Anda di halaman 1dari 37

Abses Peritonsil

Oleh : Anak Agung Derisna C.S, S. Ked (105070107111022)


Pembimbing : dr. Soehartono , Sp.THT-KL
Identitas

 Nama : Tn. J.
 Umur : 42 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Desa Purwosekar RT 3/ RW 2 Tajinan Malang
 Suku Bangsa : Jawa
 Agama : Islam
 Status perkawinan : Menikah
 Pendidikan : SD sederajat
 Pekerjaan : Tani
 No. Register : 112118xxx
 Tgl pemeriksaan : 22 Januari 2015
Anamnesa

 Keluhan Utama : Dikonsulkan oleh TS EM dengan OJNA e.c suspect KNF.


 Anamnesa Khusus :
Pasien mengeluh pipi kanan bengkak sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya, sakit gigi kanan
atas dan bawah 6 hari yang lalu. Sulit menelan karena sakit sejak 2 hari, tidak bisa makan,
hanya minum air putih (dipaksakan), sulit membuka mulut (+), terasa asin di mulut (-), napas
terasa berat sejak 2 hari yang lalu.
Leher sebelah semakin membesar dan terasa nyeri (+) D/, nyeri tekan (+) pipi D/, air liur
semakin banyak (+), makan-minum lancar (-), demam (+), batuk (-), pilek (-), sering bersin-
bersin (-), sesak nafas (-), keluhan telinga (-), keluhan hidung (-).
‘CONT

 Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat sakit gigi sebelumnya (+),riwayat HT (-), riwayat DM (-).
 Riwayat Alergi:
Disangkal.
 Riwayat Pengobatan:
Saat sakit gigi pasien sempat meminum obat warung merk puyer 38 sebanyak 2x1 tetapi
tidak ada perbaikan, minum jamu (-).
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Anggota keluarga lainnya tidak ada yang memiliki kelainan dan keluhan serupa.
 Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien bekerja sebagai seorang buruh tani dengan penghasilan yang cukup. Pasien tinggal
serumah bersama 5 orang anggota keluarga. Merokok (+), minum kopi (+), olahraga (-).
Anamnesis Umum THT

Telinga Hidung Tenggorok Laring


Korek Telinga: -/- Rinore: -/- Sukar menelan: + Suara parau: -
Gatal: -/- Hidung buntu: -/ - Sakit menelan: + Afonia: -
Nyeri Telinga: -/- Bersin: - Trismus: + Sesak nafas: -
Bengkak: -/- Berbau: -/- Badan panas: + Rasa sakit: -
Otore: -/- Mimisen: -/- Ptyalismus: + Rasa mengganjal: -
Tuli: -/- Nyeri hidung: -/- Rasa mengganjal: -
Tinnitus: -/- Suara sengau: - Rasa berlendir: +
Vertigo: - Rasa kering: -
Mual: -
Muntah : -
Mau Jatuh: -
Muka Menceng: -/-
Status Praesens (22 Januari 2015)
Status Generalis

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang, higenitas cukup baik, kesan gizi cukup
 Kesadaran : Compos Mentis
 Anemi :-
 Sianosis :-
 Ikterus :-
 Edema :-
 Tensi : 120/80 mmHg
 Nadi : 90 kali/menit, regular, kuat amgkat
 RR : 20 kali/menit
 Suhu axilla : 38,7oC
Status Lokalis THT (22 Januari 2015)
Pembengkakan preaurikular : -/-
Fistelauris congenital : -/-
Nyeri tekan : -/-
MAE
Hiperemi : -/-
Telinga Edema
Penyempitan
: -/-
: -/-
Furunkel : -/-
Fistel : -/-
Sekret, sifat :-/-
Polip : -/-
Kolesteatoma : -/-
Foetor : -/-
Membran timpani
Intak : +/+
N/retraksi/bombans: normal / normal
Warna : bening
Perforasi :-/-
Pulsasi :-/-
Reflek cahaya : +/+
Hiperemi : -/-
‘CONT
Deformitas : -/-
Hematoma : -/-
Krepitasi : -/-
Nyeri : -/-
Rhinoskopi anterior
Deviasi septum nasi : -/-
Hidung
Concha nasalis edema : -/-
Mukosa hiperemia : -/-
Kavum nasi
Melebar : -/-
Massa : -/-
Sekret : -/-
Foetor : -/-
Krusta : -/-
Fenomena Palatum Molle : sde
Rhinoskopi posterior
Septum nasi : tde
Kauda konka : tde
Meatus nasi : tde
Atap nasofaring : tde
Post nasal drip : tde
Transiluminasi : tde
‘CONT

