Anda di halaman 1dari 11

UKURAN-UKURAN TENAGA KERJA

“TINGKAT PENGANGGURAN”

NITA SAFIRA PANJAITAN


NIM: 171000234

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4
di dunia. Dengan predikat tersebut, Indonesia sudah pasti dikenal di dunia akan banyaknya
jumlah penduduknya selain dikenal dari negara dengan kepulauan terbanyak di dunia. Karena
memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, ini juga termasuk masalah yang terjadi di
Indonesia. Salah satu masalahnya adalah tentang tingkat pengangguran di Indonesia.
Pengangguran adalah orang yang sudah masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64
tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya atau penduduk yang tidak
bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk
yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja atau mempunyai
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.. Pangangguran sudah menjadi momok hampir di seluruh
dunia. Karena jika di dalam suatu negara yang jumlah penduduknya masih tinggi tingkat
penganggurannya maka negara tersebut memiliki masalah di dalam bidang ekonemi dan juga
memiliki masalah di bidang pemerataan atau tenaga kerja.
Menurut lama waktu bekerja, pengangguran dibedakan menjadi sebagai berikut.
 Pengangguran terselubung (Disguised unemployment)
Pengangguran terselubung merupakan tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena sesuatu alasan tertentu, misalnya:
- Kurang terampil dalam pekerjaannya karena pendidikannya rendah.
- Baru mulai bekerja atau kurang pengalaman dalam bekerja.
- keterpaksa yang membuat orang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan keterampilannya.
 Pengangguran terbuka (Open unemployment)
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Penyebabnya antara lain:
- Tidak tersedianya lapangan kerja.
- Lapangan kerja yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
- Tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras karena memang malas.

1
 Setengah menganggur (Under unemployment)
Setengah pengangguran dapat dikelompokkan menjadi setengah pengangguran
kentara (visible underemployment) yakni mereka yang bekerja kurang dari jam normal
(kurang dari 35 jam/minggu). Petani-petani di Indonesia banyak yang termasuk sebagai
setengah pengangguran kentara karena petani yang hanya memiliki lahan yang sempit
biasanya bekerja kurang dari 35 jam/minggu dan setengah pengangguran tidak kentara
(invisible underemployment) atau pengangguran terselubung (disguised unemployment)
yaitu mereka yang produktivitas kerja rendah dan pendapatannya rendah.
Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan menjadi sebagai berikut.
o Pengangguran struktural
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam
struktur perekonomian. Pada umumnya negara berupaya mengembangkan
perekonomian dari pola agraris ke industri.
o Pengangguran friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan
temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja, yang disebabkan oleh
kondisi geografis, informasi yang tidak sempurna, dan proses perekrutan yang lama.
o Pengangguran musiman
Pengangguran musiman, yaitu pengangguran yang terjadi karena pergantian
waktu/trend. Misalnya tukang membuat kopiah, pada saat bulan puasa dan menjelang hari
Idul Fitri, pesanan akan produk kopiah meningkat tajam. Sedangkan masa sesudah bulan
puasa permintaan produk kopiah kembali turun sehingga dia harus menganggur lagi.
o Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi yaitu pengangguran yang disebabkan penggunaan
teknologi seperti mesin-mesin modern, sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja
manusia.
o Pengangguran konjungtur
Pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang disebabkan oleh adanya
siklus konjungtur (perubahan kegiatan perekonomian). Misalnya: pada masa 1960-1980 an
titik berat pembangunan nasional Indonesia ditekankan pada bidang pertanian, sehingga
insinyur-insinyur pertanian mudah mendapatkan pekerjaan. Pada masa setelah itu sesuai
kebijakan pemerintah titik berat pembangunan bergeser ke bidang industri pengolahan dan
manufaktur sehingga banyak insinyur-insinyur pertanian yang sulit mendapat pekerjaan/
menganggur.
2
o Pengangguran yang disebabkan oleh isolasi geografis
Pengangguran ini dialami oleh masyarakat yang terpencil dari pusat kegiatan
ekonomi. Pengangguran seperti ini biasanya akan menimbulkan urbanisasi.
Ada beberapa sebab yang menimbulkan pengangguran yaitu sebagai berikut.
a. Pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan banyak pengangguran karena
meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan perluasan kesempatan
kerja.
b. Ketidakberhasilan sektor industri. Pola investasi yang ada cenderung padat
modal menyebabkan semakin kecil terjadinya penyerapan tenaga kerja.
c. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi kualifikasi persyaratan yang diminta oleh
dunia kerja.
d. Ketidakstabilan perekonomian, politik, dan keamanan negara. Krisis ekonomi
pada pertengahan tahun 1997 juga menyebabkan terjadinya pengangguran sebanyak 15,4
juta orang.
e. Pajak penghasilan (PPn) yang tinggi (progresif) akan membuat orang cenderung
mengurangi jam kerja.
f. Perkembangan teknologi tinggi yang tidak diimbangi oleh keterampilan dan
pendidikan dari para pencari kerja.
g. Tidak ada kecocokkan upah, karena tidak semua perusahaan mampu dan
bersedia mempekerjakan seorang pelamar dengan tingkat upah yang diminta pelamar.
h. Tidak memiliki kemauan wirausaha. Orang yang tidak punya kemauan kerja
tidak akan berusaha menciptakan lapangan kerja sehingga ia harus menunggu uluran tangan
dari orang lain.
i. Adanya diskriminasi ras, gender, orang cacat mengakibatkan timbulnya
pengangguran.
Pengangguran juga dapat dilihat dari jenis negara, yaitu negara maju dan negara
berkembangan. Data sangat signifikan terlihat pengangguran terdapat di negara-negara
berkembang dibandingkan pada negara-negara maju. Pada di negara maju, persentase
penduduknya yang mengalami pengangguran sangat kecil sekali. Kalau dikatakan hampir
sangat jarang warga negaranya tidak berkerja. Misalnya saja negara-negara di Skandinavia
(Denmark, Swedia, Finladia, dan Norwegia), di negara tersebut tingkat pengangguran
penduduknya hanya sekitar 8,1% dari jumlah penduduk di setiap negara. Mahalan di negara
Finlandia membuat kebijakan sangat ekstream di awal tahun 2017, pemerintah akan
memberikan gaji pokok bagi seluruh warga negaranya mereka yang tidak memilki pekerjaan.

3
Dengan tujuan pemerintah adalah untuk mengetahui apa penyebab warga negara tersebut masih
ada yang pengangguran. Warga negara yang menerima gaji oleh pemerintah merasa sedikit
malu karena dibiayai oleh negara, oleh karena itu kebanyakan dari mereka sudah berkerja
setelah tiga bulan menerima bantuan dari pemerintah. Walaupun pekerjaan yang didapat
memiliki gaji jauh lebih sedikit dibandingkan oleh gaji yang diterima dari pemerintah, tetapi
mereka tidak malu dan lebih memilih bekerja. Kalau kebijakan ini diterapkan di Indonesia,
bukan memberi dampak yang baik, malah akan terjadi sebaliknya. Rakyat Indonesia menjadi
pemalas dan bersamaan juga ekonomi akan mengalami kemunduran, kemajuan yang
diharapkan pun akan menghilang juga bila menerapkan kebijakan ini di Indonesia.
Rata-rata sistem ekonomi yang dianut oleh negara-negara yang memilki tingkat
pengangguran yang rendah adalah sistem ekonomi sosialis (Etatisme). Mereka akan
menanggung seluruh rakyatnya yang penganguran. Pada di negara maju sektor industri sudah
sangat maju. Selain itu, mereka sudah sangat siap dari berbagai sektor, sektor untuk
memberikan lahan perkerjaan bagi penduduk. Sebab tumpuan utama di negara maju adalah
perkembangan IPTEK, Jasa, Industri, dan menekankan produksi dalam negeri atau tidak
tergantung pada sektor impor. Mereka cenderung lebih banyak mengekspor hasil produksi
mereka ke negara asing. Dengan begitu pemasukan bagi negara tersebut sangat besar bagi
pertumbuhan ekonominya. Secara bersamaan akan menurunkan angka pengangguran di
negeranya.
Sedangkan di negara berkembang khususnya di Benua Asia dan Benua Afrika,
presentase pengangguran masih sangat tinggi. Sebab pada negara berkembang, kebanyakan
dari negara-negara tersebut masih bergantung pada sektor pertanian bukan pada sektor industri
ataupun IPTEK. Produk Pokok Ekspor. Sebagian besar penduduk di negara sedang
berkembang tinggal di daerah pedesaan, yaitu sekitar 80 persen dengan mata pencaharian
sebagai petani. Dengan demikian produk dari pertanian merupakan hasil utama penduduk
sehingga penduduk sangat tergantung pada hasil pertaniannya. Pada umumnya pertanian yang
dikerjakan penduduk termasuk pertanian dalam skala kecil dengan produksi yang relatif kecil
pula. Biasanya di luar sektor pertanian penduduk tidak mempunyai keahlian/ keterampilan lain,
sehingga apabila ada masalah yang berkaitan dengan pertanian, seperti bencana alam,
penduduk menjadi kehilangan mata pencahariannya. Karena hasil utama penduduk di negara
sedang berkembang dari sektor pertanian, maka produk dari hasil pertanian ini yang dapat di
ekspor. Dengan demikian ekspor penduduk di negara berkembang masih didominasi dari hasil
pertanian. Faktornya lainnya yang tidak salah lagi sangat berpengaruh adalah faktor yang
mengakibatkan rendahnya tingkat kehidupan penduduk di negara sedang berkembang adalah

4
kurangnya penggunaan tenaga kerja yang ada secara efisien. Tenaga kerja yang ada masih
banyak yang bekerja tetapi terkadang tidak sesuai dengan tingkat keahlian yang dipunyai,
sehingga mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak optimal. Jenis tenaga kerja yang seperti ini
seringkali dikategorikan sebagai pengangguran semu. Pada umumnya penduduk di negara
sedang berkembang bekerja secara serabutan dan kebanyakan mereka mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan kasar seperti buruh bangunan buruh industri, dan sebagainya. Hal ini terutama terjadi
untuk penduduk yang tinggal di pedesaan yang pada umumnya tingkat pendidikannya rendah,
skill rendah dan ditandai dengan tingkat penghasilan yang rendah pula. Tingginya tingkat
pertumbuhan penduduk juga mendorong semakin banyak jumlah tenaga yang menganggur.
Untuk menyerap tenaga kerja yang menganggur ini seringkali pemerintah mengalami suatu
kendala yaitu kurangnya dana atau minimnya tingkat investasi yang ada. Sebab untuk membuat
lapangan kerja baru, biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kalau negara berkembang yang
membiaya pembukaan lapangan kerja baru akan langsung berakibat dalam di sektor finansial
dalam negeri. Maka kebanyakan negara-negara berkembang cenderung meminjam dana di
IMF atau permodalan luar negeri untuk membuka lapangan kerja baru.
Kita juga dapat meninjau sistem ekonomi yang terdapat di negara berkembang, hampir
semua negara di negara berkembang menggunakan sistem ekonomi campuran. Sangat berbeda
dengan sistem ekonomi yang dianut oleh negara-negara maju. Karena pada sistem ekonomi
campuran ini pertumbuhan ekonomi cenderung lambat dibandingkan dengan sistem ekonomi
liberal dan sistem ekonomi sosialis. Dan pada negara berkembang tingkat inflasi masih sangat
tinggi.
Adapun kebanyakan negara yang tingkat pengangguran paling tinggi adalah mayoritas
terdapat di Benua Afrika. Bukan hanya paling tinggi, tetapi secara keseluruhan negara-negara
di kawasan Afrika memang memiliki presentase lebih dari 30% keatas. Faktor utamanya
banyak yang menyebabkan tingkat pengangguran di kawasan Afrika itu masih tetap tinggi,
misalnya faktor lapangan pekerjaan, tingkat pendidikan, nilai mata uang yang rendah, dan
inflasi yang masih sangat tinggi.
Di kawasan ASEAN, Indonesia juga termasuk kedalam salah satu negara yang tingkat
penganggurannya paling tinggi ketiga. Tercatat tingkat pengangguran di Indonesia mencapai
6,2 persen, di bawah Filipina dan Brunei Darussalam yang masing-masing 6,5 dan 6,9 persen.
Sementara negara dengan penyerapan angkatan kerja terbesar adalah Kamboja dan Thailand
sehingga tingkat pengangguran kedua negara tersebut rendah.
Sungguh kenyataan yang sangat miris dialami oleh Bangsa Indonesia. Bagaimanapula
Indonesia merupakan salah satu negara yang pertumbahan ekonominya sangat berpengaruh di

