Anda di halaman 1dari 8

Pasien wanita 25 th datang dengan keluhan gigi kanan paling belakang tidak

nyaman, terkadang muncul rasa sakit,sekarang tidak dalam kondisi sakit,


penampakan klinis tampak gigi geraham paling belakang tumbuh miring dan
muncul sebagian, pasien mempunyai riwayat sering pusing tanpa sebab sisi
sebelah kanan, alergi obat disangkal, sering mengkonsumsi paracetamol untuk
mengurangi rasa pusing , vital sign TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt, RR : 20x/mnt,
suhu : 36,5 ‘c

LO 1 : Bagaimana interpretasi dan analisa hasil pemeriksaan subyektif dan


obyektif, analisa sign and symptom
- Pemeriksaan subyektif:
CC: gigi kanan paling belakang tidak nyaman, terkadang muncul rasa
sakit,sekarang tidak dalam kondisi sakit, sering mengkonsumsi paracetmol
untuk mengurangi rasa pusing
MH: pasien mempunyai riwayat sering pusing tanpa sebab sisi sebelah
kanan, alergi obat disangkal,
PI, PDH, MH FH, SH
- Pemeriksaan obyektif:
Vital sign
a. TD : 120/80 mmHg  normal
pasien ASA I, dengan tekanan darah normal 120/80 – 130/89 mmHg, tidak
ada penyakit sistemik), perawatan gigi rutin dapat diberikan.
Pasien ASA II, dengan hipertensi tahap 1, dengan tekanan darah 140/90-
159/99, stabil secara medis, tidak ada pembatasan aktivitas fisik, perlu
pemantauan tekanan darah setelah anestesi lokal yang mengandung
adrenalin, perawatan gigi rutin bisa dilakukan.
Pasien hipertensi tahap 2, dengan tekanan darah 160/100-179/109
mmHg, tidak stabil secara medis dan toleransi aktivitas fisik terbatas (ASA
III), perlu pembatasan vasokonstriktor dalam anestesi lokal yang
digunakan.
Pasien hipertensi tahap 2, dengan tekanan darah 180/110-209/119
mmHg, tidak stabil secara medis dan aktivitas fisik sangat terbatas (ASA
IV), berisiko untuk perawatan dengan anestesi lokal yang mengandung
vasokonstriktor hanya perawatan gigi darurat nonstressful yang dapat
diberikan. Pasien hipertensi tahap 2, dengan tekanan darah 210/120
mmHg atau lebih tidak dapat menerima stress fisik maupun emosional,
biasanya pasien hipertensi yang langsung mengancam kehidupan (ASA
IV), semua tindakan dental darurat harus dipertimbangkan bahwa terapi
gigi memang benar-benar menguntungkan dibanding komplikasi yang
timbul akibat hipertensinya.

b. N : 80 x/mnt,
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di
atas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering
dipakai secara rutin.
2) Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial
di lipatan siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat
arteri karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.

b. RR : 20x/mnt,
Teknik : Operator berdiri di belakang dan tanpa sepengetahuan pasien
kemudian dilakukan observasi sangkar dada. dihitung jumlah gerakan
sangkar dada (siklus fase inspirasi dan ekspirasi) dalam 1 menit
a. Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
b. Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit
c. Apnea : Bila tidak bernapas .
c. Suhu : 36,5 ‘c

- suhu tubuh orang dewasa normal 36,1 C sampai dengan 37,5 C


- sub febris 37,5 C sampai dengan 38,5 C
- Febris di atas 38,5 C

Penampakan klinis  tampak gigi geraham paling belakang tumbuh miring


dan muncul sebagian (inspeksi)

- Pemeriksaan penunjang:
Hasil pemeriksaan radiografi panoramic adalah gigi 48 mengalami impaksi
horizontal dan gigi 38 mengalami impaksi vertikal. Keduanya, tanpa lesi
periapikal.

