Anda di halaman 1dari 31

ANUGRAH DWI PANGESTU

31101500482
SGD 7
1. Pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan pada kasus diskenario? Gambar, video
I. Anamnesis

Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan,
berdasarkan pada ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan
pemeriksaan medic/dental. (Lusiana K.B., 1995)

Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada auto
anamnesis, cerita mengenaikeadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien.
Disamping itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak
disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang
lain. Keadaan seperi ini dijumpai umpamanya pada paien bisu, ada kesulitan
bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. Cara
in9i disebut allo anamnesis. (Lusiana K.B., 1995)

Dai segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana
pasien sendirilah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa.
Sebaliknya, pada anamnesis aktif penderita perlu dbantu pertanyaan-pertanyaan
dalam menyampaikan ceritanya. (Lusiana K.B., 1995)

Pada saat anamnesis biasanya ditanyakan hal-hal sebagai berikut :

1. Nama penderita. Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seseorang


penderita dari yang lainnya, di samping untuk mengetahui asal suku dan
rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras antara lain berhubungan dengan
penyusunan gigi depan. Contohnya, orang eropan(ras kaukasus) mempunyai
profil yang lurus, sedangkan orang asia (ras mongoloid) cembung.
2. Alamat. Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera
bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan
pemberian obat. Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah
dilakukan. Alamat juga membantu mengetahui latar belakang lingkungan
hidup seorang pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.
3. Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan social
ekonominya juga dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan
social seseorang, lebih besar tuntutannya terhadap factor estetik.
4. Jenis Kelamin. Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit
yang berlaku untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini
sebaiknya diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih
memperhatikan factor estetik disbanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan
protesa yang lebih kuat, sebab mereka menunjukkan kekuatan mastikasi yang
lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman, disamping
factor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.
Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak
lengkungan/bulatannya, disbanding ria yang member kesan lebih kasar dan
persegi. Pengelolaan perawatan penderita wanita dalam masa menopause
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
membutuhkan pertimbangan lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya
terasa lebih kering dan ada rasa seperti terbakar.
5. Usia. Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu
menjadi bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi
jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran
pulpa igi, serta panjang mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk,
warna, serta ukuran gigi seseorang.Kemampuan adaptasi penderita usia
muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi disbanding penderita usia
lanjut. Pada penderita usia lebih dari empat puluh tahun, adaptasi biasanya
mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia enampuluhan.
6. Pencabtan Terakhir Gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut
terakhir perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal
sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama
jangka waktu anatara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya
pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil perawatan.
7. Pengalaman Memakai Geligi Tiruan. Seorang penderita yang pernah
memakai geligi tiruan sudah mempunyai pengalaman, sehingga adaptasinya
terhadap geligi tiruan baru akan lebih mudah dan cepat. Ia juga sudah
mengalami prosedur pembuatannya. Sebaliknya, penderita semacam ini juga
sering membanding-bandingkan protesa barunya dengan yang pernah
dipakai sebelumnya.Mereka yang belum pernah memakai geligi tiruan,
biasanya membutuhkan masa adatasi lebih panjang karena kesulitannya
menyesuaikan diri. Kelompok ini belum berpengalaman dalam prsedur
pembuatan protesa; seperti pada waktu pencetakan, penentuan gigitan,
maupun pada saat awal pemakaian, yang sering kali menimbulkan rasa sakit.
Itulah sebabnya penerangan yang diberikan kepada penderita sebelum
pembuatan geligi tiruan dilaksanakan menjadi penting sekali.
8. Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan. Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan
pembuatan geligi tiruannya, apakah dia lebih mementingkan pemenuhan
factor estetik atau fungsional. Biasanya konstruksi disesuaikan dengan
kebutuhan penderita.
9. Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai
kebiasaan buruk dsb. Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan
tanpa suatu pengamatan yang intensif. (Lusiana K.B., 1995)
II. Pemeriksaan Intra Oral

Merupakan pemeriksaan yang di lakukan , untuk mengetahui keadaan rongga


mulut apakah terdapat kelainan atau tidak yang nantinya di gunakan untuk
membantu menegakkan diagnose. Pemeriksaan intra oral dapat meliputi,
pemeriksaan jaringan keras dan lunak rongga mulut.

a. Pemeriksaan Status Umum (riwayat kesehatan)

Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan


ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya
ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan dokter umum/lain dan
bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu
dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi
jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, umpamnya diabetes
mellitus, penyakit kardiovaskular, tuberculosis, lues, depresi mental,
kecanduan alcohol, dsb. (Lusiana K.B., 1995)

Hubungan Dengan Penyakit Sistemik:

I. Diabetes Mellitus

Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit


pembuluh darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi
di dalam mulut, seperti jaringan mukosa yang meradang, cepat
berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya
tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal.
Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan
kalkulus, merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang tidak
terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan gejala-
gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit,
gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan
menyehatkan kembali jaringan mulut.

Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa


dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama,
hindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin
dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan buat
desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan, serta
distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat
memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila
dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang
bebas karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya
pemeliharaan kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang
penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari
itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110).

II. Penyakit Kardiovaskular

Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari


pemakaian anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti
adrenalin; oleh karena bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah
(Gunadi, dkk., 1991 : 110).

III. Tuberkulosis dan Lues


ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
Terjadinya gangguan metabolism pada penderita Tuberkulosis dan
Lues, menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar.

Dalam merawat penderita-penderita ini, perlindungan terhadap dokter


gigi serta penderita lain merupakan pertimbangan yang sangat penting;
umpamanya jangan memasukkan jari telanjang ke dalam mulut seorang
penderita Lues. Lakukan pemeriksaan dengan menggunakan Longue
Blader; sedangkan penggunaan sarung tangan karet sangat dianjurkan.

Cucilah tangan dengan sabun dan air panas, segera sesudah kita merawat
penderita tersebut. Dalam hal ini, menyikat tidak dianjurkan karena
dapat menimbulkan abrasi kecil. Sebagai tambahan, baik sekali untuk
mencuci wajah secara hati-hati, karena mungkin saja setetes darah/
saliva memercik mengenai muka atau sepotong kecil kalkulus terpental
mengnai wajah dapat menyebabkan erosi kulit sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi. Penderita Lues aktif dan tidak dirawat sebaiknya
hanya menerima perawatan darurat saja, sedangkan semua pekerjaan
lainnya harus ditunda sampai penyakitnya sembuh(Gunadi, dkk., 1991 :
110-111).

IV. Anemia

Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang


cepat. Untuk kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang
tidak ada tonjol (cusp) (Gunadi, dkk., 1991 : 111).

V. Depresi Mental

Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang


mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan
dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan
terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.

Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik


tidak secara realistic. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat
pada waktu ia masih muda/ remaja serta mengharapkan penampilan
yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat
(Gunadi, dkk., 1991 : 111).

VI. Alkoholisme

Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan, pecandu alcohol


biasanya mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara
lain napasnya berbau alcohol, tremor, mata dan kulit pada bagian tengah
wajah memerah, gugup, dan kurus.
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik
menuntut pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan
dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama dengan penderita ini dapat
dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal ini
gagal, bisa membawa akibat yang buruk.

Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari


sampai kebutuhan ini sudah begitu mendesak, supaya pembuatan
protesa dapat berhasil untuk jangka waktu cukup panjang. Di samping
semua problem di atas, seorang penderita alkoholik cenderung
mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh
atau kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi,
dkk., 1991 : 111-112).

b. Jaringan Lunak Rongga Mulut

Fungsi pemeriksaan antara lain untuk mengetahui adanya kelainan,


iritasi atau keadaan patologis pada jaringan mukosa rongga mulut.
Sebagai rencana awal perawatan pendahuluan. Pemeriksaan yang di
lakukan dapat membantu mengidentifikasi inflamasi periradikuler
sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari
pada mukosa rongga mulut, atau menggoyangkan gigi dan perkusi
ringan dengan ujung gagang kaca mulut.

c. Status Lokalis
d. Foto Rongent

Tujuan menggunakan foto ini dalam pembuatan protesa sebagian


lepasan adalah untuk:

1. Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi


pendukung tulang yang padat akan member dukungan yang baik
2. Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi.
3. Melihat kelainan bentuk pada, “residual ridge”, umpamanya bila
terdapat suatu tonjolan pada prosesus alveolaris.
4. Melihatadanyasisaakargigi
5. Menelitikeadaanvitalitasgigi
6. Memeriksanadanyakelainanperiapikal
e. Oklusi

Hubungan gigi –gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutronklusi atau


distoklusi. Hubungan gigi 6 atas dan bawah yang normal (neutroklusi)
dicapai bila tonjol mesiobukal gigi 6 atas terletak pada ”groove” bukal
gigi 6 bawah. Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang normal ( neutroklusi
) dicapai bila tonjol gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak dengan
lereng distal dari tonjol gigi 3 bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
gigi 4 bawah.

Hubungan gigi - gigi depan dapat berupa :

a) dalam arah horisontal : normal edge to edge atau cross bite


b) dalam arah vertical : open bite, deep bite atau steep bite.
f. Vestibulum

Merupakan celah antara mukosa bergerak dan tidak bergerak.


