Anda di halaman 1dari 16

NOTULENSI TUTORIAL KELOMPOK 8 BLOK 15

KGK 3
Pertemuan Kedua

Fasilitator: drg.Herlambang Prehananto., Sp.PM

Anggota:

1. TABITA RAHARDJANTI 10617112


2. ESTA YOIRA FEBTI HAZAD 10619037
3. FADHILA VANIRANIA 10619038
4. PUTRI NUR AZIZAH 10619082
5. REVITA MUJI WAHYULISTIA 10619083
6. IRA BATTI SAMPEARRANG 10619050
7. IRDINA NURUL AIDAH 10619051
8. NARUMI RIZKI ANDINI 10619069
9. IRYAWANTI MAHARA 10619052
10. ALMA NURI APRICILIA 10619005
11. DITA ERI TRIANA 10619034
12. AULIA NURMALA DEWI 10619014
13. AULIYA SUTRISNO 10619015

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021
SKENARIO 3
IDENTIFIKASI MASALAH
1.definisi polip pulpa

Jawab: Definisi Pulpa Polip (Esta Yoira, 10619037)


Pulpitis Hiperplastik/Pulpa Polip Penyebab Iritasi pada pulpa oleh bakteri secara terus menerus
hingga menimbulkan tumbuhnya jaringan seperti bisul didalam gigi. Gejala Sakit spontan, sakit
terhadap stimulus panas dan dingin, sakit saat mengunyah.

Jawab: Polip pulpa, yang juga dikenal sebagai pulpitis hyperplastic kronis atau proliferatif
pulpitis, adalah jenis dari inflamantory hiperplasia. Ini terjadi dalam gigi vital yang memiliki
suplai darah yang baik sewaktu pulpa terkena karies atau trauma. Gigi lebih umum digunakan
oleh anak-anak dan remaja yang pulpa memiliki ketahanan yang tinggi dan memiliki suplai
darah yang baik. PP tidak memiliki gejala kecuali selama mengunyah ketika tekanan bolus
makanan dapat menyebabkan ketidaknyamanan ada juga interaksi periapical yang menunjukkan
sebagai radiolinitas atau radiopasitas (Mohammed, A. et Al. 2017. Evaluation the effect of
pulp polyp on periapical area of primary and permanent dentition: Periapical radiographic
Iraqi study . Meridian dental journal. Volume 1 issue 4, page : 115-128) Putri Nur Azizah
106190

2. Definisi ektraksi gigi

Jawab: Iryawanti Mahara 10619052


1.Ekstraksi merupakan tindakan pengambilan gigi serta akar gigi dari soket yang melibatkan
jaringan tulang dan jaringan lunak dalam rongga mulut

Jawab: Irdina10619051
Pencabutan gigi atau yang dalam ilmu kedokteran gigi biasa disebut ekstraksi gigi adalah suatu
prosedur dental yaitu mengeluarkan gigi dari soketnya. Pencabutan gigi dikatakan ideal jika
dalam pelaksaannya tidak disertai rasa sakit,dan trauma yang terjadi pada jaringan sekitar gigi
seminimal mungkin, luka pencabutan dapat sembuh secara normal dan tidak menimbulkan
permasalahan pasca pencabutan.
(Sanghai S, 2009 dalam Hj. Nureni,Asridiana. (2020). PREVALENSI PENCABUTAN GIGI
PERMANEN DI POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS KALUKU BODOA DI KOTA
MAKASSAR. Media Kesehatan gigi vol.19 No.(1), 12–26.)

