Anda di halaman 1dari 83

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia kesehatan saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di

Indonesia saat ini ditinjau dari epidemiologi, Indonesia tengah mengalami transisi

epidemiologi penyakit, dan pada saat bersamaan dijumpai triple burden (Tiga

Beban Kesehatan). Tiga masalah / beban kesehatan itu yaitu penyakit menular

atau infeksi (ISPA, Diare, Demam Berdarah Dengue, Typoid, Hepatitis), penyakit

degeneratif (Diabetes Melitus, Hipertensi), dan penyakit baru (Flu burung, SARS,

AIDS) yang telah masuk ke Indonesia. (Putra A., 2012). Demam tifoid merupakan

penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia, secara luas di daerah tropis dan

subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai

dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia

dijumpai dalam keadaan endemis (Putra A., 2012).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid

di seluruh dunia mencapai 16–33 juta dengan 500–600 ribu kematian tiap

tahunnya. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun

gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di Indonesia, demam tifoid

masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius,

menyerang mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Peningkatan kasus saat
2

ini terjadi pada usia di bawah 5 tahun (Tjipto et al. 2009). Dari kasus di rumah

sakit besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan


3

meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/ 100.000

penduduk dengan kematian antara 0,6-5 %. Di Jawa Timur angka kejadian

demam tifoid di sejumlah puskesmas dan rumah sakit berturut-turut 4.000 kasus

perbulan dan 1.000 kasus perbulan dengan angka kematian 2% (Harian Umum

Pelita, 2013). Di Surabaya angka kejadian demam tifoid sebanyak 25.203 kasus

pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 mencapai 23.524 kasus selama bulan

Januari hingga Agustus (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013). Berdasarkan

data yang diperoleh dari bagian medical record Rumah Sakit Brawijaya Surabaya

menunjukkan angka insiden penderita demam tifoid yang menjalani rawat inap

selama tahun 2016 pada bulan Januari hingga bulan Juli sebanyak 124 kasus

(Rekam medik RS Brawijaya Surabaya,2016). Demam tifoid adalah suatu infeksi

akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.

Typhi dengan masa tunas 6-14 hari. Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia

tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan

sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik.

Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam

tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak

besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan

perbandingan 3 : 1.(Soegijanto S, 2002)

Sekarang ini demam tifoid masih merupakan masalah yang penting bagi

anak dan masih menduduki masalah yang penting dalam prevalensi penyakit
4

menular. Hal ini disebabkan faktor hygiene dan sanitasi yang kurang, masih

memegang peranan yang tidak habis diatas satu tahun, maka memerlukan

perawatan yang khusus karena anak ini masih dalam taraf perkembangan dan

pertumbuhan. Dalam hal ini perawatan dirumah sakit sangat dianjurkan untuk

mendapatkan perawatan isolasi untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

(Suharyo hadisaputro, 1989, dan Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,

1985).

Pada kasus demam tifoid dengan gejala klinis demam metode kompres

dianggap sebagai upaya penurun suhu badan non farmakologis. Pemberian

kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus

melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di

hipotalamus dirangsang, sistem effektor mengeluarkan sinyal yang memulai

berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur

oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari batang otak, dibawah

pengaruh hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya

vasodilatasi ini menyebabkan kehilangan panas melalui kulit meningkat

(berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai

keadaan normal kembali (Smeltzer, 2002). Kompres merupakan tindakan

mandiri perawat dalam upaya menurunkan suhu tubuh. Cara kompres seperti ini

benar bila dilakukan dengan air hangat, karena air hangat membantu pembuluh

darah tepi di kulit melebar hingga pori- pori jadi terbuka yang selanjutnya
5

memudahkan pengeluaran panas dari dalam tubuh. Selain itu, kompres juga

bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu diharapkan

terjadi lewat panas tubuh yang digunakan untuk menguapkan air pada kain

kompres (Perry, & Potter, 2002). Kain kompres dapat diletakkan tak hanya di

dahi, tapi juga perut atau di bagian tubuh yang luas dan terbuka seperti punggung.

Selain itu juga pemberian kompres bisa juga diletakkan di wilayah yang terdapat

pembuluh-pembuluh darah besar, semisal leher, ketiak, selangkangan maupun

lipatan paha. (Perry& Potter, 2002). Berdasarkan uraian di atas, maka sangat

penting dilakukan studi kasus tentang pemberian kompres hangat dengan tehnik

tepid sponge dalam upaya menurunkan suhu tubuh pada klien dengan diagnosa

medis demam tifoid di paviliun Nusa Indah Rumah Sakit Brawijaya Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa

medis demam tifoid di paviliun Nusa Indah rumah sakit Brawijaya Surabaya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan demam tifoid di

paviliun Nusa Indah rumah sakit Brawijaya Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus


Penulis mampu :

a. Mengidentifikasi pengkajian pada anak dengan diagnosa medis demam

tifoid
6

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak dengan diagnosa medis

demam tifoid

c. Menyusun rencana keperawatan pada anak dengan diagnosa medis

demam tifoid

d. Mengimplementasikan tindakan keperawatan pada anak dengan diagnosa

medis demam tifoid

e. Mengevaluasi keberhasilan tindakan keperawatan pada anak dengan

diagnosa medis demam tifoid

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa

medis demam tifoid

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


1.4.1 Metode
Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah

metode deskriptif melalui studi kasus dan studi kepustakaan dengan metode

pendekatan asuhan keperawatan.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

menggunakan teknik :

a. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data secara

langsung yang dilakukan oleh perawat terhadap klien.Disini perawat

akan memperoleh data secara langsung dari klien serta mendapatkan


7

respon langsung dari klien melalui tatap muka dan pertanyaan yang

diajukan.Data wawancara merupakan semua ungkapan atau pernyataan

klien,tenaga kesehatan atau orang lain yang berkepentingan termasuk

keluarga,teman,dan orang trdekat.(Asmadi,2008)

b. Observasi

Merupakan metode pengumpulan data dengn pengamatan visual melalui

pancaindra.kemampuan dalam melakukan observasi memerlukan banyak

latihan dan keterampilan tingkat tinggi.Unsur terpenting dalam observasi

adalah mempertahankan obyektivitas penilaian.mencatat hasil observasi

secara khusus tentang apa yang dilihat,didengar,dicium,dan dikecap

akan lebih akurat dibandingkan mencatatinter prestasi seseorang tentang

hal tersebut(Asmadi,2008)

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan menurut Carol V.A(1991) adalah proses inspeksi sistem

tubuh manusia untuk menentukan ada tidaknya suatu penyakit melalui

hasil pemerikasaan fisik dan laboraturium.Cara pendekatan sistematis

yang dapat digunakan oleh perawat adalah pemeriksaan fisik dari ujung

rambut hingga ujung kaki(Head to toe)dan pendekatan berdasarkan

sistem tubuh (review of sistem).Pemeriksaan fisik dilakukan

menggunakan 4 metode yakni inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.

Keempat metode tersebut hendaknya dilakukan secara berurutan

(Asmadi,2008).
8

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh

perawat dari keadaan klien, seperti catatan medis maupun catatan

keperawatan dan laboratorium (Asmadi,2008).

e. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah proses untuk mendpatakan dasar teoritis yang

berhubungan dengan karya tulis ilmiah. Adapun sumber tersebut dari

beberapa buku dan sumber lainnya yang bersifat ilmiah (Asmadi,2008).

1.5 Tempat dan Waktu


1.5.1 Waktu
Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada anak dengan demam tifoid dilaksanakan

pada tanggal 3 Februari 2016 sampai dengan 11 Februari 2016.

1.5.2 Tempat
Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada anak dengan demam tifoid dilaksanakan

pada saat praktik di paviliun Nusa Indah rumah sakit Brawijaya Surabaya.

1.6 Sistematika Penulisan


Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab yang secara sistematika disusun dengan

susunan sebagai berikut :

BAB I, adalah Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik pengumpulan data tempat dan

waktu serta sistematika penulisan.


9

BAB II, adalah Tinjauan teori yang menguraikan tentang, konsep dasar penyakit

yang terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan

gejala,komplikasi, penatalaksanaan, serta asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan asuhan keperawatan,

pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

BAB III : Tinjauan kasus, berisi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada

anak dengan demam tifoid di paviliun Nusa Indah Rumah Sakit Brawijaya

Surabaya.

BAB IV : Pembahasan, berisi tentang penjelasan terhadap kesenjangan –

kesenjangan yang terjadi antara teori yang adadengan aplikasi pelaksanaan

asuhan keperawatan yang nyata ditemukan di lapangan. Pembahasan dimulai

dengan pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

BAB V :Kesimpulan dan saran diangkat berdasarkan kesenjangan yang terdapat

antara landasan teori dan aplikasi kasus meliputi : pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.


10

BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit Demam Tifoid
2.1.1 Pengertian
Demam tifoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang

terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis

terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam

paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S.

Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam tifoid

memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain

(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus

abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang

biasanya mengenai saluran pencernaan dengan demam lebih dari satu minggu,

gangguan pada pencernaan,dan gangguan kesadaran.

Menurut Soedarto (2009, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut

juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman

Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid

merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia maupun di daerah-

daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam tifoid

atau tifus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang
11

manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang

disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan atau

minuman yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih dari

satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih diperburuk dengan

gangguan penurunan kesadaran (Soedarto,2009).

2.1.2 Etiologi
Menurut Widagdo (2011, hal: 197) Etiologi dari demam tifoid adalah

Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam famili

Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak

berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari /

minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi,

dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C dalam 15

menit. (Widagdo,2011).

Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :

a. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.

Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga

endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak tahan

terhadap formaldehid.

b. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletakpada flagella, fimbriae atau pili dari

kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan

terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.