Vestibulum diukur dari dasar fornix hingga hingga puncak ridge.

1. Cara pemeriksaan

Diperiksa menggunakan kaca mulut (nomor 3). Pemeriksaan dilakuka


pada regio posterior dan anterior terutama pada bagian yang tak bergigi,
dimulai dari fornix sampai puncak ridge. Sedangkan pada daerah yang
masih ada giginya, dari dasar fornix sampai ke tepi gingival.

a) Vestibulum dalam : Bila kaca mulut terbenam lebih dari


setengah diameter
b) Vestibulum dangkal : Bila kacamulut yang terbenam kurang
dari setengah diameter kacamulut.
2. Fungsi

Untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan. Vestibulum yang lebih


dalam lebih retentive daripada yang dangkal.

g. Bentuk Insisiv Pertama Atas

Susunan gigi pada tulang rahang membentuk sebuah lengkung yang


memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda tiap individu. Lengkung
gigi adalag garis yang menghubungkan titik kontak antar gigi. Lengkung
gigi didukung oleh setiap gigi yang terletak di dalam suatu basis tulang.
Bentuk lengkung berdasarkan bagian anterior kurve dapat dikategorikan
menjadi tiga yaitu : ovoid, tepered, dan square. Ketiga bentuk lengkung
memiliki kemiripan yang cukup tinggi sehingga sulit dibedakan. Untuk
parameter yang digunakan untuk menentukan hal-hal apa saja yang
mempengaruhi bentuk rahang yaitu interkaninus, intermolar, tinggi
kaninus dan tinggi molar.

h. Frenulum

Frenulum yaitu lipatan jaringan lunak yang menahan pergerakan organ


yang dapat bergerak, termasuk lidah. Frenulum labialis pada rahang
atas dan bawah dan frenulum lingualis pada rahang bawah merupakan
struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual
ridge
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
1. Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi-rendahnya perlekatan masing-


masing. Frenulum lingualis pada rahang bawah dan f.labialis pada
rahang atas/bawah merupakan struktur yang perlekatannya seringkali
dekat dengan puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan
mengganggu penutupan tepi (seal) dan stabilitas gigi tiruan.Letak
perlekatan frenulum dapat digolongkan:

 Tinggi : bila perlekatannya hampir sampai ke puncak


residual ridge.
 Sedang : bila eprlekatannya kira-kira di tengah
antara puncak ridge dan fornix.
 Rendah : bila perlekatannya dekat dengan fornix.
2. Fungsi

Untuk retensi dan estetik. Frenulum yang tinggi dapat meng-ganggu


penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi tiruan.

i. Bentuk Ridge

Ridge merupakan puncak tulang alveolar.

1. Cara pemeriksaan

Cara memeriksa bentuk ridge adalah dengan palpasi ridge pada bagian
edentulus.

Terdapat empat macam bentuk ridge antara lain :

square : lebih menguntungkan daya retentifnya

ovoid : lebih bagus untuk stabilisasi

tapering : daya retentifnya jelek, tidak menguntungkan

flat : tidak menguntungkan

2. Fungsi

Bentuk ridge berhubungan dengan – retensi dan stabilitas. Bentuk ridge


square mempunyai retensi yang paling baik karena mempunyai luas
penampang yang luas. Bentuk ridge ovoid mempunyai stabilitas yang
baik. Bentuk ridge tapering, memerlukan relief agar dapat retentif
. Bentuk ridge flat merupakan bentuk yang paling tidak
menguntungkan terhadap retensi dan stabilitas.

j. Relasi Ridge Posterior Transversal


k. Bentuk Dalam Palatum
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
Berfungsi untuk retensi dan stabilitas. Terdapat empat bentuk palatum,
yaitu :

1) Square: paling menguntungkan


2) Ovoid : menguntungkan
3) Tapering : tidak menguntungkan
4) Flat : tidak menguntungkan
l. Torus Palatina

Merupakan tonjolan tulang yang terdapat pada garis tengah palatum.


Fungsinya untuk stabilisasi gigi tiruan. Torus palatina ini ada yang besar,
sedang dan kecil. Pemeriksaannya dengan memakai burnisher, denngan
menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan
kekenyalan jaringan.

m. Torus Mandibula

Cara pemeriksaannya sama seperti torus palatinus, pemeriksaan dengan


cara menekan daerah palatum menggunakan burnisher. Bila terasa ada
daerah keras dan daerah tersebut berwarna putih bila ditekan maka
terdapat torus mandibularis.

Kehadiran torus mandibularis dapat mempersulit upaya untuk


memperoleh gigi tiruan yang nyaman karena tepi-tepi gigi tiruan langsung
menekan mukosa yang menutupi tonjolan tulang tersebut. Dalam hal
demikian perlu dilakukan pengambilan torus secara torektomi. Biasanya
dilakukan pengambilan pada tulang ini bila pada pemasangan gigi tiruan
dirasakan bisa mengganggu kestabilan gigi tiruan tersebut.

n. Tuber Maxilaris

Disini dapat dilihat besar, sedang atau kecilnya dari satu sisi maupun dua
sisi. Bentuk tuber maxilaris yang besar sangat berguna untuk retensi gigi
geligi tiruan didaerah undercut. Apabila hanya besar pada satu sisinya
dapat diatasi dengan mencari arah pasangnya.

o. Eksostosis

Merupakan tonjolan tulang pada prossesus alveolaris yang berbentuk


membulat seperti tonus palatinus, torus mandibula serta tajam akibat
pencabutan gigi bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat digerakkan.

Cara pemeriksaannya dengan melakukan palpasi, bila terdapat eksostosis


dan mengganggu fungsi gigi tiruan maka dilakukan tindakan pembedahan
(alveolektomi) atau di relief. Fungsi diadakannya pemeriksaan ini untuk
mengetahui ada atau tidaknya tulang menonjol dan terasa sakit akibat
pencabutan yang tidak beraturan dan dapat mempengaruhi pemakaian gigi
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
tiruan.

p. Rongga Retromylohyoid

Merupakan perlekatan otot didaerah antara molar 2 dan molar 3 disebelah


lingual. Daerah ini penting untuk penting untuk daerah retensi gigi tiruan.
Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual didaerah gigi M2 dan M3
rahang bawah dengan kaca mulut. Kaca mulut yang terbenam lebih
setengahnya menunnjukkan daerah retro yang dalam, retro dangkal: kaca
mulut terbenam kurang dari setengahnya, retro sedang : kaca mulut
terbenam kira-kira setengahnya.

2. Bagaimana perawatan pada kasus diskenario? Prepostesik

PROSEDUR PEMBUATAN GTL (TAHAPAN, DESAIN, DAN PEMILIHAN


BAHAN)

2.1 Komponen Gigi Tiruan Lengkap

Komponen – komponen gigi tiruan lengkap antara lain :

1. Basis

Merupakan bagian gigi yang menggantikan tulang alveolaryang sudah hilang, dan
berfungsi mendukung (elemen) gigi tiruan. Di desain sesuai diatas sisa alveolar ridge
dan disekitar gingiva.

2. Flange

Bagian dari basis yang membentang diatas mukosa, melekat dari margin servikal gigi
hingga batas gigi tiruan

3. Post Dam

Retensi dari gigi tiruan rahang atas yang tergantung dari suction seal.

4. Gigi tiruan

Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
menggantikan gigi asli yang hilang. Dalam seleksi elemen ada metode pemilihan gigi
anterior dan posterior serta faktor-faktor yang harus diperhatikan, yaitu ukura, bentuk,
tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen.

2.2 Design Gigi Tiruan

Material : Basis akrilik ,Anasir gigi akrilik


ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
Alasan pemilihan akrilik :

Disesuaikan dengan kondisi ekonomi pasien yang kurang mampu, harga akrilik
lebih terjangkau dibandingkan bahan yang lainnya

Mudah dalam manipulasi dan pemakaiannya

OH pasien buruk, sehingga dibutuhkan bahan yang mudah bidersihkan, akrilik


mudah dibersihkan

warna menyerupai elemen gigi asli dan warna gingival

Torus palatine yang besar, dilakukan pembebasan torus, dengan cara relief of chamber
menggunakan tin foil yang diletakkan di model sebelum dilakukan packing akrilik,
sehingga didapatkan suatu ruang untuk torus.

Desain gigi tiruan dengan relief of chamber pada palatum

3.3 Prosedur Pembuatan GTL

3.3.1 Membuat Model Rahang

a. Cetakan rahang

Cetakan rahang adalah bentuk negative dari seluruh jaringan pendukung geligi tiruan.
Setelah dicor akan didapatkan bentuk negative dari rahang yang lazim disebut model
rahang.

Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan,kemantapan dan dukungan geligi


tiruan, oleh karena itu rahang harus dicetak seakurat mungkin sehingga geligi tiruan
dapat mempertahankan kesehatan jaringan pendukungnya.

b. Macam cetakan

Macam cetakan pasien tidak bergigi ialah:

- Cetakan awal/cetakan anatomis

Hasil cetakannya secara lazim disebut model study/model diagnostic pada mana kita
akan mempelajari masalah yang mungkin timbul selama pembuatan geligi tiruan dan
digunakan sebagai penunjang diagnostic.

