BAB I
PENDAHULUAN
maupun di negara maju.Infeksi nosokomial dikenal pertama kali pada tahun 1847
oleh Semmlweis dan hingga saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita
perhatian. Sejak tahun 1950 infeksi nosokomial mulai di teliti dengan sungguh -
infeksi nosokomial dan dapat terjad isecara akut atau secara kronis (Darmadi,
2008).
terbanyak di Negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit
dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 Rumah Sakit dari
14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap
(Harry, 2006).
kematian pada pasien, akan tetapi ini menjadi penyebab penting pasien dirawat
2
lebih lama di Rumah Sakit. Infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang
lingkungan Rumah Sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien itu
sendiri, yaitu kuman endogen. Bahaya dari terjadinya infeksi nosokomial adalah
mutu pelayanan Rumah Sakit.Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian
penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dengan personel
yang merawat atau menjaga pasien, kontak tidak langsung ketika obyek didalam
2009).
telah dibuat untuk mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka kejadian
karena itu, mencuci tangan menjadi metode pencegahan dan pengendalian infeksi
3
nosokomial yang paling penting karena tangan merupakan salah satu wahana
Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis
dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun atau air. Tujuan cuci tangan
adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan
Salah satu tenaga kesehatan yang paling rentan terhadap enyakit infeksi
tersebut adalah perawat karena yang bertugas selama 24 jam di Rumah Saki tdan
yang sering berinteraksi dengan pasien adalah perawat. Cuci tangan harus
meskipun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan
penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Indikasi cuci tangan
harus dilakukan pada saat yang diantisipasi akan terjadi perpindahan kuman
pencemaran (Depkes, 2003). Mencuci tangan merupakan tehnik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005).
The Centers for Disease Control and Prevension baru saja mengeluarkan
2011, penulis melakukan observasi langsung, diperoleh data bahwa dari 10 orang
perawat ruang Seruni, terdapat 5 orang perawat dalam melakukan tindakan tidak
alat seperti sarung tangan, masker dan alat-alat ganti balutan luka selalu disediakan
oleh bagian logistik ruangan. Dalam hal pemakaian alat pelindung diri, perawat
tampak hanya menggunakan handscone bersih dan masker pada saat mengganti
balutan luka pasien, ataupun tindakan lainnya. Dalam hal pengelolaan alat
kesehatan, khususnya alat-alat ganti balutan luka terdapat 5 orang dari 10 orang
untuk pasien-pasien pasca operasi bedah umum, ortopedi, mata THT dengan
jumlah perawat 36 orang dan pendidikan SI (17 orang), DIII (18 orang) dan SPK
(1 orang). Oleh karena itu resiko terjadinya infeksi silang dapat terjadi pada pasien
yang lain maupun bagi perawat. Untuk menghindari dan mencegah kejadian infeksi
infeksi nosokomial.
pada tahun 2010 pasien yang terkena infeksi nosokomial diruang Seruni berjumlah
95 orang dari jumlah keseluruhan pasien di ruang seruni yaitu sebanyak 2631 orang
ruangan Seruni jumlah pasien yang terkena infeksi nosokomial paling banyak dan
5
mengamati beberapa perawat yang bertugas diruang Seruni tidak melakukan cuci
1.2 RumusanMasalah
masih rendahnya upaya yang dilakukan perawat diruang seruni dalam mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang Seruni RSUD. Dr. M.
Yunus Bengkulu.
1. Tujuan Umum :
RSUD.M.Yunus Bengkulu
2. Tujuan Khusus :
2. Bagi pihak rumah sakit, sebagai masukan dalam rangka peningkatan kualitas
sakit.
3. Bagi perawat, pelaksanaan mencuci tangan sangat penting untuk upaya pertama
5. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk gambaran
Nosokomial Dengan Perilaku Cuci Tangan Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta " .
universal pada umumnya masuk kategori baik, gambaran cuci tangan pada
umumnya juga baik namun masih ada perawat yang melakukan cuci tangan kurang
sempurna sebanyak 15 %, bahkan ada yang tidak melakukan cuci tangan sebanyak
5 %. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneiiti lakukan adalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik
dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004).
Sedangkan menurut Purohito (1995) mencuci tangan merupakan syarat utama yang
kesehatan atau terjadi pada fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi ini berhubungan
dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampaisiku dan lengan dengan cara
tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementaraitu menurut Perry & Potter (2005),
mencuci tangan merupakan teknikdasar yang paling penting dalam pencegahan dan
secara mekanik dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan
air(Tietjen, 2004).
2000).Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah
dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah
memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung
tangan.
khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput lendir,
penting. Benda ini termasuk pengukur urin atau alat penampung sekresi
epidemiologis
h) Setelah melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang
tidak infeksius.
berikut:
b) Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih
c) Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga
Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu
cuci tangan medical (medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand
10
washing) dan cuci tangan operasi (operating theatre hand washing). Adapun cara
untuk melakukan cuci tangan tersebut dapat dibedakan dalam beberapa teknik
dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum
wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit
(misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkanair bersih, tempat sampah
injak tertutup yang dilapisi kantung sampah medis atau kantung plastik berwarna
kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi), alat pengering seperti
tisu, lap tangan (hand towel), sarung tangan (gloves), sabun cair atau cairan
pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta di bawah
wastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk. Prosedur kerja cara mencuci tangan
1. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau
jam tangan
2. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang nyaman
5. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak
7. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian
mengalir sampai bersih sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan
menghadap ke bawah
9. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang telah
10. Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam keadaan
rapi dan bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu
Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan
larutan disinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang
dengan antiseptik dan sikat steril. Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan
persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa, hanya saja
bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelah mencuci tangan
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama),
khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi. Peralatan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan
dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum
12
luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker
kertas dan
topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata,
penutup sepatu. Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi pada tangan dan
jari, kemudian melepaskan semua perhiasan misalnya cincin atau jam tangan
penutup kepala atau topi, masker wajah, pastikan masker menutup hidung dan
mulut anda dengan kencang. Selain itu juga memakai pelindung mata
3. Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau control dengan kaki dan
6. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau pengikir.
b. Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan permukaan anterior jari
10 kali gerakan
c. Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan dan bagian posterior ibu jari 10 gerakan
d. Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area, kemudian
sebagaimana dikutip oleh Perry & Potter, 2000), kemudian bilas sikat secara
seksama
8. Dengan tepat mengingat, bagi lengan dalam tiga bagian. Kemudian mulai
menyikat setiap permukaan lengan bawah lebih bawah dengan gerakan sirkular
selama 10 kali gerakan; menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan
cara yang sama setelah selesai menyikat buang sikat yang telah dipakai
9. Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali
11. Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan air
12. Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk satu tangan secara
melingkar
13. Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan menggunakan
14. Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda
15. Perawat memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak dengan
Pakaian atau seragam scub perawat harus tetap kering. Air mengalir
berdasarkan gravitasi dari ujung jari ke siku. Jadi, mempertahankan tangan tetap
tinggi sehingga memungkinkan air mengalir dari area yang kurang ke yang paling
reguler, perawat tidak perlu menyikat atau mengeringkan tangan dengan handuk
steril. Dengan penyabunan dan penggosokan yang dilakukan dua kali sesuai
prosedur akan menjamin tangan bersih. Pada situasi ini perawat dapat
yang paling bersih ke area yang kurang bersih. Pengeringan mencegah kulit kering
faktor yang berpengaruh pada tindakan cuci tangan adalah tidak tersedianya tempat
cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan, kondisi pasien, efek bahan
cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya pengetahuan terhadap standar. Sementara
perawat dan fasilitas menyebabkan kurang patuhnya perawat untuk cuci tangan.
bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun
Karakteristik perawat meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku
Sebagai contoh secara geografi penduduk Amerika lebih cenderung taat mengikuti
15
ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, ras kulit putih, orang tua dan anak-anak
terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Latar belakang pendidikan juga
berbagai tugas dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan
peramal dari kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran yang besar dalam
pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yang penting untuk
soal kemampuan kerja, maka wajar-wajar saja kalau ada perawat yang merasa
mampu atau tidak mampu dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan protap.
Demikian juga dalam pelaksanaan protap mencuci tangan, perawat yang memiliki
untuk melaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan dalam protap tersebut
(Arumi, 2002).
Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh perawat akan
aspek dalam komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan perawat adalah
16
peran terutama yang berasal dari komunitas internal perawat, petugas kesehatan
lain, pasien maupun dukungan dari pimpinan atau manajer pelayanan kesehatan
serta keperawatan.
(Iskandar,1998)
ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi yang berasal dari lingkungan rumah
sakit. Sampai saat ini infeksi nosokomial masih merupakan problem serius
infeksi nosokomial, dan menghabiskan biaya lebih dari 4.5 miliar dolar
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam upaya pencegahan
yang kegiatan utamanya antara lain mencuci tangan untuk mencegah infeksi
silang, pemakaian sarung tangan ,dan alat pelindung lain (seperti masker,
kacamata pelindung, dll) untuk mencegah kontak dengan darah dan cairan
infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam lain untuk mencegah
rumah sakit di DKI Jakarta, menunjukkan bahwa 9,8% pasien dirawat inap
pada pasien dalam tindakan mencuci tangan dan pelaksanaan prosedur trakeal
berasal dari pasien. Infeksi yang berasal dari petugas juga berpengaruh pada
akan tetapi akan menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di rumah
sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak
18
produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan biaya lebih
2.2.2 Patofisiologi
jamur, atau protozoa, namun mayoritas adalah jenis bakteri yang bersifat
patogen atau komensal, seperti E. Coli. Centers for Disease Control and
terbanyak adalah jenis bakteri (62 %) dimana gram negatif 41 %, gram positif
zaman ke zaman. Pada era pra antibiotik kebanyakan penyebab infeksi ini
adalah S. Pyogenes dan S. Aureus. Namun pada era 1960-1970 justru gram
Dewasa ini diributkan karena munculnya beberapa jenis bakteri yang resisten
masif antibiotik spektrum luas, terapi medis invasif dan peningkatan pasien-
Disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di
Disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat
Disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak
tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu :
1) Kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga
pasien
(air borne).