LO 2 : Apa kemungkinan hipotesis (diagnosis, dd, etiologi, prognosis) dan


bagaimana assessment kasus
- Diagnosis: Impaksi
- Etiologi:
Impaksi molar ketiga dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, antara
lain jaringan sekitar gigi yang terlalu padat, persistensi gigi susu, tanggalnya
gigi susu yang terlalu dini, tidak adanya tempat bagi gigi untuk erupsi, dan
rahang terlalu sempit karena pertumbuhan tulang rahang yang kurang
sempurna. (Chandha dan Zahbia, 2007). Impaksi biasanya dapat diartikan
untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab terhalang, sehingga gigi tersebut
tidak dapat keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam
deretan susunan gigi geligi. Selain itu penyebab terjadinya impaksi dapat
diakibatkan karena keadaan lokal dan keadaan yang jarang ditemukan
(Kresnananda, 2014).
1) Keadaan lokal:
a) Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang.
b) Tekanan terhadap gigi tersebut akibat dari gigi tetangga.
c) Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang karena
inflamasi atau abses yang ditimbulkan.
d) Radang kronis dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan
penebalan jaringan mukosa di sekitarnya.
e) Premature loss gigi desidui yang dapat mengakibatkan hilang atau
berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya.
2) Keadaan sistemik
a) Penyebab prenatal Herediter (keturunan) dan miscegenation
(percampuran ras)
b) Penyebab postnatal Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu
pertumbuhan anak, misalnya penyakit: anemia, TBC, gangguan kelenjar
endokrin, dan malnutrisi.
Keadaan yang jarang ditemukan :
a) Cleidoncranial disostosis keadaan kongenital yang jarang ditemukan,
dimana terlihat cacat ossifikasi dari tulang tengkorak, hilangnya sebagian
atau seluruhnya tulang clavikula, gigi permanen tidak erupsi, dan terdapat
rudimenter supernumerary teeth.
b) Oxycephali suatu keadaan yang terlihat kepala meruncing seperti
kerucut. Pada keadaan ini terdapat gangguan pada tulang-tulang kepala.
c) Progeria Bentuk tubuh yang kekanak-kanakan ditandai dengan
perawakan kecil, tidak adanya rambut pubis, kulit berkerut, rambut
berwarna keabu-abuan tetapi wajah, sikap serta tingkah lakunya seperti
orang tua.
d) Achondoplasia Herediter, terdapat gangguan kongenital dari skeleton
sehingga menyebabkan dwarfism (kondisi seseorang yang kekurangan
pertumbuhan dibawah normal).
e) Cleft palate Fisura pada langit-langit yang kongenital, disebabkan
adanya defect atau cacat pada pertumbuhan waktu embrio.

- Prognosis: Prognosis baik ketika dilakukan tindakan pembedahan, dengan


posisi impaksi yang tidak dalam dan sudah erupsi mahkota sebagian.
“Secara umum, semakin dalam letak gigi impaksi dan semakin banyak tulang
yang menutupinya serta makin besar penyimpangan angulasi gigi impaksi
dari kesejajaran terhadap sumbu panjang molar kedua, makin sulit tindakan
bedahnya”

LO 3 : Bagaimana patogenesis kasus tersebut


Gigi molar tiga rahang bawah yang mengalami impaksi dengan kondisi akar yang
terbentuk sempurna merupakan sebagai penyebab secara faktor mekanis, karena
anatomi akar tersebut terletak berdekatan dengan kanalis mandibularis sehingga
menekan nervus alveolaris inferior yang memiliki serabut saraf sensorik dan
motorik, hal tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri yang dapat menyebar ke regio
wajah, kepala, dan leher.
Sesuai dengan penyataan Kurt yang menyebutkan bahwa gejala neuralgia tertentu
menjadi keluhan yang kemungkinan disebabkan oleh tekanan pada saraf alveolaris
inferior oleh gigi yang tidak erupsi pada rahang bawah. Rasa nyeri tersebut
mungkin dialihkan ke beberapa bagian dari saraf kelima dan atau yang
beranastomosis dengan saraf kelima. Nervus trigeminus merupakan saraf yang
dominan yang menyampaikan rangsang sensori dari area orofacial ke sistem saraf
pusat. Divisi mandibula menyuplai bagian posterior dari temporal, tragus, area
preaulikular, area masseter dan beberapa area lainnya, sedangkan divisi optalmikus
menyuplai area parietal dan area frontal, sehingga saraf yang berhubungan
tersebut sangatlah mungkin untuk terjadi nyeri alih yang kemudian dirasakan
adanya sakit di daerah kepala

Gigi bungsu tumbuh sempurna pada usia pubertas atau dewasa muda yaitu saat
pertumbuhan rahang telah selesai, dan seluruh gigi geligi telah menghuni rahang.
Pada saat itu, posisi benih dan pembentukannya telah mencapai tahap akhir. Selain
itu, kalsifikasi tulang telah sempurna dan kompak, yang sulit untuk ditembus oleh
benih gigi bungsu sehingga terjadi gangguan erupsi.
Faktor lain yaitu nutrisi, terutama berhubungan dengan bentuk makanan. Makanan
yang dikonsumsi manusia modern cenderung lebih lunak sehingga kurang
merangsang pertumbuhan dan perkembangan lengkung rahang. Proses
mengunyah makanan yang keras dianggap dapat merangsang pertumbuhan
rahang karena terjadi aktivasi otot mastikasi sehingga rahang terangsang untuk
tumbuh maksimal.

LO 4 : Apa learning issue lain yang bisa didiskusikan untuk menambah


kedalaman analisis kasus ini (minimal 3)

LO 5 : Bagaimana problem solving untuk kasus tersebut (rencana perawatan dan


prosedur perawatan yang tepat pada kasus tersebut)
1. KIE
2. Pre Medikasi (analgetic, antibiotic)
3. Odontektomi
Prosedur:
a. Asepsis
b. Anastesi (blok, infil di bagian bukal)
c. Insisi menggunakan scalpel  pembuatan flap
d. Pengambilan gigi 8
e. Pengambilan tulang
f. Pembersihan luka
g. Penutupan luka dan penjahitan/suture
Pasien diberikan petunjuk tertulis yaitu:
1. Pasien tidak boleh berkumur-kumur dan harus tetap menggigit tampon
selama 24 jam.
2. Bila masih terdapat perdarahan, tampon harus diganti dengan tangan
bersih.
3. Pasien harus beristirahat cukup dan tidak boleh berolahraga yang
banyak mengeluarkan energi.
4. Tampon steril yang diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah
setengah jam karena dapat menyebabkan infeksi.
Bila masih terjadi perdarahan, maka pasien tersebut harus datang
kembali untuk diganti tamponnya. Bila terjadi perdarahan di rumah,
pasien disuruh tidur dengan kepala agak ditinggikan. Pada keesokan
harinya, pasien dapat berkumur-kumur dengan air garam hangat,
dianjurkan setiap selesai makan. Pasien harus memakan makanan yang
lunak dan bergizi. Pasien diminta datang kembali tiga hari kemudian
untuk kontrol pertama; saat ini dilakukan pembersihan luka dengan air
garam fisiologik, akuades dan iodine. Tujuh hari kemudian pasien kembali
kontrol untuk membuka jahitan
4. Medikasi (antibiotic, analgetic, antiinflamasi)
5. Kontrol
Kontrol 7 hari  Bekas luka dibersihkan dengan larutan air garam fisiologik,
akuades dan iodine, kemudian benang jahitan dibuka dan luka dibersihkan
kembali. Pasien diintruksikan untuk tetap mengomsumsi vitamin C, B dan
mineral. Juga asupan susu berkalsium tinggi untuk mempercepat
penyembuhan,

Anda mungkin juga menyukai