- Cetakan akhir/cetakan fisiologis

Hasil cetakannya lazim disebut model kerja, yang digunakan untuk membuat geligi
tiruan.

c. Macam teknik mencetak

- Dalam keadaan mulut terbuka


ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
Yang aktif adalah operatorya. Saat mencetak operator memegang sendok cetak sambil
menggerakkan otot bibir,pipi, kecuali gerakan lidah yang dilakukan oleh pasien.
Cetakan dalam keadaan mulut terbuka untuk kasus normal, untuk kasus bila masih
terdapat beberapa gigi asli yang tinggal dilakukan:

Cetakan berganda: bila gigi asli yang tinggal,gigi posterior

Cetakan bersekat: bila gigi asli yang tinggal,gigi anterior.

- Dalam keadaan mulut tertutup

Yang aktif adalah pasiennya sendiri selama encetaan maka sendok cetak pribadi harus
dibuat dari bahan yang kuat, yang tidak mudah patah, biasanya dibuat dari oston.

d. Membuat model kerja

Setelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, langsung dicuci pada kran yang
mengalir. Seringkali terdapat air liur kental yang sukar hilang bila hanya disiram
dengan air yang mengalir, untuk ini cetakan disiram dengan larutan gibs encer, lalu
disiram dengan air kran yang mengalir kemudian keringkan dengan semprotan udara
kering.

Sebaiknya sebelum dicor dengan sone/gibs batu dibuat dinding dari lembaran malam
sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi cetakan yang disebut boxing.
Maksud dari boxing adalah agar bentuk/batas tepi tetap dipertahankan.

e.Desain Gigi Tiruan

Perubahan Wajah Setelah Gigi Tanggal

Desain gigi tiruan lengkap terutama ditentukan oleh perubahan morfologik yang
terjadi sesudah giginya tanggal. Pada tengkorak tidak bergigi, penonjolan bibir karena
dukungan gigi anterior telah hilang, dan banyak bagian tulang rahang atas dan bawah
yang juga hilang. Tetapi pengaruh hilangnya gigi tidak akan ditemukan pada tepi
inferior mata, tulang malar atau lengkung zigomatik. Juga tidak akan didapati pengaruh
hilangnya gigi terhadap tepi bawah mandibula atau linea oblique eksterna. Struktur ini
dapat dianggap sebagai suatu gantungan tirai dengan tirai wajah terbentang di
antaranya.

Tidak adanya gigi-gigi mengakibatkan pemendekan otot buksinator dan


perubahan nyata dari tirai wajah. Akibat lain dari hilangnya penonjolan bibir, ialah tirai
wajah tergantung lurus kebawah dari tepi bawah mata., tetapi bila ada gigi anterior,
tebentuk garis bersudut dari prosesus malar ke tepi susdut mulut.

Pedoman Untuk Perbaikan Penonjolan Bibir.

1. Titik tengah lengkung perbatasan antara kolumela hidung dan filtrum bibir harus
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
terletak kira-kira di tengah-tengah antara ujung hidung dan cekungan dibelakang sayap
hidung.

2. Pada rata-rata orang, sudut yang dibentuk antara kolumela hidung dan bibir dilihat
dari sagita, kira-kira 90 derajat, tetapi beberapa faktor mempengaruhi besar sudut
tersebut pada setiap individu. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Bila gigi-giginya miring ke depan, sudut nasolabial cenderung mencapai 90


derajat, tetapi bila giginya miring kedalam, sudutnya cenderung lebih besar dari 90
derajat.

b. Bila kolumelanya menonjol dan letaknya lebih rendah dari sayap hidung, sudut
nasolabial harus lebih besar dari 90 derajat.

Perubahan Intra Oral Setelah Giginya Tanggal.

Bila gigi dicabut, daerah periodonsium, yang mendukung beban kunyah yang
jatuh pada gigi terdebut juga hilang, dan di tempat itu tertinggal satu daerah kecil
muloperiosteum yang besarnya sama dengan potongan melintang daerah leher gigi
yang tanggal. Daerah periodontal gigi yang tanggal kira-kira 4 kali lebih luas
dibandingkan dengan luas daerah mukosa. Jadi secara kuantitatif terjadi pengurangan
jaringan pendukung sekitar 75% bila satu gigi dicabut.

Tentu saja secara kualitatif ada juga perbedaan dalam dukungan. Tidak seperti
periodonsium, mukosa bukan jaringan pendukung yang khusus, dan jaringan tulang di
bawahnya mempunyai kondisi yang berbeda-beda, ada yang dapat dan ada yang tidak
menerima beban.

Pengaruh Gigi Tiruan Pada Bentuk Tulang Alveolar.

Jika membuat gigi tiruan immediet, seyogyanya gigi dibuang dari model kerja
dengan cara mengeroknya dari ujung papilla gingiva ke ujung papilla gingiva .Bagian
gigi yang tersisa kemudian dibentuk mengikuti kontur alveolar. Sebaiknya tidak
dipotong lurus menyebrang dari tepi ginguva bagian bukal ke tepi gingiva bagian
lingual, karena pemotongan demikian selalu meninggalkan cekungan pada model dan
akhirnya akan memberikan penonjolan pada permukaan gigi tiruan.

Laju Perubahan Kontur Alveolar.

Laju perubahan yang terjadi pasca-pencabutan gigi sangat berbeda-beda antara individu
dan antara berbagai tempat pada mulut yang sama.sebagai kelanjutan dari penelitian
yang telah diuraikan (Likeman dan Walt 1974), laju perubahan yang terjadi ditaksir
dengan mengemukakan perubahan rata-rata hidup di tiap daerah pada minggu ke-4, 12,
26, 52, dan ke 130 pasca-pencabutan sebagai persentase dari perubahan rata-rata yang
diamati antara 14 dan 17 tahun pasca-pencabutan.
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
Perubahan Rata-Rata Pasca-Pencabutan Gigi di Beberapa Daerah Dalam Mulut.

Perubahan bentuk dan ukuran rung gigi tiruan pada periode sampai 21/2 tahun
pasca-hilangnya gigi. Bila digambarkan, pada penampang sagital melalui bidang
median terlihat papilla insisif sedikit bergeser ke depan dank e atas sementara resorbsi
berjalan. Jadi pada rahang tidak bergigi fossa insisiv terlihat dibelakang papilla. Jarak
dibelakang papilla iti berbeda-beda., tergantung pada jumlah resorbsinya; suatu faktor
yang perlu diperhatikan ketika membebaskan papilla pada model.

Lokasi Sisa Tepi Gingiva Sebelah Lingual.

Hal ini agak mudah dilakukan, karena selama mempelajari perubahan mulut
sesudah giginya hilang (Walt,1960), dibuat bintik tato pada mukosa mulut dari 8 pasien
sebelum giginya dicabut. Bitik tersebut dibuat di dekat tepi gingiva sebelah bukal dan
lingual sehingga memungkinkan untuk mengidentifikasi sisa tepi gingiva sebelah
lingual sebagai suatu penonjolan yang menyerupai tali yang halus pada mukosa dekat
puncak sisa alveolar. Tidak dapat diragukan lagi bahwa struktur ini menggambarkan
bekas tepi lingual, karena bintik tatoletaknya di tempat yang sama sesudah
penyembuhan selesai.

Pengaruh Perubahan Intra-Oral Pada Desain Gigi Tiruan.

Sisa tepi gingiva sebelah lingual dapat terlihat jelas pada prosesus alveolaris
rahang tak bergigi. Keadaan alveolar seperti ini tentu saja memberikan kesulitan kecil
dalam pembuatan gigi tiruan tetapi alveolar yang sangat menyusut akan memberikan
masalah yang besar.

Perubahan Rahang Bawah.

Telah diuraikan secara rinci cara memperbaiki bagian atas dari ruang gigi tiruan,
karena ruang gigi tiruan bawah tidak dapat dicapai dengan tepat kecuali bila suatu alat
dirahang atas dapat menahan bibir dan pipi pada posisinya.

3.3.3 Penentuan Dimensi Vertikal dan Oklusi Sentris

Pasien yang sudah kehilangan seluruh gigiya berarti sudah kehilangan :

1. Bidang oklusal

2. Tinggi gigitan/dimensi vertikal

3. Oklusi sentrik

Ketiga hal ini harus kita cari saat membuat geligi tiruan lengkap dengan media tanggul
gigitan/galangan gigit/occlusal bite rim.

Fungsi tanggul gigitan ialah untuk :

1. Menentukan dimensi vertikal.


ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
2. Mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien, pasien harus tampak wajar saat
tanggul gigitan dipasang.

Bidang orientasi adalah bidang oklusal dalam tanggul gigitan. Tanggul gigitan terdiri
dari :

1. Bentuk landasan

2. Galangan malam

Tahapan yaitu :

1. Membuat Bentuk Landasan

Landasan dibuat dengan shelac base plate yang telah dilunakan dan ditekan pada model.
Kemudian malam ditekan sedemikian rupa lalu dipotong sesuai keadaan anatomi
model. Potongan tersebut tepat pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak.