Jawab: Auliya sutrisno 10619015


Ekstraksi gigi merupakan proses pengeluaran gigi dari dalam soket dari tulang alveolar1 .
Ekstraksi gigi memiliki indikasi yang bervariasi. Sebuah gigi mungkin harus dicabut karena
karies, infeksi periapeks, penyakit periodontal, erosi, abrasi, atrisi, atau bahkan kelainan pulpa.
Sebuah gigi yang sehat juga harus dicabut sebagai bagian dari rencana perawatan yang akan
dilakukan, misalnya perawatan ortidonsi indikasi ekstraksi gigi dengan teknik sederhana
misalnya gigi berjejal, sedangkan ekstraksi gigi dengan teknik pembedahan misalnya gigi
ankilosis
Ferawati simfo 2011,Pencabutan Gigi Hubungannya Dengan Penyakit. Medan: Universitas
Sumatera Utara
ODONTO Dental Journal. Volume 3. Nomer 1. Juli 2016, Syafrudin Aulia Azhar*, Rahmawati
Sri Praptiningsih*, Erna Dwi Agustin

3. Indikasi kontaindikasi ekstaksi gigi


Jawab : Revita
INDIKASI EKSTRAKSI GIGI

Indikasi gigi yang perlu dilakukan ekstraksi antara lain adalah karies gigi yang sudah
melibatkan jaringan pulpa dan hanya menyisakan sedikit jaringan sehat sehingga tidak bisa
dipertahankan, penyakit periodontal dengan
keparahan menyebabkan resopsi tulang sehingga terjadi mobilitas gigi, ekstraksi karena alasan
ortodontik yang memerlukan ruang sehingga dilakukan pencabutan untuk mendapatkan ruang,
kemudian keadaan lain seperti gigi mengalami malposisi dehingga menyebabkan trauma pada
jaringan lunak sekitar, selanjutnya gigi yang
mengalami fraktur parah, terakhir adalah untuk alasan mouth preparation sebelum perawatan
prostodontik. (Himammi AN dan Hartomo BT, 2020).

Jawab: Alma Nuri Apricilia 10619005


Apabila kontraindikasi mutlak, perawatan ekstra perlu dilakukan sebelum pencabutan gigi
untuk menghindari berbagai resiko yang dapat terjadi pada pasien. Beberapa kontraindikasi
pencabutan gigi penyakit periapical terlokalisir, keberadaan infeksioral, pericoronitis akut,
penyakitganas, pencabutan gigi pada pasien terapi radiasi, penyakit sistemik seperti diabetes,
hipertensi, penyakit jantung, pasien terapi steroid, kehamilan, diskrasia darah, pasien terapi
antikoagulan, gondok beracun, penyakit kuning. (Asridiana N, 2020)

4. Tehnik untuk ekstraksi gigi


Jawab: Narumi Rizki Andini 10619069
Teknik ekstraksi gigi
Ada 2 macam teknik pencabutan gigi yaitu :
1. Close metode
Ada 2 tahapan yaitu pertama gigi harus dipisahkan terlebih dahulu dari jaringan
lunak dengan menggunakan elevator. Kedua, gigi diangkat dengan menggunakan
tang atau elevator.
A. Posisi pasien saat ekstraksi gigi maksila :
1. Mulut pasien harus sejajar dengan tinggi bahu operator
2. Sudut antara dental unit dan lantai kurang lebih 120°
3. Permukaan oklusal rahang atas harus 45° dibandingkan dengan lantai saat pasien
membuka mulut.
B. Posisi pasien saat ekstraksi gigi mandibula :
1. Posisi kursi lebih rendah, sudut antara kursi dan lantai sekitar 110°
2. Permukaan oklusal mandibula harus sejajar dengan lantaisaat pasien membuka
mulut.
C. Posisi operator saat ekstraksi gigi maksila :
1. Operator berada di depan kanan pasien sedangkan apabila operator kidal atau
terbiasa menggunakan tangan kiri posisi operator berada di depan kiri pasien.
Posisi operator saat ekstraksi gigi mandibula :
2. Posisi operator berada di depan pasien atau disamping kanan pasien atau arah
jam 8. Untuk operator yang dominan kiri, posisinya didepan atau disamping kiri
pasien. (Fragiskos D. 2007)