Palatum mole :N
Uvula : di tengah
Tonsil : T3/T2
Tenggorok Hiperemia : +/+
Edema : +/+
Detritus :-/-
Kripta melebar :-/-
Faring
Trismus :+
(2 jari bekas insisi peritonsil + pus + 3 cc)
Edema :-
T3 T2 Granula : -
Hiperemia :-
Lendir :-
Ptyalismus : + (berkurang)
Pungsi pus bercampur dengan darah (20
cc)
Laring Regio Colli

Laringoskopi indirek
Hipofaring :-
Epiglotis : hiperemi (-) edema (-)
Pembesaran kelenjar getah bening : + (regio II dextra)
Supraglotis :-
Edema : +/-
Korda vokalis :
Hiperemia : +/-
Edema : (-)
Nyeri : +/-
Massa : (-)
Gerak : simetris
add +/+ abd +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Foto
Lengkap Radiologi
RESUME
RESUME ‘CONT
Diagnosa Kerja

Abses peritonsil D/
Azotemia pre renal dt dehidrasi
Elektrolit imbalance dt low intake
Rencana
Dx Tx Mo Ed
Tunggu hasil kultur • IVFD NS 0,9% 20 tpm Subyektif, tanda Mengedukasi
+ GD I/II • Inf. Ciprofloxacin 2 x vital, tanda OJNA kepada pasien
400 mg tentang penyakit
• Inf. Metronidazole 3 yang diderita
x 500 mg pasien, komplikasi
• Inj. Gentamisin 1 x yang mungkin
160 mg terjadi, rencana
• Inj. Ketolorac 3 x 30 tatalaksana pada
mg pasien dan
• Inj. Ranitidin 2 x 50 prognosis dari
mg penyakit yang
• Diet lunak TKTP diderita.
• Posisi tidur datar
Tinjauan Pustaka
ABSES PERITONSIL (QUINSY)

Oleh: Anak Agung Derisna C.S, S.Ked (105070107111022)


Definisi

o Abses peritonsil atau Quinsy merupakan suatu infeksi akut yang


diikuti dengan terkumpulnya pus pada jaringan ikat longgar antara
m.konstriktor faring dengan tonsil pada fosa tonsil. Infeksi ini
menembus kapsul tonsil (biasanya pada kutub atas).
o Abses peritonsil merupakan infeksi pada tenggorok yang seringkali
merupakan komplikasi dari tonsilitis akut.
o Abses peritonsil atau Quinsy adalah suatu infeksi akut dan berat di
daerah orofaring. Abses peritonsil merupakan kumpulan pus yang
terlokalisir pada jaringan peritonsil yang umumnya merupakan
komplikasi dari tonsilitis akut berulang atau bentuk abses dari
kelenjar Weber pada kutub atas tonsil.
Epidemiologi

Abses peritonsil adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian
kepala dan leher. Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namun
paling sering terjadi pada umur 20-40. Pada anak-anak jarang terjadi kecuali pada
mereka yang menurun sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi
jalan nafas yang signifikan pada anak-anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang sama
antara laki-laki dan perempuan. Di Amerika insiden tersebut kadang-kadang
berkisar 30 kasus per 100.000 orang per tahun, kemungkinan hampir 45.000 kasus
setiap tahun.
ETIOLOGI

Komplikasi tonsilitis akut

Penyebab=kuman penyebab tonsilitis

Kuman aerob dan anerob


Kuman aerob Kuman anaerob
• Streptococcus pyogens (Group A Beta- • Fusobacterium
hemolitik streptococcus) • Prevotella
• Staphylococcus aureus • Porphyromonas
• Haemophilus influenzae • Peptostreptococcus

Virus
• Epstein-Barr
• Adenovirus
• Influenza A
• Influenza B
• Herpes Simplex
• Parainfluenza
PATOLOGI
PATOLOGI ‘CONT
GEJALA DAN TANDA KLINIS

 Onset gejala abses peritonsil biasanya dimulai sekitar 3-5 hari sebelum pemeriksaan dan diagnosis
 Rasa sakit di tenggorokan
 Rasa nyeri terlokalisir, demam tinggi (sampai 40 derajat selsius), lemah, dan mual
 Odinofagia
 Ptialismus (hipersalivasi)  tidak dapat mengatasi sekresi lidah
 Suara sengau (rinolalia)
 Mulut berbau (foetor ex ore)
 Muntah (regugirtasi)
 Otalgia  nyeri alih telinga
 Trismus  infeksi meluas ke otot-otot pterigoid
 Kesulitan berbicara (hot potato’s voice)  penderita berusaha mengurangi rasa nyeri saat membuka
mulut; penebalan pada suara
‘CONT

