Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kolesterol
2.1.1. Definisi Kolesterol
Kolesterol adalah senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai
prekursor dari semua steroid dalam tubuh seperti kortikosteroid, hormon seks,
garam empedu, dan vitamin D. Selain itu, kolesterol merupakan senyawa
pembentuk struktur utama sistem membran sel dan lapisan luar lipoprotein
(Botham dan Mayes, 2009).
Kolesterol adalah suatu substansi seperti lilin berwarna putih yang secara
alami ditemukan di dalam tubuh. Kolesterol diproduksi di hati, fungsinya untuk
membangun dinding sel dan membuat hormon-hormon tertentu. Kolesterol
merupakan senyawa lemak kompleks dimana 80% dihasilkan dari dalam tubuh
(organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) yang memiliki
peranan penting dalam tubuh. Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang
dikonsumsi dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Namun, sejauh
pemasukan ini seimbang dengan kebutuhan, tubuh akan tetap sehat. Kolesterol
tidak larut dalam cairan darah sehingga agar dapat dikirim ke seluruh tubuh maka
kolesterol berikatan dengan protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein.
Lipoprotein dianggap sebagai carrier kolesterol dalam darah (LIPI, 2009).

2.1.2 Jenis Kolesterol


2.1.2.1 Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL (Low Density Lipoprotein) disebut juga sebagai kolesterol jahat. LDL
mengangkut kolesterol paling banyak di dalam darah. Tingginya kadar LDL
menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kadar LDL yang berlebihan
dalam darah akan mudah menempel di dinding pembuluh darah. Selanjutnya,
LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk
ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam, yaitu intima (LIPI, 2009).
LDL disebut kolesterol jahat karena memiliki kecenderungan melekat di
dinding pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh

5
6

darah. LDL bisa melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal
bebas. LDL yang telah masuk ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap
pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi. LDL yang teroksidasi akan
memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan menarik monosit menembus
lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Selain itu, LDL yang teroksidasi juga
menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam
intima menjadi makrofag. LDL yang teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap
kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag
menjadi sel busa. Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk
gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang
mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin
memburuk karena LDL yang teroksidasi sempurna juga merangsang sel-sel otot
pembuluh darah yang untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan
membelah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Timbunan lemak pada
pembuluh darah membuat pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah
kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan
mudah pecah, meninggalkan lesi pada dinding pembuluh darah yang dapat
mengaktifkan pembentukan bekuan darah yang dapat menyebabkan penyumbatan
secara total (LIPI, 2009).

2.1.2.2 Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)


HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering disebut
sebagai kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di
pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL
mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari
proses aterosklerosis. Kolesterol diangkut dari hati oleh LDL untuk dibawa ke sel-
sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-lain.
Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh HDL untuk dibawa kembali ke
hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu
sebagai cairan empedu. HDL disebut sebagai kolesterol baik karena
membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan
7

mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah


Apo-A (apolipoprotein A). HDL mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan
mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat (LIPI, 2009).

2.1.3 Sintesis Kolesterol


Kolesterol disintesis di berbagai jaringan dari asetil-KoA dan merupakan
prekursor semua steroid lain di tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks,
asam empedu, dan vitamin D. Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari proses
sintesis (sekitar 700 mg/hari) dan sisanya diperoleh dari makanan. Hati dan usus
masing-masing menghasilkan sekitar 10% dari sintesis total pada manusia.
Hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk
kolesterol, pembentukkan ini berlangsung di retikulum endoplasma dan sitosol
(Botham dan Mayes, 2009).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap: (1) Sinstesis
mevalonat dari asetil-KoA, dibentuk melalui reaksi-reaksi yang digunakan di
mitokondria untuk membentuk badan keton. (2) Pembentukan unit isoprenoid dari
mevalonat melalui pengeluaran CO2, mevalonat mengalami fosforilasi secara
sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit
isoprenoid aktif,isopentenil difosfat. (3) Kondensasi enam unit isoprenoid untuk
membentuk skualen. (4) Siklisasi skualen menghasilkan skualen induk, lanosterol.
Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur yang sangat mirip dengan inti
steroid. (5) Pembentukan koesterol dari lanosterol, proses ini terjadi langsung di
membran retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di inti
steroid dan rantai samping yang akhirnya direduksi, dan menghasilkan kolesterol
(Botham dan Mayes, 2009).