Jawab: Tabita rahardjanti 10617112


Insisiv RB luksasi labial-lingual+tarik kearah labial, C RB luksasi kea rah labial +rotasi kea rah
mesial, P RB luksasi kearah bukal+rotasi mesial distal
, M1,2 RB luksasi bukal lingual+tarik ke bukal

5. Tata cara ekstaksi gigi


Jawab: Tata Cara Ekstraksi Gigi (Esta Yoira, 10619037)
Prosedur ekstraksi gigi dibagi menjadi 3 yaitu preoperatif, perioperatif dan postoperatif. Langkah
yang dilakukan pada prosedur preoperatif adalah mempersiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan, serta mengatur posisi operator dan posisi pasien sesuai dengan gigi yang akan
dilakukan pencabutan [8]. Posisi ergonomis juga perlu diperhatikan untuk kenyamanan operator
yaitu, saat melakukan ekstraksi pada regio 1,2 dan 3 menggunakan posisi arah jam 6-9, dan
untuk regio 4 arah operator pada arah jam 9-12. Posisi pasien pada saat dilakukan ekstraksi
rahang atas adalah semisupine dan untuk ekstraksi rahang bawah posisi pasien tegak[9].
Prosedur perioperatif atau persiapan pada tahap ini operator menggunakan alat yang sesuai untuk
melakukan ekstraksi dengan cara memegang menggunakan tangan yang tidak menjadi tumpuan
menggunakan teknik pinch grasp, dan untuk mengontrol jaringan lunak pipi, lidah, dan bibir,
serta membantu menstabilkan kepala pasien pada saat dilakukan ekstraksi gigi rahang atas dan
stabilisasi yang tepat. Selanjutnya adalah prosedur pencabutan atau ekstraksi yang merupakan
postoperatif. Pada prosedur ini dokter gigi memberikan resep obat pada pasien sesuai dengan
kebutuhan pasien dan pasien juga diberikan instruksi dan edukasi terkait prosedur pencabutan.

6. Terapi farmakologis setelah ekstraksi


Jawab: Terapi farmakologi Pasca Ekstraksi gigi Ira batti sampearrang (10619050)

Terapi dengan menggunakan antibiotika, dalam terapi ORN


dilaporkan mampumenurunkan komplikasi 1.9% dan 5.8% resiko penyembuhan ter-
tunda. Antibiotika ekstraksi pada pasien
pasca ekstraksi mampu menurunkan resiko ORN.
Penelitian pada 57 pasien
dilakukan ekstraksi dan diberikan antibiotika , maka pasien yang mengalami ORN hanya satu
orang.
Pemberian
antibiotika profilaksis dan pemakaian obat kumur setelah tindakan mampu meminimalisir
terjadinya ORN pasca pen-
cabutan pada pasien. Hasil akan lebih baik lagi bila ditambahkan dengan terapi
hiperbarik oksigen.
Pemberian pentofilin dan tokoferol pasca ekstraksi akan memperbaiki vaskularisasi
(Rochmah, 2019) ODONTO Dental Journal. Volume 6. Special Issue

Jawab: Terapi farmakologi pasca ekstraksi gigi Aulia Nurmala Dewi 10619014
meninggalkan bekas luka, dan menyebabkan inflamasi yang menimbulkan rasa kurang nyaman.
hal ini merupakan alasan utama seseorang datang untuk menghilangkan rasa sakitnya dengan
pemberian obat analgesik dan antiinflamasi.
Antiinflamasi terbagi
atas 2 golongan yaitu antiinflamasi steroid dan antiinflamasi non steroid. Jenis obat antiinflamasi
untuk
mengatasi rasa nyeri yang paling sering digunakan yaitu Non Streoidal Anti-inflammatory Drugs
(NSAID).
NSAID efektif mengurangi nyeri
dengan intensitas ringan sampai sedang. Pemberian NSAID preoperatif bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit hebat dan memberikan kenyamanan pasca pencabutan gigi.Salah satu jenis
NSAID adalah ibuprofen.
Ibuprofen merupakan turunan sederhana asam fenil propionate. Pada dosis sekitar 2400 mg per
hari, efek antiinflamasi ibuprofen setara dengan 4000 mg aspirin. Ibuprofen oral sering
diresepkan dalam dosis yang lebihkecil (<2400mg/hari); pada dosis ini ibuprofen efektif sebagai
analgesik tapi tidak sebagai anti-inflamasi.
Sediaan ibuprofen 400 mg dalam bentuk gel cair cepat meredakan dan
cukup efektif dalam nyeri gigi pasca
operasi.
(Fanny Marisca Alviony, Pengaruh Pemberian Ibuprofen Preoperatif
Terhadap Sebaran Sel Radang Kronis Pada Proses Penyembuhan Luka Pasca Pencabutan
Gigi.Vol. 10 No. 1 Februari 2016)