membawa kuman.
melalui kulit dan mukosa yang tidak utuh. Mikroorganisme ditularkan dari
1) Kulit
Beberapa bakteri juga dapat menembus kulit yang utuh. Namun mikroba
lebih mudah memasuki tubuh lewat kulit tidak utuh yang merupakan pintu
masuk mikroorganisme. Karena itu, petugas harus memakai sarung tangan saat
bekerja dan bila mempunyai kelainan kulit, sebaiknya tidak bekerja di tempat
dimana kemungkinan bisa terjadi ekspos dengan darah atau ekskreta penderita.
misalnya terjadi luka akibat terkena benda tajam atau tertusuk jarum. Bila benda
tajam yang melukai tadi sudah tercemar dengan darah atau tubuh maka mikroba
yang ada dalam tubuh atau darah tadi dapat memasuki darah korban. Sebagian
besar infeksi HIV pada petugas kesehatan terjadi akibat kecelakaan kerja seperti
ini. Karena itu petugas kesehatan harus menjaga agar tidak terluka atau tertusuk
2). Mikroba
Mikroba bisa memasuki tubuh petugas lewat mukosa saluran nafas atau
mukosa saluran cerna. Oleh karena itu petugas harus memakai masker bila
1. Pengertian pencegahan
2. Upaya pencegahan
a.mencuci tangan
b.memakai handscone
c.memakai masker
21
3. Tujuan pencegahan
ini, yaitu :
1. Cuci tangan
4. Pembatasan transfusi
mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah
dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik yang berasal
karena harus diberlakukan kepada semua pasien dan semua prosedur tindakan
universal berlaku untuk darah, sekresi, ekskresi terkecuali keringat, luka pada
tersebut di jabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu mencuci tangan guna
sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius,
3. Mengurangi biaya, baik biaya yang dikeluarkan oleh pasien maupun oleh
rumah sakit.
Perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu, membantu individu baik yang
sehat maupun sakit, dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan
atau pengetahuan yang dimiliki. Oleh sebab itu, perawat berupaya menciptakan
akhirnya meninggal dunia, maka perawat berusaha agar pasien dapat meninggal
seseorang dengan melindunginya dari sakit, luka, dan proses penuaan( Taylor C.
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang
lain (dalam hal ini adalah perawat) untuk berproses dalam sistem sebagai berikut
2. Pembela pasien.
pengobatan penyakit.
dan didukung oleh perawat. Menurut Johnson dan Martin, peran ini bertujuan
sayang.
pasien dari rasa malu atau memalukan. Ketika pakaian pasien harus dilepas,
kritis dikehidupan mereka. Perawat adalah orang yang bersama individu ketika
mereka ketika mereka cedera atau sakit, ketika mereka meninggai. Individu
26
berbagi banyak hal yang intim dalam kehidupan mereka dengan perawat; mereka
perannya.
Fungsi Perawat
Fungsi Pokok
Fungsi Tambahan
Fungsi Kolaboratif
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik
dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al.,
dan sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit (Perry &
Potter, 2000).
kesehatan, yang kegiatan utamanya antara lain mencuci tangan untuk mencegah
28
infeksi silang, pemakaian sarung tangan ,dan alat pelindung lain (seperti
masker, kacamata pelindung, dll) untuk mencegah kontak dengan darah dan
cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam lain untuk
(M.Yusran.2010).
sebanyak 15% dan yang tidak mencuci tangan sebanyak 5%, masih
sebanyak 20% dan tidak memakai alat pelindung diri sebanyak 9%, masih
sempurna sebanyak 15% dan tidak melakukan sebanyak 6%, masih ada
yang di lakukan diRumah Sakit Abdoel Muluk pada tahun 2006 menunjukkan
pasien.
29
V.Independen V.Dependen
2.6 Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach), yaitu tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemerikasaan.(Notoatmodjo 2005)
3.3.1 Populasi
2011)populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang mencuci tangan
sebelum dan sesudah berinteraksi dangan pasien dalam upaya pencegahan infeksi
Nosokomia di RSUD. Dr. M. Yunus bengkulu pada tahun 2011 dengan jumlah
perawat 36 orang.
32
3.3.2 Sampel
mencuci tangan sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien dalam upaya
objek penelitian adalah seluruh perawat yang diruang seruni RSUD. Dr. M. Yunus
Bengkulu pada tahun 2011 yang melaksanakan cuci tangan dalam upaya
lansung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan. Masalah
Concent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan peneliti, mengetahui
member nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada
3. Confidentiality (kerahasiaan)
kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada hasil penelitian (Alimual,
2003)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data yang dilaksanakan pada bulan november sampai bulan januari di ruang
Data yang diperoleh peneliti akan diolah melalui beberapa tahap yaitu:
c. Entry: yaitu memasukan data yang sudah di editing dan coding tersebut
d. Processing : Setelah semua lembar kuisioner diisi oleh peneliti, serta telah
agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis, pemrosesan data dilakukan
P = f × 100
Keterangan