12

c. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat

melindungi kuman terhadap fagositosis.

Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan

menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin

(Widodo, 2006)

2.1.3 Patofisiologi
Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus

(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita

typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman

tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap

dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut

kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan

yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui

mulut (Nyagtiyah,2005).

Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk

ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian

distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman

berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel

retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke


13

dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk

limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama hati dan limpa serta

berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar (Ngastiyah 2005).

WOC ( Web Of Caution )


14
15

2.1.4 Tanda dan Gejala


Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada

anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya

10-20 hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika

melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,

pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran klinik yang

biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) adalah:

a. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten

dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh berangsur-

angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada

sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam

keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal

kembali pada akhir minggu ketiga

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah

(ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya

kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut

kembung (meteorismus), hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.

Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
16

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis

sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya

berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping gejala tersebut

mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat

ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam

kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama yaitu demam. Kadang-

kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak dewasa

d. Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan

tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah

suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps

terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan

baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan

tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis

(Ngastiyah,2005).

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.

Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


17

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.

Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.

c. Pemeriksaan Uji Widal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri

Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya

agglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh

Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

 Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri

 Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagella bakteri

 Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakteri.

Dari ketiga agglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk

diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan

menderita demam tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001).

2.1.6 Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid

dapat digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal. Komplikasi intestinal

diantaranya ialah :

a. Perdarahan

Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama dengan

ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan denyut

nadi.
18

b. Perforasi usus

Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului oleh

perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal ileum ditandai

dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.

Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :

a. Sepsis

Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik

b. Hepatitis dan kholesistitis

Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amilase serum

menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi pankreatitis

c. Pneumonia atau bronkhitis

Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %, umumnya disebabkan karena

adanya superinfeksi selain oleh salmonella

d. Miokarditis toksik

Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen ST dan

gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan nekrosis

e. Trombosis dan flebitis

Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala residual yaitu

termasuk tekanan intrakranial meningkat, trombosis serebrum, ataksia serebelum

akut, tuna wicara, tuna rungu, mielitis tranversal, dan psikosis


19

f. Komplikasi lain

Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom nefrotik,

meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan artritis

(Widagdo,2011).

2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 239) & Ranuh (2013, hal: 184-185) pasien

yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan

diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan

pengobatan sebagai berikut :

a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian

Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama,

lemah, anoreksia, dan lain-lain. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu

setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak

panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan

b. Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan

makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak

menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran pasien menurun

diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu

makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.

c. Pemberian antibiotik
20

Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran bakteri. Obat

antibiotik yang sering digunakan adalah :

 Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oral atau dengan dosis 75

mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis. Chloramphenicol dapat

menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse terjadi lebih cepat pula dan obat

tersebut dapat memberikan efek samping yang serius

 Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 6 dosis.

Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan

chloramphenicol

 Amoxicillin dengan dosis 100 mg/kg/24 jam per os dalam 3 dosis

 Trimethroprim-sulfamethoxazole masing-masing dengan dosis 50 mg /kg/24

jam per os dalam 2 dosis, merupakan pengobatan klinik yang efisien

 Kotrimoksazol dengan dosis 2x2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg

sulfamethoxazole dan 800 mg trimethroprim. Efektivitas obat ini hampir sama

dengan chloramphenicol (Ranuh,2103).

2.2 Kompres hangat tepid sponge


2.2.1 Pengertian Tepid Sponge
Kompres hangat tehnik Tepid Sponge adalah sebuah tehnik kompres

hangat yang menggabungkan tehnik kompres blok pada pembuluh darah besar

superficial dengan tehnik seka. Telah di uji di berbagai negara dimana disetiap

publikasi riset menghasilkan kesimpulan yang bervariasi. Namun fakta


21

menunjukkan bahwa pemberian acetaminophen yang diiringi dengan pemberian

hydrotherapy Tepid Sponge memiliki keunggulan dalam mempercepat

penurunkan suhu tubuh anak dengan dengan demam pada satu jam pertama

dibandingkan dengan anak yang hanya diberikan acetaminophen saja (Wilson,

2005). Temperatur tubuh yang mencapai 39ºC akan mengakibatkan kulit hangat,

kemerahan dan nyeri kepala. Pemilihan tepid sponge sebagai terapi dapat

menurunkan suhu dan ancietas yang diakibatkan oleh penyakitnya (Janis, 2010).

2.2.2 Tujuan Tepid Sponge


Tujuan utama dari kompres hangat tepid sponge adalah untuk menurunkan

suhu klien khususnya pasien dengan demam.

2.2.3 Manfaat Tepid Sponge


Menurut Janis (2010) manfaat dari pemberian tepid sponge adalah

menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam, memberikan rasa

nyaman, mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibatan oleh penyakit yang

mendasari demam.

2.2.4 Tehnik Tepid Sponge


Tahap-tahap pelaksanaan tepid water sponge (Rosdahl & Kowalski, 2008,

dalam Sri Haryani, 2012):

a. Tahap persiapan

1) Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid water

sponge.
22

2) Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air hangat

(37°C-40°C), lap mandi/wash lap, handuk mandi, selimut mandi, perlak,

termometer digital.

b. Pelaksanaan

1) Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan tepid water

sponge.

2) Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu pemberian

antipiretik pada klien.

3) Buka seluruh pakaian klien dan alas klien dengan perlak.

4) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan wash lap

atau lap mandi, usapkan mulai dari kepala, dan dengan tekanan lembut

yang lama, lap seluruh tubuh, lakukan sampai ke arah ekstremitas bawah

secara bertahap. Lap tubuh klien selama 15 menit. Pertahankan suhu air

(37°C-40°C).

5) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan air

hangat lalu ulangi tindakan seperti diatas.

6) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera

setelah suhu tubuh klien mendekati normal. Selimuti klien dengan selimut

mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap

keringat.

7) Catat suhu tubuh klien sebelum dan sesudah tindakan.


23

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan

dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitas dan preventif perawatan kesehatan.

Ketika pasien memasuki system pelayanan kesehatan, perawat menggunakan

dengan langkah-langkah pada proses keperawatan, mengumpulkan data,

mengidentifikasi masalah. Kebutuhan diagnose keperawatan menetapkan tujuan-

tujuan mengidentifikasi hasil dan memilih intervensi keperawatan untuk

mencapai hasil serta tujuan ini. (Doengoes,2000).

2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari

proses keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga

didapatkan informasi yang tepat (Doengoes,2000).

Langkah – langkah dalam pengkajian meliputi :

a. Pengumpulan Data

1) Identifikasi.

Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.

(Muttaqin,2011).

2) Keluhan utama

Berupa demam dengan atau tidak disertai menggigil, perasaan tidak

enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan kurang bersemangat, serta nafsu

makan berkurang (terutama selama masa inkubasi) (Ngastiyah,2005).


24

3) Riwayat penyakit sekarang

Adanya keluhan yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,

mual, muntah, lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta

tremor), obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epitaksis,

serta suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan – lahan dan

terutama pada sore hingga malam hari. (Widodo, 2010).

4) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit tifoid sebelumnya. (Muttaqin, 2011).

5) Riwayat kesehatan lingkungan

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik, sumber

air minum yang tidak sehat dan kondisi lingkungan rumah tempat tinggal yang

tidak sehat, serta kebersihan perorangan yang kurang baik. (Muttaqin, 2011).

6) Pengkajian psikososial

Adanya kecemasan dengan kondisi sakit dan keperluan pemenuhan informasi

tentang pola hidup bersih.

7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

a) Perkembangan

Tahapan sensori motor berlangsung sejak lahir hingga bayi berusia 2

tahun.

1) Kebiasaan awal dan Reaksi sirkuler primer. Yang dimaksud

kebiasaan awal yaitu kebiasaan yang telah terbentuk walaupun


25

stimulasi tidak ada. Sedangkan yang dimaksud reaksi sirkuler

primer yaitu pengulangan terhadap kejadian yang menarik atau

menyenangkan. Gerakan ini muncul pada usia 1-4 bulan.

2) Reaksi sirkuler sekunder. Bayi mulai berorientasi pada objek

atau terfokus pada dunia sekitarnya beralih dari perhatian pada

dirinya. Rekasi ini muncul pada usia 4-8 bulan.

3) Koordinasi reaksi sirkuler sekunder, yaitu kemampuan bayi

intuk mengkombinasikan skema-skema yang telah dipelajari

dalam cara yang terkoordinasi. Reaksi ini muncul pada usia

8-12 bulan.

4) Reaksi sirkuler tersier. Bayi tertarik terhadap variasi yang

dimiliki oleh benda-benda dan hal-hal yang dapat dilakukan

bayi terhadap benda tersebut. Reaksi ini terjadi pada usia

12-18 bulan.

5) Internalisasi skema, yaitu pergeseran fungsi mental dari

sensori motor ke permainan simbolik. Hal ini terjadi pada

usia 18-24 bulan. (Suriadi, 2006).

b) Pertumbuhan

1) Berat Badan : pada masa pertumbuhan berat badan dibagi

menjadi dua, yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk

usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami

penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat


26

badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir

bulan keenam. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi

penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada akhir

bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan

lahir. Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan

sekitar empat kali dari berat badan lahir pada usia 2,5 tahun

serta penambahan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3 kg.

Pada masa prasekolah akan terjadi penambahan berat badan

setiap tahunnya kurang lebih 2-3 kg.

2) Tinggi badan : pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami

penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada

usia 6-12 bulan mengalami penambahan tinggi badan 1,25 cm

setiap bulannya. Pada akhir tahun pertama akan meingkat kira-

kira 50% dari tinggi badan waktu lahir. Pada masa bermain

penambahan selama tahun ke-2 kurang lebih 12 cm, sedangkan

penambahan untuk tahun ketiga rata-rata 4-6 cm. pada masa

prasekolah, khususnya diakhir usia 4 tahun, terjadi

penambahan rata-rata dua kali lipat dari tinggi badan waktu

lahir dan mengalami penambahan setiap tahunnya kurang

lebih 6-8 cm. pada masa sekolah akan mengalami penambahan

setiap tahunnya. Setelah usia 6 tahun tinggi badan bertambah


27

rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertambah lagi

menjadi rata-rata tiga kali lipat dari tinggi badan waktu lahir.

3) Lingkar kepala : pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi

dengan sangat cepat sekitar enam bulan pertama, yaitu dari 35-

43 cm. pada usia-usia selanjutnya pertumbuha lingkar kepala

mengalami parlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami

pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. pada usia 2 tahun

mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan

bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ke-3 dan bertambah

lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja (Hidayat,

2008).

8) Riwayat Imunisasi

a. Imunisasi Hepatitis B.

Diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir.

b. Imunisasi Polio.

Diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS

diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari

transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1,

polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.

c. Imunisasi BCG.
28

Optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan

diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji

tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun

harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat

suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik

TB).

d. Imunisasi DTP.

Diberikan pada umur > 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP

atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan

dan 5 tahun. Program BIAS Disesuaikan dengan jadwal imunisasi

Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin

Td.

e. Imunisasi Campak

Diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-

7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi

Kementerian Kesehatan (IDAI, 2010).

9) Reaksi hospitalisasi

Pada umumnya anak jika dirawat di rumah sakit akan timbul rasa takut baik

pada dokter maupun perawat. Reaksi pertama selain ketakutan yaitu berupa

hilangnya nafsu makan.

10) Pemeriksaan fisik


29

a. Tingkat kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu

apatis sampai somnolen; jarang terjadi stupor, koma atau gelisah (kecuali bila

penyakit berat dan terlambat mendapat pengobatan). Selain gejala tersebut,

mungkin dapat ditumukan gejala lainnya seperti pada punggung dan anggota

gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil

dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam), kadang

ditemukan juga bradikardi dan epistaksis pada anak yang lebih besar.

b.TTV

Suhu : Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama tiga minggu, bersifat

febris remiten dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu

tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan

meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus

berada dalam keadaan demam. Saat minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun

dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

Nadi : Pada pemeriksaan nadi ditemukan penurunan frekuensi nadi

(bradikardi relatif)

RR : Meningkat

TD : Cenderung menurun
30

c. Pengkajian

B1 : Sistem Pernapasan (Breathing)

Sistem pernapasan biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, tetapi akan

mengalami perubahan jika terjadi respon akut dengan gejala batuk kering. Pada

beberapa kasus berat bisa didapat adanya komplikasi tanda dan gejala

pneumonia.

B2 : Sistem Kardiovaskuler dan hematologi (Blood)

Penurunan tekanan darah, keringat dingin, dan diaphoresis sering

didapatkan pada minggu pertama. Kulit pucat dan akral dingin berhubungan

dengan penurunan kadar hemoglobin.

Pada minggu ketiga, respon toksin sistemik dapat mencapai otot jantung

dan terjadi miokarditis dengan manifestasi penurunan curah jantung dengan

tanda denyut nadi lemah, nyeri dada, dan kelemahan fisik.

B3 : Neurosensori dan Fungsi Sistem Saraf Pusat (Brain)

Pada pasien dengan dehidrasi berat akan terjadi penurunan perfusi serebral

dengan manifestasi sakit kepala, perasaan lesu, gangguan mental seperti

halusinasi dan delirium. Pada beberapa pasien bisa didapatkan kejang umum

yang merupakan respon terlibatnya sistem saraf pusat oleh infeksi S. typhi.

Didapatkan ikterus pada sklera terjadi pada kondisi berat.


31

.B4 : Sistem Genitourinarius (Bladder)

Pada kondisi berat akan didapatkan penurunan urin output respon dari

penurunan curah jantung.

B5 : Sistem Gastrointestinal (Bowel)

1) Inspeksi :

Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai stomatitis. Tanda ini jelas

mulai nampak pada minggu kedua berhubungan dengan infeksi sistemik dan

endotoksin kuman.

2) Sering muntah

3) Perut kembung

4) Distensi abdomen

Auskultasi :

Didapat penurunan bising usus kurang dai 5 kali per menit pada minggu

pertama dan terjadi konstipasi, serta selajutnya meningkat akibat diare.

Perkusi :

Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung

Palpasi :

Hepatomegali dan splenomegali. Pembesaran hati dan limpa

mengindikasikan infeksi RES yang mulai terjadi pada minggu kedua. Nyeri tekan

abdomen, merupakan tanda terjadinya perforasi.

B6 : Sistem Muskuluskeletal dan Integumen (Bone)


32

Respon sistemik akan menyebabkan malaise, kelemahan fisik umum, dan

didapatkan kram otot ekstremitas.

Pemeriksaan integument sering didapatkan kulit kering, turgor kulit

menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam, dan yang terpenting sering

didaptakan tanda roseola (bintik merah pada leher, punggung dan paha). Roseola

merupakan suatu nodul kecil sedikit meninjil dengan diameter 2-4mm, berwarna

merah, pucat, serta hilang pada penekanan, lebih sering terjadi pada akhir minggu

pertama dan awal minggu kedua. Roseola ini merupakan emboli kuman diamana

didalamnya mengandung kuman salmonella dan terutama didapatkan didaerah

perut, dada, dan terkadang bokong maupun bagian fleksor dari lengan atas.

2.3.2 Diaagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan adalah penulisan klinis tentang respon individu,

keluarga, atau komunitas tentang masalah kesehatan/ proses keperawatan yang

actual dan potensial (Doengos, 2000).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan demam

tifoid adalah :

a. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi dari infeksi bakteri,

virus atau parasit

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah, nafsu makan berkurang


33

d. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,

penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

kurangnya informasi.

2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan


1) Rencana tindakan keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan, dan

penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien/klien berdasarkan analisa

pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi ( Zaidin Ali,

2011).

a. Diagnosa 1 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi dari infeksi

bakteri, virus atau parasit.

Tujuan

Hipertermi teratasi

Kriteria hasil

Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak

terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.

Intervensi

 Observasi suhu tubuh klien,

 Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien,

 Anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang cukup.

 Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian tipis yang dapat menyerap

keringat seperti katun

 Beri kompres dengan air hangat pada seluruh permukaan tubuh bila terjadi

panas,
34

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.

b. Diagnosa 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang

berlebihan

Tujuan

Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria hasil

Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas

normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada

Intervensi

 Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis

dan peningkatan suhu tubuh,

 Pantau intake dan output cairan dalam 24 jam

 Ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama

 Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.

 Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari,

 Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl)

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral

sesuai indikasi.

c. Diagnosa 3 : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, nafsu makan berkurang


35

Tujuan

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi

Kriteria hasil

Nafsu makan bertambah,tidak mual dan tidak muntah,berat badan stabil/ideal,

nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium

normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.

Intervensi

 Kaji pola nutrisi klien,kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien,

 Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat

badan tiap hari.

 Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual,

muntah, nyeri dan distensi lambung,

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet,

 Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik seperti (ranitidine).

d. Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,

penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

informasi.

Tujuan

Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil
36

Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup

dan ikut serta dalam pengobatan.

Intervensinya

 Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya,

 Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien,

 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri

reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat,

 Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan

demonstrasi

 Tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap

tindakan yang dilakukan pada klien

2.3.4 Tindakan Keperawatan


Tindakan Keperawatan merupakan kategori dan prilaku keperawatan, dimana

perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil

yang diperkirakan dari asuhan keperawatan, Potter dan Perry (1999) pelaksanaan

mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari

dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan, membantu atau

mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Menurut Rubenfeld dan Scheffer (1999), Evaluasi adalah tindakan

memeriksa setiap aktivitas dan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai

Adapun tipe-tipe evaluasi yang harus perawat lakukan dalam asuhan keperawatan

kepada klien meliputi : evaluasi masalah kolaboratip yaitu mengumpulkan data


37

yang telah dipilih, membandingkan data untuk mencapai data normal. Menilai

data yang di dapat dengan nilai normal. Evaluasi diagnosis keperawatan dan

peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari status perencanaan keperawatan

dan hasil yang di dapat.

Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di

harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah :

tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi,

tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara

mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
38

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A. Identitas
Pengkajian keperawatan anak pada kasus I dilakukan pada tanggal 3

Februari 2016 jam 17.00 WIB. Identitas pasien an.W, tanggal lahir 3 Maret 2009,

umur 7 tahun 1 bulan, jenis kelamin perempuan, alamat di Banyuurip Surabaya,

suku Jawa, bangsa Indonesia, agama islam dengan diagnosa medis demam tifoid.

Identitas penanggungjawab, nama Ayah Tn.S, pekerjaan swasta dan tinggal

serumah dengan an.W, penulis mendapatkan informasi dari Ny.F, yaitu ibu klien.

B. Riwayat Keperawatan Sekarang


Keluhan utama ibu an.W mengatakan anaknya panas badan sejak 3 hari yang

lalu naik turun. Riwayat penyakit saat ini, sejak tanggal 1 Februari 2016 pagi hari,

badan terasa panas. Panas dirasakan naik turun, namun tidak diukur suhunya.

Klien sudah diberikan obat penurun panas tetapi kambuh lagi apabila efek obat

habis. Klien juga merasakan adanya mual dan muntah setiap kali makan (±6 kali

sehari) selama 2 hari . Kemudian klien dibawa ke IGD RS Brawijaya Surabaya

pada tanggal 3 Februari 2016, karena keluhan tidak membaik. Klien disarankan

untuk MRS.
39

C.Riwayat Keperawatan
Riwayat prenatal ibu klien mengatakan, saat hamil tidak mengalami kelainan

atau masalah yang serius. Ibu mengalami mual dan muntah saat usia kehamilan 2-

3 bulan, dan mengidam makanan tertentu. Riwayat natal an.W lahir dalam

keadaan normal dengan usia kehamilan 38 minggu, dan tidak ada kelainan

bawaan. Klien dilahirkan dengan seksio sesaria karena ketuban pecah dini. Berat

badan lahir klien 2.900 gram dan panjang badan 50 cm. Pada riwayat post natal,

klien langsung disusui oleh ibunya. ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan, setelah

itu mendapat tambahan susu formula.

D. Riwayat Keperawatan Sebelumnya


Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu adalah batuk, pilek, dan panas

badan. Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit, Klien tidak menggunakan obat

– obatan. Klien tidak pernah menjalani operasi ataupun kecelakaan. Klien juga

tidak memiliki alergi makanan ataupun obat – obatan. Imunisasi yang diberikan

sudah lengkap, yaitu BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan Campak.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga, ibu klien

mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular ataupun

menurun. Lingkungan rumah bersih dan sumber air minum dari PDAM. Perilaku

yang mempengaruhi kesehatan adalah kurangnya menjaga kebersihan. Persepsi

keluarga terhadap penyakit anak akibat dari anak sering jajan ketika di sekolah.
40

F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Berat badan klien saat ini adalah 22 kg dengan tinggi badan 120cm. Pada saat

sebelum sakit berat badan klien 23kg. Pada saat lahir, BB klien 2.900 gram

dengan panjang badan 50 cm. Tahap perkembangan psikososial klien mau diajak

untuk belajar serta mengerjakan PR dari sekolah.

G. Genogram (3 Generasi)
Genogram pada keluarga an.W dapat digambarkan sebagai berikut :
41

H. Riwayat Nutrisi
Frekuensi makan klien sehari 3 kali. Nafsu makan klien menurun, karena mual

dan muntah. Dengan jenis makanan nasi tim, sayur, lauk,hanya dimakan 3-4

sendok Klien minum air putih ± 350cc/hari. Klien tidak memiliki alergi makanan.

I. Observasi dan Pengkajian Fisik


Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis pada an.W adalah keadaan

klien lemah dengan tingkat kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan tekanan

darah 100/60 mmHg, nadi 104x/menit, respirasi 26x/menit, dan suhu 39,3oC

1. Pernapasan
Bentuk dada klien normal. Dengan pola napas teratur. Suara napas vesikular.

Penggunaan otot bantu napas tidak didapatkan. Pada perkusi thorax sonor. Alat

bantu pernapasan dan batuk tidak didapatkan.

2. Kardiovaskular
Nyeri dada pada kilen tidak didapatkan. Irama jantung teratur. Pulsasi normal.

Bunyi jantung : S1, S2 single reguler. CRT klien < 2 detik. Tidak didapatkan

cyanosis dan clubbing finger

3. Persyarafan
Reflek – reflek , seperti menghisap, menoleh, menggenggam, babinski, moro

tidak didapatkan pada klien. Reflek patella klien +2 /+2. Tidak didapatkan
42

kejang, kaku kuduk, nyeri kepala, ataupun kelainan N.Cranialis. Istirahat tidur

klien cukup ± 10 jam

4. Genitourinaria
Bentuk alat kelamin normal. Uretra normal. Alat kelamin bersih. Frekuensi

berkemih 3 kali sehari. Produksi urine lebih kurang 500cc per 24 jam. Dan tidak

didapatkan masalah eliminasi urine.

5. Pencernaan
Pada mulut klien, didapatkan mukosa kering, bibir kering, lidah putih tepi

kemerahan, dan kebersihan rongga mulut kurang bersih. Pada abdomen klien,

tidak didapatkan nyeri tekan. Klien belum BAB selama 2 hari

6. Muskuloskeletal dan Integumen


Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai normal. kekuatan otot / tonus

otot normal. Tidak didapatkan fraktur dan diskolasi. Kulit klien kering. Akral

hangat. Turgor kulit melambat. Oedema tidak didapatkan

7. Penginderaan
Pada mata, reflek cahaya : + /+. Gerakan mata normal. Konjungtiva normal.

Sklera tidak didapatkan ikterik. Pupil normal 3mm / 3mm. Pada hidung, tidak
43

diapatkan reaksi alergi ataupun sekret.. Pada mulut dan tenggorokan, gigi geligi

normal dan tidak didapatkan kesulitan menelan.

8. Endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar parotis tidak didapatkan.

Hiperglikemia dan hipoglikemia tidak didapatkan pada klien.

9. Aspek psikososial
Ekspresi afek dan emosi klien agak rewel ketika badan panas tinggi. Hubungan

dengan keluarga baik. Dampak hospitalisasi, klien merasa tidak nyaman. Dampak

hospitalisasi berupa kecemasan dan kekhawatiran dengan penyakit yang di derita

anak bagi orang tua.

J. Data Penunjang
Pada hasil laboratorium didapatkan Hb 10,4 gr/dL, leukosit 8.640 mg/dL,

trombosit 333.000 mg/dL, PCV : 29,5%, Widal : Salmonella Thypi O 1/320 ,

Salmonella Thypi H 1/80. Pada pemeriksaan USG tidak dilakukan. Pada hasil

rontgen normal. Terapi yang didapatkan klien adalah infus D5 ½ NS 1500/24jam,

inj. Ceftriaxone 2x500mg, inj. Paracetamol 3x500mg, inj. Ranitidine 2x30mg dan

diet bebas serat.


44

3.2 Diagnosa Keperawatan


Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 S : Ibu mengatakan Salmonella thypi Hipertermi

anaknya panas sejak 2

hari. Panas badan naik


saluran cerna
turun
(lambung)
O: Suhu : 39,3oC

Nadi 104x/menit
bersarang di hati dan

limpa

hepatomegali

zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan

meradang

demam / suhu tubuh

meningkat
45

2. S: ibu mengatakan Infeksi Salmonella Defisit volume cairan

anaknya mual dan Thypi

muntah setiap makan (±

6 kali sehari) selama 2


Mual muntah
hari

O : klien tampak lemah

Kehilangan volume
Turgor kulit melambat,
cairan secara aktif
mukosa bibir kering

Defisit volume cairan

3. S : Ibu mengatakan Infeksi Salmonella Perubahan nutrisi

anaknya mual muntah Thypi kurang dari kebutuhan

sehingga nafsu makan tubuh

menurun.
Mual muntah
O: Makan hanya habis ¼

porsi. Mukosa bibir

kering. Berat badan turun Ketidakseimbangan

menjadi 22 kg nutrisi kurang dari

kebutuhan

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


46

1. Hipertermi berhubungan dengan masuknya kuman Salmonella thypi.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara

aktif

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual,muntah dan penurunan nafsu makan.

3.3 Rencana Keperawatan


No. Hari/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Tanggal Keperawatan

1. Rabu / 3 Hipertermi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor TTV setiap 4 jam

Februari berhubungan tindakan keperawatan selama 1x


2. Anjurkan Ibu untuk
2016 dengan 24jam, suhu tubuh kembali
memberi minum yang cukup
masuknya normal.
3. Beri kompres hangat tepid
kuman
Kriteria Hasil :
sponge
Salmonella
 Suhu tubuh 36 – 37oC
Thypi 4. Anjurkan ibu untuk
 Ibu menyatakan anaknya
memberikan pakaian yang
sudah tidak panas lagi
tipis dan menyerap keringat

5. Beri penjelasan pada ibu

tentang penyebab

peningkatan suhu tubuh

6. Berikan antipiretik dan


47

antibiotik sesuai advis dokte

3.4 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan

IMPLEMENTASI
Dx Tanggal Tindakan Evaluasi

1. 3 Februari 1. Memonitor TTV Tanggal 3 Februari 2016 j

2016 jam
Suhu : 39,3 oC Nadi : 104x/menit S: Ibu mengatakan anaknya
17.00
RR : 24x/menit TD : 100/60mmHg Ibu mengatakan sudah men

pada seluruh tubuhnya sela


2. Menganjurkan Ibu untuk memberi minum yang

cukup O: klien tampak tertidur

3. Memberikan kompres hangat tepid sponge Klien memakai baju berbah

selama 15 menit
Hasil TTV :

4. Menganjurkan ibu untuk memberikan pakaian


TD 100/70 mmHg Suhu : 3
yang tipis dan menyerap keringat
48

5. Memberi penjelasan pada ibu tentang penyebab A : masalah hipertermi belu

peningkatan suhu tubuh


P : implementasi nomor 1,2

6. Memberikan antipiretik dan antibiotik sesuai

advis dokter, yaitu :

Injeksi Ceftriaxon 500mg IV

Injeksi Paracetamol 500 mg IV

1.Memonitor tanda –tanda vital

Suhu : 39oC Nadi : 100x/menit


1. 4 Februari Tanggal 4 Februari 2016 j
RR : 24x/menit TD : 100/70mmHg
2016 jam
S: Ibu mengatakan demam
17.00 2.Memberikan minum yang cukup pada klien
Ibu mengatakan sudah men
3.Memberikan kompres hangat tepid sponge pada
pada seluruh tubuhnya sela
klien selama 15 menit
O: klien tampak masih lem
4. . Memberikan pakaian yang tipis dan menyerap
Klien memakai baju berbah
keringat yang berbahan katun