Jawab: Irdina10619051
Setelah dilakukannya proses pencabutan gigi, dokter pada umumnya memberikan beberapa
instruksi atau edukasi yang harus dilakukan pasien di antaranya adalah menghabiskan antibiotik
yang sudah diberikan, menggigit kapas hingga 30 menit - 1 jam setelah pencabutan, tidak
menghisap area yang sudah dilakukan pencabutan, tidak boleh memainkan bekas jahitan dengan
lidah, tidak boleh merokok, tidak boleh sering meludah. Apabila instruksi tersebut tidak
dilakukan maka dapat memicu terjadinya komplikasi setelah pencabutan gigi yang dapat
mengganggu proses penyembuhan luka. (Setiawan, 2015 dalam Rizentya Salsabila et,al.Potensi
Kombinasi Saffron Dan Binahong Sebagai WOUND HEALING STIMULATOR PASCA
EKSTRAKSI GIGI. (2019). 125–140.

7. Komplikasi pada ekstaksi gigi


Jawab: Alma Nuri Apricilia 10619005
Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi karena berbagai faktor dan bervariasi pula dalam
hal yang ditimbulkannya. Komplikasi dapat digolongkan menjadi intraoperatif, segera sesudah
pencabutan dan jauh setelah pencabutan. Komplikasi yang sering ditemui pada pencabutan gigi
antara lain perdarahan, pembengkakan, rasa sakit, dry socket, fraktur, dan dislokasi mandibula.
(Lande R dkk, 2015)

8. Edukasi untuk pasien setelah ekstraksi gigi


Jawab: Narumi Rizki Andini 10619069
Dokter gigi akan memberikan beberapa instruksi kepada pasien mengenai hal yang harus
dilakukan dan dihindari setelah pasien menerima tindakan pencabutan gigi. Contoh instruksi
yang diberikan setelah pencabutan gigi, yaitu: “apabila mendapatkan resep taatilah aturan
pakainya”; “jika diberikan antibiotik, harus dihabiskan”; “gigit kapas atau kasa selama 30 menit
sampai satu jam sesudah pencabutan”; “jangan menghisap daerah
bekas pencabutan”; “jangan merokok”; dan, “jangan sering meludah”.
Pasien wajib mengetahui dan mengikuti instruksi setelah pencabutan gigi, dengan tujuan
menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi setelah pencabutan dan terganggunya proses
penyembuhan luka. Komplikasi yang dapat terjadi setelah pencabutan, yaitu: dry socket;
perdarahan; rasa sakit; edema; infeksi; dan, trismus yang persisten. Dry socket disebabkan oleh
kontaminasi bakteri, merokok, dan penyakit sistemik. (1Indra Setiawan, 2015)

Jawab: Irdina
Setelah dilakukannya proses pencabutan gigi, dokter pada umumnya memberikan beberapa
instruksi atau edukasi yang harus dilakukan pasien di antaranya adalah menghabiskan antibiotik
yang sudah diberikan, menggigit kapas hingga 30 menit - 1 jam setelah pencabutan, tidak
menghisap area yang sudah dilakukan pencabutan, tidak boleh memainkan bekas jahitan dengan
lidah, tidak boleh merokok, tidak boleh sering meludah. Apabila instruksi tersebut tidak
dilakukan maka dapat memicu terjadinya komplikasi setelah pencabutan gigi yang dapat
mengganggu proses penyembuhan luka. (Setiawan, 2015 dalam Rizentya Salsabila et,al.Potensi
Kombinasi Saffron Dan Binahong Sebagai WOUND HEALING STIMULATOR PASCA
EKSTRAKSI GIGI. (2019). 125–140).