2. Membuat Tanggul Malam

Cara membuat tanggul ada 2, yaitu :

a. Dengan wax rims former

Potongan malam dicairkan lalu dituangkan pada wax rims former dan dikeluarkan
ketika malam sudah mengeras.

b. Dengan lembaran malam yang digulung

Pertama kita lunakan selembar malam di atas lampu spiritus pada sebelah sisi,
kemudian sisi ini kita gulung (dalam gulungan ada malam cair, untuk penyatu).
Lembaran malam dipanasi lagi, lalu digulung lagi sampai membentuk sebuah silinder.
Harus diperhatikan bahwa setiap digulung malam tersebut harus melekat satu dengan
yang lainnya.

Gulungan malam yang berbentuk silinder dibentuk bentuk tapal kuda dengan tebal 10-
12 mm.

3. Membuat Tanggul Gigitan

Meletakan tanggul malam di atas bentuk landasan dengan patokan :

a. Membuat titik A (titik di bawah tanggul malam yang merupakan titik pertemuan
garis tengah tanggul dengan tengah-tengah tanggul anterior) berhimpit dengan titik B
(titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah model rahang kerja).
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
b. Garis puncak lingir model kerja pada tanggul malam sehingga garis puncak lingir
rahang letaknya pada tanggul malam rahang atas :

c. Panjang tanggul malam sampai bagian distal gigi molar pertama.

d. Lalu kontur bukal tanggul gigitan diselesaikan dengan menggunakan pisau gips.

e. Lunakan tanggul gigitan bidang orientasi di atas sebuah glass slab/kape yang
telah diminyaki pada sebuah sisinya (yang berhadapan dengan bidang orientasi) dan
hangat. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan tinggi tanggul:
depan 12 mm dan belakang 10-11 mm.

4. Uji Coba Tanggul Gigitan Rahang Atas dan Bawah

Pasien diminta duduk dengan enak dan posisi tegak, lalu tanggul gigitan malam rahang
atas dimasukkan ke dalam mulut pasien dan dilakukan uji coba tanggul gigitan rahang
atas dengan pedoman:

a. Adaptasi landasan

Landasan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lupas ataupun bergerak karena
akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.

Pinggiran landasan gigi tiruan harus merapat dengan jaringan pendukung.

Pinggiran landasan tepat, tidak terlalu panjang atau terlalu pendek.

b. Dukungan bibir dan pipi

Setelah tanggul gigitan dipasang di dalam mulut

Pasien harus tampak normal seakan akan seperti bergigi. Penilaiannya pada
sulkus naso-labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau hilang alurnya.

Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cembung atau cekung.

Mengukur 1/3 panjang muka dan dimensi vertikal dengan Boley gauge atau jangka
sorong.

Mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan Fox bite gauge.

c. Panjang tanggul gigitan

Sebagai pedoman untuk tanggul gigitan atas adalah “low lip line” yaitu pada saat pasien
istirahat, garis insisal/bidang oklusal/bidang orientasi tanggul gigitan atas setinggi garis
bawah bibir atas dilihat dari muka dan dilihat dari lateral, sejajar garis ala nasi-tragus
(seolah-olah tidak terlihat tanggul gigitan). Sedangkan pada saat tersenyum garis
insisal/bidang orientasi tanggul gigitan ini terlihat kira-kira 2 cm di bawah sudut bibir.
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
Panjang tanggul gigitan atas dan bawah berdasarkan pedoman : glabela-subnasion =
subnasion-gnathion = pupil-sudut bibir.

d. Bidang orientasi

Kita cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :

- bagian anterior dengan garis pupil dengan

- bagian porterior garis Camper yang berjalan dari ala nasi ke tragus/porion.

Kemudian kita lakukan uji coba tanggul gigitan rahang bawah dengan pedoman :

Adaptasi landasan

- Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam di tempat, tidak boleh
mudah lepas/bergerak.

- Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan yang lebih
sempit dan gangguan gerakan lidah.

Tanggul gigitan, yang hasus diperhatikan ialah :

- Bidang orientasi tanggul gigitan rahang bwah harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi tanggul gigitan rahang atas.

- Permukaan labial/bukal tanggul gigitan harus sebidang dengan yang atas. Bila
kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus ditambah.

Posisi rahang atas dan bawah dalam gigitan sentrik sementara yang disebut juga dengan
tentatif.

- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median pasien.

5. Penerapan Rumus Dimensi Vertikal

Pasien ompong telah kehilangan dimensi vertikalnya dan kita harus cari kembali
dengan menerapkan rumus yaitu :

Dimensi vertikal = Physiological Rest – Free Way Space

Pertama kita ukur dimensi/jarak vertikal pasien dalam keadaan istirahat tanpa tanggul
gigitan dalam mulut (misal 70 mm). Free way space besarnya antara 2-3 mm maka
dimensi vertikalnya 70-3=67 mm. Pengukuran dilakukan dengan alat jangka sorong
dengan ketelitian 0,05 mm atau dengan mistar.

P.F.N. (posisi fisiologis nonaktif) dapat digunakan sebagai petunjuk untuk memperoleh
dimensi vertikal pada pembuatan gigi tiruan lengkap. Posisinya diambil waktu wax bite
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
block/tanggul gigit malam dimasukkan ke dalam mulut tanpa mengganggu posisi
istirahat; bibir penderita dibuka perlahan-lahan untuk melihat apakah ada ruang bebas
antar tanggul gigit malam atas dan bawah; yang biasanya 2-4 mm.

Pengukuran dimensi vertikal ada 2 cara :

a. Dengan Willis Bite Gauge

Pada alat ini ada 3 bagian penting :

- Fixed arm, yang diletakkan di bawah hidung.

- Sliding arm, yang dapat dogeser dan mempunyai sekrup, diletakkan di bawah
dagu.

- Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm atau cm,


ditempatkan sejajar dengan sumbu vertikal dari muka.

b. Two Dot Technique

Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang bawah), yang
ditempatkan pada daerah yang tidak bergerak yaitu di atas dan di bawah garis bibir dan
kedua titik diukur dengan jangka sorong.

6. Penentuan Gigitan Sentrik/Oklusi Sentrik

Mengukur relasi sentrik tanpa alat dengan cara :

a. - Gerakan menelan

- Menempatkan ujung lidah pada bulatan malam yang ditempatkan pada garis
tengah landasan paling posterior.

- Membantu pasien agar rahang bawah dalam posisi paling belakang,


dengan mendorong rahang bawah dalam keadaan otot kendor.

- Menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal mungkin.

Karena tidak ada satupun cara di atas yang mempunyai kelebihan dalam ketepatannya
maka paling sedikit harus dilakukan dengan 2 cara untuk menjadi perbandingan.
Misalnya kita lakukan dengan cara gerakan menelan (A) kemudian dengan salah satu
cara lain (B/C/D) dan hasilnya dibandingkan.

Sebagai pedoman dengan menarik garis de daerah geraham pada tanggul gigitan atas
yang diteruskan ke tanggul gigitan bawahnya. Pada setiap cara dilakukan berkali-kali
dan bila tamoak sama lakukan cara yang lain. Bila belum sama harus dicari sampai
sama dan ambilah garis yang menempatkan pada posisi paling belakang/dorsal.
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
b. Cara lain untuk menentukan relasi sentrik sekaligus mengfiksir tanggul gigitan
rahang atas dan bawah dengan cara sebagai berikut :

- Setelah dimensi vertikal didapat, buatlah kunci berbentuk segitiga sebanyak 4


buah: 2 di sisi kiri dan 2 di sisi kanan, yang letaknya pada regio kanisus dan premolar
2, agar fiksasi tidak berubah.

- Pasien dilatih melakukan macam gerakan yang menempatkan rahang bawah


dalam posisi paling belakang/dorsal.

- Aduk zinc oxide eugenol/gips dan tempatkan di lekukan segitiga tadi. Pasien
segera melakukan gerakan menelan atau menempatkan ujung lidah pada bulatan malam
di garis “A”, pertahankan sampai gips mengeras, dapat dicek dari sisa adukan pada
spatulanya.

7. Menarik Garis-garis Orientasi

a. High lip line yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien tersenyum.

b. Tandai bagian distal kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct – ala nasi).

Lepaskan kedua tanggul gigitan atas dan bawah dari mulut pasien. Bila mungkin
bersama-sama, bila terpisahkan tidak mengapa karena dapat dikatupkan kembali sesuai
dengan keadaan dalam mulut dengan menggunakan lekuk V yang sekarang terisi pasta
zinc oxide eugenol/gips sebagai pengunci dan tempatkan pada model kerjanya.

8. Pemasangan Model Dalam Artikulator

Sebelum memasang model kerja dengan ranggul gigitan, harus dipersiapkan jenis
artikulator yang akan dipakai dan lakukan persiapan model yang meliputi: penyesuaian
ketinggian model atas dan bawah dengan ruang antara bagian atas dan bawah
artikulator.

Bila terlalu tinggi, yang paling aman mengurangi model bawah.