 Pemeriksaan tonsil: pembengkakan unilateral. Bila terjadi pembengkakan secara


bersamaan, gejala sleep apnea dan obstruksi jalan nafas akan lebih berat
 Tanda-tanda dehidrasi
 Pembengkakan serta nyeri kelenjar sevikal/servikal adenopati
 Pembengkakan pada daerah peritonsilar
 Pembengkakan glandula submandibula dengan nyeri tekan
DIAGNOSIS

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
ANAMNESIS

 Riwayat pasien mengalami nyeri tenggorokan


 Riwayat adanya faringitis akut
 Riwayat adanya tonsilitis akut
 Riwayat rasa kurang nyaman pada pharingeal unilateral
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Aspirasi jarum (needle aspiration)


 Nasofaringoskopi dan laringoskopi
 DL, SE, Kultur darah
 Tes Monospot
 Throat culture atau throat swab
 Plain radiographs
 CT scan
 Peripheral Rim Enhancement Ultrasound
Needle Aspiration
DIAGNOSIS BANDING

 Abses retrofaring
 Abses parafaring
 Abses submandibula
 Angina ludovici
TERAPI

 Anti mikroba dosis tinggi


Drug of choice: Penicillin dikombinasikan dg Metronidazole
Dosis untuk penisilin pada dewasa adalah 600 mg IV tiap 6 jam selama 12-24 jam, dan
anak 12.500-25.000 U/Kg tiap 6 jam. Metronidazole dosis awal untuk dewasa 15 mg/kg
dan dosis penjagaan 6 jam setelah dosis awal dengan infus 7,5 mg/kg selama 1 jam
diberikan selama 6-8 jam dan tidak boleh lebih dari 4 gr/hari.
 Simptomatik
 Kumur-kumur air hangat
 Kompres dingin pada leher
 Pungsi dan aspirasi disertai antibiotika parenteral pada daerah abses
‘CONT

Insisi Abses Peritonsil

 Insisi dan mengeluarkan nanah disertai pemberian antibiotika secara parenteral atau per
oral
Tempat insisi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan
garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir. Intraoral incision
dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa overlying abses, biasanya diletakkan di
lipatan supratonsillar.
 Bila trismus  analgesia lokal dengan injeksi Novocaine atau Xylocaine 1 % di ganglion
sfenopalatina/sfenopalatum.
‘CONT

 Pasien dianjurkan operasi tonsilektomi


 Awal: tonsilektomi “a” chaud
 3-4 hari sesudah drainase abses: tonsilektomi “a” tiede Tonsilektomi
 4-6 minggu sesudah drainase abses: tonsilektomi “a” froid
 Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2-3 minggu sesudah drainase abses.
 Tonsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang yang menderita abses peritonsil berulang atau
abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya. Abses peritonsil mempunyai kecenderungan besar
untuk kambuh.

 Pemberian steroid
Dosis tunggal intravenous Dexamethasone.
KOMPLIKASI
 Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru, atau piemia.

 Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. Kemudian dapat terjadi
penjalaran ke mediastinum menimbulkan mediastinitis.

 Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan thrombus sinus kavernosus, meningitis, dan abses
otak.

 Sekuele post streptokokus seperti glomerulonefritis dan demam rheumatik apabila bakteri penyebab infeksi adalah
Streptococcus Group A.

 Kematian walaupun jarang dapat terjadi akibat perdarahan atau nekrosis septik ke selubung karotis atau carotid
sheath.

 Peritonsilitis kronis dengan aliran pus yang berjeda.

 Akibat tindakan insisi pada abses, terjadi perdarahan pada arteri supratonsilar.
PROGNOSIS

 Abses peritonsil merupakan penyakit yang jarang menyebabkan kematian kecuali jika
terjadi komplikasi berupa abses pecah spontan dan menyebabkan aspirasi ke paru.
Selain itu komplikasi ke intrakranial juga dapat membahayakan nyawa pasien.
 Abses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi, maka
ditunda sampai 6 minggu berikutnya. Pada saat tersebut peradangan telah mereda,
biasanya terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada saat operasi.

Anda mungkin juga menyukai