9. Analisis dari pemeriksaan penunjang


Jawab: Revita Muji Wahyulistia 10619083
ANALISIS DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penggunaan sinar-x merupakan bagian penting dari kedokteran gigi. Radiografi sering digunakan
sebagai alat referensi untuk mendukung diagnosis berbagai kelainan gigi dan rahang. Dalam
menilai kondisi pulpa diperlukan pemeriksaan radiografi untuk menunjang pemeriksaan klinis.
Hasil radiografi yang dihasilkan oleh sinar-X yang menembus suatu organ memiliki kecepatan
yang berbeda-beda, tergantung dari densitas anatomisnya. Fitur terakhir pada film ini adalah
karena perbedaan penyerapan sinar-X oleh bagian tubuh yang terkena sinar-X. Penyerapan ini
tergantung pada volume dan ketebalan jaringan yang dilewatinya, sehingga mempengaruhi
kerapatan citra pada radiografi. Ketebalan tulang tertentu akan menyerap lebih banyak sinar-X
daripada darah atau jaringan lunak, dan mereka menyerap lebih banyak lemak. Interpretasi
radiografi adalah proses mencari atau menemukan semua informasi pada radiografi dengan
memberikan citra hitam, putih, dan abu-abu. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penyakit,
melengkapi informasi tentang sifatnya, mengetahui perkembangan suatu penyakit, dan
memungkinkan diperolehnya diagnosis. (Khoironi et al, 2017).

Jawab: Analisis pemeriksaan penunjang (Putri nur azizah 10619082)


Pemeriksaan radiografi umumnya menunjukkan adanya rongga terbuka besar dengan akses
langsung ke rongga pulpal, bukti radiografi periapical apabila terkait dengan pulpal yang panjang
menandakan adanya cronic apikal periodontitis yang baru mulai. Radiografi periapical intraoral
(IOPARs) adalah alat pemindai konvensional untuk memvisualisasikan gigi dan struktur di
sekitarnya.

Meskipun ada sejumlah besar modalitas pencitraan untuk memvisualisasikan daerah periapical
dari radiografis gigi, IOPARs masih tetap sebagai yang terbaik secara rutin digunakan untuk
evaluasi, diagnosis dan perencanaan pengobatan. Sistem radiografi digital yang tidak
konvesional digunakan dalam penelitian ini karena menghasil hasil gambar yang dinamis dan
karena itu dapat dengan mudah ditingkatkan (kontras/kecerahan) untuk meningkatkan hasil
diagnosis gambar radiografi (Mohammed, A. et Al. 2017. Evaluation the effect of pulp polyp
on periapical area of primary and permanent dentition: Periapical radiographic Iraqi study .
Meridian dental journal. Volume 1 issue 4, page : 115-128)

10. Armamentarium
Jawab: Iryawanti Mahara 10619052
Armamentarium
• Forsep. Forceps dirancang untuk memberikan akses yang memadai ke gigi target tanpa
melukai gigi tetangga. Dalam scenario ini yang dilakukan pencabutan yaitu gigi 36 dengan
kehilangan mahkota yang cukup luas, sehingga menggunakan mandibular forceps. Ada 6 jenis
forceps untuk masing" RA dan RB.
• Elevator. Elevator adalah instrumen yang digunakan untuk melonggarkan gigi sebelum
aplikasi forsep, dan untuk menghindari komplikasi seperti fraktur mahkota, akar, dan tulang.,
serta untuk menghilangkan akar yang patah atau dipotong melalui pembedahan. Elevator adalah
instrumen berbilah tunggal yang dirancang untuk memberikan keuntungan mekanis maksimum
dengan upaya minimum.
 Straight elevator
 Coupland elevator,
 Apexo elevator,
 Cross bar elevator,
 Cryer elevator,
 Warwick James elevator,
 Root tip elevator (Krishnamurthy Bonanthaya, Elavenil Panneerselvam, Suvy
Manuel.2021)