Hasil TTV :
5. Memberikan injeksi ceftriaxon 500ng iv dan

injeksi paracetamol 500mg iv TD 100/70 mmHg Suhu : 3

A : masalah hipertermi belu

1.Memonitor tanda –tanda vital P : implementasi nomor 1,2


49

Suhu : 38oC Nadi : 98x/menit

1. 5 Februari RR : 22x/menit TD : 100/70mmHg Tanggal 5 Februari 2016 j

2016 jam
2.Memberikan minum yang cukup pada klien S: Ibu mengatakan anaknya
17.00
3.Memberikan kompres hangat tepid sponge pada Ibu mengatakan sudah men

klien selama 15 menit pada seluruh tubuhnya sela

4. . Memberikan pakaian yang tipis dan menyerap O: klien tampak rileks

keringat yang berbahan katun


Klien memakai baju berbah

5. Memberikan injeksi ceftriaxon 500ng iv dan


Hasil TTV :
injeksi paracetamol 500mg iv.
TD 100/70 mmHg Suhu : 3

A : masalah hipertermi tera


1. Memonitor tanda –tanda vital
P : implementasi nomor 1,2
o
Suhu : 36,5 C Nadi : 95x/menit

RR : 22x/menit TD : 100/70mmHg
6 Februari
Tanggal 6 Februari 2016 j
1.
2016 jam 2.Memberikan minum yang cukup pada klien
S: Ibu mengatakan anaknya
17.00
3. Memberikan injeksi ceftriaxon 500mg iv
O: klien tampak rileks

Hasil TTV :

TD 100/70 mmHg Suhu : 3

A : masalah hipertermi tera


50

P : implementasi nomor 1,2

Pengkajian Keperawatan Anak pada kasus II :


A. Identitas
Pengkajian keperawatan pada anak dilakukan pada tanggal 9 Februari

2016 jam 16.00 WIB. Identitas pasien an.R , tanggal lahir 3 Februari 2007, umur

9 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat di Wonokromo Surabaya, suku Jawa,

bangsa Indonesia, agama islam dengan diagnosa medis demam tifoid. Identitas

penanggung jawab, nama Ayah Tn.M, pekerjaan PNS dan tinggal serumah

dengan an.R, penulis mendapatkan informasi dari Ny.S, yaitu ibu klien.

B. Riwayat Keperawatan Sekarang


Keluhan utama ibu an.R mengatakan anaknya panas badan sejak 5 hari yang lalu

naik turun. Riwayat penyakit saat ini, sejak tanggal 3 Februari 2016 pagi hari,
51

badan terasa panas, lemas, mual disertai nafsu makan menurun. Panas dirasakan

naik turun. Klien sudah berobat ke dokter praktek tanggal 5 Februari 2016, namun

keluhan tidak membaik, kemudian tanggal 8 Februari 2016 pasien kembali lagi

berobat ke dokter. Oleh dokter disarankan untuk cek lab, ternyata hasilnya positif

tipes, kemudian oleh dokter dirujuk ke RS Brawijaya Surabaya. Klien dibawa ke

IGD RS Brawijaya Surabaya pada tanggal 9 Februari 2016 dan disarankan MRS.

C.Riwayat Keperawatan
Riwayat prenatal ibu klien mengatakan, saat hamil tidak mengalami kelainan atau

masalah yang serius. Ibu mengalami mual dan muntah saat usia kehamilan 2-3

bulan, dan mengidam makanan tertentu. Riwayat natal an.R lahir dalam keadaan

normal dengan usia kehamilan 39 minggu, dan tidak ada kelainan bawaan. Klien

lahir dalam keadaan normal ditolong oleh bidan dengan usia kehamilan 39

minggu, dan tidak ada kelainan bawaan. Berat badan lahir klien 3.000 gram dan

panjang badan 50 cm. ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan, setelah itu mendapat

tambahan susu formula dan makanan pendamping ASI.

D. Riwayat Keperawatan Sebelumnya


Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu adalah batuk, pilek, panas badan,

dan sakit tenggorokan. Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit, Klien tidak

menggunakan obat – obatan. Klien tidak pernah menjalani operasi ataupun

kecelakaan. Klien juga tidak memiliki alergi makanan ataupun obat – obatan.
52

Imunisasi yang diberikan sudah lengkap, yaitu BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan

Campak.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga, ibu klien

mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular ataupun

menurun. Lingkungan rumah bersih dan sumber air minum dari Sumur. Perilaku

yang mempengaruhi kesehatan adalah kurangnya menjaga kebersihan seperti cuci

tangan sebelum makan sering tidak dilakukan. Persepsi keluarga terhadap

penyakit anak akibat dari anak sering jajan ketika di sekolah.

F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Berat badan klien saat ini adalah 30 kg dengan tinggi badan 135cm. Pada saat

sebelum sakit berat badan klien 31kg. Pada saat lahir, BB klien 3.000 gram

dengan panjang badan 50 cm. Tahap perkembangan psikososial klien mau diajak

untuk belajar serta mengerjakan PR dari sekolah.

G. Genogram (3 Generasi)
Genogram pada keluarga an.R dapat digambarkan sebagai berikut :
53

H. Riwayat Nutrisi
Frekuensi makan klien sehari 3 kali. Nafsu makan klien menurun, karena mual.

Dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk,hanya dimakan ¼ porsi. Klien minum air

putih ± 600cc/hari. Klien tidak memiliki alergi makanan.

I. Observasi dan Pengkajian Fisik


Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis pada an.R adalah keadaan klien

lemah dengan tingkat kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 96x/menit, respirasi 24x/menit, dan suhu 39oC.

1. Pernapasan
Bentuk dada klien normal. Dengan pola napas teratur. Suara napas vesikular.

Penggunaan otot bantu napas tidak didapatkan. Pada perkusi thorax sonor. Alat

bantu pernapasan dan batuk tidak didapatkan.

2. Kardiovaskular
Nyeri dada pada kilen tidak didapatkan. Irama jantung teratur. Pulsasi normal.

Bunyi jantung : S1, S2 single reguler. CRT klien < 2 detik. Tidak didapatkan

cyanosis dan clubbing finger


54

3. Persyarafan
Reflek – reflek , seperti menghisap, menoleh, menggenggam, babinski, moro

tidak didapatkan pada klien. Reflek patella klien +2 /+2. Tidak didapatkan

kejang, kaku kuduk, nyeri kepala, ataupun kelainan N.Cranialis. Istirahat tidur

klien cukup ± 8 jam.

4. Genitourinaria
Bentuk alat kelamin normal. Uretra normal. Alat kelamin bersih. Frekuensi

berkemih 5 kali sehari. Produksi urine lebih kurang 750cc per 24 jam. Dan tidak

didapatkan masalah eliminasi urine.

5. Pencernaan
Pada mulut klien, didapatkan mukosa kering, bibir kering, lidah putih tepi

kemerahan, dan kebersihan rongga mulut kurang bersih. Pada abdomen klien,

tidak didapatkan nyeri tekan. Frekuensi BAB normal.

6. Muskuloskeletal dan Integumen


Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai normal. kekuatan otot /

tonus otot normal. Tidak didapatkan fraktur dan diskolasi. Kulit klien kering.

Akral hangat. Turgor kulit melambat. Oedema tidak didapatkan

7. Penginderaan
Pada mata, reflek cahaya : + /+. Gerakan mata normal. Konjungtiva normal.

Sklera tidak didapatkan ikterik. Pupil normal 3mm / 3mm. Pada hidung, tidak

diapatkan reaksi alergi ataupun sekret.. Pada mulut dan tenggorokan, gigi geligi

normal dan tidak didapatkan kesulitan menelan.


55

8. Endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar parotis tidak didapatkan.

Hiperglikemia dan hipoglikemia tidak didapatkan pada klien.

9. Aspek psikososial
Ekspresi afek dan emosi, klien tidak rewel ketika badan panas tinggi.

Hubungan dengan keluarga baik. Dampak hospitalisasi, klien merasa tidak

nyaman. Dampak hospitalisasi berupa kecemasan dan kekhawatiran dengan

penyakit yang di derita anak bagi orang tua.

J. Data Penunjang
Pada hasil laboratorium didapatkan Hb 9,7 gr/dL, leukosit 7.530 mg/dL,

trombosit 286.000 mg/dL, PCV : 30,5%, Widal : Salmonella Thypi O 1/320 ,

Salmonella Thypi H 1/320. Pada pemeriksaan USG tidak dilakukan. Pada hasil

rontgen normal. Terapi yang didapatkan klien adalah infus Asering 1500/24jam,

inj. Ceftriaxone 2x1g, inj. Antrain 3x1g, inj. Domperidone 2x10mg dan diet

rendah serat.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 S : ibu mengatakan Salmonella thypi Hipertermi

anaknya panas sejak 5

hari.
56

O: Badan klien teraba saluran cerna

panas. Suhu : 39oC (lambung)

Nadi 92x/menit

TD : 110/70mmHg

bersarang di hati dan

limpa

hepatomegali

zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan

meradang

demam / suhu tubuh

meningkat

2. S : Ibu mengatakan Infeksi Salmonella Perubahan nutrisi

anaknya mual sehingga Thypi kurang dari

nafsu makan menurun. kebutuhan tubuh

O: Makan hanya habis


Mual
¼ porsi. Mukosa bibir
57

kering. Berat badan

turun menjadi 30 kg

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan masuknya kuman Salmonella thypi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

nafsu makan

3.3 Rencana Keperawatan


58

No. Hari/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Tanggal Keperawatan

1. Selasa / Hipertermi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor TTV setiap 4 jam

9 berhubungan tindakan keperawatan selama 1x


2. Anjurkan Ibu untuk
Februari dengan 24jam, suhu tubuh kembali
memberi minum yang cukup
2016 masuknya normal.
3. Beri kompres hangat tepid
kuman
Kriteria Hasil :
sponge
Salmonella
 Suhu tubuh 36 – 37oC
Thypi 4. Anjurkan ibu untuk
 Ibu menyatakan anaknya
memberikan pakaian yang
sudah tidak panas lagi
tipis dan menyerap keringat