Mengurangi model atas harus hati-hati karena dapat menembus palatum terutama yang
mempunyai palatum bentuk tinggi.

a. Goreskan garis median pada bagian atas model bawah.

b. Persiapkan artikulator sesuai dengan kasusnya. Untuk geligi tiruan lengkap harus
menggunakan artikulator yang dapat menirukan segala gerakan rahang dan keadaan
lainnya dalam mulut secara umum seperti “free plane articulator”.

c. Pertama pasang model kerja berikut tanggul gigitan atas pada meja/mounted table
artikulator dengan pedoman :
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
- Garis tengah model kerja dan tanggul gigitan atas berhimpit dengan garis tengah
meja artikulator dan garis tengaj artikulator.

- Bidang orientasi tanggul gigitan atas berhimpit (tidak boleh ada celah) dengan
meja artikulator.

- Garis median anterior tanggul malam menyentuh titik perpotingan garis median
dan garis insisal meja artikulator.

- Petunjuk jarum insisal horisontal harus menyentuh titik perpotongan garis tengah
dan garis insisal meja artikulator. Kegunaannya ialah supaya mengikuti segitiga
Bonwill yang dibentuk oleh kedua kondilus kiri dan kanan dan titik perpotongan tadi.
Segitiga Bonwill merupakan segitiga sama sisi yang menentukan jarak rahang atas
terhadap kondilus secara umum.

- Petunjuk insisal vertikal harus menyentuh meja insisivus untuk mempertahankan


dimensi vertikal yang telah didapat dari pasien (banyak kemungkinan berubah saat
menyusun gigi).

d. Setelah kelima pedoman terpenuhi maka model kerja berikut tanggul gigitan
malam atas kita cekatkan dengan malam pada meja artikulator.

e. Lalu bagian atas model kerja kita fiksir dengan gips pada bagian atas artikulator.

f. Setelah gips mengeras, meja artikulator kita lepas.

g. Model kerja berikut tanggul gigitan malam bawah disatukan dengan yang atas
dengan bantuan 4 kunci bentuk segiempat tadi yang telah diberi nomor 1, 2, 3, dan 4.

h. Artikulator kita balik, lalu bagian bawah mode kerja rahan bawah kita fiksir
dengan gips pada bagian bawah artikulator.

3.3.4 Memilih Gigi

Anasir gigi tiruan merupakan bagian dari GTL yang berfungsi


mengantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan dan penyusunan anasir gigi
tiruan harus dapat memperbaiki penampilan selain untuk memperbaiki
fungsi lainnya dari gigi tiruan. Dalam pemilihan dan penyusunan anasir gigi
tiruan anterior maupun posterior ada faktor-faktor yang harus diperhatikan
yaitu mengenai ukuran, bentuk, warna, bahan, jenis kelamin, umur serta inklinasi
dari anasir gigi tiruan dapat memenuhi fungsinya. Pada kasus pasien ompong,
pemilihan gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk
menentukan warnanya dan tingkat keausaannya. Sedangkan ukuran gigi disesuaikan
dengan garis orientasi pada tanggul gigitan.
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
3.3.5 Penyusunan Gigi

Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi anterior atas, gigi
anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1 bawah dan gigi posterior bawah lainnya.
Dengan syarat utama :

- Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi

1. Inklinasi mesio-distal

2. Inklinasi anterio-posterior atau inklinasi labio/bukopalatal/lingual sesuai dengan


kecondongan tanggul gigitan. Bila terlalu kelabial akan tampak penuh dan bila terlalu
kepalatal akan tampak ompong.

- Dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang.

- Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan lingir, pada pasien yang
sudah lama ompong sering sudah terjadi rresopsi lingir.

- Resopsi pada lingir atas berjalan keatas dan kepalatal yang menyebabkan bibir
jatuh dan tampak masuk, maka penyusunan gigi tidak dilingir tapi lebih kelabial dan
sebaliknya resopsi lingir bawah mengarah keanterior sehingga penyusunan gigi lebih
kelingual.

Berhubung dengan tujuan pembuatan geligi tiruan ialah untuk memperbaiki fungsi
pengunyahan, fungsi bicara dan estetik maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam
penyusunan gigi:

a. Inklinasi atau posisi setiap gigi

b. Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangganya dan gigi antagonisnya.

c. Hubungan kontak antar gigi atas dan bawah yaitu hubungan :

#oklusi sentris

#oklusi protusiv

#sisi kerja

#sisi yang mengimbangi

d. Overbite dan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan rahang yang normal

e. Estetik :

# bentuk gigi hendaknya sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bentuk kepala,
bentuk muka, dan jenis kelamin.

# Besar gigi sesuai dengan besar kecilnya lengkung rahang.


ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
# Susunan gigi tiruan hendaknya dibuat sewajar mungkin agar bila kelak geligi tiruan
dipakai kelihatan wajar.

# Profil pasien yang menyangkut ketepatan dimensi vertikal dan oklusi sentrik kita
tentukan. Dimensi vertikal yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan merubah profil
pasien

3.3.6 Wax Countouring Geligi Tiruan

Wax countouring dari geligi tiruan ialah membentuk dasar dari geligi tiruan malam
sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip
mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut oleh karena kontur geligi
tiruan malam yang sama dengan kontur jaringan lunak dalam mulut akan menghasilkan
geligi tiruan yang stabil, menjaga denture pada tempatnya secara tetap dan selaras
dengan otot-otot orofasial penderita.

Kontur ini harus sudah terbentuk dengan baik pada saat dilakukan trial denture
agar dapat dievaluasi dengan baik hubungan maxilo-mandibular, estetik,fonetik,
stabilitas dan retensi gigi tiruan.

Trial denture adalah geligi tiruan malam yang sudah dilakukan waxing, dan
dicoba di dalam mulut penderita untuk melihat estetik, fonetik dan fungsinya oleh
karena itu trial denture harus sudah seperti gigi tiruan jadi, demikian juga mengenai
tebal, batas-batas perifer dan anatomisnya.

Bentuk geligi tiruan yang dipoles mempengaruhi retensi dan estetik, oleh
karenanya bentuk permukaan sekitar gigi agar estetik baik, harus dapat meniru jaringan
lunak disekitar gigi, bila bentuknya kurang atau berlebihan akan mengurangi nilai
estetik, dan bentuk akar gigi yang tertanam dalam tulang rahang harus tetap ditiru serta
bagian perifer harus dibentuk sedemikian rupa sehingga batas-batas perifer geligi tiruan
tetap utuh.

Prosedur Kerja

Setelah uji coba geligi tiruan malam dalam mulut pasien, kedua geligi tiruan
atas dan bawah ditempatkan kembali pada model dalam artikolator, lalu kita bentuk
kontur permukaan luar geligi tiruan (wax countouring) sedemikian rupa untuk
memenuhi tujuan estetik, retensi dan fonetik serta kebituhan kesehatan.

Ada 2 cara membentuk kontur gusi / wax countouring yaitu :

A.CARA LANGSUNG

Membentuk kontur gusi secara langsung dilakukan dalam mulut pasien pada saat
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
dilakukan uji coba geligi tiruan malam.

1. Ketebalan sayap dikurangi dan diganti dengan malam lunak lalu tempatkan
kembali dalam mulut pasien.
2. Untuk bagian fasial : pasien diminta untuk mengerut-erutkan bibirnya dan
pipinya kita gerakan.
3. Untuk bagian lingual : pasien diminta menggerakkan lidahnya ke semua arah.
4. Dengan demikian malam lunak akan mengikuti bentuk otot saat berfungsi dan
ketebalannnya sesuai dengan ruangan vestibulum dalam keadaan berfungsi.

B.CARA TAK LANGSUNG

Membentuk kontur gusi secara tak langsung yang paling sering dan lazim dilakukan :

1. Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model kerja sambil
disesuaikan dengan bentuk cetakan akhir rahang.

2. Lunakkan lempeng lilin di atas lampu spiritus sampai lunak dan bias dibentuk.

3. Tekanlah lilin tersebut pada bagian bukal dan labial dari geligi tiruan atas dan
bawah sampai sekitar leher gigi dan bentuk dengan tekanan jari.

4. Tunggu lilin sampai mengeras, kemudian dengan lecron/pisau malam, potong llin
disekitar garis servikal dengan sudut 450

5. Bentuk alur tonjolan akar dari setiap gigi , alurnya makin kea rah apical makin
sempit, kadang-kadang tidak jelas.

6. Daerah interproksimal harus sedikit cembung , meniru daerah-daerah interdental


papilla sehingga higienis serta mencegah pengendapan sisa-sisa makan dan plak.

7. Penyelesaian bagian posterior.

Atas; daerah bukal sampai menutupi tuberositas dan daerah palatal yaitu antara mukosa
bergerak dan tak bergerak.

Bawah: daerah bukal bila resorpsi sampai minimal , biasanya di daerah molar dibuat
cekung dan daerah lingual dibuat cekung untuk ruang gerak lidah.

8. Bentuk rugae pada langit-langit

9. Bentuk postdam pada model kerja.

10. Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam dengan melewatkan di atas
api.
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
11. Buat stippling seperti keadaan jaringan yang sehat dengan menggunakan sikat yang
berbulu kaku.

12. bila keadaan rahang pasien prostusive, sayap labialnya dibebaskan dan dibutkan
lidah-lidah . linggir region gigi anterior atas model rahang diradiar sedikit, sehingga
ketika geligi tiruan dipakai akan menekan gusi dan keliahatan gigi seolah-olah keluarr
dari gusi

13. Bila bagian lingual dan palatal terlalu tebal dapat mengganggu bicara dan bila
bagian lingual geligi tiruan terlalu mencuat maka lidah dapat mengangkat geligi tiruan
sehingga geligi tiruan tidak stabil.

14.Sayap labial harus duduk dengan baik sekitar frenulum labialis, dibuat labial notch.

3.3.7 Flasking

Setelah bentuk kontur permukaan gigi tiruan malam/waxing selesai dilakukan, lalu
geligi tiruan dipendalm dalam suatu kotak metal yang terdiri dari bagian-bgian yaitu
bagian bawah dengan “plug”/ sumbat di dasarnya dan bagian atsa s dengan penutup
yang digunakan untuk membuat “sectional mold” , untuk memampatkan dan
memproses resin akrilik saat pembuatan landasan geligi tiruan dan alat-alat prostetik
lainnya yang disebut FLASK.

Flasking ialah suatu proses penanaman modal dan “trial denture” malam dalam suatu
flask / cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian bawah dibuat dengan
menanam model dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah
diatas denture malam.

Prosedur Kerja Flasking/ Penanaman Geligi Tiruan

1. Geligi tiruan malam lengkap dicekatkan pada modelnya, lalu dilepaskan dari
articulator.

2. Pilih flask yang ukurannya sesuaio ndengan geligi tiruan lengkap tersebut lalu
model dan geligi tiruan malam diletakkan dalam flask bagian bawah untuk memastikan
bahwa flasknya cukuppada dasar model.

3. disini dapat dilihat apakah model dengan geligi tiruan cukup masuk di dalam
flask, harus ada jrak model –dinding flask paling sedikit 1/8 inci dan dapat diliat pula
tingginya gigi-gigi dalam flask, jarak gigi- tutup flask paling sedikit ¼ inci, bila model
terlalu tinggi , dasar model ditrim tetapi jangan merusak groove pada dasar model.

4. Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan vaselin tipis
dan plug bagian bawah flask diletakkan.
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
5. Setelah gips mengeras lalu gips dicat dengan air sabut.

6. Buatlah adonan ston dan kuaskan pada geligi dam malm geligi tiruan sambil
degetar-getarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung udara. Pasang
flask bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam flask sampai batas permukaan
oklusal gigi-gigi.

7. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuanglah ke dalam flask
smpai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah press.

8. Setelah stone mengeras, rendamlah flask dan press dalam air berdidih selama 5
menit, yang akan melunakkan malam dari geligi tiruan sehingga malam mudah
diangkat dari mold waktu flask dibuka. Setelah 5 menit, keluarkan flask dari air
mendidih dan buka perlahan-lahan dengan memasukkan suatu alat pada slot antara
bagian atas dan bagian bawah flask, kemudian putar perlahan-lahan sehingga terpisah.

9. Buang semua malam dari geligi tiruan , semua gigi-gigi tinggal di mold bagian
flask atas, kemudian siram dengan air mendidih sampai tak ada lagi sisa –sisa malam ,
ddemikian pula pada flask bagian bawah. Kalau masih ada residu malam, siram dengan
air detergen panas, kemudian bials dengan air mendidih kembali sehingga tak ada lagi
detergen yang tertinggal. Kalau ada gigi-gigi yang lepas, kembalikan lagi pada
tempatnya yang tepat.

10. Sambil menunggu flask dingin, operator hendaknya mempersiapkan posterior


palatal seal ( untuk retensi) dan daerah-daerah akan di relief ( untuk mengurangi daya
pada daerah-daerah tertentu) pada model atas.

11. Untuk mencegah cairan resin terserap ke permukaan mold, ulasilah mold dengan
cairan tinfoil untuk menseal porositas dari stone. Cairan tinfoil akan kering dan segera
melekat pada stone. Pelapisan pertama dibiarkan kering dudlu, baru dilakukan
pelapisan kedua dengan cara yang sama sampai kering. Prosedur ini harus
menghasilkan permukaann yang halus dan mengkilap.

3.3.8 Packing

Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.

Prosedur kerja packing:

a. Bubuk polimer warna ditaruh pada permukaan fasial dari mold

b. Lalu monomer dituangkan ke polimer dengan kuas sampai polimernya menyatu

c. Tambahkan polimer dadu muda keputih-putihan ke mold geligi tiruan pada


daerah tonjolan cuspid dan tonjolan-tonjolan permukaan fasial lainnya, warna dadu
keputih-putihan ini member warna yang biasa terlihat pada jaringan-jaringan diatas
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
tonjolan-tonjolan.

d. Tambahkan monomer ke polimer dengan kuas sampai bubuknya menyatu

e. Tambahkan selapis polimer dadu muda kira-kira setebal 1 mm ke mold untuk


membentuk 1/3 bagian sayap dekat pinggiran landasan geligi tiruan. Sambil
membentuk pinggiran landasan geligi tiruan bagian jarinagn alveolar,campurkanlah
beberapa serat-serat nilon merah ke bubuk lapsan pinggiran untuk meniru pembuluh
darah yang disusun secara tidak teratur,untuk meniru pembuluh-pembuluh darah pada
jaringan yang hidup. Kemudian tambahkan sedikit polimer dadu muda dilapisan yang
mengandung serat-serat nilon.

f. Bila pasien mempunyai warna tua pada jaringan di ruang nterdenta dan pinggiran,
berikanlah polimer dadu tua di bagian tersebut.

g. Tambahkan selapis polimer dadu tua setebal 1 mm pada bagian 1/3 sayap dekat
pinggiran di atas pewarna dadu muda yang terdahulu, campurkan beberapa serat nilon
merah pada lapisan polimer dan monomer ini, kemudian tambahkan sedikit lebih
polimer dadu tua. Gunakan polimer dadu muda untuk mencampur warna pinggiran ke
warna bagian leher gigi-gigi dan ruang interdental dengan tidak ada batas perbedaan
warna. Bila bubuk polimer pewarna dan serat-serat nilon diberikan dengan hati-hati
sebelum terjadi gumpalan resin akrilik waktu packing, warna landasan geligi tiruan
akan mirip dengan jaringan hidup.

h. Pencampuran resin akrilik yang benar antar polimer dan monomer sanagt penting
dan rasio yang dianjurkan pabrik yang harus digunakan yaitu 3 bagian polimer dan 1
bagian monomer dalam volume. Biasanya 10 cc monomer dan 30 cc polimer cukup
untuk packing satu geligi tiruan. Cara pencampuran ialah monomer dituangkan dalam
mixing jar prselen ynag bersih dan masukkan polimer sampai semua caira terserap oleh
bubuk. Aduklah dengan spatula stainless steel samapai monomer dan polimer
tercampur dengan baik. Pasang tutupnya mixing jar untuk mencegah menguapnya
monomer saat polimerisasi. Adonan didiamkan kira-kira selama waktu yang dianjurkan
pabrik. Jar dibuka dan bahan dites dengan spatula. Jika adonan sudah lunak tetapi tidak
lengket, tidak menempel pada dinding mixing jar, berarti sudah dough stage dan siap
dimasukkan komold. Jika waktunya monomer melunakkan polimer (sebelum resin
akilik dipacking) terlalu singkat maka permukaan halus dari geligi tiruan akan
berlubang-lubang halus.

i. Packing resin akrilik yang sudah dough stage ke dalam mold ke daerah sekitar
gigi –gigi dengan jari telunjuk yang terbungkus cellophane demek tetapi kering.
Adonan dipacking satu arah untuk menghindari terjebaknya hawa udara antar resin
akrilik dan mold. Gunakan bahan yang cukup untuk menjamin mold harus dipacking
lebih pada penutupan flask pertama.mixing jar ditutup saat prosedur packing percobaan
agar monomer tidak menguap dari resin akrilik. Letakkan cellophane demek tak berair
diatas resin akrilik dan flask bagian bawah diletakkan, tekan dengan tangan lalu kedua
bagian flask tersebut ditaruh dibawah bench press dan flask ditutup perlahan –lahan
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
untuk member cukup waktu pada resin akrilik untuk mengalir.

j. Flask dikeluarkan dari press,bagiannya dibuka hati-hati dan cellophane


disingkirkan. Kelebihan esin akrilik pada pinggiran mold dibuang dengan lecron tajam.
Tmbahkan sedikit esin pada landasan geligi tiruan di 3 atau 4 tempat,taruh cellophane
demek lagi (baru) di atas resin akrilik dan flask bagian bawah diletakkan, tekan dengan
tanagan lalu press dengan bench press. Flask dibuka lagi, cellophane disingkirkan dan
kelebihan resin dibuang lagi. Teruskan trial closure ini sampai mold terisi padat,sema
kelebihan resin dibuang dan bagian-bagian flask berkontak metal lawan metal.

k. Sebelum final closure dari flask, tinfoil dipasang dan ulasi tinfoil cair pada
permukaan model di flask bagian bawah. Tunggu coating pertama kering lalu lakukan
coating kedua, karema cellophane tidak digunakan pada final closure.

l. Penambahan tulisan identitas dengan menggunakan kertas karbon agar kelihatan


nyata. Basahi kertas tersebut dengan air, dengan hati-hati letakan pada resin akrilik
yang lunak dengan hurufnya menghadap keatas dan atur seperti tulisan tersebut terlihat
pada geligi tiruan yang sudah jadi.

m. Flask ditutup perlahan-lahan dan taruh flask dalam suatu pengapit untuk
processing. Ketika processing deposit/endapan karbon ditransfer dari kertas rokok ke
resin akrilk lunak dengan tekanan. Setelah processing/curing resin akrilik, kertas rokok
tersebut dibuang dari landasan geligi tiruan dengan digosok-gosok perlahan-lahan,
meninggalkan tulisan pada geligi tiruan.

3.3.9 Processing / Curing

Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya
bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya

Polimerisasi ada 2 cara yaitu:

1. Secara klinis yang disebut heat curing

2. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambahkan dalam monomer) yang disebut
cold/self curing

Pemberian panas dapat berupa:

1. Dry heat terjadi bila dipanaskan dengan udara kering

2. Vapour heat terjadi bila dipanaskan dengan uap panas

3. Water heat terjadi bila dipanaskan dengan air panas, yang biasa digunakan di
laboratorium

Pemberian panas ini harus teratur karenareaksi kimia antara monomer dan
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
polimer itu sendiri bersifat exothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka temperatur
resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan berdidih pada
temperatur 2120 F / 1000 C. oleh karena itu pada tahap permulaan polimerisasi,
temperature air harus dijaga jangan terlalu tinggi. Dengan demikian panas yang timbul
dari reaksi polimerisasi dapat dialirkan ke bahan investingnya, dan pemanasan yang
berlebihan sehingga monomer mendidih akan mengakibatkan terjadinya porositas pada
hasil curing. Porositas dapat juga disebabkan oleh mold yang kurang terisi atau selama
curing kuang dipress sehingga terjadi shrinkage porosity.

3.3.10 Deflasking

Ialah melepaskan geligi tiruan resin akrilik dari flask dan bahan tananmnya tapi tidak
boleh lepas dari model rahangnya supaya geligi tiruan dapat diremounting di articulator
kembali persis seperti sebelum proses flasking, packing, dan curing.

Caranya ialah:

1. Mold geligi tiruan dilepaskan dari flask.

2. Gergai dinding luar dari stone mold dari atas ke bawah pada daerah kaninus
kanan dan kiri dan pada uung distalnya kanan dan kiri, hati-hati angan sampai kena
geligi tiruanya.

3. Lalu bongkar sekat stone mold perlahan-lahan, lepas dari permukaan fasial gigi-
gigi denagn pisau gips.

4. Stone pada permukaan lingual gigi-gigi di trim/dipangkas, yang memperkecil


kesempatan patahnya gigi-gigi.

3.3.11 Pemasangan Kembali dan Pengasahan Selektif

Pemasangan kembali geligi dalam artikulator bertujusn untuk mengkoreksi hubungan


oklusi yang tidak harmonis dari geligi tiruan yang baru selesai diproses.

Setiap perubahan dalam kontak oklusal dari geligi tiruan setelah selesai diproses, harus
diperbaiki dengan mengembalikan geligi tiruan akrilik beserta model kerjanya pada
artikulator sebelum geligi tiruan akrilik dilepaskan dari model kerjanya.

Perbaikan oklusi dilakukan dengan cara :

Mengembalikan tinggi vertikal sesuai dengan tinggi vertikal sebelum geligi


tiruan diproses

Memperbaiki oklusi eksentrik

Pada saat pemasangan geligi tiruan dalam artikulator, dimensi vertikal oklusal
ditetapkan kembali dengan pengasahan selektif. Cusp palatal gigi atas dan cusp bukal
gigi bawah atau holding cusp yang mempertahankan dimensi vertikal tidak boleh
diasah. Oklusi diperbaiki dengan spot grinding selektif sampai incisal guide pin
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
berkontak dengan meja insisal dalam hubungan sentris.

Memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal

Elemen kondil dikunci dalam hubungan sentris sehingga hanya suatu gerakan engsel
yang mungkin dilakukan. Katupkan gigi-gigi tersebut diatas pita ketik sutra gigi, kertas
karbon atau kertas artikulasi dengan mengatupkan artikulator. Permukaan gigi yang
menyimpang kontak oklusalnya terlihat berwarna.

Setelah menandai kontak-kontak yang menyimpang pada oklusi sentris, lepaskan kunci
elemen kondil dan gerakkan gigi-gigi ke oklusal kerja, seimbang dan protrusif untuk
menandai kontak oklusi yang menyimpang dalam oklusi eksentris. Kontak-kontak yang
menyimpang dari oklusi sentris hanya dikurangi untuk memperoleh kembali dimensi
vertikal oklusal dan warna yang berbeda akan membantu membedakan antar kontak
yang menyimpang dalam oklusi sentris dengan yang dalam oklusi eksentris.

Untuk memperoleh kembali dimensi vertikal oklusal, satu dari kedua permukaan gigi
yang berlawanan dari setiap kontak yang menyimpang dalam oklusi sentris harus
dikurangi. Permukaan gigi yang dikurangi dipilih sesuai dengan dua hukum dasar,
yaitu:

Jika cuspnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris dan eksentris, ketinggian cusp
dikurangi

Jika cuspnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris tetapi tidak dalam oklusi
eksentris, fossanya diperdalam. Pengurangan cusp atau fossa terpilih dengan stone kecil
bulat, pengurangannya cukup sampai pada substansi gigi untuk menghilangkan kontak
oklusal yang menyimpang.

Pengasahan selektif

Pengasahan selektif ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi dengan


mengasahnya pada tempat-tempat selektif sesuai dengan eraturan yang berlaku.
Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal yang menyimpang kontak-kontak gigi
yang menyimpangklan rahang bawah dari alur penutupan normal hingga relasi sentris.

Langkah awal dari pengasahan selektif adalah selalu untuk memperoleh kembali
dimensi oklusal.

Setelah menghilangkan kontak awal yang menyimpang, tandai setiap kontak yang
menyimpang tambahan. Elemen kondil harus selalu terkunci dalam relasi sentris ketika
kontak-kontak yang menyimpang dalam oklusi snetris ditandai, kemudian kunci
dilepaskan untuk menandai kontak-kontak yang menyimpang dalam oklusi eksentris.
Lanjutkan pengasahan selektif sampai jarum penunjuk insisal menyentuh meja insisal,
menunjukkan dimensi vertikal oklusal telah diperoleh kembali. Pada saat ini warna
penunjuk dapat terlihat disemua permukaan oklusal, menunjukkan bahwa gigi-gigi
dalam oklusi eksentris.
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
Setelah dimensi vertikal oklusal diperoleh kembali, ada 3 hukum tambahan yang harus
diperhatikan ;

Holding cusp/ cusp palatal gigi atas tidak boleh dikurangi

Holding cusp/ cusp fasial gigi bawah tidak boleh dikurangi

Fossa gigi tidak boleh diperdalam

3.3.12 Penyelesaian Gigi Tiruan

Penyelesaian geigi tiruan terdiri dari menyempurnakan bentuk akhir geligi tiruan
dengan membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas geligi tiruan, sisa-sisa resin akrilik
atau stone yang tertinggal sekitar gigi,tonjolan-tonjolan akrlik pada permukaan
landasan geligi tiruan akibat dari processing.

3.3.13 Pemolesan Gigi Tiruan

Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa
mengubah konturnya.

Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi permukaan lingual
dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat merusak kontur asli dan stain pada
permukaan fasial,maka tidak boleh menyentuh permukaan fasial geligi tiruan

Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial ynag distain dengan brush wheel
putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada permukaan fasial digunakan tekanan
seringan mungkin dan putara roda serendah mungkin

3. Bahan selain akrilik, untuk pasien yang alergi dengan


Seiring dengan perkembangan bidang ilmu dental material selain resin akrilik, resin
termoplastik juga digunakan untuk bahan pembuatan basis gigi tiruan. Resin
termoplastik menjadi pilihan karena memiliki kelebihan estetik,fleksibel, elastis dan
biokompatibel sehingga mengurangi tekanan pada gigi penyangga serta tidak adanya
alergi terhadap monomer dan logam.7 Menurut bahan dasarnya, resin termoplastik
dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: resin termoplastik asetal, resin termoplastik
polycarbonate, resin termoplastik akrilik dan resin termoplastik poliamida (nilon).
Nilon termoplastik merupakan basis gigi tiruan fleksibel yang pertama di dunia dan
diperkenalkan dalam kedokteran gigi pada tahun 1950.15 Material dasar dari nilon
termoplastik adalah poliamida yang berasal dari asam diamina dan monomer asam
dibasik.16 Nilon termoplastik merupakan basis gigi tiruan yang bebas monomer,
bersifat hipoalergenik sehingga dapat menjadi alternatif yang berguna bagi pasien yang
sensitif terhadap resin akrilik konvensional, nikel atau kobalt, menghasilkan
penampilan alami dan memberikan tampilan klinis yang memuaskan karena bersifat
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
tembus pandang sehingga gingiva pasien terlihat jelas, bersifat ringan serta tidak
mempunyai cengkeram logam.16, 17 Kekurangan nilon termoplastik adalah cepat
mengalami perubahan warna karena mudah menyerap air dan terjadi kekasaran
permukaan setelah beberapa minggu digunakan.18

Gladstone S, Sudeep S, G AK. An Evaluation of The Hardness of Flexible Denture


Base Resins. Health Sciences 2012;1(3):1-8.
Awing MM, Koyama AT. Stabilitas warna basis gigi tiruan resin termoplastik nilon
yang direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan peroksida alkalin. Dentofasial
2013;12(2):98-103.
Sharma A, H.S. S. A Review: Flexible Removable Partial Dentures. Journal of Dental
and Medical Sciences (IOSR-JDMS) 2014;13(12):58-62.
Kortakulkij K. Effect of Denture Cleanser on Color Stability and Flexural Strength of
Denture Base Materials [Thailand: University of Mohidol; 2008.p.1
Tyson K, Yemm R, Scott B. Understanding partial denture design. New York: Oxford
University Press; 2007.p.3-7

4. Apa akibat jika tidak dilakukan perawatan ?

Dampak kehilangan gigi tanpa adanya penggantian


1. Migrasi dan rotasi gigi. Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat
menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini
tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang
terjadi pada saat pengunyahan maka akan mengakibatkan kerusakan
struktur periodontal. Gigi yang miring sulit dibersihkan, sehingga aktivitas
karies meningkat.1
2. Erupsi berlebih, Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi, maka akan
terjadi erupsi berlebih (overeruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa
atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa
pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami
kemunduran sehingga gigi mulai ekstrusi. Bila terjadinya hal ini disertai
pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan
jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap.1
3. Asimetri akibat gangguan fungsi otot pengunyahan. Penurunan efisiensi
kunyah merupakan dampak yang akan ditimbulkan akibat kehilangan gigi
terutama pada bagian posterior. Pada kelompok orang yang dietnya cukup
lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh.1
4. Usaha otot wajah untuk penutupan berlebih (over closure). Hal ini
diakibatkan kehilangan gigi sehingga terjadi kebiasaan menguyah yang
buruk, penutupan berlebih (over closure), serta hubungan rahang yang
eksentrik, dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.1
5. Beban berlebih pada jaringan pendukung, turunnya linggir dan tulang
alveolar. Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi
yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga
terjadi pembebanan berlebih (over loading). Hal ini akan mengakibatkan
kerusakan membran periodontal dan lama kelamaan gigi tersebut menjadi
goyang dan akhirnya dicabut.1
ANUGRAH DWI PANGESTU
31101500482
SGD 7
6. Kehilangan gigi depan atas dan bawah yang sering menyebabkan gangguan
fungsi bicara, karena gigi khususnya yang depan termasuk bagian organ
fonetik.1 Gambar 1 dan 2 menunjukkan memburuknya penampilan
seseorang akibat kehilangan gigi. Menjadi buruknya penampilan (loss of
appearance) karena kehilangan gigi depan akan mengurangi daya tarik
wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.1
7. Kehilangan gigi menyebabkan terganggunya kebersihan mulut. Migrasi dan
rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan gigi tetangga-nya,
demikian pula pada gigi antagonisnya. Adanya ruang interproksimal ini
mengakibatkan terbentuknya celah antar gigi yang mudah disisipi sisa
makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah
terbentuk plak; bila tidak diperhatikan maka akan menyebab-kan angka
kejadian karies meningkat.1
8. Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi masih menerima
beban berlebih tetapi belum mengalami kerusakan dan masih dalam
keadaan sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa berwujud atrisi pada
geligi, sehingga dalam jangka waktu yang lama akan terjadi pengurangan
dimensi vertikal wajah pada saat gigi dalam keadaan oklusi sentrik.1
9. Kehilangan gigi menyebabkan kerusakan terhadap jaringan lunak mulut,
seperti bibir, pipi, lidah. Bila ada gigi yang hilang, ruang yang
ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah.
10. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi
terhadap gigi geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali
jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam seperti ini,
pemakaian gigi geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang
cukup mengganggu.1

Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku Ajar Ilmu Geligi
Tiruan Sebagian Lepasan jilid 1. Jakarta: Hipokrates, 1993; p. 11-47.

5. Bagaimana hubungan antara edentulous dengan diabetes?


Pada penderita DM terjadi perubahan vaskularisasi sehingga lebih mudah terjadi
periodontitis yang selanjutnya merupakan faktor etiologi resorpsi tulang alveolar secara
patologis. Resorpsi tulang secara fisiologis dapat terjadi pada individu sehat, namun
resorpsi yang terjadi pada DM disebabkan karena adanya gangguan vaskularisasi
jaringan periodontal serta gangguan metabolisme mineral.8

Anda mungkin juga menyukai

  • Template PPT Among Us
    Template PPT Among Us
    Dokumen10 halaman
    Template PPT Among Us
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Bahan SGD LBM 6
    Bahan SGD LBM 6
    Dokumen8 halaman
    Bahan SGD LBM 6
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Bahan SGD LBM 6 Blok 22
    Bahan SGD LBM 6 Blok 22
    Dokumen19 halaman
    Bahan SGD LBM 6 Blok 22
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Dopamine Desain
    Dopamine Desain
    Dokumen18 halaman
    Dopamine Desain
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 3 LBM 1 Blok 18 (Nugrah)
    SGD 3 LBM 1 Blok 18 (Nugrah)
    Dokumen19 halaman
    SGD 3 LBM 1 Blok 18 (Nugrah)
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Osce Training Crim E2018
    Jadwal Osce Training Crim E2018
    Dokumen3 halaman
    Jadwal Osce Training Crim E2018
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • 945 19222
    945 19222
    Dokumen4 halaman
    945 19222
    muhammad
    Belum ada peringkat
  • Produk Herbal Medikamen Saluran Akar
    Produk Herbal Medikamen Saluran Akar
    Dokumen12 halaman
    Produk Herbal Medikamen Saluran Akar
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • LBM 3
    LBM 3
    Dokumen18 halaman
    LBM 3
    muhammad
    Belum ada peringkat
  • Puasa Dan Kesehatan
    Puasa Dan Kesehatan
    Dokumen6 halaman
    Puasa Dan Kesehatan
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Skill LBM 6
    Skill LBM 6
    Dokumen7 halaman
    Skill LBM 6
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Li
    Li
    Dokumen3 halaman
    Li
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • FDTFGJHGFD
    FDTFGJHGFD
    Dokumen3 halaman
    FDTFGJHGFD
    pammy
    Belum ada peringkat
  • Panduan Mahasiswa Blok 18 Edisi 8
    Panduan Mahasiswa Blok 18 Edisi 8
    Dokumen26 halaman
    Panduan Mahasiswa Blok 18 Edisi 8
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Konsep Flipchart
    Konsep Flipchart
    Dokumen1 halaman
    Konsep Flipchart
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 8 LBM 6
    SGD 8 LBM 6
    Dokumen3 halaman
    SGD 8 LBM 6
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • A Proses Penyembuhan Tulang
    A Proses Penyembuhan Tulang
    Dokumen3 halaman
    A Proses Penyembuhan Tulang
    Admon Dani
    Belum ada peringkat
  • OSCE
    OSCE
    Dokumen3 halaman
    OSCE
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Li LBM 4 Blok 13 SGD 2 Anugrah Dwi Pangestu
    Li LBM 4 Blok 13 SGD 2 Anugrah Dwi Pangestu
    Dokumen12 halaman
    Li LBM 4 Blok 13 SGD 2 Anugrah Dwi Pangestu
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 1
    SGD 1
    Dokumen7 halaman
    SGD 1
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Konsep Flipchart
    Konsep Flipchart
    Dokumen1 halaman
    Konsep Flipchart
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 8 LBM 6 Li Anugrah Dwi P
    SGD 8 LBM 6 Li Anugrah Dwi P
    Dokumen31 halaman
    SGD 8 LBM 6 Li Anugrah Dwi P
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Persyaratan Ketua Bem FKG Unissula 2016
    Persyaratan Ketua Bem FKG Unissula 2016
    Dokumen1 halaman
    Persyaratan Ketua Bem FKG Unissula 2016
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Li Anugrah Dwi P
    Li Anugrah Dwi P
    Dokumen19 halaman
    Li Anugrah Dwi P
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Dopamine Desain
    Dopamine Desain
    Dokumen18 halaman
    Dopamine Desain
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Puasa Dan Kesehatan
    Puasa Dan Kesehatan
    Dokumen6 halaman
    Puasa Dan Kesehatan
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • Puasa Dan Kesehatan
    Puasa Dan Kesehatan
    Dokumen6 halaman
    Puasa Dan Kesehatan
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • LBM 5 Blok 16
    LBM 5 Blok 16
    Dokumen4 halaman
    LBM 5 Blok 16
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat
  • SGD 7 LBM 1 Blok 16
    SGD 7 LBM 1 Blok 16
    Dokumen5 halaman
    SGD 7 LBM 1 Blok 16
    ThelittleNewgrah Sendiridisini MenantisebuahHarapan
    Belum ada peringkat