Jawab: Armamentarium Ekstraksi Gigi Fadhila Vanirania (10619038)


Armamentarium pada Simple Technique
Fig. 4.57. Set of instruments necessary
for simple tooth extraction (pencabutan gigi sederhana)
Alat :
1. Local anesthesia syringe, needle, and ampule.
2. Desmotome or Freer elevator.
3. Retractor or mouth mirror.
4. Extraction forceps
(depending on the tooth to be removed).
(tergantung pada gigi yang akan dicabut)
5. Surgical or anatomic forceps.
6. Elevators.
7. Sterile gauze.
8. Periapical curette.
9. Suction tip.
10. Towel clamp.
11. Needle holder.
(From e-book BM : Fragiskos D. Fragiskos (Ed.) Oral Surgery. Fragiskos D. Fragiskos, DDS,
PhD. Associate Professor, Oral and Maxillofacial Surgery. School of Dentistry University of
Athens. Greece)

Jawab: Tabita Rahardjanti 10617112


1.hypodermic syringe suatu alat yang digunakan untuk memasukan suatu cairan di bawah
permukaan jaringan.
2.intraligamentary syringe
Salah satu jenis hypodemic syringe yang digunakan untuk injeksi intraligamen sama seperti
metal syringe
3.jarum injeksi(needle)
Needle yang baik harus memenuhi syarat yaitu harus kuat,cukup lentur,mempunyai ujung yang
tajam dan berbentuk bevel,sterilitas terjamin,dan hanya untuk satu penderita saja.jarum suntik
tersedia dengan berbagai ukuran,baik panjang maupun diameternnya

11. Macam macam obat anestesi


Jawab: Macam obat anestesi
Narumi Rizki Andini
10619069
Lidokain (tanpa vasokonstriktor)
Artikain (tanpa vasokonstriktor)
Mepivakain (tanpa
vasokonstriktor)
Pehacaine (Lidokain mengandung
vasokonstriktor)
Septocaine (Artikain
mengandung vasokonstriktor)
1. Pehacaine (Lidokain mengandung vasokonstriktor)
adalah bahan anestesi lokal yang paling banyak
digunakan, dengan alasan utama yaitu memenuhi
syarat ideal bahan anestesi lokal, onset kerja yang cepat,
waktu kerja yang lama dan tidak menyebabkan alergi.
Selain itu, keefektifan merupakan kriteria yang paling
banyak dilihat dalam pemilihan bahan anestesi lokal.
2. Sebagian besar (93,2%) dokter gigi di kota Denpasar
menggunakan bahan anestesi lokal yang mengandung
vasokonstriktor, dengan alasan utama yaitu untuk
memperpanjang durasi kerja obat anestesi lokal,
mengurangi toksisitas sistemik dan mengurangi
terjadinya perdarahan.
3. Sebesar 68,2% dokter gigi di kota Denpasar melakukan
anestesi topikal terlebih dahulu sebelum melakukan
injeksi, dengan alasan pasien takut terhadap rasa sakit
sehingga memerlukan anestesi topikal terlebih dahulu.
4. Sediaan anestesi topikal yang paling banyak digunakan
adalah sediaan gel dengan persentase 54,3%.
(Ni Putu Alit Listya Dewi, dkk,. 2020)