5
dunia, tetapi presentase penganggurannya masih sangat tinggi di dunia maupun di kawasan
ASEAN. Menurut laporan World Economic Forum 2015, Indonesia saat ini sedang kekurangan
akut sumber daya manusia (SDM) yang mampu menduduki kursi manajerial. Pada 2020,
diproyeksikan Indonesia hanya mampu menyediakan 56 persen dari kebutuhan SDM untuk
posisi manajer tingkat menengah. Persentase yang sangat kecil bagi negara yang jumlah
penduduknya terbesar ke-4 di dunia.
Fenomena pertambahan pengangguran dan kemiskinan lebih mudah terjadi ketimbang
dicegah apalagi diturunkan jumlahnya. Kepekaan atau elastisitasnya terhadap pertumbuhan
ekonomi relatif tinggi. Pemerintah memperkirakan pada tahun ini, akibat krisis ekonomi
global, jumlah tambahan pengangguran atau pemutusan hubungan kerja (PHK) mencapai 200
ribu orang. PHK ini dipengaruhi oleh menurunnya perumbuhan ekonomi dari prakiraan sebesar
5.5% menjadi 4.5% saja. Pelambatan pertumbuhan ekonomi ini karena pertumbuhan ekspor
yang juga menurun. Semula ekspor diproyeksikan tumbuh 5% namun kini hanya diprakirakan
mencapai 2.5%. Akibatnya produktifitas nasional pun menurun. Akibat turunannya apabila
prakiraan proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 5.5% jumlah penduduk miskin akan
mencapai 28 juta atau 12,68% dari total penduduk. Namun kalau hanya 4.5% disamping
timbulnya pengangguran baru maka juga diikuti dengan meningkatnya penduduk miskin
menjadi 30,24 juta jiwa atau 13,34% dari total penduduk.
Data lain yang mendukung bahwa tingkat penangguran adalah dari data BPS (Badan
Pusat Statistik). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran Indonesia pada
Agustus 2017 mencapai 7,04 juta orang atau naik 10 ribu orang dari bulan sebelumnya yang
tercatat 7,03 juta.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, Provinsi Maluku menjadi daerah dengan tingkat
pengangguran tertinggi (TPT) dengan persentasi 9,29 persen. Sementara Provinsi Bali menjadi
yang paling rendah dengan persentase 1,48 persen. "Jadi TPT tertinggi tercatat di Provinsi
Maluku sebesar 9,29 persen, dan terendah di Provinsi Bali sebesar 1,48 persen," ujarnya di
kantor BPS, Jakarta, Senin (6/11).
Sementara itu, status pekerjaan utama, pada Agustus 2017 dengan jumlah penduduk
bekerja 121,02 juta orang, sekitar 39,71 persen atau 48,05 juta orang merupakan buruh
karyawan, 19,13 persen atau 23,15 juta orang merupakan berusaha sendiri. Lalu, 14,89 persen
atau 18,02 juta orang merupakan berusaha dibantu buruh tidak tetap, 12,26 persen atau 14,84
juta orang merupakan pekerja keluarga atau tidak dibayar, lalu 5,92 persen atau 7,16 juta orang
merupakan pekerja bebas di non pertanian. "Kemudian 4,83 persen atau 5,85 juta orang

6
merupakan pekerja bebas di pertanian, dan 3,26 persen atau 3,95 juta orang merupakan
berusaha dibantu buruh tetap," tandasnya.
Jumlah angkatan kerja secara nasional sebanyak 131,55 juta orang dari angka tersebut
sebesar 5.33% tidak memiliki pekerjaan atau menganggur, jadi jika kita hitung secara angka
maka jumlah pengangguran pada periode 2017 atau pada bulan Februari sebanyak 5,33% x
131,55 juta sama dengan 7.011.615 orang yang menganggur, jumlah inilah yang dimaksud
Tingkat Pengangguran Terbuka atau (TPT).
Tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Indonesia pada Februari 2017 yaitu provinsi
Kalimantan Timur yaitu sebesar 8,55%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 8,55% dari
angkatan kerja di provinsi Kalimantan Timur yang tidak memiliki pekerjaan atau menganggur.
Penyebab utama terjadi pengangguran di Indonesia adalah:
 Adanya ketidakseimbangan antara lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja
Semakin lama jumlah tenaga kerja semakin meningkat. Jumlah lulusan sarjana
hingga master bahkan sulit memiliki pekerjaan karena sedikitnya jumlah lapangan kerja
yang tersedia. Salah satu contoh jurusan yang lulusan sarjananya banyak menganggur
adalah sarjana hukum.
 Kurangnya pendidikan dan keterampilan
Kurangnya pendidikan menyebabkan seseorang sangat sulit untuk diserap
sebagai tenaga kerja. Orang yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi biasanya hanya
akan berakhir sebagai pekerja kasar. Jika pekerjaan kasar tidak ada dan tidak memiliki
jiwa pengusaha, maka seseorang bisa menjadi pengangguran abadi.
 Kemiskinan
Istilah yang kaya tambah kaya dan yang miskin semakin miskin bukanlah
isapan jempol belaka. Orang-orang yang berlatar belakang dari keluarga yang miskin
umumnya juga akan miskin karena tidak memiliki kesempatan memperoleh
pendidikan, atau tidak memiliki cukup bekal untuk merantau. Akhirnya, hal yang akan
mereka lakukan hanyalah menganggur. Kemiskinan menjadi salah satu biang kerok
penyebab terjadinya pengangguran di Indonesia.
 Domisili yang jauh dari tempat yang banyak membuka lapangan kerja
Daerah yang kurang berkembang biasanya akan menjadi sarang bagi banyak
pengangguran. Orang-orang yang ada di daerah terpencil biasanya memiliki keinginan
untuk sukses yang besar. Namun, apa daya jika domisili mereka jauh dari kampong

7
halaman dan tidak memperoleh restu untuk mengadu nasib di tanah rantau. Akhirnya,
orang seperti ini akan berakhir menjadi pengangguran.
 Terjadinya PHK
Salah satu momok paling ditakuti oleh karyawan swasta adalah PHK atau
pemutusan hubungan kerja. PHK menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran
karena biasanya orang yang telah di PHK akan kehilangan lapangan kerja dan sulit
menemukan tempat kerja yang baru.
 Keberadaan pasar global yang lebih bebas
Di era pasar global dan perdagangan global yang begitu bebas, maka
pengangguran akan menjadi salah satu masalah besar. Perusahaan asing cenderung
memasukkan pekerja dari negara mereka dari pada menggunaka tenaga kerja asli.
Akhirnya, masyarakat asli hanya menjadi pengangguran.
 Tingginya Tingkat Kemajuan Teknologi dan Informasi
Adanya kemajuan teknologi di satu sisi memang kerja semakin efisien tetapi di
sisi lain tenaga kerja akan banyak kehilangan pekerjaannya. Sebagai contoh untuk
mengetik sebuah majalah dengan adanya pembatasan waktu dibutuhkan banyak orang,
tetapi dengan munculnya komputer, maka pengetikan tersebut cukup dengan satu
orang, yang berarti sebagian tenaga kerja tersebut terpaksa tidak bisa melanjutkan
pekerjaannya karena sudah digantikan mesin.
 Menurunnya permintaan tenaga kerja
Semenjak krisis moneter yang terjadi akhir tahun 1997 yang lalu, tingkat
pengangguran di Indonesia semakin tinggi, salah satu penyebabnya adalah banyaknya
perusahaan/pabrik tutup. Tutupnya perusahaan ini memang karena situasi dan kondisi
terutama bagi perusahaan yang bahan bakunya mengimpor dari luar. Pengangguran
besar- besaran dapat terjadi jika tingkat pembelanjaan dalam suatu perekonomian turun
drastis. Oleh sebab itu salah satu cara untuk mengatasinya agar jumlah pengangguran
ini terkendali adalah membeli barang-barang buatan sendiri.
 Adanya kelemahan dalam pasar tenaga kerja
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa motif tenaga kerja di dalam bekerja
adalah untuk mendapatkan upah atau gaji. Sampai sejauh mana pekerjaan itu dilakukan
tergantung pada sampai seberapa besar tingkat upah yang diterima. Hal ini berarti harus
ada kesepakatan antara pihak perusahaan dengan pihak pekerja dalam menjalankan
pekerjaannya. Namun pada kenyataannya posisi tawar pekerja sangat lemah sehingga