5. Beri penjelasan pada ibu

tentang penyebab

peningkatan suhu tubuh

6. Berikan antipiretik dan

antibiotik sesuai advis dokte


59

3.4 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan

IMPLEMENTASI
Dx Tanggal Tindakan Evaluasi

1. 9 Februari 1. Memonitor TTV Tanggal 9 Februari 2016 j

2016 jam
Suhu : 39oC Nadi : 92x/menit S: Ibu mengatakan anaknya
16.00
RR : 22x/menit TD : 110/70mmHg Ibu mengatakan sudah men

pada seluruh tubuhnya sela


2. Menganjurkan Ibu untuk memberi minum yang

cukup O: klien tampak tertidur

3. Memberikan kompres hangat tepid sponge Klien memakai baju berbah

selama 15 menit
Hasil TTV :

4. Menganjurkan ibu untuk memberikan pakaian


TD 110/70 mmHg Suhu : 3
yang tipis dan menyerap keringat
A : masalah hipertermi belu
5. Memberi penjelasan pada ibu tentang penyebab
P : implementasi nomor 1,2
peningkatan suhu tubuh

6. Memberikan antipiretik dan antibiotik sesuai

advis dokter, yaitu :


60

Injeksi Ceftriaxon 1g IV

Injeksi Antrain 1g IV

1.Memonitor tanda –tanda vital

1. 10 Suhu : 38oC Nadi : 96x/menit Tanggal 10 Februari 2016

Februari
RR : 22x/menit TD : 110/70mmHg S: Ibu mengatakan demam
2016 jam
2.Memberikan minum yang cukup pada klien Ibu mengatakan sudah men
16.00
pada seluruh tubuhnya sela
3.Memberikan kompres hangat tepid sponge pada

klien selama 15 menit O: klien tampak rileks

4. . Memberikan pakaian yang tipis dan menyerap Klien memakai baju berbah

keringat yang berbahan katun


Hasil TTV :

5. Memberikan injeksi ceftriaxon 1g IV dan


TD 100/70 mmHg Suhu : 3
injeksi Antrain 1g IV
A : masalah hipertermi belu

P : implementasi nomor 1,2


1.Memonitor tanda –tanda vital

11 Suhu : 37oC Nadi : 99x/menit


Tanggal 11 Februari 2016
1. Februari
RR : 22x/menit TD : 110/70mmHg
2016 jam S: Ibu mengatakan anaknya
2.Memberikan minum yang cukup pada klien
16.00 Ibu mengatakan sudah men
61

3.Memberikan kompres hangat tepid sponge pada pada seluruh tubuhnya sela

klien selama 15 menit


O: klien tampak rileks

4. . Memberikan pakaian yang tipis dan menyerap


Klien memakai baju berbah
keringat yang berbahan katun
Hasil TTV :
5. Memberikan injeksi ceftriaxon 1g iv
TD 110/70 mmHg Suhu : 3

A : masalah hipertermi tera

P : implementasi nomor 1,2

1.Memonitor tanda –tanda vital


12
Suhu : 36,5oC Nadi : 99x/menit
Februari
1. Tanggal 12 Februari 2016
2016 jam RR : 22x/menit TD : 110/70mmHg
S: Ibu mengatakan anaknya
16.00
2.Memberikan minum yang cukup pada klien
O: klien tampak rileks
3. Memberikan injeksi ceftriaxon 1g iv
Hasil TTV :

TD 110/70 mmHg Suhu : 3

A : masalah hipertermi tera

P : implementasi nomor 1,2


62

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab empat ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara

tinjauan teori pada bab dua dan tinjauan kasus pada bab tiga dengan kasus demam

tifoid pada anak di ruang pavilyun Nusa Indah Rumah Sakit Brawijaya Surabaya

yang dilaksanakan mulai tanggal 3 sampai dengan 12 Februari 2016.

Pembahasan ini dimulai dari tahap pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian Keperawatan


Dimulai dari pengkajian identitas dalam tinjauan kasus bab tiga, klien

adalah anak W (kasus 1) dan anak R (kasus 2) berusia 7 tahun dan 9 tahun, kasus

pertama dengan keluhan panas badan sejak 3 hari, mual muntah tiap makan, dan

nafsu makan menurun, pada kasus kedua klien datang dengan keluhan panas

badan sejak 5 hari, badan lemas, mual, dan nafsu makan menurun.

Pada pengkajian keluhan utama yang ditemukan pada kedua kasus adalah

mengeluh badannya panas. Hal tersebut sudah sesuai dengan pendapat Ngastiyah

(2005) keluhan utama berupa demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat

febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh

berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan

meningkat lagi pada sore hari dan malam hari.


63

Pada riwayat penyakit sekarang yang ditemukan pada kasus satu maupun

kasus dua yaitu keduanya mengalami demam lebih dari 3 hari, disertai dengan

mual dan nafsu makan menurun. Riwayat keluhan kedua kasus diatas sesuai

dengan pendapat Ngastiyah (2005) yaitu selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,

pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang.

Pada riwayat penyakit dahulu di teori Muttaqin (2011) hanya disebutkan

bahwa adanya riwayat penyakit demam tifoid sebelumnya. Pada kasus satu

maupun kasus dua sama-sama tidak mempunyai riwayat demam tifoid

sebelumnya. Hal ini terjadi karena baik kasus satu maupun kasus dua sama-sama

pasien baru pertama kali menderita demam tifoid.

Pada riwayat kesehatan lingkungan pada kasus satu maupun kasus dua

keluarga mengatakan bahwa lingkungan tempat tinggal klien cukup bersih,

sumber air minum juga sehat. Namun, klien pada kedua kasus sering membeli

jajanan diluar. Hal ini bisa saja menjadi salah satu faktor penyebab masuknya

salmonella typhi, mengingat usia kedua klien adalah usia sekolah yang

kebiasaannya suka makan jajan sembarangan tanpa pengawasan yang optimal.

Data diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut

Muttaqin (2011) bahwa kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak diolah

dengan baik, sumber air minum yang tidak sehat dan kondisi lingkungan rumah

tempat tinggal yang tidak sehat, serta kebersihan perorangan yang kurang baik,

sedangkan meskipun kondisi lingkungan cukup bersih namun perlu diingat

adanya kebiasaan klien baik pada kasus satu maupun kasus dua dalam
64

mengkonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik yaitu dapat klien dapatkan

pada saat klien membeli jajan diluar. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan klien

yang sering membeli jajanan seperti ciki maupun gorengan. Pendapat tersebut

juga sesuai dengan pendapat Ngastiyah (2005) yaitu penularan penyakit ini

hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Pada lamanya perawatan kasus satu dengan kasus dua tidak didapatkan

perbedaan yakni pada kasus satu dan dua sama sama dirawat selama 4 hari. Hal

ini sesuai dengan Ngastiyah (2005) mengenai lamanya perawatan di rumah sakit,

sampai saat ini sangat bervariasi dan tidak ada keseragaman. Hal ini sangat

bergantung pada kondisi penderita serta adanya komplikasi selama penyakitnya

berjalan.

Selanjutnya pada pemeriksaan fisik kasus satu didapatkan data: kelemahan

fisik umum, kesadaran compos mentis, hasil observasi tanda-tanda vital

didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 104x/menit, suhu 39,30C, frekuensi

nafas 24x/menit. Pada pemeriksaan fokus didapatkan klien mengalami hipertermi,

mukosa bibir kering, akral teraba hangat, lidah kotor, dan tidak ada nyeri pada

abdomen.

Sedangkaan pemeriksaan fisik kasus dua didapatkan; kelemahan fisik

umum, kesadaran compos mentis, hasil observasi tanda-tanda vital didapatkan

tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92x/menit, suhu 390C dan frekuensi napas

22x/menit. Pemeriksaan fokus didapatkan klien mengalami hipertermi, akral

teraba hangat, lidah putih tepi kemerahan, dan tidak ada nyeri pada abdomen.
65

Pada pemeriksaan survei umum dan tingkat kesadaran, kedua klien dalam

kesadaran composmentis. Hal ini terjadi karena kedua klien saat masuk rumah

sakit masih dalam fase awal yang biasanya belum ditemukan gejala gangguan

kesadaran. Bila dihubungkan dengan teori, data tersebut sudah sesuai dengan

pendapat Ngastiyah (2005) bahwa pada fase awal penyakit biasanya tidak

didapatkan adanya perubahan.

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital yang ditemukan pada kedua kasus

adalah kedua sama-sama mengalami peningkatan suhu. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ngastiyah (2005) yaitu peningkatan suhu terjadi akibat respon sistemik

dari inflamasi gastrointestinal.

Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua kasus untuk

menegakkan diagnosis demam tifoid adalah dengan melakukan tes uji widal. Uji

widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella

typhi. Uji widal dimaksudkan untuk mendeteksi adanya reaksi serologis yang

digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid. Dasar tes Widal

adalah reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella typhosa dan antibodi yang

terdapat dalam serum penderita. (Widiastuti Samekto, 2001).