12. .Tehnik anestesi


Jawab: Ira batti sampearrang (10619050)
Terdapat 3 teknik anestesi lokal antara lain adalah
(1) anestesi topikal diaplikasikan pada daerah membran mukosa untuk memberikan efek baal
pada ujung-ujung saraf superfisial dengan kedalaman anestesi 2-3mm. Terdapat 4 sediaan
anestesi lokal yaitu spray, salep, oinment dan etil klorida.
(2) Anestesi infiltrasi yang diaplikasikan dengan cara mendeponir daerah serabut terminal saraf
yang akan terinfiltrasi pada daerah yang terlokalisir. Teknik infiltrasi submukosa, infiltrasi
suprapeiosteal, infiltrasi subperiosteal, infiltrasi intraosseus, infiltrasi intraligament dan infiltrasi
instraseptal.
(3) Anestesi blok dimana pada teknik ini terjadi pemblokiran seluruh impuls dan menimbulkan
rasa kebal pada daerah yang dilakukan anestesi (Himammi dan Hartomo, 2020) Jurnal
Kesehatan Gigi Vol 8, Nomor 1, Hal 6-10.

13. .Syaraf yang menginervensi


Jawab: Dita Eri Triana 10619034
Saraf yang menginervasi
Sebelum melakukan pencabutan gigi terlebih dahulu menganestesi saraf yang menginervasi gigi
tersebut. Thoma (1969) mengatakan pada anestesi infiltrasi cairan diinjeksikan sedekat mungkin
dengan tulang, sehingga pada bagian- bagian khusus dari tulang rahang cairan anestesi akan
menembus tulang mengalir melalui saluran havers dan cairan akan mempengaruhi saraf-saraf
yang menuju gigi sebelum memasuki foramen apikal dan jaringan periodontal. Pada anak-anak
dan orang muda dengan tulang yang masih tipis, metode ini biasanya lebih berhasil daripada
orang tua atau pasien dengan tulang yang tebal, karena disini saluran havers masih banyak dan
lebar. (STUDI PERBANDINGAN DUA KELOMPOK UMUR TERHADAP MULA KERJA
DAN MASA KERJA ANESTETIKA LOKALPADA KASUS PENCABUTAN GIGI MOLAR I
ATAU MOLAR II ATAS, Mahmud Kholifa)
Daerah orofacial terutama dipersarafi oleh tiga cabang utama dari saraf trigeminal: ophthalmic,
maxillary, dan mandibula. Ujung saraf bebas yang mendeteksi rangsangan berbahaya tersebar di
daerah orofacial, menginervasi selaput lendir mulut, lidah, pulpa gigi, gingiva, otot
pengunyahan, atau sendi temporomandibular dalam sistem trigeminal. Terminal atau ujung saraf
bebas adalah saraf perifer khusus dalam subset neuron sensorik, terminal ini berfungsi
mendeteksi rangsangan berbahaya (disebut nosiseptor) yang berpotensi juga menyebabkan
kerusakan jaringan, kemudian rangsangan ditransduksi menjadi aktivitas listrik dalam nosiseptor
(proses nosisepsi). (Textbook; Mengenal Prreda Nyeri dalam Kedokteran Gigi, Ratih Pusporini,
Diena Fuadiyah)
Jawab: Fadhila Vanirania (10619038)
Syaraf yang menginversi
- Infiltrasi
Dapat digunakan untuk mencapai anestesi gigi atas dan anterior bawah. Caranya dengan
menempatkan larutan di sekitar apeks gigi pada aspek bukalnya di dalam sulkus. Porositas tulang
memungkinkannya untuk berdifusi melalui plat luar tulang untuk mempengaruhi saraf apikal
atau saraf. Biasanya mencapai anestesi dalam 1-2 menit dan memiliki keuntungan bedah
tambahan (di mana adrenalin (epinefrin) dalam larutan) dari vasokonstriksi pembuluh darah
kecil, yang memberikan pengurangan perdarahan dan peningkatan visibilitas sebagai akibatnya.

Administration
should be considered as a two-part technique :
1. Needle insertion
Untuk mencapai ketidaknyamanan minimal, anestesi lokal topikal harus diterapkan 2-3 menit
sebelum injeksi.

