Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas
abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot
diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran
serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga
membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti
sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ
yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung
(gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix;
Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan
pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica
urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan
klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan
segera yang sering beru tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau
perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna
sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya
jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan
velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu
organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan
organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena
injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin
hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu
masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun
tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi,
namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik.
Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala
dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan
tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Trauma dapat dijelaskan sebagai kejadian atau insiden yang menyebabkan
terganggunya kemampuan individu untuk melanjutkan hidup atau
mempertahankan fungsi tubuhnya. Trauma bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
insiden atau yang lainnya, seperti kecelakaan berkendara, olahraga, menyelam,
tenggelam, keracunan, overdosis, kekerasan maupun akibat alam. (Terry &
Weaver, 2013).
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
(abdominalwall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna
vertebralis,dan ilium.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengajaatautidakdisengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.Trauma
abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk.
(Nurarif & Kusuma, 2015)

2.2 Etiologi
2.2.1 Trauma tumpul
Trauma tumpul adalah pukulan atau benturan yang langsung
menyebabkan cedera yang berat. Permukaan tubuh dan penyebabnya
(yang melukai) melakukan kontak langsung. (Terry & Weaver, 2013)
Trauma tumpul pada abdomen disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik
atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga,
benturan, ledakan deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari
50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2.2.2 Trauma Penetrasi
Trauma penetrasi disebabkan karena benda asing seperti pisau, kaca dan
benda tajam yang masuk dan menembus organ dan jaringan sehingga
menimbulkan kerusakan pada tubuh. Peluru juga dikategorikan dalam
kasus jika peluru yang menyebabkan luka tembak tidak tembus hingga
keluar tubuh. (Terry & Weaver, 2013)
2.2.3 Trauma Perforasi
Trauma perforasi adalah cedera yang disebabkan karena benda asing
(yang mencederai) menembus, hingga keluar tubuh sehingga
menyebabkan kerusakan bagian dalam yang berat contohnya seperti
peluru. (Terry & Weaver, 2013)

2.3 Klasifikasi
Trauma pada abdomen dibagi lagi menjadi 2 yaitu trauma pada dinding abdomen
dan trauma pada isi abdomen.
a. Trauma pada dinding abdomen
Trauma dinding abdomen dibagi menjadi kontusio dan laserasi.
1) Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan
lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2) Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus
rongga abdomen harus di eksplorasi atau terjadi karena trauma penetrasi.
b. Trauma pada isi abdomen
Sedangkan trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner
(2002) terdiri dari:
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli
bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada abdomen yang mungkin menembusharus dieksplorasi.
2.4 Pathway
Trauma Penetrasi Trauma Non Penetrasi Trauma Perforasi

Gaya predisposisi trauma


melebihi elastisitas dan
viskositas jaringan

Jaringan tidak dapat


mengkompensasi

Terjadi perforasi
jaringan abdomen

TRAUMA ABDOMEN

Pecah / robek Luka terbuka Kerusakan


pembuluh darah jaringan dan
↑ invasi patogen system syaraf
Kehilangan Terjadi
volume cairan perdarahan masif Pelepasan
berlebihan Resiko Infeksi
mediator nyeri
↓ aliran balik
Resiko Syok Ditangkap
vena
persepsi nyeri
Kerusakan
↓ isi sekuncup jaringan
jantung Impuls dikirim ke
otak
Kerusakan Integritas
↓ aliran darah ke Jaringan
otak Nyeri
dipersepsikan