Hasil pemeriksaan dari kedua kasus dapat dilihat dari pemeriksaan

agglutinin thypi O, thypi H, parathypi A dan B. Hasil titer widal baik pada klien

satu maupun klien dua keseluruhan positif ≥ 1/240, sedangkan nilai standart widal

menurut Widiastuti Samekto (2001) untuk menegakkan diagnosis wilayah

Surabaya adalah ≥1/200. Menurut Widiastuti Samekto (2001) bakteri yang masuk

didalam tubuh mempengaruhi hasil widal yang ditemukan. Berdasarkan hasil uji
66

widal tersebut dapat diakatan bahwa kedua klien dipastikan benar menderita

demam tifoid.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Pada penentuan diagnosa keperawatan utama didapatkan pada kedua kasus

mempunyai diagnosa utama yaitu hipertermi berhubungan dengan respon sistemik

dari inflamasi gastrointestinal. Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik

dari inflamasi gastrointestinal. Diagnosa ini muncul pada kasus 1 dan kasus 2

karena kedua klien mengalami peningkatan suhu tubuh. Kedua klien mengeluh

badannya demam. Pada data pengkajian observasi tanda-tanda vital suhu tubuh

kedua klien tinggi. Suhu tubuh klien pada kasus 1 adalah 39,30 C dan suhu tubuh

klien pada kasus 2 adalah 390 C. Selain itu juga ditemukan pada kasus satu dan

kasus dua yaitu keadaan umum lemah dan akral hangat. Sehingga data saat

pengkajian mendukung untuk menegakkan diagnosa hipertermi.

Pada kasus 1 didapatkan diagnosa keperawatan defisit volume cairan,

sedangkan pada kasus 2 tidak didapatkan, karena pada kasus 1 didapatkan keluhan

muntah setiap kali makan dan minum yang berhubungan dengan kehilangan

volume cairan secara aktif.

Pada kasus 1 dan 2 didapatkan diagnosa keperawatan perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini berhubungan dengan keluhan kedua klien

yang mengalami penurunan nafsu makan disertai dengan penurunan berat badan,

sehingga intake yang masuk tidak sesuai dengan kebutuhan klien.


67

4.3 Perencanaan Keperawatan


Pada tahap perencanaan didapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara

teori dengan praktik nyata pada kedua kasus demam tifoid selama perawatan

di rumah sakit. Sehingga dapat dikatakan bahwa intervensi yang selama ini

ada dalam buku teori mampu mengatasi masalah demam tifoid pada kasus

nyata di rumah sakit.

Intervensi untuk diagnosa keperawatan utama pada kedua kasus yaitu

hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi dari infeksi bakteri

berdasarkan literatur Muttaqin (2011) adalah beri kompres dengan air hangat

dengan metode tepid sponge; anjurkan klien untuk minum sedikit tapi sering;

anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap

keringat; anjurkan tirah baring total; kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antipiretik; observasi tanda – tanda vital.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan


Dari semua perencanaan keperawatan yang telah dibuat secara

keseluruhan semuanya dapat dilakukan dengan baik. Sehingga dapat dikatakan

implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi. Implementasi

yang dilakukan untuk mengatasi masalah utama hipertermi pada kedua kasus

antara lain: melakukan observasi tanda-tanda vital; memberikan kompres

hangat dengan metode tepid sponge; menganjurkan klien untuk memakai

pakaian yang tipis dan menyerap keringat; menganjurkan minum yang cukup;

menganjurkan tirah baring total; melakukan tindakan kolaborasi antipiretik

dan antibiotik.
68

4.5 Evaluasi Keperawatan


Pada kasus satu, pada hari pertama dengan kompres hangat tepid sponge

pada suhu 39,3oC turun menjadi 38,4oC, pada hari kedua tetap menggunakan

kompres hangat tepid sponge dari suhu 39,oC menjadi 37,9oC, dan pada hari

ketiga dengan kompres hangat tepid sponge dari suhu 38oC menjadi 36,9oC. Dan

pada hari ke empat suhu sudah normal , yaitu 36,5oC. Rata – rata penurunan suhu

setelah dilakukan kompres hangat tepid sponge ± 1,03oC

Pada kasus kedua pada hari pertama dengan kompres hangat tepid sponge

pada suhu 39oC turun menjadi 37,8oC, pada hari kedua tetap menggunakan

kompres hangat tepid sponge dari suhu 38oC menjadi 37,3oC, dan pada hari ketiga

suhu sudah normal tanpa kompres hangat tepid sponge dari suhu 37,4oC menjadi

36,7oC. Dan pada hari ke empat suhu sudah normal dan tidak meningkat kembali,

yaitu 36,2oC. Rata – rata penurunan suhu setelah dilakukan kompres hangat tepid

sponge ± 0,9oC

Pemberian kompres hangat tepid sponge lebih efektif pada kasus 2, hal ini

dikarenakan dipengaruhi beberapa faktor, seperti usia klien yang lebih tua,

sehingga klien lebih kooperatif dan lebih patuh dalam pemberian kompres hangat

tepid sponge yang sesuai dengan prosedur. Evaluasi pada kedua kasus untuk

masalah utama hipertermi dapat teratasi, namun kurang sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil hal ini akibat dari masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama

7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah strain kuman yang

tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimptomatis

(Ngastiyah,2005).
69

No table of figures entries found.a


70

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis membahas tentang kesenjangan antara tinjauan teori pada bab

dua dan tinjauan kasus pada bab tiga dengan kasus demam tifoid anak di ruang

paviliyun Nusa Indah Rumas Sakit Brawijaya Surabaya, maka sebagai penutup

penulis akan menyimpulkan dan menyampaikan saran guna perbaikan asuhan

keperawatan yang akan datang.

5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan

Pada tahap pengkajian, terutama pada tahap pengumpulan data pada pasien

khususnya pasien anak dengan demam tifoid didapatkan data hipertermi

yang didukung oleh hasil uji widal >1/200 pada hasil pemeriksaan

laboratorium dari kedua klien.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang timbul kemudian memunculkan diagnosa

keperawatan utama yaitu hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi

dari reaksi bakteri. Diagnosa ini muncul pada kasus 1 dan kasus 2.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disini ditujukan untuk mengatasi masalah yang

dihadapi atau muncul pada klien dengan demam tifoid dimana dalam membuat

rencana keperawatan perlu dilihat situasi dan ruangan maupun klien. Pada

tahap perencanaan diperlukan kerjasama antar tim dan tidak lupa melibatkan
71

klien dan keluarganya. Pada kasus 1 dan 2 implementasi ditujukan untuk

menurunkan hipertemi, dengan intervensi sebagai berikut observasi suhu tubuh

klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, anjurkan keluarga

untuk memberikan minum yang cukup,anjurkan keluarga untuk memakaikan

pakaian tipis yang dapat menyerap keringat seperti katun, beri kompres dengan

air hangat pada seluruh permukaan tubuh bila terjadi panas, dan kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Adapun tindakan yang dilakukan pada kasus satu maupun kasus dua

dengan diagnosa keperawatan

Contents
BAB I ......................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN .....................................................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang.............................................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .......................................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................Error! Bookmark not defined.
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................Error! Bookmark not defined.
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................Error! Bookmark not defined.
1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .....................Error! Bookmark not defined.
1.4.1 Metode.................................................................Error! Bookmark not defined.
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................Error! Bookmark not defined.
1.5 Tempat dan Waktu .....................................................Error! Bookmark not defined.
1.5.1 Waktu ...................................................................Error! Bookmark not defined.
1.5.2 Tempat .................................................................Error! Bookmark not defined.
1.6 Sistematika Penulisan .................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 2 .....................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN TEORI ...................................................................Error! Bookmark not defined.
2.1 Konsep Dasar Penyakit Demam Tifoid ........................Error! Bookmark not defined.
72

2.1.1 Pengertian ............................................................Error! Bookmark not defined.


2.1.2 Etiologi .................................................................Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Patofisiologi..........................................................Error! Bookmark not defined.
2.1.4 Tanda dan Gejala .................................................Error! Bookmark not defined.
Pemeriksaan Penunjang................................................Error! Bookmark not defined.
2.1.6 Komplikasi ............................................................Error! Bookmark not defined.
2.1.7 Penatalaksanaan ..................................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Kompres hangat tepid sponge ...................................Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Pengertian Tepid Sponge .....................................Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Tujuan Tepid Sponge............................................Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Manfaat Tepid Sponge .........................................Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Tehnik Tepid Sponge ...........................................Error! Bookmark not defined.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...........................Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Pengkajian ............................................................Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Diaagnosa Keperawatan ......................................Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan..........................Error! Bookmark not defined.
2.3.4 Tindakan Keperawatan ........................................Error! Bookmark not defined.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ..........................................Error! Bookmark not defined.
BAB 3 .....................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN KASUS ..................................................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Pengkajian ...................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Identitas ....................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Riwayat Keperawatan Sekarang ...............................Error! Bookmark not defined.
C.Riwayat Keperawatan ................................................Error! Bookmark not defined.
D. Riwayat Keperawatan Sebelumnya ..........................Error! Bookmark not defined.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga .....................................Error! Bookmark not defined.
F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan ..............Error! Bookmark not defined.
G. Genogram (3 Generasi) ............................................Error! Bookmark not defined.
H. Riwayat Nutrisi..........................................................Error! Bookmark not defined.
I. Observasi dan Pengkajian Fisik ..................................Error! Bookmark not defined.
1. Pernapasan................................................................Error! Bookmark not defined.
2. Kardiovaskular ...........................................................Error! Bookmark not defined.
3. Persyarafan ...............................................................Error! Bookmark not defined.
73

4. Genitourinaria ...........................................................Error! Bookmark not defined.


5. Pencernaan ...............................................................Error! Bookmark not defined.
6. Muskuloskeletal dan Integumen...............................Error! Bookmark not defined.
7. Penginderaan ............................................................Error! Bookmark not defined.
8. Endokrin ....................................................................Error! Bookmark not defined.
9. Aspek psikososial ......................................................Error! Bookmark not defined.
J. Data Penunjang..........................................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Rencana Keperawatan ................................................Error! Bookmark not defined.
3.4 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan .........................Error! Bookmark not defined.
Pengkajian Keperawatan Anak pada kasus II : ..................Error! Bookmark not defined.
A. Identitas ....................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Riwayat Keperawatan Sekarang ...............................Error! Bookmark not defined.
C.Riwayat Keperawatan ................................................Error! Bookmark not defined.
D. Riwayat Keperawatan Sebelumnya ..........................Error! Bookmark not defined.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga .....................................Error! Bookmark not defined.
F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan ..............Error! Bookmark not defined.
G. Genogram (3 Generasi) ............................................Error! Bookmark not defined.
H. Riwayat Nutrisi..........................................................Error! Bookmark not defined.
I. Observasi dan Pengkajian Fisik ..................................Error! Bookmark not defined.
1. Pernapasan................................................................Error! Bookmark not defined.
2. Kardiovaskular ...........................................................Error! Bookmark not defined.
3. Persyarafan ...............................................................Error! Bookmark not defined.
4. Genitourinaria ...........................................................Error! Bookmark not defined.
5. Pencernaan ...............................................................Error! Bookmark not defined.
6. Muskuloskeletal dan Integumen...............................Error! Bookmark not defined.
7. Penginderaan ............................................................Error! Bookmark not defined.
8. Endokrin ....................................................................Error! Bookmark not defined.
9. Aspek psikososial ......................................................Error! Bookmark not defined.
J. Data Penunjang..........................................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Rencana Keperawatan ................................................Error! Bookmark not defined.
3.4 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan .........................Error! Bookmark not defined.
74

BAB 4 .....................................................................................Error! Bookmark not defined.


PEMBAHASAN .......................................................................Error! Bookmark not defined.
4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................Error! Bookmark not defined.
4.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................Error! Bookmark not defined.
4.3 Perencanaan Keperawatan .........................................Error! Bookmark not defined.
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ..........................................Error! Bookmark not defined.
4.5 Evaluasi Keperawatan .................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 5 .....................................................................................Error! Bookmark not defined.
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan..................................................................Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ...........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .................................................................Error! Bookmark not defined.

hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi dari reaksi bakteri adalah

melakukan observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum klien,

memberikan kompres hangat dengan metode tepid sponge, menganjurkan

klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat,

menganjurkan minum yang cukup, menganjurkan tirah baring total,

melakukan tindakan kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.

5. Evaluasi Keperawatan

Pada evaluasi ditemukan bahwa pada kasus satu maupun kasus dua

masalah utama hipertermi. Pada kasus satu masalah dapat teratasi 3x24jam

dengan rata – rata penurunan suhu setelah dilakukan kompres hangat tepid

sponge ±1,03oC sedangkan pada kasus dua masalah hipertermi dapat

tertasi dalam waktu 2x24 jam dengan rata – rata penurunan suhu setelah

dilakukan kompres hangat tepid sponge ±0,9oC setelah klien menjalani

perawatan di rumah sakit. Hal ini didukung adanya kerjasama yang baik
75

antara klien, perawat dan tim kesehatan yang lain serta keterlibatan

keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

6. Dokumentasi Keperawatan

Pendokumentasian dalam asuhan keperawatan ini disesuaikan dengan

kronologis waktu, kriteria, dalam format perencanaan keperawatan yang

terdiri dari diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

serta dalam format catatan perkembangan klien.

5.2 Saran
1. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga atau orang tua lebih memperhatikan lagi

hygine makanan yang akan dikonsumsi oleh anaknya dan lebih

memperhatikan anaknya agar tidak jajan sembarang serta

membiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan.

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti selanjutkan diharapkan dapat meneliti dan

memperdalam identifikasi mengenai pentingnya diit, dan tirah baring

total 7 hari bebas panas pada kasus demam tifoid.

3. Profesi Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu kesabaran dan

pendekatan yang baik serta terus-menerus dalam menciptakan situasi

saling percaya antara perawat, klien dan keluraga.


76

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2011). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser.

2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Dinkes Jatim.2013. Buku Saku Kesehatan Tahun 2013. Surabaya; Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Harian Umum Pelita, 2013, http://www.pelita.or.id/baca.php?id=59857 diakses

tanggal 17 Juli 2016 pkl 21.00

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Kesehatan Anak. Jadwal Imunisasi 2010

[Internet]. Available from: http://kesehatananakku.com/jadwal-imunisasi-

2010.html

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi

Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta EGC.

Potter and Perry, C.M., Hien, T.T., Dougan, G., et al. 1999. Typhoid fever.

Dalam: The New England Journal of Medicine. : 1770-1782.

Potter, P.A, Perry, A.G.2002.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata

Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
77

Rubenfeld and Schaefer. 1999. Asuhan Keperawatan: Gangguan Sistem

Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika

Samekto, Widiastuti., 2001, Demam Tifoid, Semarang: Universitas Diponegoro.

Smeltzer, Suzanne. C, Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikel

Bedah (8 Edition), Jakarta: EGC

Suriadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Soedarto. 2009. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosis dan

Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.

Tjipto, B.W., Lusi Kristina, dan Ristrini. (2009). Kajian Faktor Pengaruh

Terhadap Penyakit Demam Tifoid pada Balita Indonesia. Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan 12(4): 313-340. Tersedia dalam <

http://portalgaruda.org/download_article.php?article=80673> [ Diakses

tanggal 7 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB].

Widodo, D. Demam tifoid.2006.Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III

Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Widodo, Djoko. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid III.

Jakarta: Internal Publishing.

Widagdo. 2011. Masalah Dan Tata Laksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:

Sagung Seto.
78
79

DAFTAR ISI
80

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................................................i

HALAMAN SAMPUL DALAM ...............................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................v-vi

DAFTAR ISI .....................................................................................................................vii-x

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................................xi

DAFTAR ARTI LAMBANG , SINGKATAN DAN ISTILAH ........................................................xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................................... 5
1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 6
1.4.1 Metode............................................................................................................... 6
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 6
1.5 Tempat dan Waktu ................................................................................................... 8
1.5.1 Waktu ................................................................................................................. 8
1.5.2 Tempat ............................................................................................................... 8
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit Demam Tifoid .................................................................... 10
2.1.1 Pengertian ........................................................................................................ 10
2.1.2 Etiologi ............................................................................................................. 11
2.1.3 Patofisiologi...................................................................................................... 12
2.1.4 Tanda dan Gejala ............................................................................................. 15
vii
Pemeriksaan Penunjang............................................................................................ 16
2.1.6 Komplikasi ........................................................................................................ 17
2.1.7 Penatalaksanaan .............................................................................................. 19
81

2.2 Kompres hangat tepid sponge ............................................................................... 20


2.2.1 Pengertian Tepid Sponge ................................................................................. 20
2.2.2 Tujuan Tepid Sponge........................................................................................ 21
2.2.3 Manfaat Tepid Sponge ..................................................................................... 21
2.2.4 Tehnik Tepid Sponge ....................................................................................... 21
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ....................................................................... 23
2.3.1 Pengkajian ........................................................................................................ 23
2.3.2 Diaagnosa Keperawatan .................................................................................. 32
2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................... 33
2.3.4 Tindakan Keperawatan .................................................................................... 36
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 36
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ............................................................................................................... 38
A. Identitas ................................................................................................................ 38
B. Riwayat Keperawatan Sekarang ........................................................................... 38
C.Riwayat Keperawatan ............................................................................................ 39
D. Riwayat Keperawatan Sebelumnya ...................................................................... 39
E. Riwayat Kesehatan Keluarga ................................................................................. 39
F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan .......................................................... 40
G. Genogram (3 Generasi) ........................................................................................ 40
H. Riwayat Nutrisi...................................................................................................... 41
I. Observasi dan Pengkajian Fisik .............................................................................. 41
1. Pernapasan............................................................................................................ 41
2. Kardiovaskular ....................................................................................................... 41
3. Persyarafan ........................................................................................................... 41
4. Genitourinaria ....................................................................................................... 42
5. Pencernaan ........................................................................................................... 42
6. Muskuloskeletal dan Integumen........................................................................... 42
7. Penginderaan ........................................................................................................ 42
viii
8. Endokrin ................................................................................................................ 43
9. Aspek psikososial .................................................................................................. 43
J. Data Penunjang...................................................................................................... 43
82

3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 44


3.3 Rencana Keperawatan ............................................................................................ 46
3.4 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 47
Pengkajian Keperawatan Anak pada kasus II : .............................................................. 50
A. Identitas ................................................................................................................ 50
B. Riwayat Keperawatan Sekarang ........................................................................... 50
C.Riwayat Keperawatan ............................................................................................ 51
D. Riwayat Keperawatan Sebelumnya ...................................................................... 51
E. Riwayat Kesehatan Keluarga ................................................................................. 52
F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan .......................................................... 52
G. Genogram (3 Generasi) ........................................................................................ 52
H. Riwayat Nutrisi...................................................................................................... 53
I. Observasi dan Pengkajian Fisik .............................................................................. 53
1. Pernapasan............................................................................................................ 53
2. Kardiovaskular ....................................................................................................... 53
3. Persyarafan ........................................................................................................... 54
4. Genitourinaria ....................................................................................................... 54
5. Pencernaan ........................................................................................................... 54
6. Muskuloskeletal dan Integumen........................................................................... 54
7. Penginderaan ........................................................................................................ 54
8. Endokrin ................................................................................................................ 55
9. Aspek psikososial .................................................................................................. 55
J. Data Penunjang...................................................................................................... 55
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 55
3.3 Rencana Keperawatan ............................................................................................ 57
3.4 Tindakan dan Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 59
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................................ 62
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 66
ix
4.3 Perencanaan Keperawatan ..................................................................................... 67
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ...................................................................................... 67
4.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................................. 68
83

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 70
5.2 Saran ....................................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 76
LAMPIRAN.........................................................................................................................78

Anda mungkin juga menyukai