2.1.4 Transpor Kolesterol


Dalam plasma, kolesterol di angkut dalam lipoprotein. Kolesterol yang
berasal dari makanan akan mencapai keseimbangan dengan kolesterol plasma
dalam beberapa hari dan dengan kolesterol jaringan dalam beberapa minggu. Ester
kolesteril pada makanan dihidrolisis menjadi kolesterol yang kemudian diserap
8

oleh usus bersama dengan kolesterol takterestirifikasi dan lipid lain pada
makanan. Bersama dengan kolesterol yang disintesis di usus, kolesterol ini
dimasukkan ke dalam kilomikron. Dari kolesterol yang diserap, 80-90%
mengalami esterifikasi dengan asam lemak rantai panjang di mukosa usus. Sekitar
95% kilomikron disalurkan ke hati dalam bentuk kilomikron sisa (chylomicron
remnants) dan sebagian besar kolesterol yang disekresikan oleh hati dalam bentuk
VLDL dipertahankan selama pembentukan IDL. LCAT plasma bertanggung
jawab terhadapp hampir semua ester kolesteril plasma pada manusia.Saat
kolesterol HDL mengalami esterifikasi, terbentuk gradien konsentrasi yang
menarik kolesterol dari jaringan dan dari lipoprotein lain. Protein transfer ester
kolesteril mempermudah perpindahan ester kolesteril dari HDL ke lipoprotein
lain, seperti ke VLDL, IDL, dan LDL. Oleh karena itu, pada manusia banyak ester
kolesteril yang dibentuk oleh LCAT mengalir ke hati dalam bentuk sisa VLDL,
IDL, maupun LDL. Kolesterol disekresikan dari tubuh dalam empedu berupa
asam atau garam empedu. Sekitar 1 gram kolesterol disekresikan dari tubuh setiap
hari, separuhnya berupa asam empedu dan sisanya berupa kolesterol. Kolesterol
ini sebagian besar akan dibentuk menjadi koprostanol dalam tinja oleh bakteri di
usus bagian bawah. Sebagian asam empedu akan kembali ke hati melalui sirkulasi
enterohepatik (Botham dan Mayes, 2009).
9

Gambar 1. Transportasi Kolesterol antar Berbagai Jaringan Tubuh Manusia


(Botham dan Mayes, 2009).

2.1.5 Fungsi Kolesterol


Sejumlah besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini
bersama dengan lemak lainnya, membuat kulit lebih resisten terhadap absorbsi zat
yang larut dalam air dan juga kerja dari berbagai zat kimia, karena kolesterol dan
lemak lain sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai
pelarut, yang bila tidak dapat lebih mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak ini
membantu mencegah evaporasi air dari kulit; tanpa proteksi ini jumlah evaporasi
(seperti terjadi pada pasien yang kehilangan kulitnya karena luka bakar) dapat
10

mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan kehilangan yang biasa hanya
300 sampai 400 mililiter (Guyton dan Hall, 2007).
Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal untuk
membentuk hormon adrenokortikal; ovarium, untuk membentuk progesteron dan
estrogen; dan oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar-kelenjar ini juga
dapat membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol
tersebut (Guyton dan Hall, 2007).

2.1.6 Faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Kolesterol Plasma


Faktor-faktor penting yang memengaruhi konsentrasi kolesterol plasma
adalah sebagai berikut:
a. Jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari hanya sedikit meningkatkan
konsentrasi kolesterol plasma. Peningkatan konsentrasi kolesterol dari asupan
makanan dapat menghambat enzim terpenting dalam pembentukan kolesterol
endogen, yaitu 3-hidroksi-3metilglutaril KoA reduktase, sehingga terbentuk
feedback control intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol
plasma yang berlebihan. Oleh karena itu, konsentrasi kolesterol plasma
biasanya tidak berubah lebih dari ± 15% dengan perubahan jumlah kolesterol
dalam diet, walaupun respons individu sangat berbeda-beda.
b. Diet lemak yang sangat jenuh dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol
plasma 15%-25%. Keadaan ini akibat peningkatan penimbunan lemak dalam
hati yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah asetil-KoA dalam sel hati
untuk menghasilkan kolesterol. Oleh karena itu, untuk menurunkan konsentrasi
kolesterol plasma, melakukan diet rendah lemak jenuh biasanya sama
pentingnya dengan melakukan diet rendah kolesterol.
c. Konsumsi lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi biasanya
dapat menekan konsentrasi kolesterol plasma dari jumlah sedikit hingga
sedang. Mekanisme dari efek ini belum diketahui, walaupun penelitian
mengenai efek tersebut adalah dasar dari sebagian besar perencanaan diet saat
ini.
11

