Anda di halaman 1dari 6

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SUSU DAN POTENSINYA SEBAGAI PAKAN TERNAK

Jupri Mustofa

Program Studi Teknologi Industri Pertanian Politeknik Tanah Laut

Pendahuluan

Dalam dunia industri selalu ada hasil buangan yang merupakan produk sisa hasil produksi yang
tidak mempunyai nilai ekonomis lagi, hasil buangan ini umumnya disebut limbah, hasil buangan ini
apabila tidak dikelola dengan baik sesuai baku mutu yang telah ditetapkan akan mencemari
lingkungan dan menimbulkan dampak yang berbahaya, oleh sebab itu sebelum limbah dibuang ke
lingkungan harus dilakukan pengolahan dan treatment-treatment tertentu untuk mengilangkan
kandungan-kandungan yang berbahaya pada limbah tersebut.

Dalam industri susu, limbah yang dihasilkan adalah limbah cair yang umumnya merupakan
sisa-sisa susu yang tumpah selama proses produksi berlangsung, limbah cair industri susu
mempunyai karakteristik khas yaitu lebih rentan terhadap bakteri pengurai sehingga harus segera
diolah terlebih dahulu agar tidak terjadi pembusukan yang dapat membahayakan lingkungan.

Proses pengolahan dilakukan dengan mengkombinasikan proses-proses pengolahan secara


Fisika, Kimia dan Biologi. Dengan tahapan proses pengolahan yang dipilih meliputi: proses equalisasi,
proses anaerob, proses aerasi, lumpur aktif, proses sedimentasi, proses koagulasi-flokulasi, proses
sedimentasi, proses flotasi, proses pengendapan partikel ringan, proses penyaringan dengan pasir
dan arang aktif. Kualitas air hasil pengolahan dianalisa secara Fisika, Kimia dan Biologi melalui
parameter-parameter: suhu, kekeruhan, zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, daya hantar listrik,
pH, BOD, COD dan jumlah bakteri, apabila hasil analisa menunjukkan hasil sesuai baku mutu yang
telah ditetapkan maka air limbah tersebut sudah aman untuk dibuang kelingkungan.

Sebagian besar sumber utama limbah cair industri susu berasal dari produk susu yang
terbuang selama proses produksi, biasanya disebabkan oleh kebocoran dan tumpahan selama
proses produksi berlangsung, seperti sistem operasional kurang baik yang terjadi pada saat
pemindahan pipa saluran produksi, mesin evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang
rusak. Susu yang hilang selama produksi berkisar antara 0,%1 – 3%,.
Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin dan kondensat, namun
penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya dapat diatasi dengan melakukan recycle
melalui sistem tertutup sehingga dapat digunakan kembali.

Berikut ini merupakan tabel proses pekerjaan dalam industri susu dan jenis limbah yang
dihasilkan dari proses tersebut.

Jenis Limbah
Kegiatan
Air Limbah Limbah Padat Emisi

Tumpahan bahan
Penyaringan Sisa saringan
baku

Proses Pengolahan Tumpahan -

Evaporasi - - Genset/boiler

Pencampuran Tumpahan bahan baku dan pendukung

Pengeringan - Tumpahan produk Genset/boiler

Finishing dan
Tumpahan produk dan sisa kemasan
pengemasan

Produk yang tidak memenuhi standart


Pasca produksi
mutu

Tumpahan saat
Pengemasan Sisa kemasan
pengemasan

Padatan saat
Pembersihan Air sisa pencucian
pencucian

IPAL - Sludge

Kemasan bekas
Laboratorium Sisa reagen
reagen

Kondensat dan
Air buangan -
pendinginan
Sumber : Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Agroindustri Deputi MENLH BidangPengendalian
Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup ( 2006 ).

Di industri susu modern, umumnya banyak digunakan surfaktan dan deterjen asam untuk
proses pembersihan yang umumnya akan menyumbang jumlah BOD sekitar 1kg/453 ton susu yang
diolah. Volume air limbah yang dihasilkan setiap pabrik susu sangat bervariasi, namun dibeberapa
negara maju tingkat efisiensi sudah cukup baik, volume air limbah yang dihasilkan dari pabrik susu
dasar adalah 3.9 ltr/kg produk susu dan untuk pabrik susu terpadu adalah 11.2 ltr/ kg produk, untuk
Indonesia rata-rata volume yang dihasilkan dari sebuah pabrik susu adalah 2 ltr/kg produk susu.