Penurunan
kesadaran Nyeri Akut

Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Serebral
2.5 Manifestasi Klinis
Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium) ditandai dengan:
1) Kehilangan darah.
2) Memar/jejas pada dinding perut.
3) Kerusakan organ-organ.
4) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
5) Iritasi cairan usus
Secara umum seseorang dengan trauma abdomen menunjukkan manifestasi
sebagai berikut :
1) Laserasi, memar,ekimosis
2) Hipotensi
3) Tidak adanya bising usus
4) Hemoperitoneum
5) Mual dan muntah
6) Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah,
biasanya pd arteri karotis),
7) Nyeri
8) Pendarahan
9) Penurunan kesadaran
10) Sesak
11) Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal
12) Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang) pada
perdarahan retroperitoneal.
13) Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada
fraktur pelvis
Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas
ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama pada trauma
tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis cedera
iatrogenic, intra abdomen sepsis dan abses resusitasi yang tidak adekuat, ruptur
spleen yang muncul kemudian.
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dalam trauma abdomen karena
adanya rupture oragan. Penyebab yang paling serius dari peritonotis adalah
terjadinya suatu hubungan (Viskus) ke dalam rongga peritoniel dari organ- organ
intraabdominal ( esofagus, lambung, deudenum, intestinal, colon, rektum,
kantung empedu, apendiks dan saluran kemih), yang dapat disebabkan oleh
trauma. Darah yang menginfeksi peritoneal, benda asing obstruksi usus yang
mengalami stangulasi pankreatitis.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. FotoThoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
2. DR
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum
amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain Abdomen Foto Tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
4. Pemeriksaan Urin Rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik.
Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sbb :
a. Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b. Trauma pada bagian bawah dari dada
c. Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d. Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol,
cedera otak)
e. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang,
Kontra indikasi relative melakukan DPL sbb :
a. Pernah operasi abdominal.
b. Wanita hamil
c. Operator tidak berpengalaman.
d. Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan.
e. Ultrasonografi dan CT-Scan Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan
pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma
pada hepar dan retroperitoneum.
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma
tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat
yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan
abdomen lainnya memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah
tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu
sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi

Penanganan awal pada trauma abdomen :


1. Trauma penetrasi (trauma tajam)
a) Bila terjadi luka tusuk (pisau atau benda tajam lainnya), maka tusukan
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan kain kassa
pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
c) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut dengan kain bersih atau bila ada dengan
verban steril.
d) Immobilisasi pasien
e) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
f) Apabila ada lika terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g) Sesegera mungkin bawa pasien tersebut ke rumah sakit.
2. Trauma penetrasi
a) Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluaryang berdekatan.
b) Skrining pemeriksaan rontgen.
c) Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara
intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk
menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
d) IVP atauUrogram Excretory dan CT Scanning dilakukan untuk
mengetahui jenis cidera yang ada.
e) Uretrografi dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra.
f) Sistografi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis.
3. Trauma non-penetrasi
a) Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit.
b) Pengambilan contoh darah dan urin
c) Darah diambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus
seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase dan
sebagainya.
d) Pemeriksaan rontgen
e) Pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retroperitonium atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparatomi segera.
f) Studi kontras Urologi dan Gastrointestinal
g) Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens
atau decendens dan dubur.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Menurut krisanty, (2009) pengkajiandan diagnose secara teoritis yaitu:
1. Pengkajian
a) Pengkajian primer
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat. Apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.
1) Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang, membuka jalan napas
menggunakan teknik ’head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing
lainnya.
2) Breathing, dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ’lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak, selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
3) Circulation, dengan kontrol perdarahan hebat, jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, makabantuan napas dapat dilakukan.
Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru
segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2
(15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas.
b) Pengkajian skunder
1) Pengkajianfisik
 Inspeksi
- Harusteliti, meteorismus, darm contour, darmsteifung,
adanyatumor, dilatasi vena, benjolan di tempatterjadi hernia, dll
- Sikappenderitapadaperitonitis :fleksi artic. coxae
dangenuesehingga melemaskandindingperutdan rasa sakit
 Palpasi
- Diperhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit tekan
titik McBurney, iliopsoas sign, obturator sign, rovsing sign,
rebound tenderness.
- Rectal toucher :untuk menduga kausa ileus mekanik, invaginasi,
tumor, appendikuler infiltrate.
- pemeriksaan vaginal
 Perkusi
- Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra abdominal
 Auskultasi
- Harus sabar dan teliti
- Borboryghmi, metalic sound pada ileus mekanik
- Silent abdomen pada peritonitis / ileus paralitik.
2. Pengkajian pada trauma abdomen
1) Trauma Tembus abdomen
a. Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ;
kekuatan tumpul (pukulan).
b. Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya :cedera tusuk,
memar, dan tempat keluarnya peluru.
c. Auskultasiada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga
perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda awal
keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya
dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).
d. Kaji pasien untuk progresidistensi abdomen, gerakkan melindungi,
nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus,
hipotensi dansyok.
e. Kajicedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen,
observasi cedera yang berkaitan.
f. Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
2) Trauma tumpul abdomen
a. Metode cedera.
b. Waktu awitan gejala.
c. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita
rupture limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe
restrain yang digunakan.
d. Waktu makan atau minum terakhir.
e. Kecenderungan perdarahan.
f. Penyakit dan medikasi terbaru.
g. Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
h. Alergi, lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk
mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan.
3.2 Diagnosa
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral (00024)
Domain 4 :Aktivitas/istirahat
Kelas 4 :Respon kardiovaskuler/pulmonal
2. Risiko Syok (00205)
Domain 11 :keamanan / perlindungan
Kelas2 :cederafisik
3. Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
4. Kerusakan Integritas Jaringan (00044)
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 2 : Cedera Fisik
5. Resiko Infeksi (00004)
Domain : 11Keamanan/Perlindungan
Kelas 1 : Infeksi
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional


1 Ketidakefektifan Perfusi  Status sirkulasi Observasi : Observasi :
Jaringan Serebral (00024)  Kognisi 1. Pantau kadar hemoglobin 1. Untuk mengetahui normal
Domain 4 : Aktivitas/istirahat untuk menentukan atau tidak kadar
Kelas 4 : Respon Kriteria Hasil : pengiriman oksigen ke hemoglobin dan untuk
kardiovaskuler / pulmonal 1. Menunjukkan fungsi jaringan mengatur asam-basa
Definisi : sensorimotor kranial yang dalam tubuh
Penurunan oksigen yang utuh 2. Pantau diplopia, nistagmus, 2. Agar klien tidak akan
mengakibatkan kegagalan 2. Menunjukkan fungsi penglihatan kabur, merasakan penglihatan
pengiriman nutrisi ke jaringan otonom yang utuh ketajaman penglihatan, sakit kabur saat melihat benda-
pada tingkat kapiler 3. Tidak mengalami sakit kepala benda yang ada di
kepala sekitarnya dan tidak akan
Batasan karakteristik : 4. Berkomunikasi dengan merasakan sakit kepala.
 Perubahan status mental jelas dan sesuai dengan 3. Pantau tingkat kesadaran 3. untuk mengetahui respon
 Perubahan perilaku usia serta kemampuan dan orientasi klien terhadap rangsangan
 Perubahan respon motorik 5. Menunjukkan perhatian, dai lingkungan sekitar
 Perubahan reaksi pupil konsentrasi, dan orientasi 4. Monitor TTV 4. untuk mengetetahui TTV
 Kelemahan atau paralisis kognitif 5. Monitor AGD, ukuran pupil, 5. untuk mengetahui tingkat
ekstremitas ketajaman, kesimetrisan dan kesadaran klien
reaksi
Faktor yang berhubungan : 6. Monitor tonus otot 6. untuk mengetahui tingkat
pergerakan kekuatan otot
 Penurunan konsentrasi
7. Monitor tekanan intrkranial 7. untuk mengetahui adanya
hemoglobin dalam darah
dan respon nerologis tekanan cranial dan
 Gangguan pertukaran tingkat respon klien
 Hipoventilasi 8. Catat perubahan pasien 8. untuk mengetahui adanya
 Hipovolemia dalam merespon stimulus ketidaksadaran klien
 Gangguan aliran arteri atau 9. Monitor status cairan 9. untuk mengetahui status
vena cairan
 Ketidaksesuaian antara
Mandiri : Mandiri :
ventilasi dan aliran darah
10. Tinggikan kepala 0- 10. Untuk memperbaiki
45o tergantung pada konsisi kondisi kesehatan klien
pasien dan order medis
Kolaborasi :
Kolaborasi : 11. Pemberian obat dengan
11. Kolaborasi pemberian obat- cara injeksi melalui
obatan untuk meningkatkan pembuluh darah vena.
intravaskuler
Health Education : Health Education :
12. Jelaskan semua prosedur 12. Untuk mngetahui respon
dan sensasi yang dari klien
diperkirakan terjadi pada
klien.
13. Ajarkan prosedur untuk
13. Untuk memberi
klien mendapatkan dialisi di kenyamanan
rumah
2 Risiko syok (00205) 1. Keparahankehilangandarah
Observasi Observasi
Domain 11 :keamanan / 2. Pengendalianrisiko 1. monitor status sirkulasi BP, 1. untuk mengetahui tanda-
perlindungan 3. Tanda – tanda vital warna kulit, suhu kulit, tanda vital dan kondisi
Kelas2 :cederafisik 4. Manajemen syok denyut jantung, HR, dan jantung klien
ritme, nadi perifer dan
Definisi: KriteriaHasil : kapiler refill
Berisikomengalamiketidakadeku Setelah dilakukan tindakan 2. monitor status cairan, input 2. untuk melihat jumlah
atanalirandarahkejaringantubuh keperawatan selama….x 24 jam output cairan dalam tubuh klien
yang diharapkan pasien: dalam batas normal atau
dapatmenyebabkandisfungsiselul 1. Tidak akan mengalami syok, tidak
ar yang mengancamjiwa yang ditunjukkan dengan 3. cek tanda tanda vital 3. untuk mengeidentifikasi
kehilangan darah terkendali syok hipovolemik
Faktorrisiko: 2. Tanda – tanda vital dalam Mandiri Mandiri
1. Hypovolemia rentang normal 4. Batasi kehilangan volume 4. untuk mempertahankan
2. Hipotensi darah yang berlebihan selama volume darah agar tidak
3. Hipoksemia episode perdarahan terjadi syok
4. hipoksia 5. Hentikan perdarahan jika 5. untuk menghentikan
didapat trauma tajam dengan terjadinya kehilangan
cara ditekan banyak darah yang
berlebih
6. berikan produk darah apabila 6. untuk menjaga volume
klien telah kehilangan cairan dan menggantikan
banyak darah cairan yang telah hilang
7. Menjaga kepatenan jalan 7. klien dengan perdarahan
nafas klien biasa mengalami hipoksia
sehingga jalan nafasnya
harus di jaga.
HE HE
8. ajarkan keluarga dan klien 8. agar keluarga dan klien
tentang tanda dan gejala dapat mengenalis secara
datangnya syok dini tanda dan gejala syok
9. ajarkan keluarga dan pasien 9. agar keluarga dan klien
tentang langkah untuk dapat secara mandiri
mengatasi gejala syok. mengatasi gejala syok
Kolaborasi Kolaborasi
10. berikan medikasi yang 10. untuk menurunkan factor
deprogramkan untuk risiko selain dengan
menangani factor risiko perawatan melainkan
dengan bantuan obat-
obatan yg dapat
membantu dari dalam
tubuh klien.
11. Komunikasikan dengan 11. untuk menghentikan
dokter untuk melakukan perdarahan.
prosedur pembedahan
3 NyeriAkut (00132) Observasi : Observasi :
Domain 12 : Kenyamanan  Pain Level, 1. Lakukanpengkajiannyerisec 1. melakukanpengkajiansec
Kelas 1 : Kenyamanan fisik  Pain control, arakomprehensiftermasuklo arakomprehensif agar
Definisi :  Comfort level kasi, karakteristik, durasi, dapatmengidentifikasisec
Sensori yang tidak Kriteria Hasil : frekuensi, aramendetaildanutuhmen
menyenangkan dan - Setelah kualitasdanfactorpresipitasi genaikeluhanpasien.
pengalaman emosional yang dilakukanintervensikepera (management nyeri ) 2. melakukan kontrol
muncul secara aktual watan selama …x24 jam 2. Kontrollingkungan yang lingkungan agar dapat
atau potensial kerusakan diharapkan : dapatmempengaruhinyerise mencegah pengaruhnya
jaringan atau  Mampumengontrolnyeri( pertisuhuruangan, terhadap nyeri
menggambarkan adanya tahupenyebabnyeri,Mam pencahayaandankebisingan 3. melakukan pengkajian
kerusakan (Asosiasi Studi pumenggunakan tehnik 3. Kaji tipe dan sumber nyeri tipe dan sumber uyeri
Nyeri Internasional): serangan nonfarmakologiuntukme untuk menentukan untuk mengetahui dan
mendadak atau ngurangi nyeri, interpensi nyeri menentukan sumber
pelan intensitasnya dari ringan mencaribantuan) 4. Mengkaji factor yang dapat nyeri
sampai berat yang  Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi nyeri 4. Melihat faktor apa yang
dapat diantisipasi dengan akhir berkurangdenganmenggu Mandiri: mempengaruhi nyeri
yang dapat nakanmanajemennyeri 5. Gunakanteknikkomunikasiter yang dirasakan
diprediksi dan dengan durasi  Mampumengenalinyeri(s apeutikuntukmengetahuipeng Mandiri :
kurang dari 6 bulan kala,intensitas, frekuensi alamannyeripasien 5. Untuk mengetahui
dan tanda nyeri) 6. Evaluasipengalamannyerimas pengelaman nyeri masa
Batasankarakteristik :  Menyatakan rasa nyaman allampau lampau pasien dan cara
Subjektif : setelahnyeri berkurang 7. Jelaskan pada klien penyebab pasien untuk mengatasi
- Mengungkapkan secara  Tanda vital dalam dari nyeri nyeri tersebut
verbal atau melaporkan rentang normal 6. Untuk menilai apakah
nyeri dengan isyarat HE : nyeri masa lampau sama
Objektif : 8. Intruksikanpasienuntukposisi dengan nyeri yang
- Gangguantidur semi fowler dirasakan sekarang
- Focus menyempit 9. Kajitingkatintensitas dan 7. memberikan penjelasan
- Gerakanmelindungi area frekwensi nyeri akan menambah
nyeri 10. Anjurkan tehnik manajemen pengetahuan klien
- Sikaptubuhmelindungi nyeri seperti distraksi tentang nyeri
- Perubahandalamnafsuma 11. Managemant lingkungan HE :
kandanminum yang nyaman 8. agar
- Perilaku Kolaborasi : tidakterjadikontraksi di
eksprektif(gelisah, 12. kolaborasi pemberian area abdomen
merintih,menangis dll) analgetik sesuai indikasi. 9. untukmengetahuitingkat
intensitas nyeri dan
Faktor yang berhubungan : frekwensiuntuk
- Agen cedera (Misalnya; menunjukkan skala nyeri
biologis, kimia, fisik, 10. membantu mengurangi
psikologi) rasa nyeri dengan
mengalihkan perhatian
11. lingkungan yang
nyaman dapat
memberikan rasa
nyaman klien