8
muncul apa yang dinamakan ketidakadilan. Untuk mengantisipasi ketidakadilan
tersebut dibentuklah serikat pekerja yang tujuannya melindungi hak-hak para pekerja.
Di pihak lain pemerintah sebagai penentu kebijakan seringkali dianggap terlalu ikut
campur tangan dalam pasar tenaga kerja. Dengan demikian serikat pekerja dan
pemerintah karena perannya tersebut secara tidak langsung menimbulkan munculnya
pengangguran.
 Kurangnya informasi tentang lowongan pekerjaan
Pemerintah beserta pihak swasta sepakat untuk membuka luas informasi tentang
lowongan pekerjaan yang tersedia. Jika kita pergi ke kantor-kantor atau ke tempat-tempat
umum yang strategis, di sana terdapat papan pengumuman yang berisi di antaranya adalah
informasi mengenai lowongan pekerjaan. Begitu juga media-media baik itu media cetak
maupun media radio dan televisi ataupun media yang lainnya, di sana juga seringkali
memampangkan informasi lowongan pekerjaan.
Pada pasal 27 ayat (2) UUD 1945, menyebutkan bahwa “Tiap-tiap warga Negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ayat ini memuat
pengakuan dan jaminan bagi semua orang untuk mendapatkan pekerjaan dan mencapai tingkat
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Tetapi dalam pelaksanaanya masih belum maksimal,
padahal seharusnya sudah ada perubahan yang terjadi dalam bidang ini.
Berikut adalah daftar provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia
Kalimantar Timur = 8.55%, Jawa Barat = 8.49%, Maluku = 7.77%, Banten = 7.75%, Papua
Barat = 7.52%, Aceh = 7.39%, Kepulauan Riau = 6.44%, Sumatera Utara = 6.41%, dan
Sulawesi Utara = 6.12%.
Saya sangat tidak menyangka bahwa daerah yang saya tempati sejak lahir juga
termasuk salah satu provinsi di Indonesia dengan tingkat pengagguran, yang masih sangat
tergolong tinggi ,walaupun fakta ini diketahui oleh khalayak ramai. Data dari lembaga survei
juga menunjukkan bahwa setiap tahunnya jumlah pengangguran di Sumatera Utara mengalami
peningkatan. Lihat saja bukti yang sudah jelas terpampang, Kota Medan semakin hari semakin
padat dan tingkat pengangguran juga makin tinggi pula. Jumlah pengangguran terbuka di
Sumatera Utara pada posisi Agustus 2017 naik 5.000 orang dibandingkan periode sama 2016
atau menjadi 377.000 orang. Data menunjukkan bahwa angkatan kerja di Sumut hingga
Agustus 2017 naik cukup besar sebanyak 380.000 dibanding periode sama 2016 atau menjadi
6,74 juta orang. Tidak hanya masalah pengangguran yang dialami oleh pemerintah Kota
Medan, tetapi tingkat pengangguran terbuka kian meningkat. Tingkat pengangguran terbuka