Karakteristik Limbah Susu

Limbah industri susu umunya berbentuk cair yang merupakan hasil buangan ataupun bocor
saat produksi berlangsung, karakteristik limbah cair industri susu tidak jauh berbeda dengan
karakteristik limbah industri pangan pada umumnya, hanya saja limbah cair industri susu
mempunyai ciri khas yaitu kerentananya terhadap bakteri pengurai sehingga mudah mengalami
pembusukan.

Limbah dari pengolahan susu segar mempunyai bahan organik terlarut yang tinggi dan bahan
tersuspensi yang rendah (Jenie. 2004), selain itu berdasarkan sumber yang kami dapat, limbah
industri susu mengandung kadar organik yang cukup tinggi tetapi mudah terurai. Kadar BOD pada air
limbah susu (400-9.440 mg/l) dan COD (360-15.300 mg/l). Perbandingan BOD dan COD setiap pabrik
bervariasi namun secara umum adalah 1.75:1. Karaktersitik limbah cair industri susu mempunyai
total padatan (1.210-11.990 mg/l), padatan tersuspensi volatil (TSV) = 200-1.840 mg/l, padatan
tersuspensi (TSS) = 270-1.980 mg/l.b, pH = 4,2 - 9,5, Amonia (1-76 mg/l), nitrogen organik (9-250
mg/l), alkalinitas (0-1.080 mg/l), kandungan kadar organik seperti vitamin dan mineral yang tinggi.

Pengolahan limbah ini akan menghasilkan sludge atau lumpur susu yang mengendap pada
kolam penampungan, lumpur susu ini mempunyai kandungan bahan kering sangat rendah,
sedangkan kandungan lemaknya cukup tinggi dan sangat rentan terhadap serangan mikroba
sehingga mudah terurai atau cepat sekali mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan oleh tingginya
kadar nutrisi disertai dengan tingginya kadar air limbah pengolahan susu yang bisa mencapai 97,89
persen, hal yang perlu diwaspadai dari lumpur susu adalah terutama adanya bakteri patogen.
Teknik Penanganan Limbah Cair Industri Susu

Industri pengolahan susu diharuskan melakukan pengolahan limbah sebelum limbah hasil
produksinya dibuang ke lingkungan. Bahan organik yang terlarut dalam limbah disaring melalui
beberapa tahap penyaringan, selanjutnya disalurkan ke dalam kolam penampungan. Pengolahan
limbah ini akan menghasilkan sludge atau lumpur susu yang diendapkan pada kolam penampungan.

Teknik pengolahan limbah susu pada umumnya dilakukan dengan mengkombinasikan teknik
secara fisika, biologi dan kimia. Secara fisika meliputi equalisasi, sedimentasi, filtrasi, flotasi dan
penyaringan, secara kima meliputi koagulasi dan flokulasi sedangkan secara biologi meliputi proses
anaerob dan aerasi lumpur aktif, hal ini didasarkan karena karakteristik limbah cair industri susu itu
sendiri. Pada tahap akhir pengolahan limbah susu dapat dilakukan penyaringan air limbah
menggunakan pasir yang berfungsi untuk menyaring partikel halus dan penyaringan menggunakan
arang aktif yang berfungsi untuk menyerap bahan-bahan kimia yang tersisa.

Menurut Muhamad fachrial, limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi pada PT.
Greenfields di Malang dialirkan menuju lagoon sebagai tempat IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah). Limbah cair mula-mula akan mengalami proses screening/penyaringan kemudian dialirkan
menuju inlet somp. Setelah itu akan dilakukan proses flokulasi dengan penambahan tawas 18 % di
dalam equalization tank. Hal ini menyebabkan lemak yang terkandung akan mengalami koagulasi
agar mudah dipisahkan setelah melewati fat trap. Selanjutnya air ditambahkan HCl dan NaOH agar
diperoleh nilai pH antara 6,5-8,5. Jika pH kurang dari 6,0 maka ditambahkan NaOH 1 % w/v,
sedangkan jika pH melebihi 9,0 ditambahkan HCl 2 % w/v.

Setelah keluar dari equalization tank, air dialirkan menuju SBR (Sequencing Batch Reactor).
SBR menggunakan proses aerobik dengan mekanisme lumpur aktif (active sludge) dan penambahan
bakteri aerob BOD 5. Lumpur aktif dihasilkan dengan kecepatan 2 m3/jam. Setelah tanki SBR terisi
80 %, terjadi proses aerasi selama 16 jam dan penambahan TSP/urea sebagai nutrisi bagi bakteri.
Aerasi dilakukan dengan mengalirkan 7,69 kg O2/jam. TSP yang ditambahkan sebanyak 3,5 kg/hari,
sedangkan urea sebanyak 2,3 kg/hari. Namun jika laju aliran mencapai maksimum, nutrisi
ditambahkan sebanyak 10 kg/m3. Selanjutnya dilakukan proses sedimentasi selama 2-3 jam
sehingga dihasilkan air dengan kondisi 50 % jernih. Air yang dihasilkan dari IPAL digunakan untuk
flushing kandang sapi di peternakan (Dairy Farm).
Potensi Lumpur Susu Sebagai Bahan Pakan Ternak Dengan Campuran Onggok (Limbah Tapioka)
Terfermentasi Oleh Aspergillus Niger

Anggapan bahwa limbah hanya merupakan sampah yang tidak berguna nampaknya harus
mulai dihilangkan, limbah susu yang telah diproses masih tetap bisa dimanfaatkan, Selama ini
pemanfaatan lumpur susu hanya terbatas pada penggunaannya sebagai pupuk atau media tanam
untuk tanaman hias, bahkan sebagian besar industri seperti PT. Greenfields di Malang yang hanya
membuangnya ke lahan perkebunan di sekitar areal perusahaan. Sementara ini pemanfaatan
lumpur susu dari limbah pengolahan susu sebagai bahan pakan masih jarang dilakukan, padahal
kandungan potensi lumpur susu perlu diperhitungkan. Setiap 2000 gram limbah susu (slurry) dapat
diperoleh 250 gram lumpur susu dan nilai nutrisi cukup tinggi sebagai sumber protein, yakni
kandungan protein kasar 34,98 %, laktosa 4,42 %, serat kasar 9,77 %, lemak kasar 11,04 %, kalsium
2,33 %, dan phosfor 1,05 %, Mg 0,4% berdasarkan bahan kering (Marlina, 2007)

Selain kelebihan tersebut, limbah yang berupa lumpur susu juga mempunyai kekurangan yaitu
kandungan bahan keringnya sangat rendah, sedangkan kandungan lemaknya cukup tinggi dan
sangat rentan terhadap serangan mikroba sehingga mudah terurai atau cepat sekali mengalami
pembusukan, sehingga hal utama yang perlu diwaspadai dari lumpur susu adalah adanya bakteri
patogen yang dapat menurunkan kualitas sebagai bahan pakan.

Berdasarkan kelebihan potensi nutrisi lumpur susu sebagai sumber protein dan mengurangi
kelemahannya yang rendah bahan kering dapat diupayakan dengan penambahan onggok sebagai
kombinasi melalui bioproses atau fermentasi dengan jasa mikroba yaitu dengan kapang Aspergillus
niger. Onggok berpotensi sebagai bahan pakan karena kandungan energinya tinggi dengan energi
metabolis 3000 kkal/kg dan serat kasar yang tinggi 14,54 persen namun kandungan proteinnya
sangat rendah, yakni 1,60-3,92 persen.

Aspergillus niger merupakan kapang saprophitik dapat tumbuh cepat dan tidak
membahayakan karena tidak menghasilkan mikotoksin. Selain itu penggunaannya mudah dan dapat
memproduksi beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amilo-glukosidase, dan selulase, serta
enzim fitase ekstraseluler dan dalam metabolismenya Aspergillus niger menghasilkan asam sitrat
yang dapat menurunkan pH substrat. Dalam pertumbuhannya Aspergillus niger membutuhkan suhu,
kelembaban, pH dan kadar air yang optimal. Dengan demikian, pencampuran dua bahan berbeda
kadar air dan karakteristik lainnya harus dipertimbangkan agar pertumbuhan Aspergillus niger
optimal (Conneely, 1992).
Daftar Pustaka

Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Agroindustri Deputi MENLH BidangPengendalian Pencemaran
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2006. Panduan Inspeksi Penaatan Pengelolaan Lingkungan
Industri Pengolahan Susu

Jenie, B.S.L. dan W.P. Rahayu. 2004. Penanganan Limbah Industri Pangan. Cetakan ke 9. Kanisius-Yogyakarta

Marlina, E.T., 2007. Kandungan Gizi Lumpur Susu PT Indomilk. Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan
Kimia Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Unpad, Sumedang

Muhammad Fachrial Talib. 2007. Aplikasi Statistical Process Control (Spc) Dalam Pengendalian Bobot Bersih Susu
Uht (Ultra High Temperature) Real Good Sereal Strawberry Di Pt. Greenfields Indonesia, Kabupaten
Malang. Skripsi. ITB: Bogor.

Conneely, O.M. 1992. From DNA to Feed Conversion: Using Biotechnology to Improve Enzim Yields and Livestock
Performance in biotechnology in the Feed Industry. Proc. Of Altechs Eight Annual Symposium. Altech
Technical Publications, Nicholasville, Kentucky, USA.

Anda mungkin juga menyukai