Kolaborasi :
12. analgetik membantu
mengurangi rasa nyeri
4 Kerusakan Integritas Jaringan a. Integritas Jaringan: Kulit Observasi Observasi
(00044) dan Membran Mukosa: a. Kaji kulit dan keadaan a. Untuk mengetahui
Domain 11: Keutuhan struktur dan luka (lokasi, ukuran, sirkulasi kulit dan
Keamanan/Perlindungan fungsi fisiologis normal warna, bau, jumlah, dan masalah yang
Kelas 2: Cedera Fisik kulit dan membran tipe cairan luka) mungkin terjadi.
mukosa. b. Observasi tingkat b. Untuk mengetahui
Definisi b. Penyembuhan luka: granulasi, jaringan keadaan luka sehingga
Kerusakan pada membrane Primer: Tingkat nekrotik, dan tanda-tanda dapat menentukan
mukosa, jaringan kornea, regenerasi sel dan infeksi local. tindakan yang tepat
integumen, atau subkutan. jaringan setelah Mandiri dalam menangani
penutupan yang c. Mencegah dan luka.
Batasan Karakteristik disengaja. mendeteksi dini infeksi Mandiri
Objektif c. Penyembuhan Luka: pada pasien beresiko c. Sebagai tindakan
Kerusakan atau kehancuran Sekunder: Tingkat dengan memberikan perlindungan infeksi
jaringan (Mis., kornea, regenerasi sel dan perawatan luka dengan serta mempercepat
membrane mukosa, integumen, jaringan pada luka teknik aseptik. penyembuhan luka.
atau subkutan). terbuka. d. Cegah kontaminasi feses d. Untuk menghindari
dan urin. terjadinya infeksi
Faktor yang Berhubungan Kriteria Hasil e. Meminimalkan tekanan pada luka.
a. Perubahan sirkulasi a. Tidak ada tanda atau ke bagian tubuh yang e. Meminimalkan
b. Faktor mekanis (mis., gejala infeksi. luka. kerusakan jaringan
tekanan, friksi, dan b. Tidak ada lesi. f. Mengoleskan zat topical kulit.
gesekan) c. Tidak terjadi nekrosis. atau manipulasi alat f. Untuk menjaga
untuk meningkatkan integritas kulit
integritas kulit dan sehingga tidak
meminimalkan memperparah
kerusakan kulit. keadaan.
g. Mencegah komplikasi g. Untuk menghindari
luka dan meningkatkan tingkat keparahan dari
penyembuhan luka. kondisi pasien.
Kolaborasi Kolaborasi
h. Kolaborasikan dengan h. Dengan nutrisi yang
ahli gizi untuk memenuhi adekuat dapat
diet TKTP (Tinggi kalori mempercepat proses
tinggi protein) pemulihan jaringan.
Edukasi Edukasi
i. Ajarkan pada keluarga i. Agar keluarga mampu
tentang luka dan menjaga kondisi luka
perawatan luka pasien tetap bersih
dan steril sehingga
mempercepat proses
pemulihan luka
5 Risiko Infeksi (00004) NIC 1. Untuk melihat tanda
Domain:  Status imun Observasi : tanda infeksi seperti
11Keamanan/Perlindungan  Keparahan infeksi 1. Pantau tanda dan gejala demam, penampilan
Kelas 1 : Infeksi  Penyembuhan luka infeksi luka dll
Definisi : beresiko terhadap Kriteria Hasil : 2. Kaji faktor yang dapat 2. Untuk melihat faktor
invasi organisme patogen. - Setelah meningkatkan apa saja yang dapat
Faktor resiko: dilakukanintervensikepera kerentanan infeksi menyebabkan ifeksi
- Penekanan system imun. watan selama …x24 jam 3. Pantau hasil pada klien
- Ketidakadekuatan imunitas diharapkan : laboratorium 3. Untuk melihat hasl tes
dapatan.  Klien bebas dari tanda darah seperti leukosit,
- Pertahanan lapis kedua yang dan gejala infeksi. Mandiri : karena apabila
tidak memadai.  Menunjukkan 4. Lakukan penutupan luka leukosit meningkat
kemampuan untuk dengan tindakan yang tandanya terdapat
mencegah timbulnya sesuai sop infeksi
infeksi. 5. Lakukanperawatan luka Mandiri :
dengan teknik aseptik 4. Untukmengendalikan
6. Jelaskanpadaklienpenyeb penyebaran
abresikoinfeksi mikroorganisme
7. Berikan antibiotik pada patogen.
pasien yang beresiko 5. Untuk mengendalikan
resiko infeksi
HE : 6. Agar klien tau faktor
8. Jelaskan kepada klien apa saja yang dapatv
dan keluarga mengapa menyebakan infeksi
sakit atau terapi 7. Untuk menimalisir
meningkatkan resiko terjadinya infeksi
infeksi
9. Instruksikan pasien HE :
untuk menjaga hygiene 8. karena pada pasien
Kolaborasi : trauma akan ada
luka terbuka
10. kolaborasi untuk sehingga klien
pemeriksaan darah, mengalami resiko
seperti Hb dan leukosit. infeksi
11. Kolaborasikanpemberian 9. untuk menimalisir
antibiotik terjadinya infeksi
Kolaborasi :

10. Untukmemantaupenu
ruannHbdanpeningkat
anjumlahleukositdari
normal
biasaterjadiakibatdarit
erjadinyainfeksi
11. antibiotik mencegah
perkembangan
mikroorganisme
patogen.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen,
terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus
halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan
ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan,
menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah
komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit dan kebutuhan pasien.
Prinsip–prinsip pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan A
(Airway), B (Breathing), C (Circulation).

4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan
lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa khususnya,
untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai