Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


HIPERTENSI

I. Konsep Dasar Teori


A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material
yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang
antar anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN, 1999).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan
perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara
empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas kehidupan
keluarga sangat berhubungan atau signifikan (Efendi F & Makhfudli, 2009).
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu,
dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai-nilai yang
dianut keluarga, budaya keluarga, serta erbagai aspek yang terkait dengan apa yang
diyakin dalam keluarga tersebut (Efendi F & Makhfudli, 2009).
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Beberapa ahli tersebut diantaranya
sebagai berikut (Efendi F & Makhfudli, 2009):
1. Marilyn M. Friedmen (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakana bagian dari keluarga.
2. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.
3. Salvicion G. Balion dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing, dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari ketiga pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah sebagai berikut (Efendi F & Makhfudli, 2009):
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga
yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem.
Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu, dan anak atau
semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga
tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interpendensi untuk mencapai tujuan
bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi
oleh supra-sistemnya seperti lingkungan (masyarakat). Sebaliknya, sebagai
subsistem dari lingkungan (masyarakat), keluarga dapat memengaruhi masyarakat
(supra-sisem) (Efendi F & Makhfudli, 2009).
B. Keluarga Sebagai Sasaran Pelayanan Keperawatan
Stuart (2001) memberikan batasan mengenai siapa saja yang disebut
keluarga. Lima sifat keluarga yang dijabarkan antara lain sebagai berikut (Efendi F
& Makhfudli, 2009):
1. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem
2. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya
3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga
4. Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau
tidak dapat tinggal dalam satu atap
5. Keluarga bisa memiliki anak ataupun tidak
Berikut ini merupakan latar belakang mengapa keluarga dijadikan sebagai
sasaran pelayanan keperawatan (Efendi F & Makhfudli, 2009):
1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan
pesan-pesan keshatan
Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat demam brdarah dengue (DBD)
membuat pemerintah dengan gencar menggalakkan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dalam skala nasional. Keluarga sebagai unitterkecil dalam
masyarakat berperan dalam penyampaian pesan betapa pentingnya PSN
agar terhindar dari wabah DBD.
2. Keluarga sebagai satu kesatuan
Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari sejumlah angota keluarga,
berada dalam satu ikatan dan saling memengaruhi. Jika perawat tidak
meahami ketika melakukan pengkajian terhadap setiap anggota keluarga,
maka perawat tersebut tidak akan mendapatkan data yang dibutuhkan,
mengingat data anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya saling
memengaruhi.
Contonya, jika salah satu anggota keluarga ingin melanjutkan sekolah di
luar negeri dan ia harus meninggalkan orang-orang yang selama ini
dianggap dekat, maka hal tersebut akan berdampak pada orang yang
meninggalkan ataupun orang-orang yang ditinggalkan (homesick
syndrome). Perubahan yang terjadi bisa dimulai dengan menurunnya nafsu
makan, kesedihan yang berlarutlarut, menurunnya prestasi belajar dan
lainnya.
3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya
Peran anggota keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan
kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan,
pengobatan, sampai dengan rehabilitasi. Contohnya, keluarga yang peduli
akan kesehatannya akan memperhatikan pemberian makanan dengan gizi
seimbang pada anggotanya. Memberikan imunisasi sebagai upaya
pencegahan pada anak-anaknya.
4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini
Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan
memungkinkan munculnya faktor risiko pada anggota keluarga yang
lainnya. Contohnya, dalam keluarga ditemukan kasus tuberkulosis paru
pada anak sulungnya, maka anggota keluarga yang lainnya juga berisiko
tinggi terkena penyakit sama.
5. Individu dipandang dalam konteks keluarga
Seseorang dapat lebih memahami peran dan fungsinya apabila ia dipandang
dalam konteks keluarga. Contohnya, peran seorang anak yang sedang
beranjak dewasa dan akan menikah berubah menjadi peran suami atau calon
ayah bagi keluarganya.
6. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi anggota keluarga lainnya
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap
siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat
seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota
keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat.

C. Kesehatan Keluarga Sebagai Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga


Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai
dalam memebrikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, agar keluarga tersebut
dapat meningkatkan produktivitasnya, bila produktivitas keluarga meningkat
diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula.
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga
adalah (Effendy N, 1998):
1. Tujuan umum: umtuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status
kesehatan keluarganya (Effendy N, 1998). Secara umum, tujuan asuhan
keperawatan keluarga adalah ditingkatnya kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri (Suprajitno, 2004).
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya

D. Struktur Keluarga (Setiawati & Dermawan, 2008)


1. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
a. Struktur peran keluarga. Menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak
dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-
masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa harus
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain
sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah
(Murwani, 2007).
b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari
dan diyakini dalam keluarga. Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan
kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga
dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik,
menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah
kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Murwani, 2007).
c. Pola dan proses komunikasi keluarga. Menggambarkan bagaimana cara pola
komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga
ataupun dalam keluarga. Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat
terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran
positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik
komunikasi keluarga berfungsi untuk: (1) karakteristik pengirim: yakin dalam
mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan
berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. (2) Karakteristik
penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi
(Murwani, 2007).
d. Struktur kekuatan keluarga. Menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan
perilaku ke arah positif.

2. Ciri-ciri struktur keluarga


a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan pungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga
dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang
kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai
tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi
oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti
halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat
anak-anak.
3. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-
suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

E. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan
Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I : Keluarga Pemula. Keluarga pemula merujuk pada pasangan
menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur
30 bulan). Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur
2-6 tahun). Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain
anak.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13
tahun). Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah). Tahap ini adalah
tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan
anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya,
melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
dan istri.
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan).
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga
dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat
pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan
lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna
perkawinan yang kokoh.
8. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia. Dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan
terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan
perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan
mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
F. Tipe Keluarga
1. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu
:
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau
ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang
sama.
2. Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,
nenek, paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.

3. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan


(2005)
1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
2) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama
3) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
G. Fugsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005),
yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying
dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.

H. Tugas Keluarga
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus dilakukan
oleh keluarga yaitu (Effendy N, 1998; Suprajitno, 2004):
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggotanya)
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi maslah kesehatan
keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/
penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui
data maladaptif pada keluarga, contohnya :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang
dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan
kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang berisiko
terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud
adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri (Suprajitno,
2004).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa persiapan
yang prlu dilakukan oleh perawat (Suprajitno, 2004):
1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan
kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di
puskesmas sesuai prioritas.
2. Menetapkan jadwal kunjungan :
1) Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan dikunjungi
2) Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu-waktu kunjungan
dan kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang di butuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan antara lain:
a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/ anggota keluarga) dari
rekam kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan
lain (unit kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang maslah kesehatan klien dan keluarga
sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang
diperlukan
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi oeralatan dan obat-obat
sederhana

e. Alat bantu penyuluhan.

I. Peranan Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan


Keluarga

Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, ada


beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah (Effendy
N, 1998):
1. Pemberi asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Perawat
dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan
menggunakan metode keperawatan.
2. Pengenal/ pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
3. Koordinator Pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga.
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komprehensif dapat
dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
4. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan
perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi
keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
5. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk
merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat
6. Konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan petunjuk tentang
asuhan perawatan dasar terhadap keluarga di samping menjadi penasehat
dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan keluarga.
7. Kolaborasi, bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.
8. Penemu kasus, menemukan dan mengidentifikasi maslaah secara dini di
masyarakat sehingga menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan, mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai