peningkatan tekanan darah yaitu penggunaan anestesi dan tindakan
pencabutan gigi.
Faktor lain yang menyebabkan peningkatkan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah
kerentanan jantung dan pembuluh darah dimana telah terdapat berbagai resiko awal
yang meningkatkan tekanan darah dari batas normal. Seseorang yang memiliki riwayat
hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi dibanding dengan
seseorang tanpa riwayat hipertensi, hal ini disebabkan oleh hiperaktifnya saraf simpatis
yang menyebabkan timbulnya respon yang berlebih pada penderita hipertensi, terlebih
jika didukung dengan riwayat hipertensi dalam keluarga

8. Komplikasi hipertensi dan apeks dekat dengan sinus


Komplikasi Hipertensi :
1. Resiko akibat Anestesi lokal pada penderita hipertensi
Larutan anestesi lokal yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah lidokain yang
dicampur dengan adrenalin dengan dosis 1:80.000 dalam setiap cc larutan. Konsentrasi
adrenalin tersebut dapat dikatakan relatif rendah, bila dibandingkan dengan jumlah
adrenalin endogen yang dihasilkan oleh tubuh saat terjadi stres atau timbul rasa nyeri
akibat tindakan invasif. Tetapi bila terjadi injeksi intravaskular maka akan menimbulkan
efek yang berbahaya karena dosis adrenalin tersebut menjadi relatif tinggi. Masuknya
adrenalin ke dalam pembuluh darah bisa menimbulkan: takikardi, stroke volume
meningkat, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Resiko yang lain adalah terjadinya
ischemia otot jantung yang menyebabkan angina pectoris, bila berat bisa berakibat fatal
yaitu infark myocardium. Adrenalin masih dapat digunakan pada penderita dengan
hipertensi asal kandungannya tidak lebih atau sama dengan 1:200.000. Dapat juga
digunakan obat anestesi lokal yang lain, yaitu Mepivacaine 3% karena dengan konsentrasi
tersebut mepivacaine mempunyai efek vasokonstriksi ringan, sehingga tidak perlu
diberikan campuran vasokonstriktor.

2. Resiko akibat ekstraksi gigi pada penderita hipertensi


Komplikasi akibat pencabutan gigi adalah terjadinya perdarahan yang sulit dihentikan.
Perdarahan bisa terjadi dalam bentuk perdarahan hebat yang sulit berhenti saat
dilakukannya tindakan pencabutan gigi, atau bisa berupa oozing (rembesan darah) yang
membandel setelah tindakan pencabutan gigi selesai.
Sumber:
Little, JW. 1997. Dental Management of the Medically Compromised Patient. 5th edition.
Mosby. St.Loui

9. Prosedur yang dilakukan saat terjadi pendarahan

Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :


1. trauma yang berlebihan pada jaringan lunak
2. mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
3. tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
4. tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan menghisap-hisap
5. kumur-kumur yang berlebihan
6. memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi
Prosedur yang dilakukan saat terjadi pendarahan/
1. Bersikap tenang dan jangan panik.
2. Berikan penjelasan pada pasien.
Perdarahan pada soket gigi adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi.
3. Penanganan awal yang dilakukan adalah melakukan penekanan langsung dengan
tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan darah
yang stabil.
4. Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan
tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor
(adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta menggigit tampon selama 10
menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat
ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge (alvolgyl / spongostan)
yang diletakkan di alveolus serta lakukan penjahitan biasa.
5. Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket gigi
yang mengalami perdarahan tersebut.
Teknik penjahitan yang kita gunakan adalah teknik matras horizontal dimana jahitan
ini bersifat kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang digunakan umumnya
adalah silk 3.0, vicryl® 3.0, dan catgut 3.0.
6. Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita lakukan
klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh darah dengan
benang atau dengan kauterisasi.
7. Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan siapkan
segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam traneksamat
secara intravena atau intra muskuler. (Asam traneksamat merupakan golongan obat
anti-fibrinolitik (Fibrinolitik adalah anti platelet atau anti koagulan))
8. Setelah tindakan selesai, pasien diberikan edukasi tentang hal-hal yang bisa
menyebabkan perdarahan itu muncul dan menyuruhnya untuk menghindari hal-hal
tersebut. Pasien juga diberikan analgesik untuk mererdakan rasakitnya

10. Instruksi pasca pencabutan


 Menggigit kain kasa selama 30-45 menit untuk membantu menghentikan
perdarahan.
 Jangan minum atau makan apapun selama 2 jam segera setelah pencabutan
 Lakukan kompres dengan air es Untuk mengatasi pembengkakan pada wajah
secara intermiten pada hari pertama.
 Menjaga higienitas dengan berkumur setelah 24 jam pasca pencabutan gigi dan
menyikat gigi seperti biasa.
 Lakukan sikat gigi seperti biasa namun sementara hindari pada luka bekas
pencabutan
 Menaati anjuran dan resep yang diberikan oleh dokter
 Pada 24 jam pertama, diet lembut dan dingin serta mengunyah pada sisi yang
berlawanan dengan tempat pencabutan gigi.
 Jangan mengunyah permen karet dan menghisap daerah bekas luka pecabutan
gigi
 Jangan meludah
 Jangan berkumur selama 24 jam pertama
 Jangan minum alcohol
 Jangan memberikan rangsangan panas pada daerah pencabutan
 Istirahatlah yang cukup
 Melatih rahang agar tidak terjadi kekakuan.
11. Instrumen yang digunakan dalam pencabutan dan gambar
1. FORCEPS
Forcep terdiri atas 2 bagian yaitu handle, hinge dan beaks. Handle berfungsi untuk
memegang instrument, beaks merupakan komponen yang memegang area servikal gigi
dan mengangkatnya dari soket. Variasi bentuk dari beaks dipengaruhi oleh variasi
anatomi gigi.

MAKSILA
A. Forcep 6 gigi anterior maksila
B. Forcep premolar maksila

C. Forcep molar maksila pertama dan kedua


Terdapat 2 macam forcep molar maksila pertama dan kedua. Dibedakan dari bentuk
beak nya, untuk area palatal beak berbentuk konkaf, sementara untuk area bukal
ada area yang “pointed” untuk memegang area bifurkasi

Kanan Kiri

D. Forcep untuk gigi molar ketiga

MANDIBULA
A. Forcep 6 gigi anterior mandibula

B. Forcep premolar maksila


C. Forcep molar mandibula

SISA AKAR

Maksila

Mandibula

2. ELEVATOR
Bagian dari elevator adalah sebagai berikut: 1) handle, 2) shank, dan 3) blade. Bentuk
blade berbeda-beda tergantung fungsinya. Ada 3 jenis elevator yaitu: 1) bein lurus, 2) T-
Shaped elevator/cryer, dan 3) bein bengkok.

A. Bein lurus
B. Bein bengkok

C. Cryer

Set alat pencabutan sederhana :

1. Anastesi lokal syringe, jarum dan ampul.

2. Elevator

3. Alat diagnostik

4. Forcep (tergantung gigi yang akan dicabut)

5. kasa steril.

8. Kuret periapikal

9. tip suction.

Anda mungkin juga menyukai