2. Deposition of local anaesthetic.


Untuk anestesi palatal, nervus palatina mayor (atau naso-palatina) di anterior mempersarafi
mukoperiosteum.

- Block anaesthesia
Beberapa suntikan blok batang saraf dapat digunakan untuk tujuan bedah mulut. Sejauh ini yang
paling umum adalah blok gigi inferior, tetapi yang lain termasuk blok mental, blok gigi posterior
superior dan blok infraorbital.
1. Inferior dental block
Saraf yang terkena adalah: (1) saraf gigi inferior, yang memberikan sensasi pada pulpa dan
jaringan periodontal membran gigi seri pertama sampai gigi molar ketiga, tulang yang melapisi
gigi, gingiva bukal dan sulkus dari gigi premolar ke gigi seri, bibir bawah dan dagu; dan (2) saraf
lingual, yang mempersarafi dua pertiga anterior lidah, dasar mulut dan gingiva lingual.

2. Mental nerve block


Injeksi ini akan membius pulpa dan jaringan periodontal membran insisivus bawah, kaninus,
premolar pertama dan bervariasi premolar kedua.

3. Posterior superior alveolar (dental) block


Blok ini dimaksudkan untuk membius nervus dental posterior superior saat menembus aspek
posterolateral tuberositas rahang atas sebelum menembus tulang.
4. Infraorbital block
Anestesi lokal diendapkan di sekitar foramen infraorbital, di mana ia dapat berdifusi kembali
sepanjang kanal infraorbital untuk mempengaruhi anterior dan, jika hadir sebagai saraf yang
terpisah, bagian tengah saraf gigi superior.

- Teknik injeksi lainnya


1. Periodontal ligament injection
Dalam bedah mulut, injeksi intraligmentous paling sering digunakan jika rasa sakit dirasakan
meskipun teknik normal infiltrasi atau anestesi blok.

2. Intraosseous injection
Anestesi infiltrasi awal pada area tersebut merupakan prasyarat dan, setelah entri dipotong, jarum
pendek dimasukkan ke dalam ruang meduler sebelum menyuntikkan sejumlah kecil larutan.

3. Intrapulpal injection
Suntikan ini biasanya digunakan di mana, meskipun anestesi tampaknya baik dengan cara
konvensional lainnya, gigi tetap sakit saat dimanipulasi.
(From Textbook of General And Oral Surgery. David Wray, David Stenhouse, David Lee,
Andrew J E Clark. EDINBURGH LONDON NEW YORK PHILADELPHIA ST LOUIS
SYDNEY TORONTO 2003)
Rumusan masalah:
Bagaimana pengaruh teknik anestesi terhadap tatalaksana ekstraksi gigi?

Anestesi
1. Inhalasi
2. Intravena
3. Imbang
1. Golongan Ester Anestesi Lokal Anestesi Umum
2. Golongan Amida

Anestesi Infiltrasi Anestesi Blok

Anestesi Topikal
 Teknik infiltrasi submukosa Pemblokiran seluruh impuls dan
(jaringan di bawah mukosa) meningkatkan rasa kebal pada
 Spray  Teknik infiltrasi supraperiosteal daerah yang dilakukan anestesi
 Salep (di atas periosteum)
 Teknik infiltrasi subperiosteal
 Ointment
(antara periosteum dan bidang kortikal)
 Etil klorida
 Teknik infiltrasi intraosseus
(ruang medularis dari tulang)
Mengoleskan larutan
anestesi pada  Teknik infiltrasi intraligament
permukaan mukosa (di periodontal ligamen)
pada tempat yang akan  Teknik infiltrasi intraseptal
di ekstraksi (tulang lunak di crest alveolar)

Aksi utama anestesi lokal adalah memblok konduksi


saraf dengan menurunkan permeabilitas serabut saraf
terhadap ion natrium (Na+) sehingga tidak mengalir di
dalam saraf. Anestesi lokal akan berinterferensi
dengan natrium dan menghambat penghantaran impuls
sepanjang serabut saraf

Anda mungkin juga menyukai