Anda di halaman 1dari 99

1

BAB I
Ekonomi Politik Internasional

I. Pengantar
Ekonomi politik internasional biasa juga disebut dalam bahasa inggris secara
internasional dengan berbagai macam judul, yaitu:
a. International Political Economic
b. Global Political Economic
c. Political Economic of International Relations
d. Political of International Economic Relations
e. Politics of Global Economic Relations
f. International Political Economic
Masing-masing judul tersebut menggambarkan ekonomi politik internasional (EPI)
secara berbeda-beda tetapi yang populer adalah definisi yang menjelaskan ekonomi politik
internasional sebagai studi mengenai “who want values, how much and by what means”
(siapa yang mendapat keuntungan apa, berapa banyak dan dengan cara apa?) artinya
adalah memusatkan perhatian kepada persoalan distribusi, nilai-nilai seperti kekayaan dan
kebutuhan materiil, keamanan, ketertiban, keadilan dan kebebasan. Robert Assict
mendefinisikan ekonomi politik internasional sebagai “the study of the equality and
symetry between nations and people and the collective learning and positioning patterns
and preserve or things as symetry”, (suatu studi dari ketidakseimbangan antara bangsa dan
manusia dan mempelajari secara kolektif dan memposisikan bentuk-bentuk sifat atau
perhentian ketidakseimbangan tersebut).
Dalam mempelajari EPI tersebut harus melakukan teori-teori secara komperhensif dan
menekankan pendefinisiannya yang lebih luas. Dewasa ini tampak pengakuan bahwa EPI
adalah suatu alat yang menganalisis rangkain interaksi masalah internasional sesuai objek
kajiannya, sekalipun yang jawaban ketidakmampuan EPI dan ilmu Hubungan
Internasional (HI) itu sendiri dalam menelaah kajian peristiwa dan gejala-gejala global
tertentu sesudah dekade 1990-an untuk mengembangkan diri pada disiplin lain atau
memperkaya disiplin ilmu HI.
EPI pernah dan pasti sudah dipelajari dan dibahas oleh Aristoteles ketika ia
memunculkan Political yang mengulas tentang oikonomi atau suatu studi mengenai cara-
cara mengatur rumah tangga dan yang mempelajari peraturan-peraturan, pertukaran
sebagai dasar teoritikal ekonomi. Kemudian oleh Hegel dengan dialektikanya berlanjut

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


2

melalui perdebatan para ahli ekonomi dan soal-soal lainnya sehingga kepada pertentangan
lainnya mengenai liberalisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, sejak perubahan
mengenai kajian-kajian tradisional, konvensional ke kajian modern kontemporer.
Pakar utama lainnya adalah Adam Smith, David Ricardo, Karl Marx, Keynes,
Gewmes. Konsep-konsep dan teori-teori yang dikemukakan oleh mereka semuanya tidak
terlepas dari pembahasan-pembahasan persoalan tentang eratnya perhatian antara states
dengan market society sebagaimana objek kajian yang ada pada saat ini.
Dalam perkembangan idealisme pada ilmu ekonomi misalnya terjadi benturan-
benturan antara kubu kapitalisme yang mengupayakan untuk menhauhi intervensi negara
atau pemerintah dengan aktivitas pasar, namun dalam realitasnya tidak dapat terjadi dan
kubu awalanya adalah sosialisme ekonomisme dengan upaya mendominasi kekuasaan
negara atau pemerintah. EPI sebagai suatu studi tentang saling keterkaitan dan interaksi
antara fenomena-fenomena antara pemerintah dengan masyarakat sebagaiman dirumuskan
oleh Freedom Cake EPI adalah “The Study of The Enterpreur of Economics and Politics in
The World Arena”, (ekonomi didefinisikan sebagai sistem produksi, distribusi dan
konsumsi dan kekayaan, sedangkan politik sebagai himpunan lemabaga-lembaga, aturan-
aturan, yang mengatur berbagai interaksi sosial dan ekonomi).

II. Sejarah Perkembangan Ekonomi Politik Internasional


Proses perkembangan EPI sebetulnya banyak ditentukan oleh empat variabel yaitu:
ekonomi, politik, struktur sosial dan kebudayaan tetapi dalam tahapan berikutnya muncul
sendiri-sendiri akibat perkembangannya disiplin masing-masing, EPI ditentukan oleh
dalil-dalil pertumbuhannya dari interaksi kekuatan ekonomi dan politik dan pada kekuatan
variabel EPI dalam perkembangannya saling mendominasi dan seringkali menjadi bahan
perdebatan, sumbangan ilmu ekonomi, pada kemajuan EPI sangat menentukan
dibandingkan ilmu politik yang lebih berkiprah kepada analisis-analisis kekuatan atau
power dan kebanyakan para pakar politik kontemporer sepakat bahwa studi EPI dari
dimulainya diskusi-diskusi ketidakadilan dalam sistem internasional terutama dalam tata
ekonomi dunia yang dikuasai oleh negara-negara besar industri yang maju, ketidakadilan
tersebut secara garis besar dapat dibagi dalam tiga pola:
a. Tidak meratanya pembagian kekayaan di dunia diantara negara-negara kaya yang maju
dan negara-negara dunia ketiga yang miskin,
b. Tidak meratanya angka-angka pertumbuhan ekonomi dalam sistem, dan

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


3

c. Tidak meratanya pembagian kekayaan materiil di sebagian negara-negara ketiga itu


sendiri.
Perhatian para sarjana setiap interaksi ekonomi dan politik sebenarnya telah lama
berlangsung artinya para sarjana telah lama mengakui bahwa ekonomi dan politik
mempunyai keterkaitan yang erat dan sulit dipisahkan, sejak berkembangnya aliran
merkantilisme pada abad ke-17, studi-studi mengenai kaitan antara ekonomi dan politik
sudah banyak menjadi perhatian di perguruan-perguruan tinggi di Eropa bahwa EPI adalah
sebuah cabang studi yang sangat populer pada era merkantilisme.
Salah satu faktor yang menyebabkan studi EPI menjadi sangat populer karena aliran
merkantilisme mengajarkan perlunya pengintegrasian aktivitas ekonomi dengan aktivitas
politik bahkan menurut penganut aliran merkantilisme setiap negara harus mengutamakan
kepentingan nasionalnya telebih dahulu, lalu kegiatan-kegiatan dan faktor-faktor ekonomi
harus disubordinasikan kepada kegiatan-kegiatan, kepentingan-kepentingan politik karena
kebijakan-kebijakan ekonomi hanya merupakan alat bagi perjuangan untuk mencapai
kekuatan atau kekuasaan yaitu politik.
Akan tetapi tatkala paham atau aliran liberalisme mulai berkembang dan berjaya dari
abad ke-19, perhatian para ahli terhadap interaksi ekonomi politik mulai berkurang, studi
EPI mulai dilupakan karena ekonomi dan politik bercerai-berai dalam ekonominya
sendiri-sendiri walaupun realitasnya hubungan interaksi ekonomi dan politik sulit
dipisahkan berkembangnya paham liberalisme membuat ilmu ekoomi tidak mau
dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lainnya, para ahli ekonomi liberal menyangkal konsep
merkantilisme yang mengintegrasikan ekonomi dalam tujuan politik dengan alasan mereka
adalah sebagai berikut:
a. Suatu sistem ekonomi didasarkan atas proses produksi, distribusi, konsumsi barang
dan jasa, proses ini beroperasi di bawah hukum alam secara ekonomis tanpa harus
dicampuri untuk kepentingan-kepentingan lainnya khususnya kepentingan politik,
dengan kata lain tanpa adanya campur tangan kepentingan lain sistem ekonomi harus
dapat berjalan secara normal dan alamiah.
b. Politik tidak mengindahkan atau tidak berjalan berdasarkan hukum alam, politik
adalah arena hubungan dengan kekuasaan, pengaruh dan keputusan yang mana
semuanya ini tidak berlangsung secara alamiah, maka jika kepentingan politik
memasuki arena ekonomi, maka suatu disharmoni atau kekacauan akan terjadi, yaitu
kekacauan dalam sistem ekonomi.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


4

Akibatnya atau konsekuensinya studi EPI yang telah berkembang sejak abad 17
terpecah-belah menjadi disiplin EPI dan politik internasional yang masing-masng berpijak
pada landasan teoritis dan pusat perhatian sendiri-sendiri, tetapi setelah perang dunia
kedua berakhit tahun 1945, konsepsi liberal mulai goyah karena sudah dianggap tidak
menjawab tuntutan jaman, yang menjadi tuntutan jaman pada waktu itu adalah bagaiman
dapat melindungi ekonominya sendiri-sendiri, munculnya negara-negara baru yang
berperan akfif dalam proses EPI dan mempraktekkan kebijakan ekonomi politik yang
nasionalis yaitu yang melindungiekonomi masing-masing maka muncullah paham yang
dinamakan transformasi dalam suatu ekonomi dan politik internasional menjadi EPI.

III. Konsep-konsep dan Teori-teori Politik


Konsep-konsep yang dibahas dalam teori politik antara lain adalah: masyarakat,
negara, hubungan sosial, kekuasaan, kedaulatan, hukum dan kewajiban, kemerdekaan,
lembaga-lembaga negara, perubahan-perubahan sosial, pembangunan politik, modernisasi.
Thomas. P. Jenkin membedakan dua macam teori-teori:
a. Teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-norma politik
misalnya, filsafat politik, teori politik, sistematis politik, ideologi politik,
b. Teori yang menggambarkan dan yang membahas mengenai fenomena-fenomena dan
fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma dan nilai-nilai yang
membahas, fakta kehidupan politik sedemikian rupa sehingga dapat ke dalam
generalisasi dan dapat disimpulkan ke dalam generalisasi.

IV. Ilmu Ekonomi (Economics)


Sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan setiap tindakan atas proses yang
bersangkut paut dengan penciptaan barang-barang dan jasa-jasa yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan manusia dan secara lebih spesifik, istilah ekonomi digunakan untuk
menerangkan produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan dengan pengetahuan teknis
yang berlaku. Menurut economic dictionary ”Sloan and Zurcher”, economic adalah
keseluruhan pengetahuan yang mempercoalkan penciptaan dan penggunaan barang atau
jasa untuk pemenuhan kebutuhan manusia, dalam ilmu ekonomi biasanya dimaksudkan
persoalan-persoalan sebagai berikut: apply economics, consumer economics, macro and
micro economics, international economics, institutional economics.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


5

Tujuh negara industri maju adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis,
Kanada dan Italia yang dimaksudkan biasanya adalah G-7 (Goverment Seven) dengan
tingkat kepadatan penduduk 14% dari penduduk seluruh dunia dan mengkonsumsi lebih
dari 40% energi, menikmati kesejahteraan barang-barang dari negara dunia ketiga dan jasa
dunia lebih dari 50% total ekspor dunia. Hal ini sangat kontras dengan kenyataan yang
ada di negara-negara dunia ketiga dengan total penduduk lebih dari 2/3 penduduk dunia
dan hanya menikmati kurang dari 20% tingkat kesejahteraan pemerataan kekayaan dunia
dan hidup di bawah tekanan hutang luar negeri internasional, kemiskinan struktural dari
berbagai problema sosial lainnya, negara-negara industri barat dan Jepang dikenal sebagai
sebutan negara-negara kesatu yang menikmati suasana pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
sementara angka pertumbuhan di sebagian negara-negara dunia ketiga mengalami
hambatan struktural, menjalani tersendat-sendat dengan kendala akut pada sistem ekonomi
masing-masing. Ketimpangan pertumbuhan pada negara dunia kesatu dan ketiga pada
dasarnya disebabkan oleh persoalan ekonomi politik sebagai kegagalan perencanaan
dalam tata dunia yang berkepanjangan dan pendekatan yang tidak alamis. Tidak
meratanya pembagian kekayaan di sebagian besar negara dunia ketiga dan melebihi tidak
meratanya pembagian kekayaan yang maksimal sebagian besar di negara dunia ketiga,
rakyatnya hidup di garis kemiskinan seperti umpamanya, Bangladesh, Pakistan, beberapa
negara di Asia dan Afrika dan sebagian besar Asia Selatan mengalami hal serupa seperti
Indonesia kurang lebih 30 juta rakyatnya masih hidup di garis kemiskinan. Isu-isu yang
ada ini, menurut Robert Gilpin dibagi menjadi tiga unsur inti:
a. Penyebab dan hal-hal yang mempengaruhi kebagkitan rasa
b. Hubungan antara perubahan ekonomi dan perubahan politik
c. Pengertian ekonomi dunia terhadap ekonomi domestik

V. Ekonomi Politik Internasional dan Hubungan Internasional Kontemporer


Dari contoh-contoh di atas, maka jelaslah bahwa faktor-faktor ekonomi dan politik
terkait dengan yang lain dalam dinamika Hubungan Internasional pasca perang dunia
kedua adalah sebab yang di mana bahwa para ahli mengatakan bahwa periode pasca
perang dunia kedua merupakan era di mana studi EPI mengalami masa kebangkitan
kembali, bahkan universitas-universitas dunia, mata kuliah EPI ditetapkan sebagai mata
kuliah pokok dalam kumpulan ilmu HI, dalam era HI kontemporer studi EPI semakin
mendapatkan pijakan yang nyata berbagai keyakinan dan perkembangan yang berlangsung

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


6

dalam hubungan natar bangsa menunjukkan bahwa ekonomi internasional dan politik
internasional saling terkait satu sama lain, kita dapat mengambil kasus-kasus, misalnya,
kerjasama ekonomi yang ada politiknya di Asia-Afrika yaitu, Asia Pacific Coopertation
(APEC) yaitu bentuk kerjasama internasional yang tidak dapat dipandang sebagai gejala
ekonomi internasional semata-mata karena teori dan metodologi dalam studi ekonomi
internasional. Tidak cukup untuk memahami gejala tersebut, karena pada hakekatnya,
APEC merupakan kerjasama politik atau setidak-tidaknya negara-negara yang terlibat di
dalamnya memiliki motif ekonomi yang ingin dicapai atau diraih oleh negara-negara
anggota melalui APEC yang pada dasarnya untuk diabdikan sebagai kepentingan
nasionalnya.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


7

BAB II
Aliran-aliran Pemikiran Ekonomi dan Paradigma dan Sistem Ekonomi
dalam EPI

I. Definisi Aliran Ekonomi


Dalam mendefinisikan aliran-aliran pemikiran akonomi yang berkembang dalam EPI
persamaan istilah tidak sama dipakai, Robert Gilpin misalnya menyebut tiga jenis aliran
pemikiran ekonomi yang berkembang dalam EPI yaitu aliran liberal, nasinalis dan marxis.
Martin Stainland mendefinisikan empat aliran mengkaji ilmu EPI yaitu aliran ekonomi
liberal, aliran ekonomi realis, merkantilisme, dipendensi. Mockhtar Masoed menyebutkan
empat aliran yaitu aliran realisme, merkantilisme, radikal dan reformasi.
Untuk melengkapi studi EPI ini, maka akan kita bahas perspektif-perspektif realisme
merkantilisme, liberalisme, nasionalisme, radikalisme dan marxisme.

II. Aliran Pemikiran dalam EPI


a. Aliran Pemikiran Merkantilisme
Mulanya aliran ini berkembang di Prancis, perhatian para sarjana pada waktu itu
terdapatnya fenomena aksi antar politik dan ekonomi yang sebenarnya sudah lama
berlangsung pada abad ke-17, studi kait-mengait antara politik dan ekonomi sudah
menjadi perhatian orang banyak di perguruan tinggi-perguruan tinggi di Eropa yang
menyatakan bahwa EPI menjadi sebuah cabang studi yang sangat populer pada era
merkantilisme.
Studi EPI menjadi sangat populer karena, sistem merkantilisme mengajarkan
perlunya penyatuan aktivitas ekonomi dan aktivitas politik, bahkan menurut penganut
aliran ini setiap negara harus mengutamakan terlebih dahulu kepentingan nasionalnya
maka oleh karena itu, kegiatan-kegiatan, faktor-faktor ekonomi harus
disubordinasikan kepada kepentingan-kepentingan politik karena kebijakan-kebijakan
ekonomi hanya merupakan alat bagi perjuangan suatu negara atau ekonomi bagi
negara. Bagi negara-negara yang menganut aliran merkantilisme, perdagangan
internaisonal merupakan suatu sarana untuk mencapai kepentingan nasional dan untuk
menumpuk kekayaan negara, agar negara itu menjadi kuat oleh karena itu, distribusi
atau struktur kekuatan dalam politik internasional akan menentukan sistem

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


8

perdagangan ekonomi internasional. Setiap negara akan berusaha mendominasi


politik internasional dengan motif untuk memperoleh akses-akses dalam perdagangan
internasional maka suatu negara akan dapat memperoleh kekayaan dan kekayaan akan
mempunyai hubungan untuk meningkatkan power dalam negara tersebut.
Itulah sebabnya politik era merkantilisme (abad ke-17) studi mengenai
keterkaitan antar power dan negara dan antara kekayaan dan kekuatan maka dengan
demikian suatu negara akan memperoleh pinjaman yang kuat, meskipun harus diakui
bahwa studi EPI pada waktu itu belum teratur secara ilmiah seperti sekarang.
Maka dapat disimpulkan bahwa dari aliran-aliran pemikiran EPI bahwa
merkantilisme adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan logam murni atau mulia (emas, perak, dll) hasil dari ekspor dalam
perdagangan internasional merupakan bentuk kekayaan terpenting bagi suatu
negara.
2) Bahwa kelebihan ekspor diatas impor merupakan cara untuk menambah
persediaan logam murni (uang, devisa) bagi suatu negara.
3) Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pengendalian ekspor dan impor harga
upah dan sebagainya oleh pemerintah (negara), dengan kata lain pemerintah ikut
campur tangan mengenai pengaturan ekonomi dalam negeri dan luar. Jika hal-hal
tersebut di atas dilaksanakkan maka negara tersebut menjadi kuat, yaitu memiliki
power dalam arena dunia internasional.

b. Liberalisme
Berkembangnya paham aliran liberlaisme ekonomi membuat EPI menjadi suatu
bidang studi yaitu tidak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lainnya. Para penganut aliran
liberal pada hakekatnya menyangkal adanya interaksi dari ekonomi dan politik. Bagi
mereka ekonomi dan politik adalah dua arena yang berpisah dan masing-masing
beroperasi menurut aturan-aturan dan logika-logikanya sendiri-sendiri, para penganut
ekonomi aliran liberal tidak mengakui adanya teori khusus dalam EPI yang ada
adalah, teori ekonomi dan teori ilmu politik. Para penganut aliran liberal percaya
bahwa faktor-faktor ekonomi merupakan penentuan atau determint dari semua proses
sosial, maka menurut mereka fenomena EPI dapat diartikan dengan teori yang ada di
dalam ilmu ekonomi. Inti dari teori ekonomi liberal dalam proses ekonomi adalah 1.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


9

pasar bebas, 2. meminimalisasi campur tangan pemerintah (negara), 3. hak individu,


hak kolektif, hak berusaha (perusahaan dalam ekonomi liberal).
Robert Gilpin mendefinisikan liberalisme sebagai suatu doktrin atas seperangkat
prinsip-prinsip untuk mengatur dan me-manage suatu ekonomi pasar sehingga
tercapai yang maksimal, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan individu. Semua
bentuk ekonomi liberal percaya terhadap mekanisme harga pasar sebagai sarana yang
paling tepat untuk mengorganisasikan hubungan ekonomi internasional maupun
dalam kegiatan-kegiatan ekonomi politik. Setiap tingkah laku masyarakat diatur oleh
seperangkat hukum ekonomi yang netral secara politisi oleh karena itu, ekonomi dan
politik harus dapat dibedakan ke dalam wilayah yang berbeda yaitu:
1) Para penganut liberal dalam perpektif HI percaya bahwa ekonomi domestik dan
perdagangan mempunyai sumber perdamaian dalam hubungan antar bangsa dan
negara untuk mencari keuntungan sebagai timbal-balik dalam perdagangan
internasional dan terjadilah interdepedensi yang berkembang antar bangsa-bangsa
dan cenderung akan membuat hubungan yang kooperatif.
2) Para penganut aliran liberal percaya bahwa ekonomi pasar memiliki motif yang
nasional sehingga negara membuat kebijakan yang eksternal atau yang umumnya
didorong oleh sinyal-sinyal.
3) Kekuasaan pasar adalah sumber utama dari berbagai perubahan dalam HI
terutama perubahan yang sifatnya kooperatif dalam membentuk pola ekonomi
internasional dalam kebijakan ekonomi antar negara.
4) Kebijakan-kebijakan yang dibuat suatu negara senantiasa harus
mempertimbangkan harga pasar.

c. Aliran Pemikiran Nasionalisme (Neo-Merkantilisme)


Hal yang dapat ditonjolkan dalam aliran ini, misalnya: merkantilisme, realisme,
statisme, proteksionisme, ide pokok dari aliran nasionalis adalah bahwa aktivitas-
aktivitas ekonomi harus di subordinasikan atau diabadikan untuk tujuan pembangunan
dan kepentingan nasional suatu negara. Setiap orang nasionalis selalu harus
mengutamakan negeri, keamanan, nasional dan kekuatan militer dari negara, aktivitas
ekonomi dalam aliran nasional adalah untuk mengejar kekayaan atau wealth, yang
mana kekayaan itu adalah bukan untuk kepentingan individu melainkan lebih
ditujukan bagi kepentingan power (kekuatan) dari negara. Dengan memiliki power

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


10

suatu negara dapat menjamin keamanan nasional dan power itu juga dapat digunakan
sebagai sarana untuk meningkatkan kekayaan nasional oleh karena itu, sumber
ekonomi merupakan faktor penting dalam HI maka karena itu orang-orang nasionalis
menyangkal teori liberal tentang perdagangan bebas. Menurut mereka, bagaimana
negara harus memiliki kekuatan untuk membatasi atau mengendalikan operasi
perdagangan terutama yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multilateral
karena, proses bebas (cooperated) dapat mengeksploitasikan dan memanipulasi
ekonomi domestik.
Dan bila kekuatan ekonomi domestik suatu negara telah dieksploitasi maka
kekuatan-kekuatan nasional negara tersebut juga dapat terancam.Maka dengan
demikian jelaslah bahwa bagi aliran nasionalis, aktivitas ekonomi merupakan masalah
esensial bagi tiap negara dan semuanya itu tetap harus ditujukan untuk kepentingan
negara dengan kata lain faktor-faktor ekonomi atau politik internasional harus
disubordinasikan untuk kepentingan nasional dan agar kepentingan nasional dapat
tetap terjamin, maka negara harus memiliki kekuatan untuk membatasi atau memiliki
kemampuan untuk mengendalikan aktivitas ekonomi.

d. Aliran Radikalisme
Perspektif EPI yang tergolong dalam aliran radikal terdapat beberapa varian
diantaranya marxisme, sosialisme, neo-marxisme, new left dsn dipendensial. Aliran-
aliran ini pada dasarnya muncul sebagai kritik atas kegagalan teori liberal dalam
praktek ekonomi internasional. Mereka pada umumnya menggunakan asumsi Karl
Marx dan Frederick Indils sebagai dasar analisis dalam memahami gejala-gejala EPI.
Setidaknya ada empat elemen pokok yang dapat ditarik dari pemikiran-pemikiran
radikal (khususnya Marxis):
1) Pendekatan dialeksitas dalam memandang masyarakat. Artinya masyarakat selalu
dilihat bersifat dinamis dan kolekftif serta terdapat kesenjangan sosial, perjuangan
kelas (class struggle) dan kontradiksi dianggap sebagai suatu yang selalu melekat
dalam fenomena sosial dan politik.
2) Pendekatan materialistis terhadap sejarah, artinya perkembangan kekuatan
produksi ekonomi, merupakan pusat dari perubahan sejarah dan berkerja melalui
perjuangan kelas.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


11

3) Pandangan umum tentang kapitalisme. Artinya menurut orang-orang radikal,


kapitalisme adalah penyebab dari kelatarbelakangan, ekonomi kapitalis adlah
eksploitasi kelas buruh untuk kaum feodal (yang mempunyai modal atau uang).
4) Sebuah komitmen normatif terhadap sosialisme artinya semua orang-orang aliran
Marxis percaya bahwa suatu masyarakat aliran sosialis merupakan aliran demi
perkembangan sejarah.
Maka berdasarkan empat asums di atas, kaum radikal memandang ekonomi
politik selalu bersifat konfliktal antar kelas yaitu, konflik antara kapitalis dan buruh
karena hubungan yang bersifar eksploitatif. Bagi kaum radikal hubungan kaum
kapitalis dan kelas buruh bersifat zero sum, artinya keuntungan yang diperoleh oleh
kaum kapitalis berarti kerugian kaum buruh begitupun sebaliknya. Dalam perspektif
internasional kemajuan ekonomi dicapai oleh negara-negara industri maju, berarti
kelatarbelakangan yang berkembang.

III. Paradigma dan Sistem Ekonomi dalam EPI


a. Kapitalisme
Adalah sebuah nama yang diberikan terhadap sistem sosial dimana alat-alat
produksi, tanah, pabrik-pabrik dikuasai oleh sekelompok atau segelintir orang yaitu
yang dinamakan kelas kapitalis (pemilik modal) jadi kelas ini hidup dari
kepemilikkannya atas alat-alat produksi. Sementara kelas lainnya adalah kelas buruh
yang tidak menguasai alat produksi, hidup dengan bekerja (menjual tenaga kerjanya)
kepada kelas kapitalis untuk mendapatkan upah.
Adam Smith adalah tokoh sosial ekonomi kapitalisme berorientasikan pasar
dalam bukunya “Wealth of Nations” banyak membahas tentang modal, tanah, pekerja
juga ekonomi secara umum yang merupakan tingkat sejarah ekonomi Eropa Barat.
Sistem ekonomi ini bermula pada abad ke-17 di Eropa Barat dan menjadi sangat
dominan sampai abad ke-18. Dalam perkembangannya, kapitalisme berkembang
hidup karena pada abad ke-18 terjadi suatu krisis yang mana ternyata ekonomi
kapitalisme, menghasilkan praktek eksploitasi daripada buruh di berbagai industri,
secara sederhana gambaran umum yang ada dalam sistem kapitalisme adalah sebagai
berikut:
1) Manusia merdeka secara legal dan politis

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


12

2) Kenyataan bahwa manusia merdeka (pekerja dan buruh) menjual tenaganya


kepada pemilik modal dengan bentuk kontrak.
3) Ekosistem pasar dengan komunitas degan tujuan untuk mencari keuntungan
secara maksimal.
Sistem kapitalisme kepemilikkan terletak di tangan individu untuk tujuan sendiri
untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin, maka dengan demikian individu
harus berinsisiatif membentuk dan mengembangkan perusahaan-perusahaannya,
itulah pergerakan secara partnertship atau kooperatif.
Insentif-insentif ekonominya adalah keuntungan dari hasl usahanya dan yang
menjadi tujuan utamanya adalah memproduksi dalam indikasi ekonominya berlaku
mekanisme penawaran. Pemerintah hanya mengikuti konsep dan mengikuti
perkembangannya, sementara di pasar berlaku kompetisi di antara pelaku-pelaku
ekonomi, yaitu sejak abad ke-17 sampai abad ke-20. Kapitalisme dalam terminologi
sistem ekonomi politik didasarkan pada kependidikan individu dan keuntungan
organisasi monopoli yang menghasilkan harga atau pembayaran upah di bawah hasil
pendapatan yang paling kecil.
Kelompok Marxisme menggunakan terminologi kaum kapitalis mengeksploitasi
kaum pekerja pandangan ini dipengaruhi oleh Karl Marx juga oleh merkantilisme
yang dipengaruhi oleh Karl Marx dimana bertentangan kelas buruh dengan
pengusaha, rakyat dengan raja.

b. Sosialisme atau Marxisme


Pengerian sosialisme didasarkan kepada sistem collecting dalam kepemilikkan
alat-alat produksi dan distribusi di dalam konsep atau ideologi sosialisme kiat-kiat
terhadap kesejajaran sosial atau lebih tinggi dibandingkan dengan sistem ekonomi
lainnya. Dalam sejarah perkembangan pemikiran sosialisme sering bersinggungan
dengan komunisme, komunisme bisa diartikan yaitu sebagai komunisme atau
sosialisme tetapi berbeda dalam menginterpretasikannya, kelompok komunis
menganggap bahwa sosialisme adalah satu tahap untuk menuju kepada masyarakat
komunisme. Sedangkan para ahli-ahli sosialisme mengatakan bahwa sosialisme
berbeda sekali dengan komunisme yang diajarkan oleh Karl Marx karena, sosialisme
tumbuh lebih dahulu daripada komunisme, bersamaan atau bersinggungan yang
diklaim oleh Karl Marx hanya merupakan pengakuan belaka baik dalamradikal

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


13

maupun demokrasi sosialisme berbeda dengan komunisme dan ekonomi marxisme


adalah penguasa materiil yang semua dipegang oleh negara.

c. Mix Economy (Ekonomi Campuran)


Aliran ini, sistem ekonomi kapital, mix economy merupakan panduan dari dua
bentuk ekonomi sosialisme, kapitalisme dan menyerap aliran-aliran dinamis pada
keduanya. Sistem ekonomi ini dibandingkan untuk meninggalkan sistem lemah dari
kedua sistem ekonomi tersebut. Sistem ekonomi perpaduan antara dua sistem
ekonomi ini, menggerakkan elemen-elemen dinamis yang memang dimiliki oleh
masing-masing sistem ekonomi. Sistem ekonomi campuran merupakan alternatif
terbaik untuk mengejar ketinggalan negara-negara yang sedang berkembang.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


14

BAB III
Sistem Ekonomi Pasar (Market)

I. Pengantar
Dewasa ini istilah pasar atau market sudah menjadi isu yang menarik dalam arena
politik internasional, setelah komunisme terbukti tidak sanggup melawan ideologi
liberalisme dan kapitalisme maka banyak negara-negara bekas penganut komunisme
sekarang tergiur dengan sistem ekonomi pasar, bahkan negara-negara komunis seperti,
RRC, Vietnam meskipun secara politis masih bersikeras mempertahankan komunisme
tetapi, secara ekonomi mereka sudah mulai berpaling kepada Free Market Economy. Oleh
karena itu, dapat dikatakan dekade-dekade belakangan ini disebut sebagai masa kejayaan
sistem ekonomi pasar oleh karena itu, ekonomi politik internasional tidak mungkin
menyampaikan kajian atau mempelajari ekonomi pasar dan seluruh dinamika yang
beroperasi di balik sistem itu.

II. Apa Itu Pasar (Market)


a. Definisi adalah:
Pertama, pasar atau market adalah tempat dimana pembeli dan penjual barang
tertentu berhubungan satu sama lain dimana terjadi hubungan tukar-menukar (jual-
beli). Kedua, sekelompok pembeli tertentu. Ketiga, pembeli serta penjual barang
tertentu misalnya, Pasar Gandum, Elektronik. Keempat, sebuah daerah perniagaan.
Kelima, dalam ilmu ekonomi Market adalah suatu daerah dimana secara ideal, harga-
harga pada waktu tertentu adalah sama untuk semua pembeli dan penjual.
b. Pasar Konkrit dan Pasar Abstrak
Pembentukkan harga senantiasa terjadi pada suatu pasar, kita harus membedakan
antara pasar konkrit dan pasar abstrak. Pasar Konkrit adalah tempat dimana para
peminta dan penawar berkumpul (pasar barang-barang) yang lebih penting untuk ilmu
ekonomi adalah apa yang dinamakan pasar abstrak yang mana bentuk pasar abstrak
tersebut terdapat beberapa macam tafsiran yaitu:
1) Pasar abstrak adalah keseluruhan permintaan dan penawaran yang
berhubungan satu sama lain dalam hal ini, kekuatan-kekuatanlah yang
menentukan harga.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


15

2) Pasar abstrak adalah seluruh daerah dimana pembeli dan penjual berhubungan
dan disitulah terjadi pertukaran.
3) Pasar abstrak adalah seluruh daerah dimana para peminta dan penawar
mempunyai kontak sedemikian rupa, sehingga harga-harga barang yang sama
mempunyai pengaruh yang kuat.
Pasar abstrak dapat pula dibagi dalam dua kriteria, antara lain menurut luasnya
dan menurut periode waktu:
i. Menurut luasnya, Pasar Dunia, Pasar Regional dan Pasar Lokal. Pada suatu
pasar dunia antara hubungan permintaan dan penawaran meluas hingga
meliputi seluruh dunia (contoh: permintaan penawaran karet, teh, kopi, emas).
Luas pasar tergantung pula dari sejumlah faktor, yaitu: pertama, apakah
barang atau goods yang bersangkutan digunakan dimana-mana, kedua, apakah
barang atau goods yang bersangkutan dapat tersimpan lama, ketiga, biaya
transport.
ii. Menurut periode waktu: pertama, keseimbangan sementara permintaan dan
penawaran mengenai pasar harian atau periode yang sangat singkat. Kedua,
periode jangka pendek (short term), disini produksi dapat diperluas dalam
perusahaan yang ada. Ketiga, periode jangka panjang (long term), waktu
adalah lama sekali sehingga pengusaha dapat mengubah jumlah apakah
diperluas atau dikecilkan.

III. Marketing (Pemasaran)


Adalah aktivitas dunia usaha yang berhubungan dengan benda atau goods, jasa-jasa
atau services, dari saat produksi samapi kepada saat konsumsi, yang mana termasuk
tindakan membeli, menjual, menyelenggarakan reklame, menstandarisasi pemisahan
menurut nilai, mengangkut (transportasi), menyimpan barang-barang, memodali serta
informasi pasar.
Ada macam-macam definisi mengenai Marketing seperti dari pakar myieum dalam
bukunya handbook of marketing yang mana menyatakan bahwa marketing meliputi segala
aktivitas dunia usaha dala bidang penyaluran barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke
konsumen. Philips & Guncan dalam bukunya menyatakan bahwa marketing meliputi
semua tindakan atau aktifitas yang diperlukan untuk menyampaikan barang-barang ke
tangan konsumen. Converse Huidy & Nyichbll dalam buku mereka “Elements of

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


16

Marketing” berpendapat bahwa marketing meliputi tingkatan-tingkatan membeli dan


menjual yang mencakup kegiatan-kegiatan dunia usaha dalam hal menyalurkan goods &
services antara para produsen dan antara para konsumen.
Ada beberapa penulis textbook marketing yang berpendapat bahwa marketing
merupakan persoalan gerakan, karena marketing meliputi tindakan-tindakan membeli dan
menjual dan mencakup setiap tindakan yag menghubungkan produsen dengan konsumen,
dalam persoalan gerakan tersebut dapat dikemukakan adanya dua macam aspek yang
bersifat dinamik yaitu:
a. Masalah transport barang, tindakan penuntutan persediaan barang-barang (The physical
handling of goods)
b. Pemindahan hak milih barang-barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli, yaitu
apa yang dinamakan change of movement of ownership.

IV. Marketing Mix


Faktor-faktor untuk mempengaruhi permintaan akan hasil perusahaan, yang dimaksud
dengan marketing mix adalah faktor-faktor yang dikuasai dan yang dapat digunakan oleh
seorang marketing manajer guna mempengaruhi permintaan dari hasil produksi
perusahaan terdapat empat bagian marketing mix, yaitu:
a. Produk
Sifat atau barang produksi yang sangat mempengaruhi permintaan, sifat disini dapat
meliputi merk, harga, mutu benda, pembungkusan atau kemas, bentuk warna.
b. Reklame
Reklame merupakan alat yang langsung dapat mempengaruhi permintaan atas produk.
c. Bantuan pada penjualan
Dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu:
i. Penyebaran kode yang bersifat horizontal, berarti penyebaran dimana hasil
produksi disebarkan kepada toko-toko atau outlets-outlets.
ii. Penyebaran produk yang bersifat vertikal, adalah penyebaran sedemikian rupa
sehingga setiap outlets mempunyai persediaan hasil produksi yang
bersangkutan sebanyak mungkin.
d. Anjuran mengenai produksi

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


17

Maka dengan demikian para pembeli dipengaruhi oleh variabel-variabel yang


berhubungan dengan: product-tempat-promosi-harga. Inilah yang dinamakan
Marketing Mix Strategy.

V. Ekonomi Pasar dan Kapitalisme


Ekonomi pasar sering dianggap sama dan senada dengan kapitalisme, namun
sebenarnya kedua istilah ini memiliki makna yang berbeda, sungguhpun harus diakui
bahwa kedua fenomena itu masih merupakan “saudara kandung” yang memiliki
pertatutan. Menurut pakar Robert Gilpin ekonomi pasar pada hakekatnya merupakan
suatu sistem dimana unit-unit (negara-negara) yang ada di dalamnya memiliki
ketergantungan satu sama lain. Sistem itu berkomunikasi berdasarkan prinsip keterbukaan
dan kompetisi antara produsen dan konsumen.
Semetara itu, kapitalisme merupakan suatu sistem dimana para kaum kapitalis (pemilik
modal) beroperasi berdasarkan motif, yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya
dan memupuk modal sebanyak mungkin untuk itu, para kaum kapitalis akan selalu
berkompetisi artinya, pemupukan modal dan mencari keuntungan hanya bisa dicapai
melalui kompetisi atau bersaing oleh karena itulah kapitalisme hidup dalam ekonomi
pasar, tanpa pasar kapitalisme kehilangan reaktifitas dan kekuatan pokoknya.
Pakar ekonomi Dr. Didik Y. Parbini (1993) secara tegas juga melihat kapitalisme dan
ekonomi pasar sebagai dua hal yang berbeda, menurutnya kapitalisme sebagai sebuah
sistem ekonomi yang tumbuh dalam sejarah budaya tertentu yaitu di Eropa Barat dan di
Amerika Utara oleh karena itulah kapitalisme menjadi produk sejarah tidak akan berlaku
universal meskipun ciri-ciri pendukung sosial yang berdidir di belakangnya bisa terdapat
dlam sistem ekonomi, ciri-ciri tersebut misalnya, kepemilikkan pribadi, kebebasan
individu dan pemupukan modal.
Sedangkan, ekonomi pasar menurut pakar ini realitas sosial biasa yang hukum-
hukumnya bersifat universal.
Ciri-ciri yang dimiliki kapitalisme seperti kepemilikkan pribadi, kompetisi atau
persaingan, mekanisme pasar dan motif mencari keuntungan merupakan hukum sosial
yang sudah berkembang jauh sebelum kapitalisme hadir dan karena hukum sosial dan
ekonomi pasar bersifat universal, maka sistem itu dapat diterapkan dimana saja, sehingga
akhir-akhir ini banyak negara-negara dalam hal politik masih menganut paham
komunisme namun, mereka sudah mulai mengadopsi prinsip ekonomi pasar seperti RRC,

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


18

Vietnam. Dewasa ini, sudah merupakan sitem ekonomi sosialisme dan kemudian
menggantikannya dengan sistem ekonomi pasar.
Hakekat dari ekonomi pasar adalah adanya mekanisme pasar sedangkan aktor-aktor
yang berinteraki dalam mekanisme tersebut bisa publik (negara) bisa juga swasta (private),
ini berbeda dengan paham kapitalisme yang mengharapkan negara tidak terlalu banyak
ikut campur dalam masalah-masalah ekonomi, aktor sistem kapitalis adalah swasta yang
memiliki kebebasan untuk kepemilikkan dan memupukkan modal. Ini adalah produk dari
pemikiran liberal yang menempatkan kebebasan individu di atas segala-galanya.
Sementara, ekonomi pasar tidak mempersoalkan siapa yang menjadi pelakuya dalam
mekanisme pasar, tujuan dari ekonomi pasar adalah untuk menggerakkan dan
mendinamisasikan aktivitas ekonomi masyarakat, bagi ekonomi pasar kebebasan individu
dan kepentingan umum bukanlah sesuatu yang harus melekat secara tetap dalam
mekanisme pasar, artinya mencari keuntungan dan menciptakan pertumbuhan modal
bukanlah monopoli kaum swasta, negarapun sebagai pelaksana fungsi pelayanan
kepentingan umum juga berhak memiliki motif mencari keuntungan dan menumbuhkan
modal.

VI. Karakter ekonomi pasar


Secara sederhana Robert Gilpin mendefinisikan ekonomi pasar sebagai sesuatu dimana
barang-barang (goods) dan jasa-jasa dipertukarkan atas dasar harga-harga relatif; diman
transaksi-transaksi dinegoisasikan dan kemudian harga ditetapkan. Dalam terminologi
hubungan internasional pertukaran atau transkasi barang-barang dan jasa-jasa tersebut
berlangsung melintasi batas-batas negara dan mereka yang teribat dalam transaksi (penjual
dan pembeli) bisa berupa swasta, invidu maupun negara.
Sebuah karakter pokok dari ekonomi pasar adalah ketergantungannya pada tingkat
keterbukaan dan intensitas kompetisi diantara penjual dan para pembeli, artinya suatu
ekonomi pasar dapat dikatakan sempurna jika sistem itu terbuka bagi semua penjual dan
pembeli yang potensial. Prinsip keterbukaan dan kompetisi menuntut adanya suatu
mekanisme dimana proses produksi, distribusi dan penetapan harga tidak dapat dikontrol
oleh pihak-pihak tertentu.
Ekonomi pasar cenderung menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi dalam
wilayah-wilayah atau negara dimana sistem tersebut berkembang, pertumbuhan ekonomi
itu dapat tercipta pada yang mempunyai kekuatan untuk memaksa faktor-faktor produksi

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


19

bagi tanah, buruh dan modal dalam suatu aktivitas yang paling produktif, kompetisi pasar
menuntut para produsen menggerakkan perekonomian sampai derajat yang paling tinggi
dalam efisiensi memproduksi. Ini mengkehendaki mereka terus-menerus melakukan
penggelapan, meningkatkan teknologi dalam rangka kapabilitas dan kekuatan ekonomi.
Ekonomi pasar cenderung berhubungan secara geografis melintasi batas-batas negara
(politik), kebutuhan buruh yang murah, sumber daya alam mengakibatkan menyebar ke
pelbagai wilayah, faktor-faktor inilah yang mendorong kencenderungan ekspansionistis,
mencakup pula skala efiseiensi, perkembangan dalam transportasi dan pertumbuhan
permintaan.
Ekonomi pasar meskipun secara sepintas berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi
dalam suatu masyarakat atau negara, dalam prakteknya sistem ini juga menciptakan suatu
proses ketidakadilan, di satu pihak ada orang-orang, kelompok-kelompok, daerah-daerah
atau negara yang memperoleh keuntungan yang maksimal dari beroperasinya ekonomi
pasar, tetapi di lain pihak adapula yang dikatakan kurang beruntung atau hanay
memperoleh keuntungan minimal dari beroperasinya sistem ekonomi pasar.
Dalam level masyarakat internasional sistem ekonomi pasar juga cenderung
menciptakan pembagian kerja diantara para produsen. Pembagian kerja tersebut
didasarkan atas dasar sosialisasi atau menurut istilah para ekonom berdasarkan hukum
keunggulan komparatif , sebagian kerja tersebut acap kali menguntungkan negara-negara
tertentu dan negara-negara lain dalam poisi yag kurang beruntung.

VII. Ekonomi Pasar, Konflik dan Kerjasama


Orang-orang liberal dan orang-orang nasionalis memiliki pandangan yang berbeda
terhadap eksistensi ekonomi pasar, terutama dikaitkan dengan dinamika hubungan
internasional.
Menurut orang liberal, ekonomi pasar cenderung menciptakan keuntungan timbal balik
diantara negara-negara yang terlibat dalam sistem tersebut, aktivitas perdagangan dan
meluasnya jaringan-jaringan saling ketergantungan perekonomian di antara negara-negara,
cenderung membantu terciptanya hubungan internasional yang kooperatif karena, negara-
negara saling ketergantungan dalam suatu perdagangan internasional maka, perang tidak
lagi menjadi suatu alternatif dalam menyelesaikan konflik atau perselisihan. Menurut
pakar ekonomi liberal George Bedht dan Richard Cobdin perdamaian internasional adalah
akibat alamiah dari perdagangan internasional, mereka memandang perekonomian

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


20

internasional didasarkan pada ekonomi pasar merupakan kekuatan yang mendorong


perdamaian, perdagangan dan interdependensi ekonomi menciptakan kepentingan timbal
balik dalam perdamaian internasional, bila politik cenderung mencerai-beraikan negara-
negara dalam masyarakat internasional, maka sebaliknya hubungan ekonomi yang
berlangsung secara terbuka dalam pasar, cenderung menjadi alat pemersatu.
Tetapi, para pakar ekonomi nasionalis berpendapat lain menurut mereka, perdagangan
lintas nasional melalui sistem ekonomi pasar merupakan arena lain bagi kompetisi
internasional, saling ketergantungan di mata mereka justru merupakan sumber instabilitas
internasional, melalui pasar yang terbuka, negara-negara menjadi sangat sensitif terhadap
pengaruh perekonomian internasional. Selain dari itu, ekonomi pasar juga membawa
pengaruh-pengaruh lain seperti politik, sosial budaya dan hankam yang dapat menganggu
identitas dan intergritas negara-negara bangsa.
Dalam pandangan orang-orang nasionalis, negara-negara yang menganut ekonomi
pasar, pada umumnya cenderung memiliki kekuatan ekonomi yang agresif. Untuk
melindungi kekuatan perekonomiannya, tidak jarang negara-negara tersebut menghalalkan
segala cara untuk menjaga kepentingan pasatnya, oleh karena itu, semakin banyak negara-
negara ekonomi pasar, justru akan semakin banyak pula sumber konflik dan instabilitas
dalam hubungan internasional.
Maka oleh karena itu pandangan mana yang lebih mendekati realitas hubungan
internasional, dalam prakteknya kedua pandangan yang berbeda tersebut tidak selalu
benar, pakar ekonomi politik internasional Robert Gilpin berpendapat agak moderat,
menurutnya, apakah ekonomi pasar berpengaruh terhadap perdamaian atau konflik,
sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
a. Ketiadaan sebuah kekuatan dominan dan hegemonis, bila dalam suatu sistem
ekonomi pasar internasional terdapat sebuah negara hegemon yang memantapkan
dan mengelola norma-norma perdagangan internasional maka, perdamaian dapat
dipelihara, tetapi bila tidak ada negara hegemon, maka konflik-konflik antar negara
yang bersumber dari perdagangan bebas akan terus meningkat.
b. Laju pertumbuhan ekonomi dalam sistem internasional. Sistem pasar dalam
ekonomi akan melancarkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
negara-negara, akan memudahkan kerjasama internasional, kecenderungan
kerjasama akan meminimalisir terjasdinya konflik internasional, tetapi bila negara-
negara mengalami penuruna pertumuhan ekonomi, maka kecenderungan kerjasama

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


21

akan menurun. Penurunan pertumbuhan ekonomi akan merangsang negara-negara


meningkatkan kompetisi dalam perdagangan internasional dan merela biasanya
cenderung bersifat proteksionistis. Itu semuanya merupakan sumber terjadinya
konflik internasional.
c. Tingkat Homogenitas yang Sama dan Heterogenitas yang Berlainan Struktur
Industri. Diketahui struktur industri dalam suatu negara akan menentukan
komposisi ekspor dan impor negara tersebut, bila negara-negara dalam sistem
ekonomi pasar memiliki struktur industri dan problem ekspor yang sama
(homogenitas) maka hubungan perdagangan di antara mereka akan bersifat
kompetitif dan ini seringkali berkembang menjadi konflik. Sebaliknya
heterogenitas dalam struktur industri dan program ekspornya cenderung
menghasilkan hubungan dagang yang komplimenter oleh karena itu kerjasama
lebih mudah ditingkatkan.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


22

BAB IV
Sistem Moneter Internasional

I. Pengertian
Para ahli beranggapan bahwa uang dan Sistem Moneter Internasional merupakan unsur
yang bersifat netral baik ekonomis atau politis, namun anggapan ini tidak terbukti dalam
ekonomi modern. Norma dan konvensi yang mengatur Sistem Moneter Internasional
dengan ini mempunyai efek distributif yang penting bagi power suatu negara dan
kesejahteraan dalam kehidupan negara tersebut.
Suatu Sistem Moneter Internasional yang berjalan dengan baik akan melancarkan
perdagangan dunia, arus investasi asing dan interdepedensi global. Kemampuan Sistem
Moneter Internasional adalah prasyarat bagi sehatnya ekonomi dunia, sebaliknya
runtuhnya Sistem Moneter Internasional barat menjadi penyebab terpisahnya kesuraman
dalam ekonomi internasional seperti terjadinya “The Greay Depression” pada tahun 1930-
an.

II. Pengertian Uang


Uang adalah setiap alat tukar yang diterima oleh umum dan yang merupakan kesatuan
hitung, ciri-ciri uang adalah disukai umum, nilai bentuk digit dalam bentuk kecil dapat
diangkut dan disimpan dengan mudah dan tahan lama, menurut kamus ekonomi Sloan and
Zurcher dictionary of economics dan menurut Nemners dan Yanzen dalam bukunya
Dictionary of economics and bussiness, money ata uang adlah sesuat yang umum diterima
sebagai alat tukar untuk barang-barang dan lain-lain pada daerah tertentu, uang juga lazim
digunakan sebagai alat pengukur nilai atau untuk menghimpun kekayaan, uang atau
money merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai yang berfungsi untuk memudahkan
pertukaran benda-benda dan jasa-jasa pada perekonomian tertentu, uang juga berguna
sebagai alat penghimpun nilai (kekayaan), dan sebagai dasar pembayaran-pembayaran
yang dilakukan, median yang dipilih tergantung pada kondisi-kondisi kultural oleh tingkat
perkembangan hukum perekonomian yang bersangkutan dan oleh bahan-bahan yang
tersedia, median modern yang lain harus:
a. Disukai umum
b. Mudah dikenal
c. Mudah dibagi
d. Bersifat homogen
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
23

e. Dapat diangkut atau disimpan


f. Dapat tahan lama
Pada perekonomian modern berbagai macam bentuk kredit merupakan pengganti uang,
misalnya: kredit bank, kredit konsumen, penjual. Seperti halnya uang, hal tersebut dapat
mempengaruhi persamaan pertukaran dan dengan demikian mempengaruhi pula tingkat
harga, inflasi, dan deflasi.
Sejarah uang menunjukkan bahwa pada masyarakat primitif berbagai macam benda
misalnya, ternak, kulit kerang, kulit binatang, garam, macam-macam perkakas, walaupun
mereka tidak selalu bersifat homogen. Keadaan demikian menunjukkan bahwa faktor-
faktor kultural maupun faktor ekonomik mempengaruhi pilihan alat tukar, maka dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi uang ada 4 fungsi yang umum diterima yaitu
sebagai:
a. Kesatuan hitung
b. Alat tukar
c. Alat penghimpun kekayaan
d. Stnadar pembayaran yang dianjurkan
Uang dalam bahasa Jerman barkeld, dalam bahasa belanda geld adalah suatu bentuk
rutinitas atau darah kehidupan yang menjadikan perekonomian dunia terus berputar. Suatu
sistem ekonomi tanpa likuiditas yang memadai pasti akan jatuh pada titik akhirnya, nilai
mata uang dari suatu negara secara relatif terhadap mata uang negara lainnya,
sesungguhnya berubah-ubah terus menerus setipa saat. Kunci dari sistem ekonomi
moneter dunia adalah mata uang siapa yang nilainya paling tinggi dan seberapa nilainya
relatif terhadap mata uang lainnya dan kekayaan dagangan (uang atau emas).
Perbedaan antara negara-negara yag kaya dengan negara-negara yang miskin di dunia
dapat kita ukur dari mata uangnya, negara kaya biasanya negara yang memiliki mata uang
keras (hard currency) yaitu poundsterling, american dollar, euro, yen, frank. Sementara
negara-negara miskin biasanya memiliki mata uang yang luank (soft currency), negara
yang paling kaya amerika serikat pada puncaknya setelah perang duia kedua, memiliki
mata uang paling keras diantara mata uang lainnya, pada saat negara tersebut memiliki
kekuasaan terbesar di bidang militer maupun di bidang ekonomi, para pembuat
kebijaksanaan Amerika Serikat, melalui kolaborasi dengan para pembuat kebijaksanaan
struktur kekuasaan Pan-Britanica (Inggris) yang digantikannya melambangkan kerasnya
mata uang dollar dengan menjamin bahwa siapapun yang menghendaki uang tunai, emas
pada tahun 1934, 35 dollar as sama artinya dengan emas per-ons. Mata uang dollar pada

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


24

waktu itu dinyatakan sebaik emas dan menjadi mata uang cadangan utama dunia yang
berarti bahwa baik perorangan maupun pemerintah negara-negara asing lebih suka
memiliki dollar daripada emas. Selama hegemoni diselubungi oleh kekerasan yang tidak
tergoyahkan dan dapat mempertahankan legitimasi yang dipaksakannya dengan
kemenangan maka kredibilitas dollar kertas yang dicetak tetap utuh.
Maka dengan amerika serikat sebagai pelopornya, negara-negara pemilik uang keras
sejak perang dunia kedua telah berusaha mengejar strategi pemeliharaan pada keadaan
equilibirium diantara mata uang dunia secara umum stabilitas menyebabkan pertumbuhan
ekonomi dan pencegahan inflasi terhadap pemindahan. Para manajer di dunia barat
terpesona pada oleh lequidasi uni soviet/komunis yang menyatakan bahwa sejarah terbaik
untuk menghancurkan sistem kapitalisme adalah dengan mengacaukan mata uangya
dikutip dari buku Sidney Panther, “Medival Society.”
Stabilitas sistem keuangan dunia sangat mungkin bagi negara-negara yang memiliki
mata uang yang keras, prioritas ini seharusnya telah mencakup negara-negara lain dalam
penyelesaian ekonomi di Buttonwoods pada tahun 1944 ketika perang dunia hampir
selesai yaitu kerinduan akan kedamaian dan ketertiban dunia juga keinginan untuk
memiliki sumber nilai tertentu yang pasti dan stabil.
Diantara perang dunia satu dan perang dunia kedua 1918-1939, efek-efek inflasi
menghancurkan status class kepemilikkan komoditi orang-orang kaya jaman kuno yang
ditunjukkan dengan keningratannya yang sudah mapan jelas mulai menolak pembiayaan-
pembiayaan yang menimbulkan inflasi dan mengenakan pajak pada tanah-tanah milik
orang kaya sehingga menciptakan banyak sekali pesaing orang kaya baru. Orang kaya
baru pada saat itu di negara-negara maju mengumpulkan kekayaan mereka sendiri untuk
melindungi diri yang mengakibatkan inflasi setelah perang dunia pertama dan runtuhnya
pasar saham dan depresi besar yang berlangung sejak 1929-1933 menimbulkan
kebangkrutan gagalnya bank-bank dan kerusuhan politik, oleh karena itu, negara-negara
sekutu pada tahun 1944 sebelum perang dunia selesai mengupayakan stabilitas lebih
daripada segala hal yang lain.

III. Sistem Moneter Internasional


Mengacu pada piagam yang dirugikan bulan juli 1944 (perang dunia kedua belum
mulai) new hamphsire, negara-negara sekutu mengadakan konferensi moneter
internasional yang dimana dalam konferensi tersebut dihasilkan 2 lembaga keuangan yaitu

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


25

International Monetary Fund (IMF) dan International Bank for Reconstruction and
Development (IBRD) atau World Bank (Bank Dunia). Sistem moneter ini secara
mendasar ditentukan untuk menghindari devaluasi, pengurangan emas, perak dalam
kesatuan moneter atau harga/nilai suatu mata uang. Selain dari itu berdirinya IMF adalah
untuk menjamin atau mengamankan terselenggaranya kerjasama moneter internasional,
menstabilkan nilai tukar mata uang serta mempeluas likuiditas internasional untuk
mkepentingan perdagangan internasional dan penyediaan lapangan kerja. Ketua IMF
adalah seorang direktur utama yang memimpin segala persidangan dan perundingan, pada
konferensi tersebut semua pihak sepakat bahwa ketua IMF haruslah orang Eropa dan ketua
Bank Dunia haruslah orang Amerika Serikat karena adanya pergeseran likuiditas dunia ke
Jepang pada akhir abad ke 20-an tidak heran nanti secara bertahap orang Jepang bisa
menjadi ketua IMF. Resminya IMF diatur oleh 2 badan yaitu, Dewan Gubernur dan
Dewan Eksekutif, Dewan Gubernur terdiri dari gubernur bank central dari masing-masing
negara anggota dengan proporsi suara sesuai dengan kuota iuran, pada mulanya negara-
negara yang dominan meliputi 10 negara yaitu amerika serikat, inggris, kanada, prancis,
jerman barat, italia, belanda, belgia, swedia, jepang, arab saudi bergabung kemudian.
Dewan gubernur mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan prubahan pasal-pasal
perjanjian masuknya anggota-naggota baru serta memilih para direktur pelaksana. Dewan
eksekutif terdiri dari direktur-direktur yang ditunjuk dan yang dipilih, mereka yang
ditunjuk dicalonkan oleh anggota yang memiliki kuota terbanyak. dewn eksekutif
merupakan dewan permanen dalam sidang-sidang yang menangani operasi IMF hari-hari.

IV. Standar Emas dan Hegemoni Inggris


Tatkala sistem perdagangan dengan menggunakan uang tunai apakah dlm bentuk uang
emas atau perak diganti dengan penggunaan uang kertas, maka masalah moneter tidak lagi
dpat dipisahkan dengan masalah hukum, mulai saat itu pemerintah (lembaga politik)
memiliki kekuataan untuk mengontrol planner uang dan dengan itu pemerintah dapat
mempengaruhi aktivitas ekonomi. Dalam arena internasional peredaran uang dan sistem
yang mengatur peredaran tersebut juga tidak dapat melepaskan dari kekuatan-kekuatan
politik yang bekerja dibalik kinerja hubungan antar bangsa. Kalau dalam level domestik
sistem yang mengatur masalah uang dapat dikontrol oleh lembaga politik yang bernama
pemerintah maka dalam level internasional sistem moneter dikontrol oleh kedua negara
yang memegang kekuatan politik yang disebut hegemon. Dengan kata lain, negara mana

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


26

yang memegang hegemoni maka negara itulah yang akan memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi jalannya sistem moneter internasional.
Sistem moneter internasional yang pertama kali berhubungan langsung dengan
hegemoni internasional adalah sistem standar emas klasik the classical gold standard
sistem yang berlangsung tahun 1870-1918 merupakan refleksi dari hegemoni inggris
dalam percaturan internasional artinya karena saat itu inggris memiliki hegemoni dalam
pasar modal, keuangan dan komoditi dunia serta menjajah sekitar 2/3 negara di muka
bumi, maka inggris dapat mengorganisir dan mengelola sistem monetere internasional
yang berlaku.
Sebagai konsekuensi posisi hegemonisnya dalam sistem moneter internasional maka
inggris dapat melaksanakkan norma-norma yang berlaku dalam sistem, sehingga sistem itu
pada gilirannya akan memberikan banyak keuntungan pada inggris. Sistem moneter
internaisonal yang berlaku pada saat itu, mencerminkan kepentingan-kepentingan inggris
dan mayoritas negara-negara di dunia harus mengintegrasikan sistem moneter nasionalnya
ke dalam sistem moneter yang didominasi oleh inggris.
Prisip pokok sistem moneter dengan standar emas klasik adalah bahwa bank sentral
setiap negara menjual dan membeli emas berdasarkan harga yang telah ditetapkan
sementara dalam perdagangan internasional frakmasi-frakmasi yang dilakukan harus
mengacu pada poundsterling (mata uang inggris). Konsekuensinya bank-bank sentral di
seluruh dunia dalam menentuka kurs atau nilai tukarnya harus mengacu pada kebijakan
Bank of England karena semua bank sentral mengsubordinasikan kebijakan keuangan
pada Bank of England yang memungkinkan inggris untuk mengandalikan supply credit,
peredaran emas dan harga-harga internasional. Pada gilirannya semua memberikan
sumber kekuatan bagi inggris untuk menguasai perdagangan, pergerakan modal dan
pendapatan nasional di seluruh dunia dan arus sebaliknya adalah status inggris sebagai
hegemon dunia akan terpelihara karena berhasil mengendalikan sistem moneter
internasional dengan segala akibatnya.

V. Buttonwoods dan Hegemoni Amerika Serikat


Akan tetapi, pada permulaan abad ke-20 muncul kekuatan-kekuatan industri baru di
dunia dengan semangat nasionalisme ekonomi yang tinggi slah satu yang mengemukakan
adalah jerman. Munculnya kekuatan-kekuatan baru di dunia dengan nasionalismenya itu
kemudian merangsang berkobarnya perang dunia pertama (1914-1918). Dampak nyata

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


27

dari perang tersebut posisi hegemoni inggris dalam percaturan internasional menjadi
goncang sehingga berpengaruh langsung kepada goyahnya supremasi inggris dalam
masalah ekonomi dan moneter internasional.
Setelah perang dunia pertama, sistem moneter berdasarkan standar emas buntu dan
masalah moneter kembali menjadi tanggung jawab otoritas nasional masing-masing
negara. Nilai tukar tidak lagi dapat didasarkan pada standar emas yang ditetapkan oleh
bank of england tetapi bersifat mengambang (floating rates) dan seperti dikatakan Joseph
schum peter kondisi tersebut telah membawa suati reformasi global dimana negara-negara
tidak lagi peduli kepada kepentingan norma-norma moneter internasional. Negara-negara
diilhami pemikiran-pemikiran ekonomi nasionalis yang berkembang pada saat itu menjadi
lebih mengutamakan perekonomian dalam negerinya masing-masing.
Sebagai sebuah sistem moneter, sistem button woods baru bisa beroperasi bila
ditunjang dengan sebuah lembaga yang dapat menjalankan fungsi adjusment, sebab itulah
kemudian negara-negara peserta pertemuan button woods sepakat untuk membentuk
international monetary funds dan juga 2 lembaga yang lain yaitu internastional bank for
reconstruction and development yang kemudian menjadi world bank.
Pada awalnya sistem button woods merupakan refleksi dan hegemoni anglo-amerika
artinya sistem itu ditopang bersama oleh kekuatan dan kepentingan inggris dan amerika
serikat. Tetapi setelah tahun 1968, sistem itu praktis disanggah oleh hegemoni tunggal
amerika serikat dimana saat itu dollar amerika serikat menjadi satu-satunya dasar untuk
menetapkan standar nilai tukar emas. Hegemoni dollar sebagai standar nilai tukar emas
diakui atau tidak berhubungan dengan status hegemoni amerika serikat dalam percaturan
interasional. Jika amerika serikat tidak memiliki kekuatan dalam melakukan pengaturan-
pengaturan dalam sistem internasional mustahil mereka akan dapat memasakkan dollar
sebagai standar sistem moneter internasional. Namun sebagai konsekuensi dari posisi
hegemonisnya dalam moneter tersebut, amerika serikat harus menyediakan dollar yang
memadai sehingga tidak terjadi stagnasi.

VI. Dari Standar Emas ke Floating Rate


Peralihan dari nilai tukar tetap yang didasarkan pada konvertiblesitas adalah dollar,
poundsterling, euro dan yen tergantung dimana transaksinya. Convertible the ability of
currency to be exchange for gold or for other currency. dollar terhadap emas ke sistem
nilai tukar mengambang dapat diselidiki dengan maslaah atau dilacak karena 3 rates

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


28

distribusi permanen kekayaan amerika serikat, harus dikeluarkan kepada negara-negara


lain yaitu penyaluran uangnya terhadap
a. Marshall plan, adalah bantuan kepada negara-negara eropa untuk membangun
negaranya yang hancur karena perang dunia kedua. Karena adanaya marshall plan
anggaran belanja AS dan bantuan asing dan inventasi maka kelangkaan dollar telah
berlangsung sejak perang dunia kedua, berubah menjadi banjir dollar di luar negeri
sehingga AS berubah dari kreditur dunia menjadi peminjam. Dengan menyadari
bahwa AS untuk menutupi atau melindungi dollar dan menghadapi kemungkinan
devakuasi, maka pada tgl 15 agustus 1971 presiden Richard Nixon dari AS melakukan
apa yang memang mungkin dilakuakn oleh seorang presiden yaitu membatalkan atau
menaklukan konvertivekitas dolar ke dalam emas untuk waktu yang tidak terbatas.
Kebijakan ini dinamakannya sebagai The New Economic Policy.
b. Dinaikkannya harga minyak sampai empat kali lipat oleh kartel minyak OPEC pd th
1973 menjadi pukulan terberat bagi AS, karena AS harus mengeluarkan 4 kali lipat
lebih banyak untuk membeli minyak kepada negara-negara anggota OPEC karena AS
hanya menghasilkan minyak sendiri sebanyak 40% dan yang dibutuhkan negaranya
atau rakyatnya maka yang 60% lagi untuk menutupi kekurangannya harus di ekspor
dari negara-negara lain.
c. Pinjaman-pinjaman bank komersil pada akhir tahun 1970-an.
Krisis ekonomi global pada 1980-an bergeser dari surplus likuiditas yang inflasioner
ke arah likuiditas yang diflasioner. Bank-bank swasta komersil dan multinasional
merupakan lembaga penyuaian pada 1970-an dan saling berebut menawarkan
pinjaman pada negara-negara dengan bunga yang tinggi.
d. badan-badan moneter lainnya
Fungsi bank dunia (world bank), bank-bank ini mulai berfungsi pada tahun 1956 tugas dan
prinsip utama bank dunia dewasa ini adalah memberikan pinjaman untuk proyek-proyek yang
produktif untuk ketentuan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Bank dunia
mempunyai 2 anggota yaitu International Finance Corporation (IFC) yang memulai
aktifitasnya pada tahun 1976, International Development Asociation pada 1980. Kedua
lembaga ini dan bank dunia membentuk kelompok bank dunia yang dinamakan World Bnak
Group. Kegiatannya ditujukan untuk sector-sektor bantuan luar negeri. Bantuan atau
pinjaman hanya ditujukan pada negara miskin dengan syarat lebih ringan dibandingkan yang
biasa oleh bank lainnya.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


29

VII. Badan-badan Moneter Internasional


Disamping itu ada lagi bank-bank pembangunan regional yang memberikan jasa serupa
dengan bank pembangunan diantaranya adalah :
1. ASEAN Development Bank
2. International American Development Bank untuk Amerika Latin
3. The Carribean Development Bank untuk negara dikepulauan karibia
4. The African Development Bank
Kelompok badan khusus PBB yang berkaitan dengan EPI adalah :
1. UNDP. Yaitu suatu badan untuk mengurus bantuan teknik dan ekonomi pada negara
naggota PBB yang membutuhkannya.
2. UNCTAD untuk program pembangunan
3. UNIDO untuk industry bagi negara yang membutuhkan
4. UNFPA untuk kependudukan dan kesehatan wanita dan anak.
Kelompok kelompok badan khusus PBB untuk kesehatan adlah WHO dan UNESCO

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


30

BAB V
TEORI-TEORI DAN DEFINISI EKONOMI POLITIK
INTERNASIONAL

I. Pendahuluan
Ada beberapa teori yang berkemban dalam disiplin ekonomi politik internasinonal,
teori-teori yang akan kita bahas yang terpenting adalah teori yang pertama adalah teori
yang secara prinsip bersumber dari aliran atau perspektif liberal yaitu, The Theory of Dual
Economy, yang kedua adalah teori yang sangat dipengaruhi nafas pemikiran radikal yaitu,
The Theory of The Modern World System dan yang ketiga ialah teori yang mendapat
inspirasi meskipun tidak secara mutlak dari realisme politik yaitu The Theory Hegemony
Stability.

II. Teori Ekonomi Politik Internasional


Charles Kindlerburger dan Samuelson (1992) adalah pakar diantara teori-teori EPI, dia
mengatakan teori EPI adalah basis dari sistem ekonomi yaitu produksi. Distribusi dan
konsumsi barang-barang dan jasa-jasa (goods and services), sedangkan unsur-unsur pokok
dari sistem politiknya adalah kekuasaan, pengaruh dan pembuat keputusan politik. Teori
ekonomi internasional membahas ekonomi diantara negara-negara di dunia. Hubungan
tersebut saling menimbulkan interdepedensi satu negara dengan negara lain yang
merupakan satu hal yang sangat penting yaitu merupakan kesejahteraan hidup hampir atau
semua negara di dunia, sebagai contoh: negara-negara di dunia mengekspor barang dan
jasa, komoditi dan faktor produksi untuk ditukarkan dengan barang impor serta barang
produksi lain yang tidak dapar diproduksi di negara sendiri atau barang efisien atau tidak
dapat diproduksi sama sekali, misalnya: kopi ke AS, minyak ke Jerman, mobil ke negara-
negara Afrika dengan demikian sebagian besar kesejahteraan ekonomi negara-negara di
dunia sangat dipengaruhi dan saling ketergantungan.

III. Theory Dual Economy


Teori ini atau dualisme economy tokoh-tokohnya adalah mereka juga pada umumnya
mengembangkan pemikiran-pemikiran liberalisme ekonomi menurut teori ini proses

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


31

perkembangan ekonomi adalah proses transformasi dari sektor tradisional menuju ke


sektor modern melalui modernisas struktur-struktur ekonomi, sosial dan politik.
Menurut teori ini proses perkembangan ekonomi adalah proses transformasi dari sektor
tradisional menuju sektor modern melalui modernisasi struktur ekonomi, politik dan
sosial. Dalam pandangan Theory Dual Economy munculnya suatu ekonomi pasar, adalah
akibat dari bekerjanya kekuatan-kekuatan pasar, kemajuan-kemajuan dalam bidang
komunikasi dan transportasi perkembagan efisiensi lembaga ekonomi dan pengurangan
transaksi merupakan faktor pendorong trnasformasi dari tradisional ke modern.
Teori in yang menyatakan bahwa lamabat laun sistem pasar akan menyebar ke daerah-
daerah baru ke dalam orbit perekonomian internasional, proses semacam ini pertama kali
terbukti ketika negara-negara kapitalis pertama di Eropa menggunakan ekspansinya di
negara Eropa dan Amerika Latin mulai abad ke-16. Sektor modern yang diperkenalkan
oleh negara kapitalis Eropa mulai merebah ke sektor keterbelakangan di ketiga bagian
dunia tersebut.
Menurut pengamat teori ini, proses evolusi ekonomi (dalam lingkungan domestik
maupun internasional) dikendalikan oleh kompetisi pasar, mekanisme harga, efisiensi
produksi dan maksimalisas kekayaan sebagai akibat dari ekspansi pasar, akumulasi modal
dan fakta-fakta produksi lainnya dan juga penemuan teknologi dan bentuk organisasi baru
telah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan interdepedensi global diantara
masyarakat internasional.
Dalam beberapa kasus teori-teori dual ekonomi memang cukup menunjukkan kuadilitas
atau keabsahannya sebagai contoh: suatu negara yang bersedia melakukan trasnformasi
dari tradisional menuju modern melalui cara-cara liberal yang telah mencapai
pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di negara tersebut, misalny Korea Selatan, Taiwan,
Hongkong, Spanyol, Malaysia yang kini disebut sebagai negara-negara Neo Industialize
Countries (NICs). Dan kini beberapa negara lain dengan menerapkan teori tersebut yang
menikmati kemajuan ekonomi setidaknya bersifat dari indikator-indikator seperti efisiensi,
penumpukkan modal dan pengintegrasian dalam perekonomian internasional.

IV. Teori Sistem Dunia Modern (MWS)


Bahwa sejarah bekerja teori EPI hanya dapat dipahami dalam terminologi sistem dunia
modern artinya dunia adalah satu keseluruhan satu struktural, dunia modern harus dilihat
dari satu sistem dimana seluruh bagian yang bermacam strukturalnya di hubungi secara

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


32

fungsional dan sistem operasinya dengan hukum-hukum ekonomi tertentu. Para penganut
MWS bahwa tugas utama ahli atau orang-orang yang mempelajari EPI adalah melakukan
analisis terhadap asal-usul dan fungsi sistem tersebut.
Teoritis MWS seperti Paul Baron, Andre Gunder Frank berdasarkan asumsinya pada
interpretasi feminis tentang Marxisme. Pada umumnya mereka berasumsi bahwa dunia
modern hanya dapat dipahami sebagai sistem global dengan suatu Division of Labour
(tunggal) yang membentuk suatu hirarki internasional melalui perjuangan negara dan kelas
yang tidak pernah berhenti. Hirarki tersebut terdiri dari pusat yang maju dan dominan
serta pinggiran yang tergantung atau menggantungkan diri.
Menurut teori MWS, ekonomi internasional adalah pengisapan dari negara-negara maju
terhadap negara-negara pinggiran (dunia ketiga), negara pinggiran-pinggiran akan selalu
tergantung pada negara-negara maju terhalang untuk mencapai perkembangan
ekonominya. Hub internasional membuat negara-negara pinggiran menjadi lemah secara
ekonomi bahkan mungkin juga secara politis.

V. Teori Stabilitas Ekonomi atau Kepemimpinan


Dalam bidang ekonomi, istilah hegemoni disebut “Bapak”, tetapi Kendel Burger lebih
suka memakai istilah kepemimpinan daripada hegemoni. Menurut Teori Stabilitas
Ekonomi, suatu perekonomian dunia yang liberal dan terbuaka adanya sebuah kekuatan
yang dominan atau hegemonis. Stabilitas hegemonis adalah suatu sistem ekonomi
internasional ayng disasarkan atas pasar bebas seperti keterbukaan dan non-diskriminasi.
Negara-negara yang memiliki kekuatan hegemonis tidak bisa melepaskan diri dari
sisitem ekonomi liberal suatu sistem ekonomi liberal harus ada diantara kekuasaan
ekonomi yang utama, negara yang memiliki kekuatan-kekuatan (big power) yang harus
isinya suatu kepentingan dalam pertumbuhan ekonomi pasar status hegemoni selalu terkait
dengan sistem ekonomi liberal yang dalam realitasnya Inggris terbukti menjadi negara
hegemoni selama abad ke-19, karena negara ini sanggup melakukan dari norma-norma
ekonomi liberal dan mampu menjadi stabiliter perekonomian internasional.
Kepemimpinan Inggris tersebut berakhir dengan terjadinya The Great Depression pada
tahun 1930-an yang berarti kesanggupan Inggris untuk menanmpakkan norma liberal yang
telah runtuh. Pada pasca perang dunia kedua, AS mengambil alih peranan sebagai negara
hegemoni bersamaan dengan lahirnya sistem baru Woods. Sistem ini adalah

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


33

penginterpretasi dari sistem ekonomi liberal dimana AS dituntut mampu menjadi stabiliter
dari berlangsungnya sistem tersebut.

VI. Konsep dan Teori Depedensi


Teori depedensi berserta perubahannya mula-mula muncul sebagai reaksi dari dunia
ketiga terhadap dunia maju karena timbulnya keterbelakangan serta timbulnya gejolak
ketergantungan yang sukar untuk diatasi di dunia ketiga akibat depedensi kapital dan
pinjaman luar negeri yang sangat meningkat berat, kekuatan ekonomi barat dianggap telah
berkomplot untuk melestarikan sistem dunia yang mereka lakukan membuat negara yang
sedang berkembang terus bergantung pada negara maju dalam segala hal. Agar tercapai
kemajuan-kemajuan ini terjadi secara pelan-pelan dan tetap saja harus depedensi.
Dalam perdagangan teori ketergantungan sistem dunia terbagi atas tiga bagian
kekuatan:
1. Negara-negara yang punya pusat industri
2. Negara-negara semiperifery atau pinggiran
3. Negara-negara pinggiran
Pusat industri berada pada kekuatan industri negara-negara maju dan negara-negara
barat yang menguasai 2/3 kekayaan negara dan mereka inilah yang mengendalikan sistem
ekonomi internasional. Kemudian negara-negara semiperiferi terdiri dari negara-negara
makmur yang tidak tergolong dalam industri barat. Sedangkan negara-negara periferi
ialah negara-negara miskin yang terbelakang lazim disebut dunia ketiga. Namun lebih
jelasnya kategori di atas dapat dijadikan dua saja: pusat dan pinggiran.
Ada tiga pendekatan untuk mendefinisikan hak-hak individual tersebut, yaitu:
1. Mengenai sifat-sifat mutlak (seperti variabel-variabel kebangunan) pusat
adalah tinggi pada depedensi dan pinggiran-pinggiran agak rendah.
2. Mengenai hubungan interaksi (seperti indeks komposisi perdagangan) pusat
memperkaya diri, sedangkan pinggiran memaksimalkan pemerintah.
3. Mengenai struktur interaksi (seperti mitra dan indeks konsentrasinya pada
komoditas) pusat lebih mendekati pusat lokasinya dalam jaringan interaksi
daripada pinggiran-pinggiran lebih tinggi pada indeks konsentrasi.
Selain daripada itu, ada pula konsep yang menengahkan sisipannya dari pusat dan
pinggiran misalnya apa yang disebut sebagai perantara, tempat adalah diantara pusat dan
pinggiran berkaitan dengan tingkat pengolahan ekspornya. Perantara yang merupakan

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


34

suatu lapisan menengah antara pusat yang ekstrim dan pinggiran yang ekstrim dalam suatu
struktur interaksi feodal.
Beberapa Hepotitis mengenai negara perantara adalah sebagai berikut:
Negara Pusat Negara Perantara Negara Pinggiran
AS Canada Anglo-Amerika
AS Argentina-Brazil Amerika Tengah
AS Jepang Asia Tenggara
Jepang Korsel-Taiwan Asia Tenggara
Eropa Barat Eropa Timur Uni Soviet
AS Eropa Barat Eropa Timur

VII. Konsep dan Teori Interdepedensi


Ketergantungan tidak dapat dipandang sebagai variabel asing, analisis harus dihubungi
antara kelas sosial politis yang berbeda di dalam bangsa-bangsa yang tergantung tersebut
dunia ketiga yang pada umumnya miskin. Berlokasi di pinggiran atau seni pinggiran
mereka mengutamakan perdagangan dengan negara-negara pusat untuk harapan yang
sama di negara-negara pinggiran tertentu. Negara-negara pinggiran pada umumnya pasar
ekspor bahan primer dan sebaliknya mengekspor komoditas sekunder dan tersier negara
pusat dengan leluasa mengatur pergerakkan karena, mengerti karena kebutuhan negara
pinggiran. Akhirnya pola ekonomi dunia berdasarkan dari ini melahirkan ketidakadilan
baik dalam tatanan internasional maupun dalam kehidupan domestik dunia ketiga.
Teori ketergantungan amat berguna untuk mengamati tingkah laku kapitalisme dalam
pergerakan kekuatan mereka di seluruh dunia. Teori ini mula-mula dicanangkan untuk
Paul Baner dengan pengamatan tentang terjadinya keterbelakangan negara-negara yang
sedang berkembang. Ketergantungan itu terjadi akibat dari hubungan tidak sesuai antara
negara industri negara yang kaya dengan negara-negara yang berkembang.
Perkembangan lebih lanjut teori ini dapat larangan, kritik, masukkan baru teori ini
dapat disebut sebagai saat baru pendekatan karena menjadi titik tolak baru terhadap
pemikiran oposisi terhadap kapitalisme. Dari pengertian ini seperti disertai indikasi teori
ketergantungannya, yaitu:
1. Ketergantungan bersumber jadi pencekal baik dalam atau luar negeri
2. Ada faktor-faktornya mempengaruhi, mencamtukan proses perekonomian
tersebut berupa dimensi internal dan eksternal.
3. Ada proses dan faktor yang membawa hubungan disentral (pusat) dan
pinggiran sebagai suatu rangkaian struktur yang eksploitatif.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


35

Ketergantungan menurut pakar Dossantos seperti dapat diklarifikasikan ke dalam tiga


tipe, yaitu:
1. Tipe ketergantungan kolonial
2. Tipe ketergantungan industri atau kinerja
3. Tipe ketergantungan teknologi

VIII. Teori Globalisasi


Teori ini pada tahun 1870-an ketergantungan internasional semain menuju pada
globalisasi, konsep ini muncul ketika saling ketergantungan dunia telah memerlukan
masalah-masalah global yang tidak dapat diselesaikan oleh masalah itu sendiri, juga punya
asal ekonomi sosial dan politik dan serius melampaui sistem-sistem regional. Jika ada
satu prinsip dibuat di belahan dunia ternyata akan berpengaruh secara langsung apada
belahan dunia lain. AS yang menjadi pusat ekonomi ternyata dapat menjadi negara
penyelia terhadap dunia ketiga karena ketergantungan AS pada negara perifera padahal
perdebatan sumber daya mineral dan energi. Bahkan keperluan industri dan juga
pemasaran barang-barang industrinya. Hal ini dialami juga oleh negara-negara barat
seperti, MME dan Jepang. Ketergantungan mereka pada peranan tentang masalah bahan
mentah, nikel, protasium, seng, karet alam, kobaltis, kopi, teh, coklat.
Maka dengan demikian tampaklah jelas unsur kelebihan utama bagi industri dan
keterkaitan negara-negara maju industri dengan negara-negara ketiga menurut kapasitas
masing-masing yang telah mendasarkan diri atas keseimbangan dalam hubungan satu
sama lain dalam hubungan yang lainnya. Dengan demikian negara dunia tersebut disebut
ekonomi globalisasi.

IX. Teori Perdagangan Liberal


Pada hakekatnya menolak menaruh politik dalam perdagangan internasional dapat
dikelompokkan ke dalam teori aliran-aliran klasik seperti Adam Smith, David Ricardo dan
aliran-aliran neoklasik Samuelson, Paul Truthman. Adam Smith dikenal dengan
“Absolute Advantage” menurutnya kuatir kekayaan dan kekuatan nasional adalah
pertumbuhan ekonomi dan sarana untuk terciptanya pertumbuhan ekonomi adalah
perdagangan internasional. Agar terwujudnya pertumbuhan ekonomi dalam perdagangan
internasional harus diciptakan pembagian kerja (spesialisasi). Pembagian kerja atas
prinsip keunggulan absolut artinya negara yang menghasilkan sejumlah produk mencapai

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


36

pertumbuhan ekonomi pendapatan nasional yang lebih tinggi daripada negara lain yang
menghasilkan sedikit produk. Negara-negara mengspesialisasikan dirinya terhadap
produk tertentu terutama karena pertimbangan biaya kompetitif yang paling rumit
sehingga suatu negara memiliki keunggulan yang absolut terhadap suatu barang biasanya
menjadi eksportir bila biaya lebih mahal daripada diproduksi oleh negara lain. Biasanya
salah satu faktor pokok yang menentukan keunggulan dari komperatif jika produksi
produk yang buruhnya lebih rendah.
Teori ini membawa aplikasi bahwa dunia ini tidak lagi merupakan kumpulan negara
berdaulat yang masing-masing memiliki perekonomian masing-masing. Liberalisasi
perdagangan telah menyebarkan dunia menjadi sebuah pasar dunia arus modal dan dari
satu negara ke negara lain tidak langsung mampu dibendung untuk pembatasan politik
arus-arus barang dan faktor modal dari suatu negara lain yang meruntuhkan adalah faktor
efisiensi.

X. Teori Perdagangan Nasionalis


Karena liberalisme perdagangan telah menyebabkan hilangnya otonomi perdagangan
internasional yang dapat mengancam kedaulatan nasional maka kemudian lahirlah
pemikiran-pemikiran yang berusaha menonjolkan peran usaha dalam perdagangan baik
domestik maupu internasional, pemikiran-pemikiran yang mengutamakan kepentingan
nasional disebut kemudian teori perdagangan nasionalis yang memiliki beberapa varian.
Pada prinsipnya teori perdagangan nasional mereka kepada proteksionisme ekonomi
kepada kontrol negara terhadap negara lain terhadap perdagangan internasional. Ini
berarti bahwa perdagangan tidak boleh lepas dari kontrol negara (politik) negara harus
punya kekuatan mengendalikan barang-barang dan faktor modal dari atau negara ke
negara lain atau dengan ikut dalam mekanisme perdagangan harus bedasarkan kebijakan
oleh pemerintah. Oleh karena itu, teori ini sering juga dikenal sebagai politik perdagangan
internasional. Menurut paham nasionalisme , perdagangan justru mengurangi fleksibilitas
satu negara dan meningkatkan furnerlibilitas terhadap bangsa., gejolak perdagngan
internasional. Oleh karena itu, mereka menganjurkan diberlakukan kebijakan
perdagangan internasional yang secara sistematis melindungi pembangunan internasional
industri domestik.

XI. Istilah-istilah Ekonomi

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


37

1. Ketergantungan kepada negara lain = interdepedensi


2. Gaints from Trade = keuntungan perdagangan
3. Ballance of payments = neraca pembayaran yaitu pencatatan pembiayaan negara
dengan negara lain.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


38

BAB VI
Politik Ekonomi “Proteksionisme”

I. Pendahuluan
Politik ekonomi merupakan unsur dari praktek dan terapan (applied economics) yang
merupakan aplikasi dari sebagian tugas pemerintah khususnya dalam bidang ekonomi
berkenaan dengan proses ekonomi dengan apa yang di dalamnya pemerintah turut campur
dalam ekonomi.
Di dalam bukunya atau karya dari dr F Hardod yang berjudul dikatakan bahwa politik
ekonomi pemerintah meliputi bermacam-macam aktivitas ekonomidan berusaha untuk
mempengaruhinya, di dalam kehidupan ekonomi terdapat sejumlah tindakan ekonomi
misalnya produksi, konsumsi, impor dan ekspor, proteksi, yang berhubungan satu sama
lain dan bersama-sama membentuk proses ekonomi. Dalam tulisan Prof. Dr. Herbert
Grich “Alljemeine winschaft Political” menyatakan bahwa politik ekonomi atau kebijakan
ekonomi adalah semua usaha perbuatan dan tindakan dengan maksud mengatur,
mempengaruhi atau langsung menetapkan jalannya kejafian-kejadian ekonomi di dalam
suatu negara, daerah atau wilayah. Dengan turut campurnya pemerintah dalam proses
ekonomi sudah tentu pemerintah berusaha untuk mencapai hasil tertentu semaksimal
mungkin yag tidak dicapai hanay dengan mengandalkan mekanisme pasar saja secara
otomatis, dengan demikian politik ekonomi tidak menerima hasil proses ekonomi begitu
saja tetapi, melalui suatu usaha untuk mempengaruhinya dengan instrumen-instrumen
tertentu sehingga menciptakan perubahan-perubahan yang dikehendakinya.
Politik ekonomi dapat dianggap suatu elemen yang dapat diberlakukan sebagian
tindakan-tindakan pencegahan, perbaikan terhadap gangguan-gangguan keseimbangan
ekonomi. Pemerintah melakukan tindakan-tindaka politik ekonomi didasarkan atas
kebijakan ekonomi dalam negeri.
Salah satu tindakan pemerintah untuk politik ekonomi adalah proteksionisme.
Proteksionisme adalah perlindungan ekonomi yang diberikan kepada sektor ekonomi atau
industri di dalam negeri terhadap persaingan-persaingan dengan luar negeri, proteksi
dilakukan agar sektor politik dan ekonomi dalam negeri jangan sampai bersaing dengan
barang-barang luar negeri karena misalnya barang-barang impor kualitasnya biasanya
lebih baik dan kadang-kadang lebih murah dan penampilannya lebih menarik jika
dibandingkan dengan barang-barang buatan dalam negeri dan banyak lagi sebab-sebabnya
yang lain.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


39

Mengapa sektor industri dan ekonomi dalam negeri tidak dapat bersaing dengan
barang-barang impor? Jawabannya secara umum adalah bahwa sektor industri dan
ekonomi dalam negeri masih kurang efisien dan teknologinya masih rendah dalam
memproduksi barang-barang tertentu jika dibandingkan dengan negara-negara yang sudah
maju. Kenapa kurang efisien? Karena negara tersebut sebetulnya tidak mempunyai
keunggulan komparatif (comparative advantage) dalam memproduksi suatu barang.

II. Bentuk-bentuk Proteksi


Bentuk-bentuk proteksi sekurang-kurangnya ada empat bentuk yang kita jumpai
dalam praktek adalah:
a. Tarif (tariffs) atau bea masuk barang-barang impor.
Semua barang-barang dagangan (goods) yang masuk atau yang impor dari luar
negeri dikenakan pajak (tariffs) melalui pabean diperbatasan (pelabuhan,
airport, perbatasan darat dan perbatasan lainnya di antara satu negara dengan
negara lain). Tujuan tarif ini adalah untuk melindungi produksi dalam negeri
terhadap barang-barang luar negeri dan sekaligus menjadi pendapatan suatu
negara. Barang-barang mewah seperti barang elektronik, mobil, mesin-mesin
dikenakan biaya cukai yang tinggi tetapi barang-barang yang termasuk bahan
pokok yang sangat diperlukan oleh penduduk tentunya dikenakan tarif terendah
agar tidak menjadi beban bagi penduduk.
b. Kuota (quota), barang-barang yang diijinkan yang boleh di impor tetapi secara
terbatas.
Barang-barang yang boleh di impor tetapi terbatas seperti, barang yang dapat
dihasilkan atau diproduksi oleh negara itu sendiri tetapi dianggap tidak
mencukupi untuk konsumsi dalam negeri seperti misalnya, barang-barang
kosmetik, sepatu, dan barang-barang mewah lainnya.
c. Non-Kuota, barang-barang tidak boleh di impor.
Non-kuota berarti barang-barang yang sama sekali tidak boleh atau dilarang
untuk impor seperti, opium atau candu, narkoba dan barang-barang strategis
lainnya.
d. Subsidi, bantuan pemerintah terhadap industri-industri bayi.
Setiap pemerintah ingin mendorong produksi buatan dalam negerinya sendiri, upaya
pemerintah pada umumnya untuk meningkatkan produksi lokal dan mengurangi
ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri dengan misalnya menetapkan
peraturan-peraturan bahwa bahan-bahan baku atau sebagian produk harus menggunakan
produk dalam negeri, maka dengan demikian pemerintah memberikan bantuan subsidi

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


40

kepada industi dalam negeri agar bisa berkembang menjadi industri yang besar.
Pemberian subsidi oleh pemerintah kepada industri dalam negeri biasanya berupa:
 Subsidi langsung berupa sejumlah uang
 Subsidi per-unit produksi misalnya berupa bahan bakar/mentah dengan harga
murah dan kemudahan-kemudahan lainnya.

III. Argumen-argumen Pokok Proteksi


Politik untuk mengendalikan impor dan ekspor dalam rangka usaha untuk mencapai
tujuan tertentu adalah misalnya suatu negara dapat membendung dinding-dinding tarif
serta melakukan tindakan-tindakan dalam usaha untuk membantu suatu indsutri atau
sebuah industri baru di dalam perekonomian yang bersangkutan atau untuk memajukan
kepentingan suatu industri yang bersifat vital untuk kepentingan negara. Argumen-
argumen pokok yang dikemukakan untuk membela politik tersebut adalah:
a. Untuk memajukan industri
b. Kesempatan untuk memperkerjakan karir-karir atau talent-talent industri melalui
deverifikasi industri
c. Penghematan dalam biaya transport
d. Konservasi daripada sumber-sumber ilmiah untuk dipergunakan pada negara
industri
e. Kekuatan nasional dalma suatu bentuk perekonomian yang bersifat swasembada.
Argumen industri beserta argumen nasional terutama di dukung oleh ekonomi Jerman
vriych list adalah sebagai berikut: protektif tarif, suatu tarif yang dikenakan atas impor
guna melindungi para produsen negara sendiri terhadap persaingan luar negeri, protective
forest, hutan-hutan pelindung dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya bahaya erosi,
penggundulan hutan merupakan penyebab timbulnya erosi.

IV. Proteksi Perdagangan Internasional


Dalam perdagangan internasional terdapat arus pindahan barang-barang dari satu
negara ke negara lain, sangat banyak macam-macam hambatan sehingga tidak mungkin
dapat diungkapkan semuanya namun pada dasarnya hambatan-hambatan itu dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu:
a. Tarif (kuota, non-kuota, subsidi)
b. Hambatan-hambatan non-tarif
Perdagangan bebas adalah bebasnya arus barang-barang dan jasa-jasa melewati batas-
batas wilayah negara, perdagangan internasional tidak dihambat oleh campur tangan
pemerintah baik dalam bentuk tarif maupun hambatan-hambatan lainnya, konsep ini
adalah yang menyatakan bahwa perdagangan internasional dapat dilakukan dengan baik,
sumber-sumber dapat dialokasikan paling efisien dan kesejahteraan dapat dicapai apabila
semua produsen dibiarkan menghasilkan apa yang mereka buat paling baik, menjual
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
41

produk-produk mereka dalam iklim persaingan yang bebas dan terbuka, perdagangan
internasional, bebas dalam arti yang sebenarnya tidak pernah ada di dunia ini. Pemerintah
di negara-negara manapun senantiasa berusaha memenuhi kepentingan dalam negerinya
dari usaha-usaha luar negeri, alasan pemerintah untuk melaksanakkan proteksionisme ini
beraneka ragam, namun proteksionisme merugikan investasi karena merusak kepercayaan
dunia usaha. Proteksionisme menimbulkan banyak pertanyaan dan menciptakan
ketidakpastian dan menimbulkan kepastian yang besar dikalanya eksportir, mengenai
akses dan daya saing. Akhirnya akibat proteksi yang jelas adalah konsumen dipaksakan
membayar harga lebih tinggi untuk pilihan barang-barang yang terbatas, demikian pula
warga negara diharuskan pula membayar pajak langsung atau yang dinamakan Sales Tax
yang lebih tinggi untuk membiayai subisidi-subsidi yang mempertahankan produksinya
yang kurang efisien agar tetap beroperasi.
Kecenderungan negara-negara di dunia semakin produktif mengakibatkan
perdagangan dunia menjadi tidak sehat dan akhirnya dapat menjatuhkan manusia pada
tujuan mencipatakan kesejahteraan umat.

b. Industri Kuno atau Tua


Alasan untuk melindungi industri sudah kuno atau sudah tua hampir sama dengan
alasan melindungi industri baru dalam arti keduanya untuk melindungi dari persaingan
produk impor yang diimpor dari luar negeri, indsutri dalam negeri yang sudah kuno,
produknya mungkin sudah kadarluarsa, tidak optimal, tidak kompetitif dibandingkan
dengan produk-produk yang diimpor luar negeri. Pemerintah melakukan pembatasan
impor melalui hambatan-hambatan perdagangan untuk memberi waktu kepada industri
dalam negeri yang sudah kuno untuk melakukan peremajaan dalam meningkatkan
industrinya.

V. Tindakan Balasan
Suatu negara melakukan hambatan perdagangan internasional karena yakin negara
mitra dagangnya telah melakukan tindakan yag tidak adil dalam perdagangan misalnya,
subsidi oleh pemerintah dianggap sebagai suatu tindakan yang tidak adil oleh negara lain,
maka negara itu menggunakan tarif impor yang tinggi terhadapa produk dari negara yang
telah memberikan subsidi pada produsen dalam negeri tadi.

VI. Alasan-alasan Non-Ekonomis


Banyak negara-negara melaksanakkan hambatan perdagangan dengan berdasarkan
dengan alasan-alasan non-ekonomis misalnya:

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


42

a. Kekuatiran dapat merusak budaya bangsa, melarang impor buku-buku, film-film


dari luar negeri atau dari negara-negara tertentu.
b. Kekuatiran negara akan menjadi sangat tergantung kepada luar negeri.
c. Keyakinan yang berlebihan terhadapa kemampuan bangsa sendiri.

VII. Proteksionisme Baru


Sejak dekade 1970-an praktek perdagangan nasionalis atau penerapan hukum politik
dalam perdagangan masih banyak diterapkan banyak negara dalam berbagai bentuk
sungguhpun berbagai persetujuan perdagangan telah disepakati bahakan telah berdiri
organisasi perdaganagn duia yaitu WTO, praktek-praktek perdaganagn yang
mengutamakan kepentingan nasional tetap berjalan.
Banyak terjadi kebijakan-kebijakan proteksionisme menunjukkan dalam pengertian
yang sedikit lunak masih dianut oleh banyak negara hanya saja pada jaman proteksionisme
kuno, ditandai dengan penerapan tarif yang tinggi maka pada jaman proteksionis baru
hambatan perdagangan lebih banyak bersifat non tarif, secara sepintas lalu kebijakan non-
tariffs bariers secara sepintas lalu kebijakan tersebut tidak nampak sebagai proteksionisme
namun dampaknya tidak kalah dengan proteksionisme melalui tarif, banyak diterapkannya
hambatan-hambatan non-tarif itu membuat arus barang dari satu negara ke negara lain
menjadi sulit sehingga pertumbuhan perdagngan dunia menurun. Kebijakan-kebijakan
yang dapat digolongkan non-tariffs bariers diantaranaya adalah sebagai berikut:
a. Insentif pajak atas produk-produk domestik, bisanya suatu produk dari negara lain
dapat membanjiri negara-negara tertentu karena harganya murah, produk itu dapat
dijual dengan murah karena keunggulan teknologi, misalnya, sepeda buatan cina
lebih laku di Indonesia daripada produk Indonesia sendiri, agar produk sepeda
Indonesia mampu bersaing pemerintah memberikan insentif produk pajak tertentu,
sehingga sepeda produk Indonesai dapat dijual lebih murah daripada buatan cina,
akibtanya sepeda buatan cina tidak laku di Indonesia berarti pula secara tidak
langsung Indonesia telah menerapakan proteksionisme.
b. Pembatasan kuota impor, barang-barang yang datang dari luar negeri lalu dibatasi
dilihat dari segi dampak pembatasan impor ini lebih konkrit daripada melalui
insentif pajak. Sebagai contoh belakangan ini pemerintah Indonesia membatasi
komoditi buah-buahan yang masuk ke Indonesia tujuannya adalah agar buah-
buahan lokal dapat laku di pasar domestik dengan kebijakan ini maka buah-
buahan impor dari amerika, eropa, tahiland, new zealand sulit memasuki pasar
Indonesia, ini artinya Indonesia telah melakukan kebijakan proteksi dengan dalih
demi kepentingan nasional.
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
43

c. Subsidi, contoh proteksionisme baru yang lain adalah subsidi, jaminan kemudahan
untuk mendapatkan kredit dari bank-bank, dumping dan regulas perdagangan.
Yang dimaksud dengan subsidi adalah subsidi yang diberikan pemerintah
terhadapa produsen produk-produk tertentu, sehingga biaya produksi lebih rendah
dan memiliki daya saing lebih tinggi, kebijakan jaminan atau pemberina
kemudahan, kredit juga dimaksudkna untuk kelancaran proses produksi sehingga
daya saing terhadap produk-produk negara lain meningkat. Sedangakan yang
dimaksud dengan dumping adalah strategi untuk menguasai pasar luar negeri
dnegan cara menjual produknya ke negara itu dengan haraga di bawah harga pasar
yang belakun di negaranya, sementara produksi melalui regulas artinya suatu
negara memberlakukan kebijakan-kebijakan perdagangan khusus, kebijakan impor
yang ditunjukkan untuk mempersulit komoditi dari negara lain memasuki negara
tersebut.
Tujuan dari semua proteksi non-tarif tersebut pada dasarya adalah untuk melindungi
industri-industri dalam negeri, diharpakn dengan berbagai perlindungan yang dibuat
pemerintah, industri-industri tersebut tidak hanya berkembang di dalam negeri dan
melakukan ekspansi sehingga mereka dapat menjadi kolektor devisa dalam rangka
memperkuat ekonomi internasional pada khususnya national power pada umumnya.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


44

BAB VII
General Agreement on Trade and Tariffs (GATT) And World Trade
Organization

I. Pendahuluan (GATT)
GATT adalah suatu perjanjian dagang internasional multilateral yang disepakati pada
tahun 1988 dimana tujuan pokoknya adalah untuk menciptakan perdagangan internasional
yang bebas, membantu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembanguna. Sewaktu
GATT didirikan adalah satu-satunya sarana multilateral yang memuat prinsip-prinsip dan
ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang mana anggotanya waktu itu 125
anggota yang dinamakan contracting parties yang menyetujui prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan.
II. Tujuan GATT
Dalam rangka untuk mencapai tujuannya, GATT bekerja pada dua tingkatan yang
saling melengkapi yaitu:
1. Sebagai perkumpulan aturan yang mencakup Genereal Agreemeet itu sendiri serta
bebragai ranah hukum yang telah dirundingkan di bawah perlindungan GATT
2. Sebagai wadah ia tetap yang memantau perkembagan perdagangan internasional,
mengatur perundingan-perundingan untuk menghilangkan atau mengurangi
hambatan-hambatan perdagangan internasional dan menyelesaikan perselisihan-
perselisihan perdagangan
Maka dengan demikian GATT merupakan suat perkumpulan maupun suatu pola
bagaimana negara anggota untuk mencapai konsiliasi (penyelesaian) dalam perundingan.
GATT sebagai suatu perkumpulan internasional yang mengatur sistem perdagangan
internasional mempunyai empat prinsip dasar, yaitu:
a. Trade without Discrimination
Prinsip uatam GATT adalah Most Favourite Nation Close (MFNC) yang berarti
bahwa perdagangan internasional harus didasarkan pada prinsip non-diskriminasi.
Artinya setiap negara anggota harus memberikan perlakuan yang sederajat dalam
kebijakan perdagangannya kepada negara lain. Setiap negara harus saling
memberikan perlakuan yang sama dan timbal-balik (reciprocity) dalma hubungan
perdagangan internasional.
b. Protection Though Tariffs
Suatu negara yang ingin melindungi industri dalam negerinya dapat memberikan
perlindungan hanya melalui tarif dan tidak melalui hambaan-hambatan perdagangan
non tarif.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


45

c. Prinsip Tranparansi/Keterbukaan
Perlakuan dan kebijakan perdagangan yang dilaksanakkan suatu negara harus
transparan, jelas dan terbuka. Dengan kata lain, perlakuan dan kebijaksanaan tersebut
harus dapat diketahui oleh seluruh mitra dagangnya, misalnya suatu negara
mengeluarkan peraturan baru tentang impor, maka seluruh mitra dagangnya harus
diberitahu untuk memahami peraturan tersebut.
d. The Stable Basics for Trade
GATT juga bertujuan untuk menciptakan stabilitas perdagangan, untuk mencapai
tujuan tersebut GATT membuat suatu peraturan tentang pengikatan tarif (tariffs
bendings) melalui perundingan yang dilakukan antara negara anggota.

III. Uruguay Round


Uruguay round yang dilakuakn pada tanggal 20 september 1986 di kota Panta de Este,
negara-negara anggota GATT sepakat untuk meluncurkan negosiasi perdagangan
multilateral guna menciptakan dunia yang lebih tentram dan bebas. Perundingan ini
dianggap yang paling ambisius dan kompleks dengan pokok permasalahan yang
dirundingkan yang paling banyak dan komperhensif. Untuk pertama kalinya negara-
negara berkembang merupakan partisipan yang aktif. Putaran Uruguay membahas lima
bidang permaslaahan, yaitu:
1. Empat belas bidang perdagangan barang (goods on negotiations group)
2. Bidang perdagangan biasa (goods negotiation for services)
Putaran-putaran sebelumnya yang pernah diadakan adalah:
1. Benever Rounds tahun 1947
2. Annezy Rounds tahun 1989
3. Gorquew Rounds tahun 1950-1951
4. Geneva Rounds tahun 1955-1956
5. Dellon Rounds tahun 1961-1962
6. Kennedy Rounds tahun 1963-1967
7. Tokyo Rounds tahun 1973-1979
8. Uruguay Rounds 1986-1994
Setelah hampir delapan tahun pada akhirnya putaran tersebut berakhir dengan
ditandatanganinya The Final Act and Embodying The Result of The Uruguay Rounds of
Multilateral Trade Negotiations oleh 125 negara anggota GATT di Maracas, Maroko 15
April 1994.
Ketentuan yang disetujui pada putaran tersebut terdiri dai empat kelompok yaitu
mengenai:
1. Perdagangan produk pertanian, tekstil, garmen dan produk-produk yang bermanfaat
pada umumnya;
2. Perdagangan bidang jasa;
3. Investasi yang terkait dengan perdagangan Related investment measures (TRIMS);

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


46

4. Hak milik intelektual yang tekait dengan perdaganagn yaitu (related intelectual
property rights or TRIPs)

IV. World Trade Organization (WTO)


Disetujui pula pada putaran Maracas penunjukkan WTO yang mulai beroperasi pada
tanggal 1 Januari 1995 di Maracas. WTO merupakan badan untuk mengawasi atau
memantau pelaksanaan putusan-putusan putaran urugay WTO juga diharapkan suat badan
yang dapat menyelesaikan sengketa-sengketa dagang antar negara-negara anggota melalui
dispute settlement body. Adanya pembentukkan WTO adalah keinginan sejumlah negara-
negara yang bangkit untuk memperbaiki kehancuran ekonomi akibat perang dunia kedua,
serta mengakhiri pengaruh sistem proteksionisme yang berkembang membuat
pembentukkan wadah untuk perdagangan internasional. Pada awalnya dibentuk
International Trade Organization namun demikian meskipun perundingan di Kuba yang
dilaksanakkan pada tahun 1948 telah berhasil merumuskan diagram pendirian ITO yang
dinamakan Havana Charter. Pendirian ITO ini gagal karena disebabkan adanya
penolakkan dari Kongres AS untuk meratifikasi, sungguhpun ITO gagal terbentuk maka
GATT berhasil dirumuskan pada tahun 1967 dan kemudian pada tahun 1995 pada tanggal
1 Januari terbentuklah WTO.

V. Tujuan, Fungsi dan Struktur WTO


Sebagai suatu organisasi internasional yang memegang peran penting dalam mengatur
masalah-masalah perdagangan dunia WTO didirikan dengan maksud untuk menciptakan
kesejahteraan negara-negara anggota melalui perdagangan internasional yang lebih bebas.
Hal tersebut diharapkan dapat dicapai melalui serangkaian aturan-aturan yang disepakati
dalam perdagangan multilateral yang adil dan transparan serta menjaga keseimbangan
kepentingan semua negara anggota baik negara maju maupun negara berkembang
termasuk negara-negara Least Developing Countries (CDCs). Tujuan untuk mencapai
kesejahteraan bersama tersebut dituangkan lebih lanjut dalam undang-undang pendirian
WTO (Agreement Esthablishing The WTO) yang isi menegaskan secara spesifik tujuan,
fungsi dan struktur kelembagaan WTO.

VI. Status WTO dan Peranan WTO


WTO merupakan subjek hukum dan status tersebut wajib diakui oleh negara-negara
anggotanya, dengan memperoleh status tersebut maka diharapkan WTO dapat melakukan
porsinya sesuai dengan amanat dalam perjanjian WTO agar fungsi WTO secara
independen, maka kepada WTO baik secara organisasi maupun pejabat-pejabatnya serta

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


47

perwakilan-perwakilan negara anggota memperoleh hak istimewa dan kekebalan yang


wajib diakui oleh negara-negara anggotanya.
Peran WTO sebagai suatu organisasi yang bersifat permanen akan lebih kuat daripada
GATT, ini setidak-tidaknya tercermin dari struktur organisasi yang melibatkan negara
anggotanya sampai tingkat menteri. Secara garis besar peranan WTO dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Mengadministrasikan berbagai persetujuan yang dihasilkan putaran uruguay di
bidang barang dan jasa baik multilateral maupun plurilateral, serta mengawasi
pelaksanaan komitmen akses pasar di bidang tarif maupun non-tarif.
2. Mengawasi praktek-praktek perdagangan internasional dengan secara regular
meninjau kebijaksanaan perdagangan negara anggotanya dan melalui prosedur
notifikasi.
3. Forum dalam menyelesaikan sengketa dan penyediaan mekanisme konsiliasi guna
mengatasi sengketa perdagangan yang timbul.
4. Menyediakan bantuan teknis yang diperlukan sebagian anggotanya, termasuk bagi
negara-negara sedang berkembang dalam melaksanakkan dalam hasil putaran
Uruguay.
5. Sebagai forum bagi negara anggotanya untuk terus menerus melakukan
perundingan pertukaran profesi di bidang perdagangan guna mengurangi
hambatna-hambatan perdagangan dunia.

VII. Ruang Lingkup Perjanjian dalam WTO


Dalam perdagangan multilateral WTO terdapat banyak aturan perjanjian-perjanjian
yang harus diakui dan dipatuhi oleh setiap negara anggota, mengingat perjanjian-
perjanjian dalam perdagangan multilateral bersifat mengikat secara umum (legally
binding) di samping itu putusan yang dihasilkan WTO bersifat tidak dapat ditarik kembali
Irrevocable atran di dalamnya sanga panjang dan bersifat kompleks karena menyangkut
konteks hukum yang sangat luas dalam area perjanjian di bidang perdagangan barang dan
jasa general agreement on trade and services dan hak kekayaan intelektual serta
kesepakatan mengenai aturan dan prosedur, penyelesaian sengketa dan mekanisme
peninjauan kebijakan-kebijakan perdagangan.
Terdapat lima prinsip kejadian yang diatur dalam WTO, kelima prinsip tersebut
merupakan struktur dari GATT yang diambil alih oleh negara-negara anggota dari WTO,
yaitu:
1. The most favourite nations
2. Tariff bindings
3. The national tradement obligations
4. The elimination of quantitative destriction
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
48

5. Transparansi
Selain daripada itu terdapat lagi ketentuan akses pasar dan impor perdagangan yang di
ambil alih dari GATT, adalah:
1. Tarif
2. Safeguard, dilarang melakukan pembatasan kuota impor
3. Balance of Payment Provisions
4. Techinal barrier to trade, hambatan teknik dalam perdagangan
5. Sanitary and vitho sanitary
6. Trade related investments measures. (TRIMs)

VIII. Trade Policy Review Mechanism


Tujuan WTO dapat tercapai apabila terdapat transparansi dalam kebijakan dan aturan
perdagangan masing-masing negara anggota, sehubungan dengan itu WTO secara reguler
melaksanakkan peninjauan terhadap ketentuan perdagangan dari masing-masing negara
anggota, tinjauan kebijakan perdaganagn dalam WTO itu sendiri dilakukan oleh suatu
badan tersebut yang disebut dengan trade policy review body yang difokuskan kepada
kebijakan dan praktek perdagangan negara-negara anggota. Dalam review kebijakan
trade policy review body ini mendasarkan penilaiannya kepada laporan yang disampaikan
oleh negara-negara anggota dan laporan dari berbagai sumber dan di klarifikasikan lebih
lanjut dengan negara-negara anggota lainnya ataupun negara yang menjadi objek
penilaian. Selanjutnya dalam memenuhi prinsip trasparansi laporan dari hasil penilaian
(review) kebijakan dipublikasikan kepada seluruh negara anggota dan disampaikan juga
secara langsung kepada ministrial conference.

IX. Perjanjian dan implementasi WTO


Permasalahan yang paling mendasar dalam WTO adalah menyangkut komitmen dan
implementasi perjanjian oleh negara anggota. Permasalahan tersebut terutama bersumber dari
2 hal yaitu :
 Komitmen implementasi perjanjian negara maju yang tidak sesuai dengan harapan
negara berkembang.
 Permasalahan yang dihadapi negara berkembang, yang emnghadapi kendala untuk
merubah kebijakan domestiknya sesuai dengan perjanjian WTO.
Permasalahan tersebut terutama disebabkan ketidakseimbangan antara negara maju dan
negara berkembang dalam berbagai hal, antara lain besarnya kemampuan financial, teknologi
dan ilmu pengetahuan serta tahap pembangunan. Agar liberalisasi perdagangan WTO dapat
berjalan sebagaimana tujuan terbentuknya lembaga tersebut tanpa merugikan negara
berkembang, maka sejumlah proposal dari perjanjian perlu ditinjau kembali. Beberapa

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


49

perjanjian WTO yang mengalami permasalahan dalam implementasinya antara lain dalam
sector pertanian, industry, TRIPs, TRIMs, mekanisme special safeguard, dll.

X. Dipute settlement
Sistem penyelesaian sengketa (dispute settlement system) dimaksudkan agar setiap negara
anggota menghormati hak dan kewajiban masing-masing sesuai kesepakatan yang disepakati.
DSB (dispute settlement body), sebagai badan penyelesaian sengketa WTO dalam
memberikan rekomendasi dan merumuskan aturan tidak diperkenankan menambah atau
mengurangi hak dan kewajiban dari negara anggotanya yang tercantum dalam perjanjian,
yang dapat diajukan menggunakan mekanisme penyelesaian sengketa.
Tujuan dari DSB adalah untuk memecahkan masalah secara positif atas suatu kerugian yang
dialami suatu negara sebagai akibat inddikasi tindakan pelanggaran perjanjian yang dilakukan
oleh negara lain. Dalam hal upaya menyelesaikan sengketa antar negara anggota tidak
berhasil, maka sengkete tersebut dapat diajukan untuk diselesaikan melalui sistem
penyelesaian sengketa WTO. DSB akan menentukan apakah tindakan yang dilakukan suatu
negara terhadap negara lain melanggar atau tidak konsisten dengan perjanjian yang berlaku.
Dalam hal ditemui suatu negara dianggap melakukan pelanggaran, maka negara tersebut
diwajibkan mencabut aturan atau tindakan yang tidak konsisten tersebut. Dalam hal negara
yang melakukan pelanggaran tersebut tidak memperbaikinnya maka negara yang mengajukan
keberatan dapat meminta kompensasi (penggantian) kepada negara yang melakukan
pelanggaran atau tidak konsisten sampai tidak melanggar tindakan tersebut dicabut.
Sebaliknya jika negara yang melakukan pelanggaran tersebut masih tidak menghentikan atau
mencabut ketentuan atau pengaturan yang tidak konsisten tersebut, maka negara yang
dirugikan dapat meminta persetujuan DSB untuk melakukan langkah balasan.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


50

BAB VIII
Integrasi Ekonomi, Kerjasama Ekonomi Regional

I. Pendahuluan
Salah satu fenomena internasional yang tidak dapat dilepaskan dari kajian ekonomi
politik internasional adalah masalah integrasi atau regionalisme ekonomi. Kecenderungan
ekonomi telah menjadi fenomena kontemporer dalam hubungan internasional sebenarnya,
kecenderungan negara-negara membentuk integrasi ekonomi sudah berlangsung lama
tetapi, baru akhir-akhir ini kecenderungan tersebut nampak semakin menonjol.

II. Integrasi Ekonomi Kawasan


Hampir di setiap kawasan di dunia akhir-akhir ini telah terbentuk integrasi ekonomi
(penggabungan ekonomi) dari yang bersifat longgar hingga yang bersifat ketat dapat
ditemui di berbagai benua.
Di benua Amerika misalnya, kita mengenal NAFTA (North Atlantic Free Trade
Agreements) yang melibatkan Amerika Serikat (AS), Kanada dan Meksiko. Di Amerika
SERIKAT Selatan ada LAFTA (Latin America Free Trade Association) dan CACM
(Central America Common Market) dan Pakta ANDEAN. Di benua Eropa sudah
terbentuk integrasi ekonomi yang mungkin paling kokoh di dunia yaitu EEC (European
Economic Community) yang kini telah berkembang menjadi EU (European Union). Di
kawasan Asia Pasifik sudah terbentuk juga APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)
dan AFTA (ASEAN Free Trade Area), di Asia Selatan ada SAPTA (South Asia Preferntial
Trade Area) yang menuju kepada SAFTA (South Asia Free Trade Area) dan di Afrika ada
EACM (East African Common Market).

III. Tujuan Integrasi


Disamping faktor global, faktor-faktor lain adalah faktor integrasi ekonomi yang
mendorong negara-negara di dunia membentuknya. Tujuan atau harapan-harapan yang
ingin diraih pemerintahan negara-negara adalah mendirikan integrasi ekonomi. Menurut
pakar ekonomi, Walter S. Johns (1985) sedikitnya ada 3 tujuan yang mendorong lahirnya
integrasi ekonomi dalam suatu kawasan, yaitu:
a. Potensi ekonomi, tujuan dari integrasi ekonomi adalah untuk memaksimalkan potensi
ekonomi dari masing-masing negara yang berintegrasi, negara-negara yang sedang
berkembang, maupun negara-negara maju melakukan integrasi dengan tujuan agar
mereka memiliki daya saing yang lebih baik dan kuat untuk menghadapi
perekonomian-perekonomian di dunia misalnya, pada awal 1950-an negara-negara
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
51

Eropa Barat merasa tidak sanggup lagi bersaing dengan perekonomian Amerika
Serikat sehingga, pada tahun 1957 mereka membentuk masyarakat ekonomi Eropa
dengan cara mengintegrasikan diri dalam sebuah blok ekonomi mereka berharap
secara kolektif memiliki potensi ekonomi dan daya saing yang tidak kalah dengan
Amerika Serikat.
b. Potensi politik, dalam hal ini tujuan membentuk integrasi ekonomi tidak dapat
dilepaskan dari motivasi politik, negara-negara bergabung dalam sebuah implementasi
ekonomi diantaranya dalam rangka untuk memaksimalkan potensi politik. Biasanya,
negara-negara tidak mempunyai kekuatan atau kekuasaan politik (sungguhpun secara
ekonomi cukup kuat) sehingga mereka tersisih dalam percaturan-percaturan
internasional misalnya Brunei Darussalam dan Singapura. Tetapi dalam bergabung
dalam suatu integrasi (sunguhpun motif awalnya ekonomi) namun secara politik
mereka akan memperoleh keuntungan dalam kolektif. ASEAN dan NAFTA, Brunei
Darussalam dan Singapura dengan sendirinya dapat memainkan perannya dalam
percaturan politik internasional, peranan tersebut belum tentu dapat mereka peroleh
jika tidak bergabung dalam suatu integrasi seperti ASEAN dan lainnya.
c. Resolusi Konflik, beberapa negara bergabung dalam integrasi dengan tujuan untuk
mencari pemecahan atas konflik-konflik yang mereka hadapi bersama, dengan adanya
integrasi akan tumbuh rasa saling ketergantungan antara negara-negara anggotanya
dan dengan sendirinya benih-benih konflik dapat diredam atau setidak-tidaknya bila
terjadi konflik antar negara, maka dapat diselesaikan melalui mekanisme organisasi
yang ada dalam integrasi tersebut sebagai contoh misalnya, Jerman dan Prancis dulu
bersaing terus menerus untuk memperebutkan sumber-sumber daya batu bara dan baja.
Untuk menjadi solusi atas konflik kepentingan tersebut maka mereka bentuklah
Masyarakat Baja dan Batu Bara Eropa yang mana akhirnya menjadi cikal bakal bagi
pembentukkan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

IV. Pra-kondisi Integrasi


Harapan atau tujuan yang ingin dicapai dengan membentuk integrasi tidaklah dengan
sendirinya dapat terwujud, apabila tidak mendukung oleh faktor-faktor pendorong bagi
berdirinya sebuah integrasi. Agar suatu integrasi ekonomi (yang mungkin integrasi
apapun) dapat berjalan dengan lancar dan baik setidak-tidaknya diperlukan pra-kondisi,
pra-kondisi tersebut secara sederhana adalah sebagai berikut:
a. Asimilasi sosial, agar suatu integrasi eonomi dapat berjalan dengan lancar dan
memenuhi harapan, maka dipersyaratkan adanya toleransi budaya timbal-balik,

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


52

kedekatan hubungan antar pemerintah dan antar bangsa pada umumnya dan identitas
bersama atas tujuan-tujuan kebijakan luar negeri. Integrasi ASEAN misalnya,
ditunjang oleh kedekatan budaya negara-negara anggotnya sehingga terciptalah
toleransi dan saling pengertian bila terjadi perbedaan-perbedaan kepentingan.
b. Kesamaan nilai, negara-negara yang berintegrasi harus terdapat persamaan nilai atau
perspektif dalam melihat atau menilai masalah-masalah ekonomi jika terdapat
perbedaan yang tajam maka, tujuan integrasi akan sulit diwujudkan sebagai contoh:
jika negara A dan B menganut norma-norma pasar bebas, sementara negara C dan D
mempraktekkan nilai-nilai perencanaan terpusat maka, mekanisme integrasi tidak
mungkin berjalan dengan sehat pasti akan sering terjadi benturan-benturan
kepentingan di antara mereka.
c. Keuntungan bersama, keuntungan yang diharapkan oleh suatu negara dengan
memasuki integrasi ekonomi harus mencerminkan harapan dari semua rakyatnya.
Keuntungan mungkin juga ingin dicapai mungkin berbeda antara negara yang satu
dengan yang lain tetapi, dengan adanya integrasi itu diharapkan harus menjamin
keuntungan yang konkrit bagi semua negara anggotanya.
d. Kedekatan hubungan di masa lampau, kedekatan hubungan masa lampau antar
negara-negara anggota yang berintegrasi juga merupakan pra-kondisi yang harus
dipertimbangkan, karena negara tersebut di masa lampau pernah terjadi hubungan
yang dekat sebelum memasuki integrasi ekonomi.

V. Tingkat-tingkat Integrasi
Integrasi ekonomi mempunyai integrasi yang berbeda-beda dari suatu tempat atau
wilayah yang berlainan, integrasi ekonomi dapat berlangsung dari yang bersifat longgar
sampai yang bersifat ketat. Suatu kerjasama ekonomi dikatakan paling ketat berarti
tingkat integrasinya paling tinggi dan begitu pula yang dikatakan longgar karena tingkat
integrasinya tingkat rendah. Menurut ahli ekonomi Pieter Lindant dalam bukunya
“International Economic” secara umum derajat integrasi ekonomi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Preferintial Free Agreement (PFA), PFA merupakan bentuk atau tahapan inegrasi
ekonomi yang paling longgar hambatan-hambatan perdagangan (Trade Barriers) antar
negara yang berpartisipasi dalam integrasi tersebut masih ada tapi sangat rendah dalam
integrasi ekonomi tahap PFA ini, negara-negara anggota memperkenalkan pengenaan
tarif atas jumlah produk tertentu. Integrasi ekonomi ASEAN sekarang ini merupakan

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


53

contoh integrasi ekonomi dalam bentuk PFA yaitu dengan memperkenalkannya skema
CEPT (Common Efective Preferintial Tariffs).
b. Free Trade Area (FTA) merupakan bentuk integrasi dimana semua hambatan-
hambatan perdagangan antar negara yang berpartisipasi ditiadakan jadi, bentuk FTA
(wilayah perdagangan bebas) lebih tinggi derajatnya atau lebih ketat kadarnya
daripada PTA . Dalam FTA hambatan perdagangan lebih bersifat tarif maupun non
tarif antar negara-negara anggotanya dihapuskan, namun dalam perdagangan dengan
negara-negara non anggota FTA, masing-masing memberlakukan kebijakan dagangnya
masing-masing. Pada tahun 2003 jika AFTA (ASEAN Free Trade Association) sudah
beroperasi sesama negara ASEAN tidak diperlukan menggunakna hambatan
perdagangan tetapi antara Indonesia dan Thailand misalnya dimungkinkan
menjalankan kebijakan dagang yang berbeda terhadap negara-negara non ASEAN.
c. Custom Union (CU), merupakan bentuk integrasi ekonomi yang lebih ketat dari FTA
bagi negara-negara anggota CU, custom atau pajak tidak diberlakukan tetapi masih
tetap diberlakukan bagi negara-negara yng tidak menjadi anggota CU, diberlakukan
harmonisasi kebijakan perdagangan. Bila FTA masing-masing negara nggota
menempuh kebijaksanaannya sendiri-sendiri jika berhubungan dengan negara anggota,
maka dalam CU diusahakan mereka menjalankan politik luar negeri dagang yang
kompak.
d. Common Market (CM), bentuk dan operasionalisasi hampir mirip dengan CU tetapi
dalam CM ini pergerakan atau mobilitas faktor-faktor produksi seperti buruh dan
modal diantara negara-negara anggota berlangsung secara bebas misalnya, dalam pasar
pertama Eropa ]yang terbentuk sejak tahun 1992, arus modal dan tenaga kerja dari satu
negara ke negara lain dalam integrasi ekonomi tersebut berjalan bebas sebagaimana
yang terjadi dalam negeri masing-masing negara anggota. Jadi, secara ekonomi
integrasi dalam bentuk CM sudah seperti sebuah negara dimana mobilitas manusia,
barang-barang berjalan tanpa hambatan-hambatan yang berarti.
e. Economic Union (EU) derajat integrasi ekonomi dalam bentuk EU jauh lebih tinggi
daripada CM hingga saat ini, EU dianggap sebagai bentuk integrasi ekonomi yang
paling maju. Dalam EU ini selain dari tidak ada lagi berbagai hambatan perdagangan,
dibebaskannya arus tenaga kerja dan modal juga diberlakukan penyatuan kebijakan
moneter dan fiskal. Integrasi ekonomi Eropa sekarang ini sudah mulai masuk tahap
EU, dimana mulai diberlakukannya penyatuan kebijakan moneter dan fiskal, mata

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


54

uang yang dipakai untuk interaksi perdagangan antar negara anggota (EU) mulai
menggunakan mata uang baru yaitu Euro.

VI. Integrasi Ekonomi Kawasan / Latar Belakang Pembentukan


Globalisasi ekonomi secara integrasi sesungguhnya bukan merupakan suatu fenomena
baru. Berbagai hubungan ekonomi dan perdagangan sudah berlangsung sejak dahulu kala
terutama sejak Perang Dunia pertama dan kedua, menimbulkan terbentuknya pola
integrasi ekonomi diantara struktur masyarakat yang berbeda, proses globalisasi dalam
domain ekonomi telah berjalan begitu cepat dan tidka pernah terjadi sebelumnya.
Terdapat 3 faktor yang fundamental yang telah mempengaruhi globalisasi ekonomi
yaitu sebagai berikut:
1. First, Improvement in The Technology of Transportation and Communication
have reduce the cost of Transporting Goods, Services and Factors of Production
and Communicating economicly useful knowlage and Technology.
2. Second, The taste of individual and society have generally but not universally
favorered taking advantage of the oppurtunities provided by declineing cost of
transportation and communication trough increasing economic intergration.
3. Third, Public Policies have significantlly influence the character and pace of
economic integration although not always in the direction of economic increasing
economic integration.

Berangkat dari ketiga faktor fundamental di atas telah mempengaruhi pola integrasi
ekonomi dalam berbagai dimensi dan kepentingannya. Terdapat 3 dimensi penting yang
terkait dalam pembentukkan integrasi ekonomi yaitu sebagai berikut:
The three importants dimension of economic integration:
1. Through human migration
2. Trade in goods and services
3. Through movement of capital and integration of financial methods

VII. ASEAN Free Trade Area


Area perdagangan bebas ASEAN (AFTA) merupakan suatu kerjasama regional di
Asia Tenggara untuk menghapuskan trade barriers antara negara-negara anggota ASEAN
munculnya kerjasama regional di bidang ekonomi merupakan fenomena global yang
terjadi di berbagai blok-blok ekonomi sebagai respon terhadap globalisasi dan
perdagangan bebas atau dengan kata lain sebagai anti klimaks dari globalisasi itu sendiri.
Pembentukkan blok-blok kerjasama regional dapat juga dijumpai di Eropa, Asia, Afrika,
Amerika Selatan dan Amerika Utara.
Uni Eropa dapat dikategorikan sebagai Multinational Market Groups yang paling
establish bahkan menjadi model dari organisasi regional lainnya. Blok-blok
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
55

kerjasama regional dalam bidang ekonomi di regin-region lainnya seperti NAFTA,


adalah antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, ECOWAS (Economic
Community of West African States) dengan anggotanya Benin, Burginapaso, Cape
Verde, Ivory Coast, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bisao, Lyberia, Mali,
Mouritania, Niger, dan Nigeria menerapakan aturan2 internal yang sipatnya
mempermudah interaksi bisnis dalam framework perdagangan bebas.

Di Asia pembentukkan AFTA dicapai melalui KTT ASEAN di Singapura pada bulan
Januari 1992 dengan secara formal disetujui pembentukkan AFTA dengan melahirkan
CEPT. Pembentukkan AFTA ini sesungguhnya dapat dikatakn sebagai anti klimaks
globalisasi dengan terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 yang menimpa semua negara-
negara ASEAN termasuk negara yang sudah maju seperti Korea Selatan. Sebagai langka
antisipatif AFTA semakin penuh perhatian untuk mengurangi hambatan-hambatan tarif
dan non tarif diantara seluruh negara anggota-anggota, guna melakukan economic
recovery serta meningkatkan bargaining position di masyarakat internasional.
Tujuan pendirian AFTA merupakan kerjasama ekonomi regional ASEAN dalam
rangka untuk tercapainya cita-cita perdagangan dunia yang adil, seimbang, transparan,
bebas hambatan tarif dan non-tarif serta mendukung pemulihan ekonomi dan dinamika
bisnis negara-negara anggota yang sesuai dengan kesepakatan ASEAN Bold Measures
yang dicapai pada bulan Desember 1998 pada KTT ASEAN VI di Hanoi.
Walaupun tidak disepakati persetujuan Zona perdagangan ASEAN (AFTA) dalam
implementasinya ada hal-hal yang dikecualiakan yaitu hal-hal yang tidak temasuk free
trade karena alasan sebagai berikut:
1. National security
2. Public morals
3. Human, animal or plants life
4. Health
5. Articels of artisitic
6. Archeological value
ASEAN Bali Conference ke 19 bulan November 2011 adalah:
1. Politik keamanan ialah pembentukkan komunitas keamanan ASEAN antara lain
penyelesaian konflik kawasan secara damai, perampokkan, pemberantasan
korupsi; menjamin kawasan Asia Tenggara bebas nuklir serta mencegah terorisme
dan kejahatan transnasional.
2. Ekonomi ialah pembentukkan komunitas ekonomi ASEAN untuk mencapai
integrasi ekonomi ASEAN tahun 2020 dipercepat menjadi 2015 menuju kawasan
ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan kompetetif, partisipasi ASEAN dalam

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


56

perekonomian global, penguatan kapasitas ekonomi ASEAN, adopsi standar


produksi dan distribusi komunitas ASEAN, perbaikan akses dan penerapan
teknologi dan peningkatan investasi pertanian serta deversifikasi energi
3. Sosial Budaya ialah pembetukkan komunitas sosial budaya ASEAN,
memperkokoh solidaritas sesama warga ASEAN, saling mendukung dalam
mengatasi masalah-masalah kemiskinan dan pembangunan manusia,
penanggulangan dan penanganan bencana alam, penanganan dampak perubahan
iklim, kesehatan, pendidikan serta kebudayaan.

1. Area perdagangan amerika utara


Model pembentukan NAFTA merupakan area perdagangan bebas yang didirikan
oleh tiga negara yaitu amerika serikat, kanada dan mexico. Pembentukan pasar
bersama dalam bentuk asosiasi antar negara tidak lepas dati faktor-faktor kultur,
geografis ekonomi dan politik. Pembentukan pasar bersama adalah dimulai
dengan regional coopertion group  Free Trade Area  custom union 
common marcet political union.
1. Regioan cooperation group
Integrasi ekonomi ini sangat mendasar antara dua negara atau lebih untuk
mengembangkan join venture project guna kepentingan kemakmuran warga
negara yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya, Colombia bekerjasama
dengan venezuela dalam membangun konstruksi generator (hydro Electric) dari
sungai Orinoko.
2. Free trade area
Integrasi tahap ini memerlukan kerjasama lebih bersemangat / intense dari
tahap pertama. Para pihak yang bersangkutan telah mulai membicarakan
mengenai pengurangan tarif, cukai atau bea masuk barang-barang dari luar
negeri atau kendala perdaganagan (trade barrries) hanya secara internal. Selain
dari pada itu memberikan perlakuan bagi para negara bukan anggota.
Kerjasama serupa ini dilakukan oleh blok perdagangan seperti NAFTA, EFTA,
dan AFTA.
3. Custum Union (Bea cukai, pabean)
Untuk mendirikan blok-blok perdagangan atau dalam istilah perdagangan
internasional menggunakan multi nasional group market custum union
merupakan tahapan pasca perdagangan bebas Free Trade yang merupakan
perjanjian internal terhadap negara-negara anggotanya dalam pembebasan bea
masuk dan kendala nontarif. Disisi lain asosiasi ini akan mengenakan bea

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


57

masuk terhadap negara-negara non anggota atau barang-barang ynag diimpor


dari negara-negara non anggota. Tahapan ini merupakan periode transisi dari
free trade menuju common market.
4. Common market
Perjanjian pasara bersama (CM) merupakan kelanjutan dari CU yang
meningkat pada pasar tunggal dengan cara men-setup tarif eksternal dan
mengeliminasi tarif internal bagi negara-negara non anggota. Dlam tahap ini
pula termasuk free trade movement of goods, services and capital lantara
negara-negara anggota. Kondisi ini telah diimplementasikan oleh Pasar
Ekonomi Eropa (EEC – Erupion Eco Community) berdasarkan Traktat Roma.
5. Poltical Union
Fase ini merupakan bentuk kerjasama regional yang secara terintergrated
penuh yang didalamnya terdapat integrasi ekonomi dan politik.

VIII. Blok Perdagangan di Afrika


Di benua Afrika asosiasi perdagangan antar negara telah terbentuk sebagaimana
kecenderungan di berbagai belahan dunia, Uni eropa, Amerika Latin dan Asia. Berikut ini
beberapa asosiasi pasar MNC secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. AFRO–MAlAGASI Economic Union dengan anggota Benin, Bukina Paso, Kamerun,
Republik Afrika Tengah, Chad, Republik Rakyat Kongo, Ivory Cost, Gabon, Mali,
Maurikania, Nigeria, Senegal dan Togo, yaitu negara-negara yang ada di bagian barat
Afrika.
b. East Africa Custom Union dengan anggota Ethiopia, Kenya, Sudan, Tanzania, Uganda
dan Zambia.
c. Marghreb Economic Community dengan anggota Algeria, Laberia, Tunisia dan
Maroko.
d. Casablanca Group yaitu Mesir, Ghana, Guinea dan Maroko.
e. Economic Community of West Africa States (ECOWAS) dengan anggota Benin,
Bukina Paso, Cape Verde, Gambia, Ghana, Guniea, Guinea Piso, Nigeria, Mali,
Mauritania, Niger dan Nigeria.
f. West Africa Economic Community dengan anggota Senegal, Togo, Bukina Paso, Ivory
Cost, Mali, Mauritania dan Niger.

IX. Blok Perdagangan di Amerika Latin


Di Amerika Latin terdpat beberapa grup perdagangan internasional diantaranya
adalah:
a. Andean Common Market beranggotakan Bolivia, Kolombia, Ekuador, Peru, Venezuela
dan Panama. Persekutuan perdagangan ini didirikan bersadarkan Pakta Andena untuk
merumuskan aturan investasi asing, tarif umum untuk negara non anggota serta
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
58

reduksi tarif internal antar anggota. Ketentuan tersebut disepakati antar anggota untuk
diberlakukan.
b. Central America Common Market (CACM) dengan anggota Guatemala, El Savador,
Costarica, Nikaragua dan Honduras. Persekutuann ini ditujukan gar tebentuknnya
pasar tunggal antara anggota wilayah Karibia. Agenda dari organisasi ini mengenakan
tarif eksternal dan reduksi tarif internal antara anggota persekutuan.
c. Carribean Community and Common Market (CARICOM) beranggotakan antiguar dan
barbuda, barbados, belize, dominika, grenada, guiana, jamaica, mont serrat, st kidsss,
navis anggulia, vincent dan trinidan togaco.
d. Native America Integration Association (LAFTA) dengan anggota Argentina, Bolivia,
Brazil, Chili, Kolombia, Ekuador, Meksiko, Paraguay, Peru, Uruguay dan Venezuela.

X. Blok Perdagangan di Asia Pasifik


Blok perdagangan di Asia Tengah dan Timur Tengah. Di timur tengah terdapat
asosiasi perdagangan antar negara yang dikenal dengan Arab Common Market (ACM)
kerjasama regional di kawasan Timur Tengah ini beranggotakan Irak, Kuwait, Yordania,
Siria dan Mesir.
Sedangkan di Asia Selatan dan Tengah telah terbentuk kerjasama ekonomi yang
dikenal dengan nama Economic Cooperation Organization (ECO). Perserikatan ini
beranggotakan Pakistan Iran, Turki, Hazerbaiyan, Turkmenistan, Uzbekistan.
Blok perdagangan di Asia Pasifik
Persekutuan atau kerjasama di Asia Pasifik yang dikenal dengan asia pacific economic
cooperation (APEC) secara geografis merupakan representasi wilayah dari benua Asia,
Australia, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Secara ekonomi, kerjasama dalam entitas
ini melibatkan raksasa ekonomi yaitu Jepang, Amerika, Australia, Singapura, Korea dan
Kanada. Dari negara-negara budidaya ekonomi juga sekaligus negara-negara berkembang
yang merupakan emerging market atau memunculkan kesan melebur jadi satu dalam satu
kerjasama ekonomi Asia Pasifik. Secara keseluruhan kerjasama ini beranggotakan 21
negara yaitu Amerika, Brunei Darussalam, Kanada, RRC, Cina Taipei, Hongkong, Rusia,
Korea, Jepang, Meksiko, Chili, Australia, Selandia Baru, Indonesia, Malaysia, Filipina,
Thailand, Vietnam, Singapura, Peru dan Papua Nugini.
Untuk mengetahui lebih jauh hal-hal yang mendasar tentang APEC dapat disaringkan
dalam uraian sebagai berikut:
a. APEC didirikan pada tahun 1989 dalam rangka merespon peningkatan interdepedensi
diantara negara-negara Asia Pasifik di bidang ekonomi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan dinamika ekonomi dan sense of community (semangat kebersamaan).
Dari awal APEC sudah siap melakukan liberalisasi, konsep dimunculkan oleh para
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
59

pemimpin APEC untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang potensial dalam


melakukan liberalisasi dan memperoleh dampak positif terhadap perdagnagn
pertumbuhan ekonomi pada masing-masing perekonomian negara-negara anggota
maupun secara regional.
b. Prinsip dasar APEC, APEC yang memiliki visi pembangunan ekonomi secara progesif
dalam komunitas Asia Pasifik melalui perdagangan dan invenstasi terbuaka. Prinsip-
prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam pencapaian visi tersebut, APEC telah
memformulasikan 8 prinsip, yaitu:
1. Perdagangan dan investasi bebas (The Principal of Free Trade and Investment).
Prinsip ini merupakan suatu hal yang fundamental, walaupun perdaganagn bebas
dan iklim interpretasi yang bebas serta terbuka memiliki resiko yang cukup tinggi
dan akan menimbulkan proteksionisme, namun APEC tidak memiliki pilihan lain
kecuali untuk maju ke depan.
2. Kerjasama internasoinal (The Principal of International Cooperation). Pris=nsip
kerjasama internasional akan dijalani oleh APEC secara ekstensif dan intensif
melalui berbagai jalur bilateral, regional walaupun global, memperkuat kerjasama
bilateral maupun global termasuk mempersiapkan strategi untuk menyikapi konflik
yang mungkin terjadi di kemudian hari.
3. The Principal of Regional Solidarity . prinsip solidaritas regional untuk
meningkatkan solidaritas baik secara ekonomi maupun persahabatan yang saling
mengikat bersama.
4. Prinsip saling mengujntungkan (The Principal of Mutual Benefit). APEC harus
memiliki program yang saling menguntungkan di berbagai kepentingan anggota
dalam derajat yag bervariasi setiap anggota namun semuanya harus
menguntungkan secara substansial.
5. Prinsip saling menghormati dan sederajat (The principal of mutual respect and
egalitarianism) perusahaan interprize anggota APEC dibingkai dalma spirit saling
menghormati, kesamaan dan equality, saling penegrtian dalam masyaraket yang
berbeda, tahap kemauan yang beragam, pandangan yang berlainan serta
kesanggupan dan prioritas yang tidak sama satu sama lain.
6. Prinsip Pragmatisme, merupakan landasan untuk pencapaian tujuan persekutuan
regioinal denga fleksibilitas, tidak merupakan birokrasi yang berlebihan dengan
harapan mengikuti jejak masyarakat eropa.
7. Prinsip pengambilan keputusan berdasarkan konsensus pertama dan implementasi
dengan mendasarkan fleksibilitas.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


60

8. Prinsip regional terbuka (the principal of regionalism). Prinsip ini merupakan


suatu hal yang tampaknya mudah namun tidak demikian adanya. APEC ia
dibentuk hanya sekedar redaksi trade barrier internal berarti juga diproyeksikan
untuk menerpakan proteksi terhadap pihakluar dalam konteks globalisasi
perdagangan.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


61

BAB IX
Politik Ekonomi Pembangunan dan Ketergantungan Pada Bantuan Luar
Negeri

I. Pembangunan Ekonomi
Pembahasan sejak masalah pembangunan ekonomi bukanlah suatu perkembangan
baru dalam ilmu ekonomi, karena studi tentang hal ini telah banyak menarik perhatian
pada ekonom semenjak jaman kaum kapitalis, kaum klasik sampai kepada marxis dan
keynes, dalam bukunya yang terkenal berjudul “The Wealth of Nations” ekonom klasik
Adam Smith telah menyinggung berbagai aspek tentang pembangunan ekonomi. Menurut
Lincoln Arsyak (1992-1997) dalam bukunya “Pembangunan Ekonomi” menyatakan
bahwa masa kebangkitan kembali menarik perhatian terhadap masalah pembangunan
ekonomi dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia kedua, ini berarti bahwa setelah jaman
Adam Smith sampai masa Perang Dunia kedua perhatian terhadap pembangunan ekonomi
sangat kurang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pada masa sebelum Perang Dunia kedua sebagian besar negara-negara
berkembang (NSB) merupakan daerah jajahan. Para penjajah merasa tidak
perlu untuk memikirkan secara serius mengenai masalah pembangunan
ekonomi di daerah jajahan mereka. Mereka menjadi negara jajahan hanya
untuk memberikan keuntungan bagi mereka sendiri dan bukan untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan daerah-daerah mereka.
2. Kurangnya usaha para pemimpin masyarakat yang dijajah untuk membahas
masalah-masalah pembangunan ekonomi karena menurut mereka,
pembangunan ekonomi hanya dapat dilakukan jika penjajahan telah berakhir.
3. Adalah karena lingkungan ekonomi, penelitian dan analisis mengenai masalah
pembangunan ekonomi masih terbatas. Pada waktu itu, lebih memusatkan
perhatiannya kepada masalah ketidakberhasilannya ekonomi dan pengangguran
karena pada abad ke-20 itu adalah masalah depresi ekonomi.
Setelah Perang Dunia kedua perhatian terhadap pembangunan ekonomi tumbuh
dengan pesat, hal ini disebabkan oleh bebrapa faktor yaitu pertama, berkembangnya cita-
cita negara-negara yang baru merdeka untuk mengejar ketinggalan mereka dalam bidang
ekonomi dari negara-negara maju misalnya, India, Pakistan, Malaysia, Indonesia, Korea
dan negara-negara lainnya bekas penjajahan. Negara-negara ini relatif miskin dan juga
mengalami masalah-masalah yang cukup serius kepadatan penduduk mereka cukup tinggi

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


62

dan pertumbuhan jumlah penduduk sangat cepat oleh karena itu, kegagalan negara ini
merupakan suatu hal yang sangat mendesak untuk ditanggulangi dan juga mengenai
maslah pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua, adalah
berkembangnya perhatian negara-negara maju terhadap usaha pembangunan (khususnya
ekonomi) di dalam negara-negara berkembang. Pembangunan dan perhatian ini
disebabkan oleh rasa kemanusiaan negara-negara maju tersebut untuk membantu negara-
negara yang sedang berkembang dan mempercepat laju pembangunan ekonomi mereka
serta mengejar ketinggalan mereka dari negara-negara maju, bantuan-bantuan tersebut
sifatnya bermacam-macam misalnya:
1. Hibah (Grant) yang berarti bahwa negara-negara yang berkembang baik yang
menerima bantuan tidak perlu membayar kembali. Bantuan tersebut bentuknya
antara lain: adalah berupa teknik dan tenaga ahli, bantuan bahan makanan dan
bantuan untuk melakukan studi kelayakkan suatu proyek.
2. Bantuan lainnya adalah bersifat pinjaman yang syarat-syaratnya jauh lebih
ringan daripada pinjaman komersial biasa, syarat-syaratnya biasanya tingkat
bunganya yang rendah dan tenggang waktu pengembalianya yang relatif
panjang misalnya 20-50 tahun.

II. Ruang Lingkup Ekonomi Pembangunan


Landasan-landasan dan pendapat-pendapat serta pandangan-pandangan para ekonom
mengenai aspek yang berkaitan dengan masalah pembangunan di negara-negara
berkembang, kemudian disebut sebagai ekonomi pembangunan. Cabang ilmu ekonomi ini
belum memiliki suatu pola analisis tertentu yang dapat diterima oleh kebanyakan ekonom
namun demikian, tidaklah berarti bahwa pola analisi ekonomi pembangunan tidak dapat
ditentukan sifat-sifatnya. Pada hakekatnya pembahasan ekonomi pembangunan dapat
dimasukkan ke dalam dua kelompok yaitu:
1. Pembahasan mengenai pembangunan ekonomi baik yang bersifat deskriptif
maupun yang bersifat analistis yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang berbagai sifat perekonomian dari masyarakat negara-negara yang
sedang berkembang, serta implikasi sifat-sifat tersebut kemungkinan untuk
membangun ekonomi kawasan.
2. Adalah yang bersifat memberikan berbagai pilihan, kebijaksanaan
pembangunan yang dapat dilaksanakkan dalam upaya untuk mempercepat
proses pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang.
Selanjutnya berdasarkan dua sifat tersebut maka ekonomi pembangunan bisa
didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu eonomi yang menganalisis masalah-masalah yang
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
63

dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mencari cara-cara untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut agar negara tersebut dapat membangunan ekonominya lebih
cepat.