9
sebesar 5,60% pada Agustus 2017, menurun jika dibandingkan pada bulan yang sama tahun
lalu sebesar 5,84%.
Kota Medan mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diikuti dengan jumlah
pengangguran yang sangat tinggi. Walaupun pertumbuhan ekonomi di Kota Medan semakin
tinggi, bukan berarti tingkat pengangguran rendah. Di daerah-daerah Sumatera Utara, banyak
pihak sedang menunggu para investor untuk dapat membantu kesulitan-kesulitan, yang terjadi
di Sumatera Utara. Contohnya adalah masalah pengaliran arus listrik, sebab arus listrik
merupakan salah satu penunjang kegiatan ekonomi. Kawasan Pantai Utara memberikan
kontribusi terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara, di mana 70 persen perekonomian di
kawasan Pantai Timur dimiliki oleh daerah ini. Jika dilihat dari tingkat kemiskinan, beberapa
kawasan di Sumatera Utara berada di kepulauan Nias, seperti Gunung Sitoli, Nias Utara dan
Nias Barat mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah. Begitupun, Bank Indonesia
menilai hal itu tidak selalu menjadi kondisi yang menakutkan. Seiring dengan berkembangnya
aktivitas ekonomi, ketidakmerataan akan meningkat.
Saya juga menjabarkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya
pengangguran di Sumatera Utara, seperti:
a. Faktor internal
Faktor internalnya adalah kemalasan, tidak mempunyai skill yang mempuni,
kurang berinovasi, dan mau enaknya saja. Hampir sebagian orang tidak mau untuk
berusaha. Sikap mau enaknya saja menyebabkan turunnya kualitas SDM di Sumatera
Utara.
b. Faktor akademis
Faktor akademis ini juga menjadi persoalan yang sangat mempengaruhi. Sebab
ini membuat kemampuan SDM menurun. Banyaknya ijazah palsu dan juga banyaknya
sarjana yang lulus tanpa memiliki skill yang layak, sehingga menyebabkan banyaknya
penganggguran.
c. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor lapangan pekerjaan dan musim.
Lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan para calon pekerjaan menjadi
momok. Selain itu ada faktor musim, sebab faktor ini berkaitan dengan keadaan
geografis Sumatera Utara. Kebanyakan orang bekerja hanya pada saat musim panen
saja.
Secara umum cara mengatasi pengangguran adalah dengan meningkatkan investasi,
meningkatkan kualitas SDM, transfer teknologi dan penemuan teknologi baru, pembenahan

10
perangkat hukum dalam bidang ketenagakerjaan, dan lainlain. Secara teknis kebijakan upaya-
upaya ke arah itu dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan misalnya:
1. Menyelenggarakan bursa pasar kerja
2. Menggalakkan kegiatan ekonomi informal
3. Meningkatkan keterampilan tenaga kerja
4. Pengembangan sumber daya manusia dengan peningkatan keterampilan melalui
pelatihan bersertifikasi internasional.
5. Meningkatkan mutu pendidikan
6. Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
7. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
8. Mendorong investasi
9. Meningkatkan transmigrasi
10. Melakukan deregulasi dan debirokrasi
11. Memperluas lapangan kerja
12. Membuat pemahaman tentang difusi inovasi di kalangan remaja.

Untuk dapat mengurangi tinggi pengangguran di Indonesia, pemerintah harus membuat


upaya yang signifikan untuk kedepannya. Upaya tersebut juga harus didukung oleh berbagai
keperluan yang membantu di dunia kerja. Sebentar lagi, negara Indonesia akan menghadapi
Bonus Demografi, kiranya pemerintah sudah menyiapkannya. Misalnya, meningkatkan
pemahaman remaja sejak dini tentang industri kreatif, industri seni, dan industri inovasi.
Dengan begitu, akan membuka lapangan pekerjaan baru di Indonesia, saat bersamaan akan
mengurangi jumlah pengangguran dan juga akan membatu Indonesia dari sektor pendapatan
(Ekonomi).

11

Anda mungkin juga menyukai