d. Kekurangan insulin atau hormon tiroid dapat meningkatkan konsentrasi


kolesterol plasma, sedangkan kelebihan hormon tiroid dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol plasma. Efek ini kemungkinan disebabkan terutama oleh
perubahan derajat aktivitas enzim-enzim khusus yang bertanggung jawab
terhadap metabolisme lipid (Guyton dan Hall, 2007).

2.1.7 Kadar Kolesterol


Pengkategorian kadar kolesterol menurut National Cholesterol Education
Program (NCEP) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kategori kadar kolesterol menurut NCEP

Kadar kolesterol (mg/dL) Kategori

>200 mg/dL Normal


200–239 mg/dL Perbatasan tinggi
≥240 mg/dL Tinggi
Sumber: National Cholesterol Education Program. 2011. ATP III Guidelines At-
A-Glance Quick Desk Reference. National Institutes of Health.
Amerika Serikat.

2.2 Trigliserida
2.2.1 Definisi Trigliserida
Triasilgliserol atau trigliserida merupakan ikatan ester trihidrat alkohol dan
asam lemak. Trigliserida adalah lipid simpanan utama di jaringan adiposa.
Sewaktu mobilisasi, asam lemak bebas dan gliserol dilepaskan. Asam lemak
bebas adalah sumber bahan bakar yang penting (Botham dan Mayes, 2009).
Peningkatan kadar trigliserida dipengaruhi dengan kebiasaan merokok.
Nikotin yang terkandung dalam asap rokok dapat meningkatkan lipolisis dan
konsentrasi asam lemak bebas yang mempengaruhi profil lemak dalam darah
(Institude of Medicine, 2010). Trigliserida juga merupakan lemak darah yang
cenderung naik seiring dengan peningkatan berat badan, kebiasaan mengonsumsi
alkohol, diet yang kaya dengan gula dan lemak, serta gaya hidup yang senang
12

untuk duduk saja. Peningkatan kadar trigliserida dapat meningkatkan risiko


terjadinya penyakit jantung dan stroke. Terbukti bahwa orang yang mempunyai
konsentrasi trigliserida tinggi dalam darah juga cenderung berisiko memiliki
tekanan darah tinggi dan penyakit diabetes (Botham dan Mayes, 2009).

2.2.2 Sintesis Trigliserida


Trigliserida dibentuk melalui asilasi triosa fosfat dengan prekursor berupa
fosfatidat. Baik gliseril maupum asam lemak harus diaktifkan oleh ATP sebelum
dapat dibentuk menjadi asilgliserol. Pengaktifan gliserol menjadi gliserol 3-fosfat
dikatalisis oleh enzim gliserol kinase. Dua molekul asil-KoA yang dibentuk
melalui asam lemak oleh asli-KoA sintetase berikatan dengan gliserol 3-fosfat
membentuk fosfatidat. Fosfatidat diubah oleh fosfatidat fosfohidrolase menjadi
1,2-diasilgliserol dan kemudian diubah lagi oleh diasilgliserol asiltransferase
(DGAT) menjadi triasilgliserol atau trigliserida (Botham dan Mayes, 2009).
13

Gambar 2. Sintesis Trigliserida (Botham dan Mayes, 2009).


14

2.2.3 Transpor Trigliserida


Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah
mengalami hidrolisis. Setelah itu trigliserida kemudian akan masuk ke dalam
plasma dalam 2 bentuk yaitu sebagai kilomikron yang berasal dari penyerapan
usus setelah makan lemak, dan sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
Trigliserida ini di dalam jaringan diluar hepar, dihidrolisis oleh enzim lipoprotein
lipase. Sisa hidrolisis kemudian oleh hepar dimetabolisasikan menjadi LDL (Low
Density Lipoprotein). Kolesterol yang terdapat pada LDL ini kemudian ditangkap
oleh suatu reseptor khusus di jaringan perifer itu, sehingga LDL sering disebut
sebagai kolesterol jahat (Botham dan Mayes, 2009).

2.2.4 Fungsi Trigliserida


Fungsi utama Trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di
dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim
lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam
lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang
membutuhkan komponen tersebut kemudian dibakar dan menghasilkan energi,
karbondioksida dan air (Guyton dan Hall, 2007). Selain sebagai sumber energi,
trigliserida yang tersimpan dibawah kulit dalam bentuk lemak berperan sebagai
isolasi atau sekat untuk memperlambat kehilangan panas tubuh terhadap
lingkungan. Panas tubuh yang hilang melewati lapisan lemak hanya sepertiga dari
jaringan lainnya. Trigliserida juga terdapat di sekitar organ penting seperti ginjal
yang akan memberikan perlindungan terhadap guncangan atau benturan sehingga
mengurangi risiko trauma (Martini, Nath, dan Bartholomew, 2015)
Trigliserida adalah lipid utama pada timbunan lemak dan dalam makanan.
Trigliserida berperan dalam transpor dan pemyimpanan lipid. Trigliserida pada
jaringan adiposa merupakan cadangan bahan bakar utama tubuh. Senyawa ini
dihidrolis untuk melepaskan gliserol dan asam lemak bebas ke dalam sirkulasi.
Gliserol adalah suatu substrat untuk glukoneogenesis, sedangkan asam lemak
diangkut dalam keadaan terikat dengan albumin serum. Di hati, trigliserida yang
berasal dari lipogenesis, asam lemak bebas, dan sisa kilomikron di sekresikan ke
15

situasi dalam bentuk VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Oksidasi parsial
asam lemak di hati menyebabkan terbentuknya badan keton (Bender dan Mayes,
2009).

2.2.5 Kadar Trigliserida


Pengkategorian kadar trigliserida menurut National Cholesterol Education
Program (NCEP) adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kategori kadar trigliserida menurut NCEP


Kadar trigliserida Kategori
<150 mg/dL Normal
150-159 mg/dL Perbatasan tinggi
200-499 mg/dL Tinggi
≥500 mg/dL Sangat tinggi
Sumber: National Cholesterol Education Program. 2011. ATP III Guidelines At-
A-Glance Quick Desk Reference. National Institutes of Health.
Amerika Serikat.

2.3 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia atau Hiperlipoproteinemia adalah tingginya kadar kolesterol,
trigliserida, maupun keduanya dalam darah. Lemak utama dalam darah adalah
kolesterol dan trigliserida. Lemak terikat pada protein tertentu sehingga bisa
mengikuti aliran darah, ikatan antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein
(LIPI, 2009).
Kadar lemak yang abnormal dalam sirkulasi darah, terutama kolesterol bisa
menyebabkan masalah jangka panjang. Risiko terjadinya aterosklerosis dan
penyakit arteri koroner atau penyakit arteri karotis meningkat pada seseorang
yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi, tetapi kadar yang terlalu rendah
juga tidak baik. Kadar kolesterol total yang ideal adalah 140-200 mg/dL atau
kurang. Jika kadar kolesterol total mendekati 300 mg/dL, maka risiko terjadinya
serangan jantung adalah lebih dari 2 kali (LIPI, 2009).
16

Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan


bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi,
tetapi pada wanita yang telah menopause kadarnya mulai meningkat. Faktor lain
yang menyebabkan tingginya kadar lipoprotein, terutama LDL dan VLDL adalah:
a. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
b. Obesitas
c. Diet kaya lemak
d. Kurang berolahraga
e. Konsumsi alkohol
f. Kebiasaan merokok
g. Diabetes yang tidak terkontrol
h. Hipotiroid (LIPI, 2009).

2.4 Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik adalah segala kegiatan atau aktivitas yang menyebabkan
peningkatan energi oleh tubuh melebihi energi istirahat. Aktivitas fisik disebut
juga aktivitas eksternal, yaitu sesuatu yang menggunakan tenaga atau energi untuk
melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, dan berolahraga
(Haskell dkk., 2007).
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut
lamanya intensitas dan sifat kerja otot. Latihan fisik dapat meningkatkan
kemampuan fungsional dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang
diperlukan pada setiap penurunan aktivitas fisik seseorang (Wilmore dkk., 2004).
Latihan intensitas sedang yang dilakukan dalam waktu yang relatif lama
menyebabkan asam lemak digunakan sebagai energi yang akan memperkecil
peluang sintesis inti sterol, sehingga kolesterol tidak terbentuk secara berlebihan.
Pada proses ini degradasi lemak pengaruh aktif terjadi pada latihan intensitas
sedang dengan durasi latihan lebih dari satu jam secara kontinyu. Keadaan ini
sebagian besar disebabkan oleh terjadinya pelepasan epinefrin dan norepinefrin
oleh medula adrenal selama aktivitas (Guyton dan Hall, 2007). Ada bukti
17

substansial yang menunjukkan bahwa pelatihan aerobik menghasilkan


perubahan yang menguntungkan dalam lipid plasma dan lipoprotein.
Latihan yang berlangsung lebih dari 1 jam atau pengeluaran energi tertentu
tidak menghasilkan perubahan secara langsung, tetapi dapat menurunkan
kadar trigliserida dalam 24 jam setelah sesi latihan.
Kategori aktifitas fisik dapat dibedakan berdasarkan jenis kegiatan, seperti
istirahat, sangat ringan, ringan, sedang dan berat (RDA, 1989). Kegiatan-kegiatan
yang dikelompokkan dalam kategori tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Kategori Aktivitas Fisik berdasarkan Jenis Kegiatan


Kategori Kegiatan
Aktivitas

Istirahat Tidur, berbaring atau bersandar

Sangat ringan Duduk dan berdiri, melukis, menyetir mobil, pekerja


laboratorium, mengetik, menyapu, menyetrika, memasak,
bermain kartu, bemain alat musik

Ringan Berjalan dengan kecepatan 2,5 – 3 mph, bekerja di bengkel,


pekerjaan yang berhubungan dengan listrik, tukang kayu,
pekerjaan yang berhubungan dengan restoran,
membersihkan rumah, mengasuh anak, golf, memancing,
tenis meja

Sedang Berjalan dengan kecepatan 3,5-4 mph, mencabut rumput dan


mencangkul, menangis dengan keras, bersepeda, ski, tenis,
menari

Berat Berjalan mendaki, menebang pohon, menggali tanah, basket,


panjat tebing, sepak bola

Sumber: RDA 10th edition, National Academic Press, 1989.


18

Intensitas dari suatu aktivitas adalah tingkat pengeluaran energi yang


berhubungan dengan aktivitas itu sendiri dan diukur dalam kkal/kg/menit
atau MET (metabolic equivalent). MET adalah unit yang digunakan untuk
memperkirakan pengeluaran energi atau konsumsi oksigen dari aktivitas
fisik. MET sering digunakan untuk menentukan kategori seperti ringan,
sedang dan aktivitas fisik intensitas berat. Pengeluaran energi tergantung
pada ukuran tubuh, pada orang yang memiliki berat badan yang lebih besar
akan mengeluarkan lebih banyak energi dalam beraktivitas dibandingkan
dengan orang yang memiliki berat badan yang lebih ringan (Miles, 2007).
Sebuah konsensus Internasional telah mengembangkan International
Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Tujuanya adalah untuk menyediakan alat
ukur yang telah dikembangkan, sehingga dapat digunakan secara internasional
untuk mendapatkan perkiraan perbandingan dari aktivitas fisik (Miles, 2007).
Tingkat aktivitas fisik menurut Guidelines for Data Processing and Analysis
of the IPAQ dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tingkat aktivitas fisik tinggi, bila memenuhi salah satu kriteria:
a. Aktivitas intensitas berat 3 hari atau lebih yang mencapai minimal 1500
METs-menit/minggu.
b. Kombinasi berjalan, aktivitas intensitas berat, dan sedang yang mencapai
minimal 3000 METs-menit/minggu.
2. Tingkat aktivitas fisik sedang, bila memenuhi salah satu kriteria:
a. Aktivitas intensitas berat 3 hari atau lebih selama 20 menit/hari.
b. Aktivitas intensitas sedang atau berjalan minimal 30 menit/hari selama 5
hari atau lebih.
c. Aktivitas intensitas berat, kombinasi berjalan yang mencapai 600 METs-
menit/minggu selama 5 hari atau lebih.
3. Tingkat aktivitas fisik rendah, apabila tidak memenuhi semua kriteria di atas
(Booth dkk., 2003).

Anda mungkin juga menyukai