III. Karakteristik Umum Negara Sedang Berkembang (NSB)


Negara-negara di dunia dewasa ini dapat diukur dari kesejahteraan masyarakatnya,
yaitu biasanya dibedakan dalam dua kategori atau kelompok yaitu kelompok negara-
negara maju (develops countries) dan kelompok negara-negara yang sedang berkembang
(developing countries) negara-negara yang termasuk develops countries adalah negara-
negara di Eropa Barat, Amerika Utara, Australia, New Zealand dan Jepang. Sebagian
besar negara-negara developing countries terdapat di benua Asia, Afrika dan Amerika
Latin dimana diperkirakan 2/3 dari penduduk dunia. Menurut Furtalo seorang ekonom
Amerika Latin, suatu negara yang disebut belum maju (NSB) jika di negara tersebut masih
terjadi ketidakseimbangan antara faktor produksi yang tersedia dengan teknologi yang
mereka kuasai, sehingga penggunaan modal dan tenaga kerja secara penuh belum tercapai.
Untuk kawasan negara-negara di Afrika, Austria dan Amerika Latin serta Jepang sekarang
dianggap sebagai negara maju meskipun pada mulanya dianggap sebagai negara yang
berkembang bahkan dewasa ini telah muncul beberapa negara khususnya di Asia
mempunyai taraf pembangunan yang telah hampir mencapai negara-negara maju yang
mana mereka ini disebut sebagai newly industrialized countries (NICs).
Sifat dan karakterisktik NSB menurut Meier and Baldwin adalah sebagai berikut:
a. Produsen Barang-barang Primier, negara-negara sedang berkembang pada
umumnya mempunyai struktur produksi yang terdiri dari bahan pokok dan bahan
makanan sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan
sebagianbesar pendapatan nasional berasal dari sektor pertanian sedangkan yang
bekerja di sektor sekunder (industri dan bangunan) dan di sektor tersier (jasa-jasa,
listrik, air minum, angkutan) hanya sebagian kecil saja. Rumusan pada kegiatan
produksi di sektor primer disebabkan oleh adanya faktor-faktor produksi tanah
dan tenaga kerja yang relatif banyak di negara-negara yang sedang berkembang
oleh karena itu, sesuai dengan prinsip keunggulan komparatif dan biaya
komperetif maka NSB banyak menggunakan tanah dan tenaga kerja dalam
kegiatan-kegiatan produksi mereka.
b. Masalah Tekanan Penduduk, pertama adanya pengangguran yang disebabkan
oleh sempitnya luas lahan yang dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
bermukim disitu, kedua pertumbuhan jumlah penduduk sangat cepat disebabkan

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


64

antara lain oleh menurunnya tingkat kematian dan semakin tinggiya kelahiran di
negara-negara yang sedang berkembang menyebabkan makin banyaknya jumlah
anak yang menjadi tanggung jawab orang tua sehingga menurunkan tingkat
konsumsi rata-rata. Keadaan tersebut disebabkan tingkat produksi yang relatif
tetap rendah.
c. Sumber Daya Alam Belum Banyak Diolah, di negara-negara sedang berkembang
sumber daya alam belum banyak dimanfaatkan sehingga masih bersifat potensi
saja, sumber-sumber daya alam tersebut belum dapat menjadi sumber daya yang
riil karena kurangnya modal, tenaga ahli dan wiraswasta.
d. Penduduk Masih Terkebelakang, penduduk NSB relatif masih terkebelakang
secara ekonomis ini berarti bahwa kualitas penduduknya sebagai faktor produksi
(tenaga kerja) masih rendah, mereka masih merupakan faktor produksi yang
kurang efisien dan mobilitas kerjanya rendah baik secara vertikal maupun secara
horizontal.
e. Kekurangan Modal, masalah kekurangan modal bisa dijelaskan dengan
menggunakan konsep lingkungan tidak berujung pangkal (vicious circle).
Kekurangan modal ini disebabkan oleh rendahya investasi, rendahnya tingkat
tabungan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan karena tingkat
produktivitas rendah dari tenaga kerja, sumber daya alam dan modal. Rendahnya
produktivitas ini disebabkan oleh karena keterbelakangan penduduk dan belum
dimanfaatkannya sumber daya alam yang ada secara optimal dan kurangnya
modal. Dengan kata lain, negara itu miskin karena miskin hal-hal tersebut di atas.
f. Orientasi Perdagangan Luar Negeri, hampir semua negara di dunia mempunyai
hubungan perdagangan dengan dunia luar yang sangat terkenal adalah
perdagangan komoditi-komoditi yang diperdagangkan antara negara NSB dengan
negara-negara maju. NSB biasanaya mengekspor komoditi-komoditi primer yang
menunjukkan adanya surplus produksi dalam negeri tetapi sebenarnya karean
ketidakmampuan negara tersebut mengelola komoditi-komoditi tersebut menjadi
lebih berguna, sifat-sifat NSB ini merupakan gambaran umum keadaan negara-
negara tersebut sampai dewasa ini.
g. Kekuasaan, Ketergantungan, suatu faktor yang sangat penting bagi NSB tentang
rencana taraf hidup, bertebangan pengganguran dan munculnya masalah-masalah
ketidakmerataan pembagian pendapatan adalah tingginya ketimpangan kekuasaan
ekonomi dan politik antara negara-negara miskin dengan negara-negara kaya.
Ketimpangan kekuasaan tersebut tidak hanya bentuk kekuasaan yang dominan
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
65

dari negara-negara kaya untuk mengendalikan pola perdagangan internasional


tetapi juga nampak dalam kekuasaan mereka mendiktekan cara-cara dan syarat-
syarat dalam mentransfer teknologi, memberikan bantuan luar negeri dan
menyalurkan modal swasta ke negara-negara berkembang. Keadaan seperti ini
akan melahirkan sikap ketergantungan NSB terhadap negara-negara maju
akibatnya keadaan tersebut akhirnya akan menimbulkan sifat mudah terpengaruh
dari NSB terhadap kekuasaan negara-negara maju yang akibatnya bisa menguasai
dan mendominasi ekonomi dan sosial politik mereka.

IV. Ketergantungan Pada Bantuan Luar Negeri


Bantuan luar negeri ada bermacam-macam tergantung pada konteks dan tujuannya
secara sederhana bantuan luar negeri dapat didefiniskan sebagai: segala sesuatu yang
berupa pemindahan sumber-sumber kebendaan dan jasa-jasa dari negara maju terhadap
negara-negara miskin (yang memerlukannya). Michael Todaro dalam bukunya “Ilmu
Ekonomi bagi Negara-negara sedang Berkembang 1987” mendefiniskan bantuan luar
negeri sebagai setiap arus modal yang mengalir ke negara-negara dunia ketiga yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Dari segi negara donor (pemberi bantuan) tujuannya harus non-komersial
2. Bantuan itu harus mempunyai syarat-syarat konsessional (kelonggaran) yaitu
suku bunga dan jangka waktu pembayaran balik modal yang dipinjamkan
secara lunak (soft loan) bila dibandingkan dengan syarat-syarat yang berlaku
bagi pinjaman komersial.
Konsep atau pengetian bantuan luar negeri yang saat ini dipakai secara luas adalah
bantuan yang meliputi semua pinjaman konsessional dan bantuan pemerintah dalam
bentuk uang atau barang yang secara umum ditujukan untuk mengalihkan sumber-sumber
dari negara-negara kaya ke negara-negara dunia ketiga dengan tujuan utamanya untuk
membangun atau pemerataan pendapatan. Maka dengan demikian jelaslah bahwa bantuan
luar negeri meliputi pemindahan sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara ke negara
lain yang memerlukannya menurut negoisasi. Berdasarkan pengertian tersebut maka
bantuan luar negeri dapat dibagi menjadi:
1. Bantuan merupakan hibah (grant)
2. Bantuan pinjaman (hutang luar negeri)
3. Investasi (penanaman modal)
Baik negara pemberi bantuan dan negara penerim bantuan sesungguhnya mendapat
manfaat dari bantuan luar negeri tersebut, dari sudut pemberi bantuan: tergantung dari
banyaknya bantuan tersebut dan kemudian akan menerima kembali bantuan tersebut yang

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


66

dapat diukur dari nilai langsung maupun tidak langsung sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai melalui berbagai efek atau akibat timbal-balik dari negara penerima. Alasan
pemberian bantuan oleh suatu negara atau sesuatu institusi tertentu terutama ialah self
inpress atau untuk kepentingan diri sendiri politik, strategi dan ekonomi. Sungguhpun
pada umumnya alasan berupa bantuan kemanusiaan, moral dan bantuan untuk
pembangunan.

V. Motivasi Politik
Motivasi politik dan ekonomi sesunggunya sukar untuk dipisahkan karena keduanya
saling berkaitan sebagai contoh umpamanya Amerika Serikat dan negara maju lainnya
memberikan bantuan keuangan dan lain-lainnya kepada negara-negara yang sepaham
dengan ideologisnya atau karena aliansi atau pertimbangan politik dan strategi yang
dianggap menguntungkan peranan internasional mereka dan menguntungkan peranan
domestik mereka. Bantuan Marshall Plan dari Amerika Serikat kepada negara-negara
Eropa Barat yang hancur karena perang dunia kedua untuk membangun kembali
negaranya masing-masing merupakan suatu sarana atau suatu alat yang sangat
mendukung implementasi politik luar negeri dan pertahanan keamanan Amerika Serikat
dlaam mencegah meluasnya kekuatan komunisme di Eropa Barat. Disini jelaslah dapat
dilihat bahwa bantuan luar negeri dikaitkan dengan keutuhan suatu rezim dengan maksud
mendukung policy pemerintahannya. Demikian pula dengan Uni Soviet di waktu itu
membantu negara-negara satelitnya baik di Eropa Timur maupun di Amerika Selatan.
Maka dengan demikian dapat dilihat bahwa bantuan luar negeri dapat dipandang sebagai
perpanjangan tangan untuk kepentingan negara-negara donor.

VI. Motivasi Ekonomi


Motif ekonomi merupakan yang paling rasional untuk pemberian bantuan luar negeri
baik ditinjau dari negara-negara donor maupun dari negara-negara penerima bantuan.
Argumentasi yang esensial dari bantuan luar negeri secara mendasar dapat dipahami dari
beberapa konsep yaitu: Sumber daya dan kapabilitas keuangan dari luar negeri dapat
memainkan peran yang rasional dalam rangka timbal-balik ekonomis seperti yang
diharapkan untuk mendapatkan sumber daya dan energi dari negara yang dibantu. Oleh
karena itu, kebanyakan pinjaman luar negeri dikaitkan dengan kerjasama perdagangan
anatara kedua belah pihak.
Bantuan luar negeri kebanyakan diberikan untuk mempercepat pertumbuhan dan
pemerataan di negara-negara penerima bantuan dengan harapan agar tingkat daya beli

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


67

masyarakat semakin tinggi sehingga mampu membeli produk-produk industri dari


negara-negara donor. Bantuan luar negeri maupun hibah tidak hanya berbentuk modal
tetapi juga berupa tenaga ahli dan manajemen dan ahli teknologi, secara ekonomis
bantuan luar negeri memberikan timbal-balik bagi para tenaga asing (dari negara-negara
donor) yang bekerja sebagai teknisi ahli dari negara-negara donor yang merupakan
sumber pendapatan, devisa melalui pajak pendapatan, maka dengan demikian terjadilah
arus balik pendapatan dari negara donor.
Selain pengalihan kapital ke modal juga terjadi pengalihan teknologi dengan
imbalan kemudahan-kemudahan impor dan kerjasama subsidi industri.

VII. Badan-badan Multilateral dan Bilateral


Ada 2 macam institusi yang mengurus bantuan-bantuan luar negeri untuk negara-
negara yang membutuhkannya pertama, badan-badan internasional yang mengurus
bantuan dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh negara-negara anggotanya
badan-badan tersebut adalah multilateral atau mutlilateral agency kedua, setiap negara
memberi bantuan biasanya dibentuk suatu badan yang mengerus bantuan tersebut di
bawah otoritas pemerintahannay masing-masing, badan-badan ini dinamakan badan-
badan bilateral atau bilateral agency.
Badan-badan multilateral mempunyai hubungan dengan urusan bantuan untuk
program pembangunan dan yang ada hubungannya dengan United Nations Development
Systems dibagi dalam 3 kelompok yaitu:
1. Development Banks (kelompok bank pembangunan) yaitu Bank Dunia
2. International Bank for Reconstruction and Development IBRD
3. International Development Association (IDA)
4. International Finance Cooperation (IFC)
Bank dunia atau World Bank mempunyai tujuan untuk meningkatkan ekonomi
pembangunan bagi negara-negara anggotanya dengan jalan menyediakan modal investasi
untuk usaha yang produktif, modal pokoknya diperoleh dari iuran negara-
negaraanggotanya ditambah dengan pinjaman dari pasar modal dunia . International
Development Association dan International Finance Cooperation memberikan pinjaman
kepada negara-negara peminjam secara lunak untuk pembangunan ekonomi negara-
negara miskin yang menjadi anggotanya. Sumber-sumber yang siap dipergunakan untuk
diperoleh dari negara-negara anggotanya.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


68

BAB X
Multinational Corporation (MNC)

I. Pengantar dan Asal Mula MNC


Multinational Corporation atau perusahaan multinasional merupakan fenomena yang
tidak dapat dilepaskan dari dinamika ekonomi politik internasional. Sebagai aktor dalam
hubungan internasional MNC telah muncul sejak perang dunia kedua berakhir tetapi
mereka lalu mulai berkembang dengan pesat pada awal dekade 1972. Eksistensi MNC
tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan sistem ekonomi internasional yang disanggah
oleh kritik-ktirik perdagangan liberal artinya, tanpa adanya jaminan mekanisme
perdagangan liberal oleh negara-negara di dunia tidak mungkin MNC dapat berkembang
biak seperti dewasa ini. MNC tidak akan ada artinya dan tidak akan mempunyai pengaruh
yang nyata dalam percaturan ekonomi politik internasional apabila negara-negara di dunia
tidak menerapkan prinsip-prinsip nasionalisme ekonomi.
Pengaruh MNC dalam arena ekonomi politik internasional setidaknya dapat dilihat
dari dua sisi. Sisi pertama adalah dari segi kuantitas: pada tahun 1986 jumlah MNC yang
peroperasi secara global tidak kurang dari 7.500 Golding company dengan sekitar 27.000
anak perusahaannya. Ini berarti jumlah MNC sebagai aktor hubungan internasional jauh
lebih banyak dari jumlah negara-negara ( nation state) sehingga kalau MNC dampak
mendominasi percaturan ekonomi politik internasional tidaklah mengherankan.
Sisi kedua adalah dari segi aset dan kekayaan, sebagai unit ekonomi dan sekaligus
sebagai aktor hubungan internasional, banayk MNC memiliki aset yang jauh lebih besar
dari yang dimiliki anak bangsa. Sebagai contoh: perusahaan general motors pada tahun
1947 memiliki kekayaan lebih dari US$ 103 milliar yang berarti jauh lebih besar dari GNP
negara-negara kecil seperti Thailan, Filipina, Malaysia, Vietnam, Swiss, Belgia.
Sedangkan perusahaan-perusahaan exxon mobil, royal dutch, ford motors, ibm, general
electric masih lebih kaya dari Denmark, Malaysia, Thailand, Filipina, Pakistan, Yunani.
Dalam era hubungan internasional contemporery kekayaan atau uang memegang peranan
yang penting.
Asal mula MNC secara umum dalam arti yang sempit mengacu kepada satu
perusahaan yang dimiliki oleh para pemegang saham di sejumlah negara yang juga
berkantor serta berpusat di negara-negara lain, seperti umpamanya royal dutch (shell),
unilever adalah di Inggris dan Belanda misalnya. Biasanya perusahaan-perusahaan
multinational bermarkas dan dimiliki satu negara dengan fasilitas, manufaktur di dua

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


69

negara atau lebih yang akan mengirimkan ulang keuntungan-keuntungan pada negara
induk. Perusahaan-perusahaan yang bermarkas di suatu negara seringkali disebut
perusahaan transnasional untuk membedakannya dengan perusahaan-perusahaan yang
lebih murni dan berbakat di dua negara tetapi penggunaan sehari-hari menunjukkan bahwa
istilah perusahaan multinational lebih bijaksana sungguhpun hanya sedikit perusahaan
yang memenuhi syarat-syarat dalam arti yang sebenarnya.
Perusahaan multinational dapat ditelusuri kembali east india company yang
didirikan di London pada tahun 1600 dengan cabang-cabangnya berada di luar negara.
Dari pemilik toko kecil (pabrik lokal) hingga perusahaan nasional dan menjadi perusahaan
internasional untuk perdagangan luar negeri sampai pada akhirnya penanaman modal
langsung dalam bidang-bidang manufaktur dan munculnya perusahaan multinasional
dengan strategi-strategi global dan perkembangan strategi multinational yang berlangsung
secara revodusioner para .... bisnis MNC wajib mengacu pada masa depan (sekalipun tidak
selalu berorientasi jangka panjang) teknologi tidak dapat diramal (sekalipun tidak dapat
selalu diserap) dan para pesaing di luar negeri tidak dapat ditebak (tetapi bukannya tidak
dapat diuraikan) jadi untuk sampai kepada beberapa hal yang universal dalam
perkembangan multinasional sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan sejarah dan budaya
bukanlah hal yang mudah suatu perbandingan singkat tentang sistem bisnis yang muncul
dari tradisi global yang sangat berbeda menggambarkan kemungkinan dan kompleksnya
tugas untuk memikirkan prinisp-prinsip tersebut.

II. Definisi MNC


Karena begitu banyaknya karakterisitik multinational cooperation maka sangat sukar
untuk memberikan definisi yang dapat mencakup semua kritera sehingga suatu perusahaan
dapat dengan pasti disebut MNC. Beberapa definisi menyebutkan kriteria kualitatif yang
harus dipenuhi sehingga perusahaan tersebut dapat digolongkan sebagai MNC, seperti
misalnya apakah perusahaan itu beroperasi dan mengendalikan semua aktivitas yang
mendatangkan pendapatan di beberapa negara sedang yang lain memberi definis lebih
pragmatif seperti misalnya jumlah negara dimana perusahaan itu beroperasi atau total
assets atau penjualan yang dilakukan oleh cabang-cabangnya di negara lain. Untuk lebih
sederhana baiklah MNC diberikan definisi sebagai perusahaan yang kegiatan bisnisnya
bersifat internasional dan lokasi produksinya terletak di beberapa negara, cabang di luar
negeri, tidak hanya dimiliki oleh perusahaan induk tetapi juga operasi dari kegiatan cabang
tersebut di kontrol dan diawasi oleh perusahaan induk. Seorang sarjana Robert Gilpin

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


70

(1985) mendefinisikan sebagai perusahaan besar yang memiliki dan mengelola unit-unit
ekonomi di dua negara atau lebih. Menurut syahrir (1987) menyatakan/mendefiniskan
bahwa MNC adalah setiap usaha yang menghasilkan produk yang didirikan di
mancanegara dan mempunyai perwakilannya di negara lain. MNC dapat juga dikatakan
sebagai sebuah perusahaan dimana faktor kepemilikkan manajemen produksi dan
pemasarannya berkembang membatasi batas-batas yuridiksi nasional. Seorang sarjana
lainnya Robert A. Isaac (1995) dan Peter Kuin (1987) membedakan pengertian perusahaan
multinasional dengan perusahaan transnasional. Menurut Isaac, perusahaan multinasional
adalah perusahaan yang dimiliki oleh para pemegang saham dari dua negara atau lebih dan
juga berkantor pusat di dua negara atau lebih, sedangkan perusahaan transnasional (TNC)
adalah perusahaan yang bermarkas dan dimiliki pemegang saham di satu negara dengan
fasilitas-fasilitas manufaktur di negara-negara.
Pada umumnya MNC dimiliki oleh para pengusaha perorangan atau swasta seperti
misalnya Ford di Amerika, yang dimilik oleh pemerintah seperti Petronas di Malaysia,
Pertamina di Indonesia. Tujuan didirikannya MNC adalah untuk menjamin biaya-biaya
produksi sekecil mungkin, sehingga motif penumpukkan modal dapat dicapai dalam waktu
yang singkat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan melalui pemilihan lokasi yang menjamin
efisiensi yang paling tinggi dan faktor-faktor produksi. Pertimbangan efisiensi tersebut
juga mencakup konsepsi-konsepsi perpajakkan dan biaya-biaya lingkungan dari negara-
negara yang menjadi lokasi.

III. Sifat MNC


Karakter MNC sangat bervariasi tergantung dari cara pendirian cabang di luar
negeri, pola pendidikan dan tujuan operasi di luar negeri. Pendirian cabang di luar negeri
biasanya dilakukan dengan investasi langsung, yaitu dengan cara mendirikan perusahaan
baru, ekspansi atau membeli perusahaan di luar negeri.
Pengaturan pemilikkan dua cabang di luar negeri bervariasi antara MNC yang satu
dengan yang lain, dengan pertimbangan perusahaan induk mungkin menghendaki
kepemilikkan kurang dari 50% modalnya, namun yang banyak dilakukan adalah melalui
patungan (joint venture).
IV. Tujuan dan Motif MNC
Tujuan dan motif MNC melakukan investasi langsung di luar negeri juga berbeda-
beda ada yag MNC yang bermaksud untuk melakukan ekspansi secara vertikal,
perusahaan induk (yang memproses lebih lanjut) mendirikan cabang di luar negeri untuk
menghasilkan input untuk diproses lebih lanjut oleh perusahaan induk. Contoh untuk

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


71

perusahaan ekspansi vertikal ini adalah perusahaan minyak dengan mendirikan cabang di
luar negeri dimana teradpat sumber minyak yang kemudian dapat diproses lebih lanjut
oleh prusahaan induk.
MNC dapat juga dilakukan ekspansi horizontal dengan cara mendirikan cabang di
luar negeri dengan melakukan kegiatan yang hampir sama dengan perusahaan induk.
Perusahaan dapat pula melakukan penetrasi pasar dengan cara mengadakan perjanjian
lisensi dengan perusahaan luar negeri, misalnya untuk pemasaran produk menggunakan
teknologi atau memakai nama perusahaannya. Akhirnya perusahaan mempertimbangkan
dapat tidaknya mendirikan cabang produksi di luar negeri maka ini perhitungan yang
cermat menyangkut karakteristik dan tingkah laku konsumen dari pemerintah negara
dimana cabang itu akan didirikan. Pertimbangan tersebut hanya merupakan bagian kecil
saja dari faktor sosial budaya dan politik yang dapat menyebabkan investasi luar negeri
lebih riskan daripada yang di dalam negeri. Oleh karena itu keuntungan ekonomis
investasi di luar negeri harus cukup besar sehingga dapat mengimbangi resiko yang tinggi.

V. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Keputusan MNC


Untuk mudahnya kita anggap saja tujuan investasi langsung luar negeri adalah untuk
menjadi keuntungan yang semaksimum mungkin, penjualan yang maksimum atau kedua-
duanya. Dalam kaitannya dengan tujuan penjualan maksimum mendirikan cabang-cabang
di luar negeri dapat memperoleh beberapa manfaat antara lain manfaat tersebt adalah:
a. Apabila perusahaan tersebut telah melayani pasar luar negeri melalui ekspor,
mungkin diperlukan hubungan yang lebih dekat dengan langganan untuk
mengetahui kebutuhan serta selera konsumen. Di samping itu cabang di luar
negeri dapat merupakan basis untuk memberikan pelayan kepada konsumen.
Untuk produk dekat teknologi tinggi seperti komputer , maka pelayanan jual
sangat penting, pelayanan jual ini akan lebih efisien apabila dilakuakn oleh
cabang di luar negeri.
b. Ekspor luar negeri sering dihambat oleh kebijaksanaan tarif negara lain, dengan
mendirikan cabang di luar negeri yang dapat menghasilkan produk di negara
tersebut maka masalah hambatan tarif dapat diatasi. Masalah lain yang
berkaitan dengan ini adalah pengaruh perubahan kurs mata uang, apabila mata
uang negara asal perusahaan itu mengalami apresiasi, maka harga barang
ekspornya akan naik sehingga dapat menurunkan volume ekspor, masalah ini
dapat teratasi apabila perusahaan tersebut mendirikan cabang di luar negeri.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


72

Apabila tujuan pendirian cabang di luar negeri untuk mencapai keuntungan yang
semaksimum mungkin maka pertimbagan efisiensi biaya diberbagai negara menjadi
pertimbangan utama. Banyak MNC tertarik untuk melakukan ekspansi di negara-negara
yang upah buruhnya rendah (biasanya negara-negara berkembang). Aspek tenaga kerja
lain yang sering menjadi daya terik MNC adalah kerajinan serta tidak sering terjadinya
pemogokkan.
Faktor biaya lain yang kerap kali dipertimbangkan adalah biaya transport dengan
membuka cabang di negara lain, biaya transport dapat ditekan, di samping biaya trasnport,
pajak yang relatif lebih rendah dapat merupakan daya tarik bagi MNC.

VI. Faktor Non-ekonomi


Di samping faktor ekonomi yang mempengaruhi keputusan MNC untuk berekspansi,
faktor sosial dan politik di negara yang hendak dituju perlu diperhatikan, sikap pemerintah
terhadap perusahaan asing perlu dipelajari, negara penerima MNC sering mengadakan
pengaturan terhadap perusahaan asing, aturan ini biasanya berupa pembatasan keuntungan
yang dapat dikirimkan ke perusahaan induk atau pengaturan mengenai keharusan
menggunakan tenaga kerja dan bahan yang berasal dari negara penerima MNC. Jelaslah
bahwa peraturan ini dapat menghambat perkembangan MNC oleh karenaitu, MNC
terlebih dahulu harus mempelajari pengalaman atau sejarah kebijaksanaan negara
penerima terhadap perusahaan-perusahaan asing sebelum MNC tersebut melakukan
ekspansi kesana. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kestabilan politik di negara
penerima, keadaan politik yang tidak stabil akan sangat mengganggu kegiatan MNC di
negara tersebut.

VII. Efek Global MNC


Apakah kehadiran MNC itu menaikan atau bahkan menurunkan kesejahteraan dunia?,
merupakaan pertanyaan dan jawabannya belum pasti. MNC dapat mempunyai efek
negatif maupun positif terhadap perekonomian dunia secara keseluruhan. MNC dapat
mendorong efisiensi namun kegiatan mereka dapat menimbulkan dampak negatif.
1) MNC dapat menimbulkan monopoli sehingga alokasi sumber daya MNC kurang
optimal.
2) Kkekuatan pasar MNC mungkin dapat merupakan alat untuk menghambat
pesaingnya yang tidak memiliki keunggulan produk atau keuangan.
3) MNC kadang kala dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah negara induknya
atau negara tempat lokasi.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


73

Akhirnya dapat dikatakan bahwa mnc dapat mempunyai dampak positif maupun negatif
terhadap kesejahteraan secara global. Dengan kapasitasnyay untuk dapat memobilisasi
sumber daya dan fleksibilitas yang dimiliki, maka MNC tidak hanya dapat menaikan efisiensi
alokasi dan operasi saja tetapi juga akan mendorong investasi dan teknologi. Namun
demikian MNC dapat berdampak negatif. Apakah dampak positif itu sama atau tidak dengan
dampak negatif masih belum pasti. Dampak neto terhadap kesejaahteraan terhadap global
masih menjadi isu yang sampai kini belum terpecahkan.

VIII. Manfaat MNC bagi Negara Induk


Dalam rangka analisa manfaat kegiatan MNC di luar negeri adalah dalam bentuk
kenaikkan atau resiko yang lebih kecil dari pemilik-pemilik faktor produksi. Pendapatan
ini dapat berbentuk kenaikkan dividen bagi pemilik saham, gaji bagi pemimpin serta upah
karyawan. Menurut prinsip teori klasik tentang perdagangan internaisonal, faktor
produksi yang melimpah di negara induk akan memperoleh manfaat sedangkan faktor
produkis yang jarang akan rugi, namun serta keseluruhannya, manfaatnya akan lebih besar
daripada kerugiannya.
Maanfaat ini dapat diperoleh produk dengan harga yang lebih yang dihasilkan
negara lain, yang biaya produksinya lebih rendah, biasanya MNC mengalihkan sebagian
kegiatannya luar negeri untuk memperoleh biaya yang lebih rendah dan lebih murah.

IX. Manfaat MNC bagi Negara Penerima


Keuntungan esensial kehadiran MNC mencakup pembentukkan modal, menaikkan
pendapatan dan kesempatan kerja, transfer teknologi serta memperbaiki posisi derajat
pembayaran. Dalam kaitannya dengan pembentukkan modal, pertanyaan sering muncul
apakah benar kehadiran MNC dapat menambah stok modal nasional, apabila pengusaha
lokal dapat terdorong untuk melakukan investasi maka akan terjadi penambahan stok
modal nasional, jika tidak,maka kenaikkan stok ini semuanya berasal dari MNC.
Efek kehadiran MNC terhadapa neraca pembayaran itu juga masih menjadi
perdebatan, keuntungan atau kerugiannya sangat tergantung aliran modal masuk, impor
barang modal serta bahan baku dan pengiriman kembali negara induk keuntungan yang
diperoleh, sepertinya halnya efek pendapatan kesempatan kerja, kehadiran MNC tidak
hanya menaikkan pendapatan dan menambahkan kesempatan kerja tetapi juga dapat
menyelenggarakan training sehingga dengan demikian dapat mempertinggi keahlian atau
skill tenaga kerja.

X. Kerugian bagi Negara Penerima

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


74

Konflik memang sering terjadi di negara penerima, negara penerima umumnya


menghendaki impor barang modal dengan sedikit mungkin menggunakan bahan impor
tujuan ini dicapai melalui kerjasama perbatasan perdagangan, pengawasan devisa atau
syarat menggunakan produk local. Kebijaksanaan ini sering menimbulkan konflik dengan
tujuan MNC untuk menakna biaya, mencapai target kualitas produk atau mengirim
kembali keuntungan yang diperoleh. Tujuan-tujuan ini akan dihambat oleh kebijaksanaan-
kebijaksanaan biasa. Negara penerima sering pula mengharuskna MNC untuk
mengekspor produknya ke negara tertentu yang mungkin tidak sejalan dengan tujuan
MNC untuk menjual barang di pasar lokal. Mungkin yang paling kontofersial adalah
faktor teknologi, MNC biasanya menggunakan faktor teknologi yang kurang cocok bagi
negara penerima misalnya, teknologi yang digunakan bersifat padat modal, padahal negara
penerima terdapat banyak tenaga kerja yang menganggur, MNC yang demikian ini dapat
menimbulkan konflik. Di samping teknolgi, MNC dituduh tidak banyak melakukan
kegiatan riset dan pengembangan di negara penerima sehingga mengakibatan negara
penerima lalu tergantung kepada negara itu.

XI. Pengaturan MNC oleh Negara Penerima


Ada beberapa cara untuk mengatur MNC, diantaranya adalah:
a. Pengaturan keluar-masuknya MNC, pengaturan meliputi penilaian tentang
kemungkinan efek MNC di masa mendatang terhadap ekonomi dan politik
internasional. Pendaftran dan screening biasanya dilakuakan dan apabila
kemudian tidak sesuai maka MNC tersebut ditolak kehadirannya.
b. Negara penerima dapat mengatur kegiatan MNC tersebut misalnya membatasi
bahan yang diimpor, penentuan angka produk, pengaturan tentang kredit,
pendidikan serta pengaturan tentang efeknya terhadap lingkungan.
c. Negara penerima melakukan pengaturan serta keuntungan yang boleh dipilih
balik ke negara itu.
d. Negara penerima dapat mengambil tindakan nasionalisasi MNC .
Setiap negara caranya berbeda-beda misalnya, Filipina lebih kepada pengaturan
masuknya MNC, India lebih pada pengaturan kegiatan operasinya, Brazilia lebih kepada
bebas, jepang umumnya memberi toleransi untuk patungan dan Indonesia dengan
pengaturan melalui UU PRA dan daftar negatif untuk investasi.

XII. Dimensi Produk MNC


Perusahaan-perusahaan multinasional telah mendominasi sektor produksi
internasional yang berasal dari berbagai jenis produk misalnya, produk otomotif
elektronol, bahan kimia dan farmasi, minyak. Perusahaan multinasional dapat dipastikan
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
75

berasal dari 3 blok ekonomi yaitu Uni Eropa, Jepang, Amerika Utara dan sekarang
menyusul RRC. Data menunjukkan dari 500 perusahaan besar di dunia sebanyak 441
perusahaan berasal dari 3 blok kekuatan ekonomi yang dikenal dengan nama Triad
Power. Berikut perusahaan multinasional terbesar berdasarkan asal negaranya: Amerika
Serikat mempunyai 165 perusahaan MNC, Uni Eropa mempunyai 156, Jepang
mempunyai 100, Kanada mempunyai 12, Swiss mempunyai 11, Korea Selatan
mempunyai 9, Australia mempunyai 7, RRC mempunyai 6, Brazil mempunyai 4 dan
lain-lainnya 10 perusahaan, sumber ini didapatkan dari the fortune global 500 bulan
Agustus tahun 2009. Begitu juga menetapkan dominasi penguasaan pasar luar negeri,
perusahaan-perusahaan asing seberapa jauh mereka menguasai pasar dunia, berikut data-
data MNC yang terbesar adalah Seagramo company, tommson cooperation, nestle dari
Swiss, Unilever dari belanda, philips elctronic dari belanda, bayer ag dari swiss, glaxo
dari Inggris, imperior capital industrials dari inggris, Beyers and wires dari inggris, roche
hoding ag dari swiss, otomotive dari Jerman, Eropa, Inggris, Pranci, Italia, Jepang, Korea
Selatan.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


76

BAB XI
Kedaulatan Negara di Bidang Ekonomi (CERDs)

I. Pengantar
Kedaulatan negara menjadi kajian yang relevan dalam hukum ekonomi
internasional adalah kedaulatan yang menentukan apakah suatu negara mampu mengatur
ekonominya sendiri di dalam negerinya dan hubungannya dengan ekonomi internasional
(menurut Ronald A.E Grand dalam bukunya External Sovereignity and International
Law ford came international law joernal).
Terdapat hubungan erat anatara hukum ekonomi internasional dan kedaulatan, Arif
Qureshi menyatakan bahwa hukum ekonomi internasional dapat dianggap berperan
dalam pembentukkan kedaulatan negara (sovereignity of state) (menurut: Asi Turesi
dalam bukunya “International Economic Law”, London, Swii and Maxwell 1999)
Dari berbagai sumber hukum internasional isu kedaulatan terutama terkait erat
dengan perjanjian ekonomi internasional, muatan perjanjian ekonomi internasional
umumnya menjurus kepada suatu sistem perdagangan regional (regionalisasi) dan global
(globalisasi), bebas hambatan dan saling menguntungkan. Perjanjian demikian
melanggar batas-batas teritorial negara, demi kepentingan dagang dan pertumbuhan
ekonomi, negara-negara sepakat untuk melonggarkan batas-batas wilayah negara untuk
memperlancar keluar masuknya lalu lintas barang dan jasa. Dalam kesepakatan ini
nampak misalnya dalam perjanjian WTO, kesepakatan APPEC, AFTA.
Pada kesepakatan antara IMF dan Indonesia pada tanggal 15 Januari 1998
mengenai reformasi ekonomi Indonesia di sudut kedaulatan RI sempat dipertanyakan
oleh media massa dan berbagai kalangan, secara terbuka mengkritik kesepakatan
tersebut, mereka berpendapat bahwa kesepakatan tersebut telah mengendalikan arah
kebijakan atau sistem ekonomi Indonesia yang dari semula berdasarkan sistem ekonomi,
berdasarkan Pasal 33 UUD 1945, menjadi sistem ekonomi liberal (kapitalis), karena
mereka berpendapat bahwa adanya kontrol terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi
pemerintah RI merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara RI.
Misi kedaulatan dalam kaitannya dengan perjanjian ekonomi internasional telah
pula menjadi bahan pertimbangan di negara-negara maju khususnya Amerika Serikat.
Sewaktu perjanjian WTO lahir, pemerintah Amerika Serikat sangat hati-hati dalam
memutuskan untuk meratifikasinya, pertimbangan utamanya adalah, apakah perjanjian
WTO tersebut yang melahirkan dan mendirikan WTO sebagai suatu organisasi

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


77

perdagangan internasional di kemudian hari akan mempengaruhi kedaulatan Amerika


Serikat di bidang ekonomi atau perdagangan internasional.
Contoh-contoh di atas adalah sekedar menggambarkan bahwa isu kedaulatan di
bidang kegiatan atau perjanjian ekonomi internasional merupakan isu yang terjepit bagi
negara-negara, tidak saja bagi negara sedang berkembang tetapi juga bagi negara-negara
maju.

II. Arti Kedaulatan Ekonomi


Secara singkat kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang mana dimiliki oleh
negara, oleh karena itu negara disebut juga sebagia subjek hukum internasional
dibandingkan dengan subjek-subjek hukum internasional lainnya.
Kedaulatan digunakan untuk menggambarkan otonomi dan kekuasaan negara
untuk membuat aturan-aturan hukum (hukum nasional) yang berlaku di wilayahnya yang
membuat lembaga-lembaga negara (dikutip dari: Louis Nenkin dalambukunya “The
Methodology of Sovereignity” West Publishing Company, 1995) dalam kedaulatan
terrefleksikan bahwa kekuasaan negara untuk mengadakan hubungan internasional dan
tindakan-tindakan lain sebagai perwujudan dari kedaulatannya.
Pengertian kedaulatan bukannya tidak terbatas dalam hubungan masyarakat
internasional yang dewasa ini bersifat koordinatif Mochtar Kusumaatmadja menyatakan
pengertian kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi mengandung dua pembatasan
penting:
1. Kekuasaan itu terbatas pada batas-batas wilayah negara yang memiliki
kekuasaan,
2. Kekuasaan itu berakhir dimana kekuasaan suatu negara lain (“Mochtar
Kusumaatmadja dalam bukuny Pengantar Hukum Internasional, Dina Cipta,
Bandung, 1976”).
Tanpa adanya atribut kedaulatan ini menyebabkan suatu negara menjadi tergantung
terhadap negara lain ketidakmampuan disini berwujud antara lain karena negara tersebut
dijajah, diawasi, dilindungi (proketorat).
Bicara sederhana kedaulatan ekonomi negara adalah kekuatan tertinggi suatu
negara untuk mengatur di dalam wilayahnya kebijakna ekonomi internasional, sedangkan
pengertian kedaulatan ekonomi negara menurut Kuresi adalah keseluruhan kekuasaan
ekonomi negara, termasuk persamaan status dalam hubungan-hubungan ekonomi
internasional. Kekuasaan ekonomi negara lebih banyak berkenaan dengan kekuasaan
negara terhadap kepercayaan alamnya, sistem ekonominya dan aturan-aturan perjanjian
dalam hubungan-hubungan ekonomi internasional. Sedangkan persamaan status disini

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


78

berkaitan erat dengan persamaan dengan kemerdekaan negara termasuk dalam hak dan
kewajiban.
Kedaulatan ekonomi negara beserta persamaan status atau kedudukan negara
tercermin dalam berbagai dokumen hukum internasional dan yang utama adalah piagam
hak dan kewajiban ekonomi negara yang menegaskan kedaulatan negara di bidang
hukum dan ekonomi berbunyi: “Every state as the soverern and in alignable rights to
choose its economic system as well as its political, social and cultural system in
accordance with the will of its people, without interffernce, thareac in any for whats o
ever”.
Selain dari itu pasal 1 Piagam CERDs (Carter of The Economic Rigts and Duties
of States) yang asal mulanya diajukan oleh presiden Meksiko, Alfareks pada tahun 1972.
Kedaulatan negara di bidang ekonomi yang menggambarkan persamaan kedudukan
negara menyatakan sebagai berikut “all states are juridically equal and as equal member
of the international community have the rights to participate truly and effectively in the
international decision making process in the solution of world economy, financial and
monitoring problems intermedia, inter allia, through the appropiate international
organization in accordings with their existing and involving rules and to share equitably
in benefits resolving therefore”.
Kedaulatan negara secara umum terbagi dalam dua bagian, yaitu kedaulatan
internal dan eksternal (menurut Ronald A.E. Grand). Dalam uraian berikut kedaulatan
negara akan pula dibagi dalam kedaulatan ekonomi.

III. Kedaulatan Ekonomi Internal


Secara umum kedaulatan internal adalah kekuasaan untuk mengorganisasi dirinya
secara bebas untuk melaksanakkan kekuasaan ekonolminya dalam wilayahnya (Arief
Qureshi). Keinginan untuk mengatur atau memonopoli sebenarnya adalah keinginan
negara yang berkembang, keinginan ini terutama lahir setelah perang dunia kedua, ketika
negara-negara ini melepaskan diri dari kedudukan negara koloni (Menurut Ignaz Seidl-
Aoacm Veldemm dalam bukunya International Economic Law, Georgedex Martinus
Nighor, 1992).
Aspek yang penting dalam hal ini adalah hak suatu negara atas pembangunan suatu
prinsip yang maju dalam hukum internasional. Ari Qureshi mengemukakan empat dalil
mengenai ekonomi internasl suatu negara yaitu sebagai berikut:
1. Suatu negara mempunyai kedaultan permanen terhadap kekayaan alamnya

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


79

2. Suatu negara mempunyai atau memiliki kedaulatan terhadap kekayaan non


alamnya atau kegiatan ekonominya di dalam wilayah yuridiksinya termasuk
sumber daya manusianya.
3. Suatu negara mempunyai atau memiliki hak untuk memilih dan melaksanakkan
sistem ekonominya
4. Suatu negara mempunyai atau memiliki kewajiban untuk tidak turut campur
dalam urusan ekonomi negara lainnya melalui ancaman atau kekerasan.
Dari dalil pertama pada prinsipnya menggambarkan kedaulatan negara terhadap
kekayaan ekonominya, kekayaan ekonomi ini biasanya terbagi dua yaitu kekayaan alam
misalnya tambang, gas dan minyak bumi, hutan, sedangkan kekayaan non alam
misalnya, tenaga kerja, jasa, budaya. Kekayaan ekonomi internal terbagi pula ke dalam
kedaulatan personal, teritorial dan kedaulatan fungsional. Kedaulatan personal
berkenaan dengan kekuasaan suatu negara terhadapa warga negara dimana ia berada.
Kedaulatan teritorial berkaitan dengan kekuasaan negara terhadap orang, kekayaan alam
dan non alam di dalam wilayahnya. Kedaulatan fungsional adalah kedaulatan terbatas
terhadap suatu wilayah (region tertentu). Kedaulatan terbatas seperti ini acap kali
disebut dengan istilah supreme rights atau hak berdaulat, misalnya hak berdaulat negara
terhadap sumber kekayaan seperti umpamanya perikanan di zona eksklusif ekonomi.
Hal ketiga dan keempat dari kedaultan berkaitan dengan penentuan nasib sendiri di
bidang ekonomi dan non interfensi pada prinsipnya adalah kemampuan suatu negara
untuk mengorganisir kekayaan alam dan non alam di wilayahnya (Arif Qureshi).
Menurut Schrijver dalam hal kedaulatan negara terhadap kekayaan alamnya suatu negara
memiliki hak-hak sebagai berikut:
1. Memiliki, menggunakan kemerdekaan untuk memanfaatkan kekayaan alamnya
2. Kebebasan untuk menentukan dan mengawasi potensi, eksplorasi,
pembangunan eksploitasi, pemanfaatan dan pemasaran kekayaan alamnya.
3. Pengelolaan dan konservasi sumber kekayaan alam negara sesuai dengan
kewajiban pembangunan nasional dan lingkungannya.
4. Pengaturan penanaman modal termasuk pengaturan terhadap masuknya
penanaman modal asing dan kegiatan para investor termasuk aliran keluar
penanaman modalnya.
5. Hak untuk menasionalisasikan atau pengambilan alih harta milik baik milik
warga negaranya atau milik warga negara asing dengan memberikan ganti rugi.
Hak-hak tersebut atas pada intinya tidak jauh berbeda pada isi pasal 1 piagam
CERDs yang berbunyi sebagai berikut: every state shall freely exercise full permanents

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


80

supremenity including position, use and disposal over all its wealth, national resources
and economic activities.
Di samping hak Schrijver juga mau memaparkan beberapa tanggung jawab negara
terhadap kekayaan alamnya, yaitu:
1. Tanggung jawab negara untuk memanfaatkan alamnya untuk kesejahteraan
warga negaranya
2. Tanggung jawab negara untuk menghormati hak-hak dan kepentingan
masyarakat asli (indigious people)
3. Tanggung jawab negara dengan negara lain untuk pembangunan internasional
khususnya dengan memberikan perhatian kepada negara-negara sedang
berkembang.
4. Tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan hidup dan penggunaan
kekayaan alam dan sumbernya secara berkelanjutan.
5. Tanggung jawab suatu negara untuk membagi secara adil kekayaan alam yang
berada di wilayahnya yang tunduk pada lebih dari satu negara (transboundery
national resources) misalnya, minyak, gas, air, kekayaan perikanan.
6. Tanggung jawab untuk memperlakukan secara adil investor asing khususnya
investor yang menanamkan modalnya pada kekayaan alam.

IV. Kedaulatan Ekonomi Eksternal


Kedaulatan seperti ini berkaitan dengan status dan kemampuan ekonomi suatu
negara untuk mengadakan hubungan-hubungan ekonomi internasional, kemudian suatu
negara harus diartikan sebagai status negara tersebut dengan negara lain. Dalam hal ini
menurut doktrin kedaulatan relatif (doctrin relative supremenity) semua negara berada
dalam kedudukan yang sama menurut hukum internasional, menurut Qureshi persyaratan
persamaan terkait di dalamnya dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Semua negara adalah sama berdasarkan hukum internasional, semua negara
menikmati perlindungan yang sama.
2. Semua negara menikmati atau mempuyai kemampuan sama berkaitan dengan
hak dan kewajiban.
3. Semua negara memiliki kemampuan yang sama untuk mengajukan klaim
internasional dan memiliki status hukum yang sama dalam menempuh prosedur
penyelesaian sengketa.
4. Semua negara berhak untuk mendapatkan penghormatan dan pertimbangan
dihadapan hukum sebagai negara.
Salah satu aspek kedaulatan ekonomi eksternal, negara terkait erat dengan
perjanjian internasional di bidang ekonomi.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


81

V. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional, kemampuan mengadakan hubungan luar negeri,
mencakup kemampuan suatu negara untuk membuat suatu kesepakatan yang tertuang
dalam perjanjian internasional, perjanjian dapat dilaksanakkan di negara-negara atau
dengan subjek hukum internasional manapun baik yang bersifat bilateral, regional
maupun multilateral.
Sumber utama perjanjian internasional yang berlaku sebagai hukum kebiasaan internasional
adalah Konvensi Wina 1999 tentang hukum perjanjian, menurut Konvensi ini perjanjian
internasional adalah suatu perjanjian yang diadakan di antara negara dalam berbentuk tertulis
dan diatur oleh hukum internasional baik yang dituangkan dalam suatu instrumen tunggal
atau lebih diadakan untuk suatu tujuan tertentu (Pasal 2 ayat 1 (a) Konvensi) selengkapnya
Pasal 2 ayat 1 a Konvensi Wina 1969 berbunyi: Treaty means an international agreement
concluded between states in writen form and governd by international law weather embodied
in a single instruments or in two or more related instruments and in whatever its particular
disignation.
Perjanjian internaisonal dewasa ini, dipandang sebagai hukum paling penting yang
digunakan masyarakat internasional untuk memformulasikan aturan-aturan hukum
ekonomi internasional, ia juga digunakan untuk menetapkan hak dan kewajiban para
pihak dalam hubungan ekonomi internasional, perjanjian digunakan juga untuk
membentuk lembaga-lembaga ekonomi internasional, baik yang bersifat global ataupun
multilateral, misalnya GATT dari WTO atau yang regional misalnya, Uni Eropa, NAFTA
dan AFTA. Pada prinsipnya perjanjian internasional hanya mengikat para pihak yaitu
negara yang mengadakan serta menundukkan dirinya kepadanya, dia tidak mengikat
negara ketiga kecuali dengan keepakatan diantara mereka. Apabila suatu negara menjadi
terkait maka prinsip hukum umum yang berlaku adalah bahwa negara tersebut harus
melaksanakkan perjanjian tersebut dengan etikat baik atau pacta sunt servanda. Suatu
negara menjadi terikat terhadaoa suatu perjanjiankarena tindakan-tindakan sebagai
berikut:
1. Dengan penandatangan
2. Tukar menukar instrumen perjanjian
3. Ratifikasi
4. Penerimaan
5. Persetujuan, asesi terhadap perjanjian
6. Cara lainnya yang disepakati para pihak (sesuai dengan pasal 11 Konvensi
Wina 1969)

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


82

Konvensi Wina 1969 menegaskan pula bahwa suatu negara wajib untuk tidak
melakukan tindakan yang dapat merusak obyek dan maksud dari suatu perjanjian
apabila:
1. Negara tersebut telah menandatangani perjanjian ata telah saling menukar instrumen
perjanjian yang masih harus diratifikasi, absentasi, tanpa negara tersebut menyatakan
keinginannya secara tegas bahwa ia tidak jadi menjadi anggota kepada perjanjian.
2. Negara tersebut telah menyatakn perstujuannya untuk terikat oleh suatu perjanjian
sambil menunggu berlakunya suatu perjanjian dan asalkan bahwa berlakunya
perjanjian tersebut tidak ditunda.
Jadi, keterikatan suatu negara terhadap suatu perjanjian internasional merupakan
konsekuensi hukum dari keinginan dan tindakan berdaulat negara untuk membuat suatu
perjanjian, mahkamah internasional permanen dalam sengketa The Wembledem 1994
menyatakan bahwa... The rights of enter into international ....... in an atribute of states
supremenity. Kesepakatan yang telah dituangkan ke dalam perjanjian merupakan suatu
komitmen negara tersebut untuk melaksanakkannya dan pelanggaran terhadapa
kesepakatan tersebut akan melahirkan pertanggungan jawaban internasional kepada
negara-negara yang telah sepakat atau menjadi anggota suatu perjanjian internasional.
Keterkaitan suatu negara bukan berarti bahwa kekuasaan tertinggi (kedaulatan) negara
tersebut menjadi hilang atau tergerogoti, setiap perjanjian yang membatasi yuridiksi atau
kewenangan suatu negara demi tujuan bersama dengan subjek hukum internasional
lainnya berarti membatasi pelaksanaan kedaulatannya, namun disini negara tersebut tetap
berdaulat hanya untuk tindakan-tindakan tertentu saja yang terkait dengan kesepakatan
yang diberikan, negara terkait untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan
kesepakatan yang dibuatnya sebagai contoh, seorang pekerja yang mengadakan kontrak
kerja dengan majikannya tidak berarti bahwa ia telah kehilangan kemerdekaannya
sebagai manusia.
Pada prinsipnya dalam suatu perjanjian ekonomi internasional dan keinginan suatu
negara untuk turut serta pada suatu perjanjian terdapat di dalamnya adanya kepentingan
negara yang bersangkutan. Kepentingan ini biasanya berupa adanya sesuatu yang ia
harapkan akan didapat dari perjanjian tersebut.
Namun dibalik itu ia pun harus menyerahkan sesuatu untuk mendapatkannya,
dalam hal ini sesuatu yang hendak didapatkannya itu berupa peluang atau keuntungan
ekonomi, misalnya akses pasar lebih terbuka, perlakuan khusus dari negara maju,
peluang mendapatkan ahli teknologi dan lain-lainnya yang menguntungkan bagi

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


83

negaranya. Sesuatu yang harus diusahakannya dalam hal ini antara lain adalah
kekuasaan negara tersebut terhadapa obyek yang diatur dalam kesepakatan tersebut.
Keterkaitan suatu negara terhadap suatu perjanjian internasional, mensyaratkan
suatu negara tersebutm, menyesuaikan peraturan hukum nasioanlanya. Misalnya saja
perjanjian WTO yang dituangkan dalam Marraces agreement establishing the world trade
organization menyatakan : its membel shall in sure the confirmity of its laws, regulation
and administrative procedure with its obligation in the annexed agreement. Konvensi
Wina menyatakan ulang bahwa suatu negara tidak dapat menggunakan hukum
nasionalnya sebagai alasan pembenaran untuk tidak melakukan suatu perjanjian, hal ini
termuat dalam pasal 17 Konvensi Wina yang menyatakan bahwa: a state may not involve
the ...... of its internal law as a justification or its failure to perform a treaty.

VI. Penutup / Kesimpulan


Dari uraian-uraian tersebut di atas, beberapa catatan terangkum di bawah ini:
1. Pengertian kedaulatan negara sebagai suatu kekuasaan tertinggi dewasa ini
sudah semakin memudar. Memudarnya konsep kedaulatan ekonomi negara
lebih banyak nampak pada kedaulatan ekonomi eksternalnya, hal ini
disebabkan semakin intensifnya interaksi atau hubungan-hubungan ekonomi
internasional antar negara yang menghendaki suatu negara untuk saling
menerima hak-hak dan kewajiban negara lainnya.
2. Kesepakatan suatu negara yang dituangkan dalam berbagai cara mulai dari
penandatangan, persetujuan sampai ke ratifikasi telah mengakibatkan suatu
negara terkait terhadap suatu perjanjian selama keterkaitan tersebut suatu
negara wajib untuk tidak melaksanakkan tindakan-tindakan yang merusak
tujuan dan objek perjanjian.
3. Keterkaitan suatu negara membawa akibat kepada suatu kewajiban ........
lainnya bahwa negara tersebut harus melaksanakkan perjanjian tersebut
dengan etikat baik Pacta Sunt Servanda.
4. Praktek dan putusan-putusan pengadilan menunjukkan bahwa suatu negara
yang telah mengikat dirinya terhadap suatu perjanjian tidak dibenarkan untuk
kemudian melanggarnya, tidak melaksanakkan atau menafsirkan perjanjian
secara sempit dengan alasan bahwa perjanjian tersebut melanggar, mengurangi
atau menggerogoti kedaulatan.
Dari beberapa catatan tersebut dapat disimpulkan dua hal berikut:
1. Kedaulatan eksternal suatu negara dalam hubungannya dengan interaksi
masyarakat internasional sudah makin terbatas, dia tidak lagi hanya terbatas

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


84

oleh batas-batas wilayah suatu negara tetapi juga terbatas oleh kekuasaan
negara lain. Dewasa ini, kedaulatan dalam arti yang sempit adalah khusus
untuk bidang tertentu, di bidang ekonomi, terbatas pula manakala negara
tersebut menyatakan kesepakatannya dalam suatu perjanjian internasional.
2. Pelanggaran terhadap suatu perjanjian akan melahirka pertanggung jawaban
internasional terutama terhadap negara-negara...........yang dirugikan,
khususnya dalam hal perjanjian atau kesepakatan ekonomi misalnya
perjanjian-perjanjian internasional antara suatu negara dengan lembaga
keuangan internasional, pelanggaran terhadapnya antara lain akan
mengakibatkan lembaga keuangan tersebut ........ agar tidak lagi percaya
dengan etikat baik negara yang bersangkutan untuk melaksanakkan perjanjian
khusunya dalam perjanjian ekonomi. Kehilangan kepercayaa bagi suatu
negara dapat dipandang sebagai sangsi , sangsi seperti itu kadang-kadang lebih
berat daripada sanksi pada umumnya.
Tidak percayanya suatu subjek hukum ekonomi internasional (dalam hal ini
lembaga keuangan internasional) terhadap subjek hukum lainnya (misalnya negara)
hanya akan mengurangi integritas yang bersangkutan. Oleh karena itu manakala suatu
negara telah menandatangani suatu perjanjian, kesepakatan atau apapun namanya, maka
sejak itulah daya mengikat suatu perjanjian internasional sesungguhnya telah lahir.
Penandatangan terhadap suatu perjanjian adalah tindakan yang sangat penting,
penandatanganan pada hakekatnya adalah suatu tindakan berdaulat suatu negara.
Manakala suatu negara melakukan tindakan kedaulatannya, maka tidak ada alasan lagi
bagi negara tersebut untuk menyatakan bahwa tindakannya tersebut melanggar
kedaulatannya.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


85

BAB XII
Ekonomi Politik Internasional, Solidaritas, dan Pembangunan Ekonomi

I. Pengantar
Pembahasan judul diatas akan dibagi dalam beberapa bagian, yaitu bagian pertama
membahas dinamika politik dunia terutama akhir tahun 1940an yang mendorong kebangkitan
kembali studi ekonomi politik internasional. Bagian kedua merupakan upaya
mengidentifikasikan ekonomi politik internasional sebagai suatu pendekatan khas untuk
memahami fenomena hubungan internasional dengan lebih jelas, bagian berikutnya
pendekatan ini akan diterapkan untuk memahami persoalan besar yang dihadapi negara-
negara dunia ketiga dalam memperjuangkan kepentingannya dalam arena diplomasi
internasional yaitu kesulitan pembinaan kekuatan yang otonom dan bersatu.

II. Isu Ekonomi dalam politik internasional


Kenyataan yang menyolok politik dunia setelah Perang Dunia II adalah perubahan
besar-besaran yang luar biasa. Munculnya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara
adidaya, pemrosotan dan kemudia kebangkitan kembali Eropa dan Jepang sebagai aktor
utama peningkatan status beberapa negara kurang berkembang (NKP) menjadi negara
industry baru (NSB/NICs). Peredaan ketegangan Timur barat dan peningkatan ketegangan
Utara Barat, perubahan drastis Uni Soviet dibawah pemerintahan Michael Gorbachev,
ambruknya pemerintahan komunisme di Eropa Timur dan lain sebagainya adalah beberapa
contoh perubahan-perubahan ungkapan perubahan tersebut. Namun perubahan yang paling
relevan adalah banyaknya isu-isu ekonomi yang masuk dalam agenda percaturan politik
tingkat tinggi sehingga isu-isu ekonomi yang sebelumnya dipandang sebagai persoalan “law
politics” yang penuh damai tidak lagi dapat dipisahkan dari isu-isu politik dan keamanan
yang sejak lama dipandang sebagai masalah “high politics” yang penuh dengan konflik.
Paling tidak sejak awal 1970an hampir setiap hari berita utama diberbagai media masa
dipenuhi persoalan-persoalan ekonomi yang semakin lama semakin gawat dan controversial.
Masalah-masalah seperti kelangkaan dan kenaikan minyak bumi, nilai tukar komoditi eksport
di negara kurang berkembang dan aturan main perdagangan yang merugikan mereka, defisit
neraca pembayaran maupun negara pembayaran di berbagai negara dan seterusnya. Selama
lebih dari 20 tahun ini memenuhi media masa dunia dan masalah-masalah itu telah banyak
menyebabkan politik internasional.
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
86

Pemberitaan dalam media masa itu dan diskusi sengit yang meliputinya menunjukkan
bahwa masalah itu bukan semata-mata bersifat ekonomi, persoalan ekonomidan politik jalin
menjalin di dalamnya. Oleh karena itu topic-topik teknis yang selama ini menjadi agenda
perundingan para menteri urusan perekonomian atau bahkan bawahan mereka seperti
penanaman modal asing, penempatan tariff perdagangan antar negara, dan penetapan kurs
yang sekarang banyak jadi pembicaraan dalam pertemuan-pertemuan puncak antara kepala-
kepala pemerintahan. Sementara itu diplomasi antara negara-negara dunia selatan juga
menunjukkan betapa isu ekonomi semakin jelas mewarnai diplomasi tingkat tinggi, dinamika
perjuangan negara dunia ketiga membuat persoalan ekonomi politik saling jalin menjalin
hingga sulit dipisahkan. Negara-negara dunia ketiga merupakan pelopor perjuangan seperti
KAA memang lebih banyak membahas politik, yaitu pembebasan bangsa-bangsa di kedua
benua dari penjajahan. Begitu juga forum yang merupakan perluasannya yaitu gerakan non
blok atau non alligment movement pada awalnya terutama memusatkan pada masalah politik,
tetapi dengan berjalannya waktu dan berkembangnya persoalan internasional negara-negara
selatan lebih banyak memusatkan perhatiannya ke masalah ekonomi dan karena demikian
mengangkat masalah ekonomi sebagai sasaran perjuangan politiknya dalam system
internasional. Perubahan substantive ini kemudian mempengaruhi taktik dan strategi yang
diterapkan dalam perjuangan tersebut. Untuk jelasnya dapat kita lihat diplomasi negara-
negara dalam konferensi-konferensi internasional dalam table sebagai berikut :

III. Tabel Diplomasi Ekonomi dan Politik Dunia Ketiga


Waktu Forum Isu
1994 April Konferensi Asia Afrika Politik
1960 Oktober Pembentukan OPEC Ekonomi
1961 - MU-PBB mulai didominasi dunia ketiga
(negara-negara dunia ketiga mulai melebihi 2/3
- suara)
PBB memulai program pembangunan
ekonomi, “The UN Program for Economic
Development International”
1964 September KTT Non-Blok (25 anggota), Beograd Politik
Maret UNCTAD I, Jenewa (di dalamnya negara- Ekonomi
negara dunia ketiga berkelompok dalam
Oktober “Group 77” Politik

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


87

KTT Non-Blok II (47 anggota), Kairo


1968 Febuari UNCAD II, New Delhi Ekonomi
1970 September KTT Non-Blok III, Lusaka, Zambia Politik

Waktu Forum Isu


1972 April - Mei UNCTAD III, Santiago Ekonomi
1973 September KTT Non-Blok IV (77 anggota), Algier (di sini Politik dan
“Group 77” bergabung) Ekonomi
September OPEC menaikan harga minyak Politik dan
Ekonomi
November OAPEC boikot/embargo minyak terhadapEkonomi dan
negara-negara pendukung Israel Politik
1974 April - Mei Sidang Khusus VI MU-PBB : “Declaration on Politik dan
The Establishment of The New InternationalEkonomi
Economic Order”
Desember MU-PBB : Charter of Economic Right andPolitik dan
Duties of States” Ekonomi
1975 Febuari Konvensi Lone antara MEE dan 46 negaraEkonomi
sedang berkembang mengenai perdagangan
komoditi dasar (antara 1975-1977 di Paris,
terjadi perundingan antara “Utara” dan
“Selatan” mengenai pasar komoditi)
Febuari Konferensi 110 negara sedang berkembang diEkonomi
Dakat, Senegal : Action Program on Raw
Materials
September Sidang Khusus VII MU-PBB tentangEkonomi
pembangunan dan kerjasama internasional

Waktu Forum Isu


Desember Konferensi Kerjasama Ekonomi InternasionalPolitik dan
“Utara-Selatan” di Paris. Hadir 27 negara (8 Ekonomi
“Utara” dan 19 “Selatan”). Untuk member
dorongan politis terhadap forum-forum
perundingan “Utara-Selatan” lainnya.
Berlangsung sampai Juni 1977.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


88

1976 Mei UNCTAD IV, Nairobi (Konfrontasi terbukaEkonomi dan


antara “Utara” dan “Selatan” mengenai pasarPolitik
komoditi)
Agustus KTT Non-Blok V, Colombo (membicarakanPolitik dan
tata ekonomi internasional baru) Ekonomi
1979 KTT Non-Blok VI, Havana Politik dan
Ekonomi
UNCTAD V, Manila Ekonomi dan
Politik
Agustus Sidang Khusus VIII MU-PBB tentang alih-Ekonomi
teknologi
1982 KTT Non-Blok VII, New Delhi Politik dan
Ekonomi
1983 UNCTAD VI, Beograd Ekonomi
1985 KTT Non-Blok VIII, Harare Politik dan
Ekonomi
1987 UNCTAD VII, Jenewa Ekonomi
1990 April - Mei Sidang Khusus MU-PBB tentang KerjasamaEkonomi
Internasional
2011 November G20, Hawai Ekonomi
ASEAN Ekonomi

Table ini menggambarkan hubungan antara berbagai actor dan proses dalam ekonomi politik
internasional dengan kerangka itu akan dapat menjelaskan dengan utuh makna politik di
berbagai hubungan ekonomi seperti hubungan perdagangan, moneter, investasi asing
terutama dengan cara memperbandingkan beberapa konsepsi dengan ekonomi politik
internasional dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.
Kita yakin bahwa hubungan ekonomi politik internasional selama ini sebenarnya
mencerminkan persaingan dinamis terutama antara merkantilis dan liberal. Perspektif
merkantilis yang mendominasi hubungan itu pada decade 1920an dan 1930an dan yang
dianggap penyebab penting timbulnya Perang Dunia II, sejak pertengahan 1940an digantikan
dengan perspektif liberal walaupun tidak berarti bahwa semua negara menerapkan perspektif
secara konsisten, diplomasi ekonomi internasional dalam dalam kerangka mekanisme Bruce
jelaslah di dominasi oleh perspektif liberal. Hal ini berlangsung paling tidak 1961 ketika
Amerika Serikat menyerang pada desakan untuk menerapkan perspektif merkantilis dan
melonggarkan komitmennya untuk menerapkan ekonomi liberal yang diciptakan oleh Bruce.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


89

Perubahan posisi dominan kedua perspektif itu menunjukkan suatu pola negara-negara yang
sedang berada di posisi hegemonic biasanya menyukai ekonomi politik internasional yang
liberal dan sebaliknya negara-negara yang berada dalam posisi lemah cenderung kepada
perspektif merkantilis dalam suasana ekonomi dunia yang diliputi staknasi dan resensi. Setiap
negara berusaha menekankan hubungan internasional masing-masing dengan menerapkan
strategi merkantilis, itulah sebabnya kebangkitan kembali perspektif merkantilis dalam
hubungan ekonomi antar negara tahun 1970an dapat dijelaskan dengan menunjuk pada
ketidakpastian akibat staknasi dan resensi. Pada situasi ekonomi dunia yang di dominasi
strategi perspektif merkantilis seperti negara-negara dunia ketiga yang umumnya langka
sumber daya menghadapi kesulitan, perjuangan menurut jalur reformis iritis Sejak KAA dan
sejak akhir 1970an kehilangan semangatnya. Strategi kolektif self-reliance dan self-
bargaining tahun 1964 berhasil membentuk UNCTAD (U.N Conference For Trade and
Development) yang mayoritasnya dikuasai oleh negara dunia ketiga yang pada tahun 1974
behasil memaksa majelis umum PBB untuk membuat deklarasi membentuk tata ekonomi
internasional baru.
Akhir-akhir ini tidak lagi merasakan perjuangan negara-negara dunia ketiga yang
mencoba menempuh jalan radikal pun tidak banyak berhasil, bahkan nasibnya mungkin lebih
buruk. Mengapa strategi negara dunia ketiga yang dikembangkan tidak lagi efektif untuk
memahami fenomena ini mungkin model struktur interaksi feodal yang dikembangkan oleh
John Galtung dalam regional e-struktural theory yang ditulisnya dalam jurnal of peace
resources mungkin dapat membantu dalam struktur hubungan masyarakat feodal tidak ada
kekuasaan pusat. Dinamika politik ditentukan oleh pengaturan yang diadakan oleh para
feodal yang berpengaruh, raja dipusat lebih banyak berfungsi sebagai lambang yang tanpa
kekuasaan secara kolektif karakteristik struktur pada dewasa ini yaitu hubungan center
delivery menurut Galtung mirip dengan cirri-ciri masyarakat feodal yaitu :
a. Interaksi antara center dan peri-peri bersifat vertical
b. Interaksi antara peri-peri dan peri-peri tidak terjadi
c. Interaksi multilateral yang melibatkan ketiganya tidak terjadi
d. Interaksi dengan dunia luar dimonopoli oleh center dan ini mengakibatkan dua hal yaitu
Interaksi antara peri-peri dengan negara-negara center lain tidak terjadi, Interaksi antara
center maupun peri-peri dilingkungan negara center tidak terjadi. Struktur hubungan ini
konsekuensinya antara lain :

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


90

1) Interaksi vertical, negara-negara center dan negara peri-peri mengembangkan


suatu pembagian kerja dimana negara center berperan lebih besar dari pada
negara peri-peri. Negara center memiliki hak prerogative dan tanggung jawab
lebih besar misalnya menjadi anggota organisasi internasional (PBB) setiap
negara peri-peri mengarahkan hubungannya terutama pada center masing-
masing
2) Fragmentasi (perpecahan), karena interaksi antara peri-peri tidak ada
sedangkan interaksi antara center sangat efektif maka terjadi fragmentasi.
Sementara negara-negara center sangat erat hubungannya satu sama lain dan
negara peri-peri tercerai berai
3) Marginilisasi (penyempitan), interaksi multilateral yang berbagai center dan
peri-peri sangat jarang akhirnya negara peri-peri terkena marginilisasi yaitu
diplomasi multilateral yang pada umumnya hanya sebagai penonton
dipinggiran
4) Monopolisasi, interaksi antara center dengan peri-perinya sangat efektif
meliputi berbagai bidang akibatnya terjadi monopoli antara center dengan
merubah kata center jadi Amerika Serikat, Uni Soviet, Eropa Barat dan Jepang
dengan negara peri-peri seperti panama, Kuba, Argentina, Kenia, Nigeria,
Filiphina, Indonesia, maka akan dengan mudah menggambarkan hubungan
antara negara dunia ketiga dengan negara industry maju. Hubungan antara
mereka bukan saja timpang tindih tetapi juga diwarnai dengan perpecahan
dunia ketiga selain dari itu solidaritas negara-negara industry maju (blok barat)
dihadapkan pada negara dunia ketiga yang cerai berai, maka Nampak sekali
mereka menyelenggarakan pertemuan-pertemuan internasional (G8)

IV. Pertemuan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)


Yang hanya beranggotakan negara industry kaya walaupun pertemuan tersebut sering
berlangsung dengan sengit telah berakhir dengan resolusi dan resolusi itu dipatuhi. Tetapi
pertemuan organisasi yang mewakili dunia ketiga misalnya gerakan non blok atau pertemuan
selatan yang sangat sering terjadi karena kemacetan atau pertikaian, dapat dipahami dengan
memperhatikan perubahan yang penting terjadi dalam system ekonomi politik global sejak
akhir dasawarsa 1970an. Ada tiga perubahan penting yang saling berkaitan terjadi sejak itu
yang membuat negara dunia ketiga semakin terbagi dalam lapisan-lapisan, seperti :

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


91

a. Difrensiasi (ketidaksepakatan) negara dunia ketiga, pada akhir dasawarsa


itu diketahui bahwa beberapa negara dunia ketiga tumbuh pesat sedangkan
yang lain macet atau bahkan merosot. Beberapa negara pengekspor
minyak di Timur Tengah ternyata terjadi pertikaian dari pada dunia
pertama. Beberapa negara lain yang kemudian disebut NIB atau Negara
Industri Baru (NICs) mempunyai struktur industry yang menyamai atau
bahkan mengungguli beberapa negara pertama yang umumnya secara
konvensional disebut negara industry maju, sebaliknya masih jauh lebih
banyak negara dunia ketiga yang mengalami kesulitan atau jauh lebih
miskin dari pada sebelumnya. Oleh karena itu klasifikasi negara
berdasarkan prestasi ekonomi dewasa ini lebih rumit. Pada zaman dulu
bank dunia hanya memiliki tiga (3) kategori yaitu developed market
economy, developing market economy, dan centrally planned economy
sedangkan yang lebih rinci ialah industrialized economy, middle income
economy, law income economy and capital surplus economy. Ini
menunjukkan bahwa semua negara dunia ketiga semakin beraneka ragam,
tidak ada lagi negara dunia ketiga dengan satu kategori.
b. Perubahan dan pembesaran pasar financial dunia, sesudah negara-negara
OPEC menaikkan harga minyak berlipat ganda pada tahun 1970an
terjadilah perubahan surplus financial yang luar biasa besar ketangan
negara Arab. Mereka menerima penghasilan yang jauh melampaui
kebutuhan pembiayaan mereka. Catatan financial ini yang sejak itu
merupakan catatan besar dari perdagangan dunia sebagian besar diserap
oleh pasar modal internasional sehingga muncul fenomena pasar uang yang
dinamakan petro dollar. Petro dollar ini yang banyak membiayai investasi
di negara industry baru seperti korea selatan, Taiwan, singapura, dan brazil
karena memang merekalah yang banyak menimbulkan potensi ekonomi
yang meyakinkan dank arena itu layak serta mampu mengambil kredit
dengan tingkat bunga pasar komersial. Ini menunjukkan bahwa kenaikan
harga minyak mendorong proses difrensiasi negara dunia ketiga, yaitu
sementara beberapa negara dapat memperoleh manfaat dari kenaikan harga
minyak secara langsung atau tidak secara langsung melalui pinjaman dari
pasar modal seperti korea selatan. Sebagian besar lagi yang terlalu miskin

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


92

dan tidak mampu meminjam dari pasar komersial merasakan bahwa


kenaikan minyak itu membuat sengsara.
c. Perubahan pengorganisasian produksi dunia, sejak tahun 1970an akibat
dari pertumbuhan dan perubahan lingkup kegiatan perusahaan-perusahaan
multinasional sebagai sarana pertukaran ekonomi internasional, produksi
internasional telah melampaui perdagangan internasional artinya gabungan
produksi semua perusahaan multinasional diluar negara asalnya sejak itu
lebih besar dari barang jasa yang di perdagangkan antar negara atau diluar
negara dulu yang dikatakan blok sosialis. Ketika fakta ini ternyata saling
jalin menjalin yaitu :
 Internasionalisasi produksi berjalan seiring dengan proses difrensiasi ekonomi negara
dunia ketiga karena dunia ketiga yang tumbuh pesat itu kemudian lebih banyak
terlibat dalam proses produksi, dunia yang berkaitan dengan perusahaan
multinasional. Sedangkan negara industry baru menjadi factor penting dalam
perluasan ekonomi internasional, negara dunia ketiga yang lebih miskin tetap tinggal
diluar jaringan
 Perluasan pasar internasional (yang di dorong petrol dollar) telah membantu semakin
intensifnya keterlibatan modal internasional yang dikendalikan oleh perusahaan
multinasional dalam kegiatan industry negara dunia ketiga.
Urutan-urutan diatas menunjukkan betapa besarnya kendala yang dihadapi oleh negara dunia
ketiga untuk membangun kembali solidaritas antara mereka. Mengingat solidaritas adalah
langkah utama untuk kemajuan perusahaan internasional perlu dicari cara-cara baru untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


93

BAB XIII
POLITIK PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI INTERNASIONAL

I. Pengantar
Hubungan ekonomi internasional antar negara tidak selalu berjalan mulus, kadang
kala timbul masalah-masalah dari hubungan tersebut. Masalah tuduhan terhadap suatu negara
yang diduga melakukan dumping umpamanya atau tidak dilaksanakannya kewajiban-
kewajiban di satu pihak dalam perjanjian, masalah nasionalisasi suatu perusahaan dan ada
beberapa macam laggi, adalah contoh kasus yang timbul dalam hubungan ekonomi antar
negara.
Pada pokoknya hukum internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar
negara dapat diselesaikan secara damai. Pengaturan secara damai dalam menyelesaikan
sengketa pada pertama kali lahir sejak diselenggarakannya The Hague Peace Conference
tahun 1899 dan 1907. Konferensi ini menghasilkan the conferation on the pacific settlement
of international disputes (konferensi terhadap penyelesaian pasifik dari sengketa internasional
pada 1907.) sengketa menurut mahkamah internasional permanen dalam kasus preliminary
objection. Diartikan dengan disagreement on appointof law or fact, a conflict of legal feaws
of interest agree between two persons.
Dari tiga pengertian tersebut ada tiga aspek yang terkait yaitu para pihak yang tidak
sepakat masalah fakta dan masalah hukumnya serta adanya ketidaksepakatan mengenai
kepentingan. Pengaturan secara khusus penyelesaian sengketa dalam bidang ekonomi pada
pertama kali dilakukan tahun 1960. Waktu itu LBB membentuk kelompok ahli yang bertugas
menerima permohonan penyelesaian sengketa ekonomi antar negara. Kelompok ahli ini
merancang suatu aturan mengenai penyelesaian sengketa ekonomi antar negara yang
disahkan oleh dewan LBB pada 28 Januari 1934 (dikutip dari Palitha TB co ona : dalam
bukunya the regulation of international economic relations through law, penerbit the
netherland : Martinus Niyoufh publisher 1985 page 151). Pasal 2 aturan ini menyatakan suatu
masalah (konflik ekonomi) dapat diserahkan kepada para ahli manakala para pihak
memohonnya bersama. Pasal 3 memberi yuridiksi pada ahli untuk menerima sengketa yang
memiliki masalah ekonomi. Dalam perkembangannya kelompok ahli ini kurang popular.
Kohona mengatakan kelompok ini tidak punya kesempatan untuk membuktikan diri sebagai
bahan penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa biasanya diklasifikasikan pada 2 cara
yaitu secara diplomatic dan hukum. Ada sarjana-sarjana lain mengklasifikasikannya sebagai

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


94

penyelesaian yang diselesaikan secara langsung oleh para pihak dan penyelesaian yang
mengikutsertakan pihak ketiga. Disamping cara itu, misalnya melalui badan khusus PBB dan
badan regional, dewasa ini belum berkembang pesat. Salah satu contoh actual adalah
penyelesaian sengketa ekonomi diantara negara amerika utara dan meksiko yang diselesaikan
dalam kerangka NAFTA atau Europian court of justice.
Penyelesaian sengketa secara diplomatic dan hukum tersebut sebaliknya penyelesaian
secara diplomatic manakala para pihak menghendaki persetujuannya mengenai syarat-syarat
atau peraturan-peraturan penyelesaian sengketa. Disamping itu manakala pihakpihak
menyelesaikannya pada penyelesaian secara diplomatis, penyelesaiannya secara sepihak
dapat dibatalkan oleh masing-masing pihak. Ini disebabkan karena pada hakekatnya
penyelesaian melalui cara ini harus disepakati oleh kedua pihak dan tidak dapat begitu saja
mengikat tanpa kesepakatan mereka. Contoh : penyelesaian secara hukum misalnya
penyelesaian sengketa melalui arbitrase dan pengadilan dan penyelesaian secara diplomatic
misalnya penyelesaian sengketa melalui mediasi dan konsultasi.
Dari uraian tersebut diatas tampak bahwa factor yang penting dalam penyelesaian
suatu sengketa dalam hukum ekonomi internasional atau dalam kajian hukum internasional
lainnya sebetulnya terletak pada kata kunci “kesepakatan para pihak”. Para pihaklah yang
akhirnya menentukan bagaimana sengketa akan diselesaikan, apakah melalui penyelesaian
melalui hukum atau melalui cara diplomatic.
Pernyataan Kohona menunjukan bahwa unsure kata sepakat berpengaruh besar
setelah sengketa itu diputuskan. Sengketa dalam hukum ekonomi internasional melibatkan
berbagai subjek hukum ekonomi internasional. Sengketa dapat terjadi antar negara, negara
dengan subjek hukum ekonomi internasional lainnya atau antara subjek hukum ekonomi
internasional tertentu satu sama lainnya.
Pakar varolen van theman menguraikan pula bahwa sengketa hukum ekonomi internasional
bias timbul antara organisasi dengan orang perorangan mengenai masalah hukum perdata
atau sengketa yang bersifat hukum perdata atau organisasi internasional dengan pegawai atau
organisasi dengan anggotanya.

II. Cara-cara penyelesaian sengketa ekonomi internasional


Bagaimana suatu sengketa dalam bidang ekonomi internasional dilakukan berada
sepenuhnya pada kesepakatan para pihak, metode yang terdapat dalam pasal 33 ayat 1
piagam PBB memberikan pedoman yang cukup lengkap bagi para pihak yang bersengketa

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


95

dalam lingkup hukum internasional, dapat pula dijadikan sebagai pedoman dalam bidang
hukum ekonomi internasional, pasal tersebut berbunyi metode-metode penyelesaian sengketa
dapat dikategorikan sebagai berikut : negosiasi, penyelidikan (faxfining/inquring), mediasi,
konsiliasi, arbitrasi, pengadilan, badan-badan regional, cara-cara damai lainnya.
Berikut uraian singkat mengenai masing-masing cara penyelesaian sengketa tersebut,
kecuali nomor 6 dan 8 :
a. Negosiasi (terdiri dari konsultasi dan negosiasi)
Adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan yang palin tua
digunakan oleh umat manusia (Wvoeggeln Oesere : metod of diplomatic) ini
merupakan cara yang paling penting banyak sengketa tyap hari oleh diplomasi ini
tanpa adanya publisitas tanpa menarik perhatian publik , alasannya karena
prosedur penyelesainnya didasarkan pada kesepakatan atau konsensus para pihak,
negosiasi dalam pelaksanaannya memiliki beberapa bentuk yaitu bilateral dan
multilateral, negosiasi serupa dapat disalurkan melalui saluran diplomatik pada
konferensi internasional atau melalui suatu lembaga atau juga melalui organisasi
internasional. Cara ini dapat pula digunakan untuk menyelesaikan setiap bentuk
sengketa , apakah itu sngketa ekonomi, politik, hukum, sengketa wilayah,
sengketa keluarga, suku, dll.
Konsultasi pada prinsipnya dapat dilakukan dengan menggunakan 2 bentuk, yaitu
suatu perjanjian dalam bidang ekonomi internasional menyarankan para pihak
untuk berkonsultasi secara regular yang merupakan terus-menerus. Penggunaan
cara konsultasi sudah terlembaga, misalnya penggunaan suatu komisi gabungan
(United Comision) dalam hubungan-hubungan perdagangan internasioal.
Dalam menggunakan negosiasi merupakan cara bersama para pihak yang
menggunakan kesepakatan bersama para pihak. Para pihak bebas untuk
menentukan pada tahap-tahap apa suatu negosisasi dianggap telah menyelesaiakn
sengketa, mengenai syarat yang mengikat suatu penyelesaina pada akhirnya
menggantung pada keinginan bebas atau maksud-maksud baik para pihak yang
sepakat untuk negosiasi.
b. Penyelidikan
Adalah para pihak mempersengkatakan perbedaan mengenai fakta, maka untuk
meluruskan perbedaan tersebut campurtangan pihak lain dirasakan perlu untuk
menyelidiki kedudukan fakta yang sebenarnya. Biasanya para pihak tidak

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


96

meminta pengadilan, tetapi meminta pihak ketiga yang sifatnya kurang formal,
cara inilah yang disebut dengan penyelidikan.
Menurut Karl Josef Partsche faxfinding and inquiring eksiklopedia 1980 page 16,
penyelidikan biasanya ditempuh manakala cara konsultasi dan mediasi telah
dilakukan tetapi tidak melakukan penyelesaian, cara-cara ini dikenal dalam
praktek Negara dan juga diantara pihak swasta.

c. Jasa-jasa baik
Adalah cara penyelesaian sengketa melalui bantuan pihak ketiga yang mana
berupaya agar para pihak yang bertikai menyelesaiakan sengketanya melalui
negosiasi, jadi fungsi utamanya adalah mempertemukan para pihak yang bertikai
sedemikian rupa mau bertemu dan duduk bersama serta bernegosiasi.
Keikutsertaan pihak ketiga dapat atas permintaan para pihak atau atas inisiatif
menawarkan jasa-jasa baiknya untuk menyelesaian sengketa tersebut, hal ini sngat
mutlak harus ada kesepakatan para pihak yang bertikai. Jasa-jasa baik sudah
dikenal dalam praktek antar Negara, dalam prakteknya penggunaan ini tidaklah
asing lagi. Pada subjek-subjek hukum internasional disamping Negara jasa-jasa
baik dikenal baik dalam praktek penyelesaian antara swasta maupun negara.

d. Konsiliasi dan mediasi


Mediasi dan konsiliasi adalah penyelesaian dimana para pihak beranggapan
bantuan aktif pihak ketiga sangat membantu penyelesaian sengketa sevara damai,
namun pihak yang bertikai masih dapat mengawasi secara penuh prosedur
penyelesaian. Kedua istilah ini sangat sulit dibedakan, bahkan tak jarang keduanya
sering diartikan sama, namun demikian menurut para ahli terdapat perbedannya
yaitiu konsiliasi lebih formal ketimbang mediasi.
Mediasi adalah penyelesaian mlaluiphak ketiga yaitu misalnya Negara, OI (PBB),
individu (polotikus, ahli hukum, ilmuan) yang ikut serta secaa aktif dalam proses
negosiasi biasanya dengan kepastiannya sebagai pihak yang netral, berupa
mendamaikan pihak yang bertikai dengan memberukan syarat-syarat bersengketa,
bedanya dengan konsiliasi yaitu denmgan usulan-usulannya dibuat agak tidak
resmi (informal) usulan itu dibuat berdasarn informasi-informas yang diberikan
oleh beberapa pihak dan bukan atas penyelidikannya.
Konsiliasi adalah suatu cara penyelesaian sengketa yang sifatnya lebih formal,
yang dilakukan oleh pihak ketiga yang dibentuk ed hock ( temporer) yang terbukti

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


97

untuk menetapkanb penyelesaian yang diterima oleh para pihak yang bertikai, dan
keputusannya tidaklah mengikat para pihak, diterima atau tidaknya tergantung
sepenuhnya oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
e. Arbitrase
Adalah penyerahan sengketa secara sukarela kpada pihgak ketiga yang netral serta
putusan yang dikeluarkan dipartai finaldan mengikat. Badan arbitrase dewasa ini
sudah semakin popular dan banyak digunakan dalam penyelesaian sngketa-
sengketa internasional, pemelihara arbitrase sepenuhnya berada pada kesepakatan
para pihak yang terlibat biasanya arbitrator, yang dipilih adalah mereka yang telah
ahli mengenai pokok sengketa serta disyaratkan netral. Dia tidak selalu ahli
hukum biasanya ia menguasai bidang lain, ia bisa seorang insinyur, manager, ahli
asuransi, ahli perbankan, dll. Setelah arbitrator ditunjuk selanjutnya menetapkan
term of reference (aturan permainan) yang akan menjadi patokan kerja mereka.
Biasanya hubungan ini memuat pokok masalah yang akan diselesaiakn,
kewenangan arbitrator (yuridiksi) dan aturan (acara) sidang arbitrase. Tentu
muatan term of reference tersebut harus disepakati oleh para pihak . keputusan
arbitrase adalah non-final artinya keputusan akhir tidak dimungkinkan.

Dari penyelesaian diatas nampaknya penyelesaian sengketa yang utama dan


diproitaskan untuk digunakan adalah negosiasi, yaitu penyelesaian sengketa yang secara
langsung melibatkan para pihak yang bersangkutan untuk menyelesaian sengketa secara
bersama dengan secara damai, merupakan ciri yang menionjol dari Hubungan Internasional
pada abad ini dan nampaknya akan terus berlkanjut ke masa yang akan dtang, karena dewasa
ini mau takmau atau telah diakui bahwa semua Negara dan swasta dll, saling
berintendependensi. Metode yang memungkinkan penyelesaian sengketa selain cara-cara
diatas adalah melalui pengadilan. Cara-cara ini biasanya ditempuh apabila cara penyelesaian
yang telah dijelaskan diatas ternyuata tak brhasil.
Pengadilan dapat dibagi kedalam 2 kategori yaitui pengfadilan permanen, dan at hock,
atau pengadilan khusus. Menurut pengmatan beberapa ahli penyelesaian sengketa ekonomi
internasional terhadap pengadilan permanen kurang begitu dinikmati oleh negar-negara yang
bertikai, sbagai cntoh p[eranan MI, dalam menyelesaian senketa eko sangatl;ah kurang
semenjak berdirinya Mi tersebut hanya menghadiri 2 kasus dibidang ekonomi internasional
yaitu The Barcelona reakction trease antara belkgia melawan sapanyol, dan the Arsikes antara
amerika melawan Italy.
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-
98

Alas an hasil kerja MI sikatakan suram pada adasarnya ada 2 alasan yaitu: kurang
adanya penghargaan pada fakta-fakta spesifik mengenai duduk perkaranya, kedua kurang
keahlian dan kemampuan mahkamah tersebut pada permasalah bidang hukum ekonomi
internasional. Selai dari itu pengadilan-pengadilan inter yuridiksinya terkadang terbatas
hanya pada Negara saja. Sedangkan kegiatan-kegiatan hukum ekonomi internasional dewasa
ini ( Negara) semakin meningkat dan penting .
Bentuk kedua adalah pengadilan at hock?khusus. dibandingakan pengadilan MI,
pengadilan khisus lenbih popular terutama dalam rangka penyelesaian ekonomi internasional.
Badan ini sngat penting dalam penyelesaiakan sengketa yang timbul dari perjanjian inter.
Factor penting Negara menggunakan badan-badan seperti ini adalah karena hakim-hakimnya
yang tidak harius seorang ahli hukum ia bias saja seorang ahli atau spesialis mengenai pokok
masalah atau sengketa yng akan ditangani . adanya perasaan sebagian besar nbegara yang
kurang percaya kpada suatu peradilan badan inter yang dianggap kyurang tepatr untuk
menyelesaiakn sengketa dalam ekonomi internasional.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa mekanisme penyelesaian sengketa yang pealing
utama untuk ditekankan dan diproritaskan adalah untuk menggunakan negosiasi,
penyelesaian secara langsung melibatkan para pihak iuntuk menyelesaian sengketanya secara
bersama dan secara damai merupakan cirri yang menonjol dari HI dalam abad ini dan
tampaknya akan terus berperang pada abad yang akan dating. Cara penyelesaian lainnya
barulah akan dilakukan sebagai alternative manakala cara negosiasi macet. Factor lainnya
yang penting dikemukakan adalah sentralnya peran kesepakan para pihak dalam penyelesaian
sengketa, unsur ksepakatan menjadi dasar hukum sbagai dugunakannya suatu cara dan proses
beracara bagi pengadilan atau keikutsertan pihak ketiga yang menangani pihak ketiga. Ini
tidak lain merupakan konsekuesi dan sifat yang koordinatif secara prinsip terlepas apakah
Negara itu besar, kecil, miskin, berkembang, maju.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-


99

DAFTAR PUSTAKA

Blake, David H.: “The Politics of Global Economics Relations”. Hall Inc. Englewoods Cliffs,
New Jersey, 1987.
Glipin, Robert: “The Political Economy of International Relations”, Princeton University
Press, New Jersey, 1997.
Isaak, Robert A: “International Political Economy”, St. Martin press, New York, 1991.
Kindleberger, Charles: “Power and Money: The Economics of International Politics of
International Economics”, Basic Books, New York, 1970.
Knorr, Klaus: “Power and Wealth: The Political Economy of International Power”, Basic
Books, New York, 1973.
Kuncoro-Jakti, Dorordjatun: “Pendekatan Politik Ekonomi: Jembatan Doantara Ilmu
Ekonomi dan Ilmu Politik”, Jurnal Ilmu Politik, No. 8, 1991.
Lesiblom, Charles: “Politics and Markets: The World Political-Economic System”, Basic
Books, New York, 1977.
Mas’oed, Mohtar: “Ekonomi Politik Internasional dan Pembangunan”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1994.
Robin, Lord: “Political Economy Post and Present, A Review Leading Theories of Economy
Policy”, New York, 1987.
Salvatore, Domerich: “Ekonomi Internasional”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.
Staniland, Martin: “What Is Political Economy? A Study of Social Theory and
Underdevelopment”. Yale University Press, New Haver, 1985.
Stone, Alan: “The Political Economy of Public Policy”, Safe Publications, London, 1982.
Strange, Susan: “Status and Markets: An Introduction to International Politic Economy”,
Pinter, London, 1988.

Syahrir: “Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok: Sebuah Tinjauan Prospektif”, LP3ES, Jakarta,
1986.
Tooze, Roger: “Perspective and Theory: A Consumers Guide, Delaur Strange, 1984 (Paths to
International Political Economy”, George Allen and Un win: London).
Wilber, Charles K.: “The Political Economy of Development and Lender Development, New
York, 1979.

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL –by. Natasha Lamtiurma (0970750042)-

Anda mungkin juga menyukai