Nama : Tn. J.
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Purwosekar RT 3/ RW 2 Tajinan Malang
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD sederajat
Pekerjaan : Tani
No. Register : 112118xxx
Tgl pemeriksaan : 22 Januari 2015
Anamnesa
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, higenitas cukup baik, kesan gizi cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Anemi :-
Sianosis :-
Ikterus :-
Edema :-
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit, regular, kuat amgkat
RR : 20 kali/menit
Suhu axilla : 38,7oC
Status Lokalis THT (22 Januari 2015)
Pembengkakan preaurikular : -/-
Fistelauris congenital : -/-
Nyeri tekan : -/-
MAE
Hiperemi : -/-
Telinga Edema
Penyempitan
: -/-
: -/-
Furunkel : -/-
Fistel : -/-
Sekret, sifat :-/-
Polip : -/-
Kolesteatoma : -/-
Foetor : -/-
Membran timpani
Intak : +/+
N/retraksi/bombans: normal / normal
Warna : bening
Perforasi :-/-
Pulsasi :-/-
Reflek cahaya : +/+
Hiperemi : -/-
‘CONT
Deformitas : -/-
Hematoma : -/-
Krepitasi : -/-
Nyeri : -/-
Rhinoskopi anterior
Deviasi septum nasi : -/-
Hidung
Concha nasalis edema : -/-
Mukosa hiperemia : -/-
Kavum nasi
Melebar : -/-
Massa : -/-
Sekret : -/-
Foetor : -/-
Krusta : -/-
Fenomena Palatum Molle : sde
Rhinoskopi posterior
Septum nasi : tde
Kauda konka : tde
Meatus nasi : tde
Atap nasofaring : tde
Post nasal drip : tde
Transiluminasi : tde
‘CONT
Palatum mole :N
Uvula : di tengah
Tonsil : T3/T2
Tenggorok Hiperemia : +/+
Edema : +/+
Detritus :-/-
Kripta melebar :-/-
Faring
Trismus :+
(2 jari bekas insisi peritonsil + pus + 3 cc)
Edema :-
T3 T2 Granula : -
Hiperemia :-
Lendir :-
Ptyalismus : + (berkurang)
Pungsi pus bercampur dengan darah (20
cc)
Laring Regio Colli
Laringoskopi indirek
Hipofaring :-
Epiglotis : hiperemi (-) edema (-)
Pembesaran kelenjar getah bening : + (regio II dextra)
Supraglotis :-
Edema : +/-
Korda vokalis :
Hiperemia : +/-
Edema : (-)
Nyeri : +/-
Massa : (-)
Gerak : simetris
add +/+ abd +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Foto
Lengkap Radiologi
RESUME
RESUME ‘CONT
Diagnosa Kerja
Abses peritonsil D/
Azotemia pre renal dt dehidrasi
Elektrolit imbalance dt low intake
Rencana
Dx Tx Mo Ed
Tunggu hasil kultur • IVFD NS 0,9% 20 tpm Subyektif, tanda Mengedukasi
+ GD I/II • Inf. Ciprofloxacin 2 x vital, tanda OJNA kepada pasien
400 mg tentang penyakit
• Inf. Metronidazole 3 yang diderita
x 500 mg pasien, komplikasi
• Inj. Gentamisin 1 x yang mungkin
160 mg terjadi, rencana
• Inj. Ketolorac 3 x 30 tatalaksana pada
mg pasien dan
• Inj. Ranitidin 2 x 50 prognosis dari
mg penyakit yang
• Diet lunak TKTP diderita.
• Posisi tidur datar
Tinjauan Pustaka
ABSES PERITONSIL (QUINSY)
Abses peritonsil adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian
kepala dan leher. Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namun
paling sering terjadi pada umur 20-40. Pada anak-anak jarang terjadi kecuali pada
mereka yang menurun sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi
jalan nafas yang signifikan pada anak-anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang sama
antara laki-laki dan perempuan. Di Amerika insiden tersebut kadang-kadang
berkisar 30 kasus per 100.000 orang per tahun, kemungkinan hampir 45.000 kasus
setiap tahun.
ETIOLOGI
Virus
• Epstein-Barr
• Adenovirus
• Influenza A
• Influenza B
• Herpes Simplex
• Parainfluenza
PATOLOGI
PATOLOGI ‘CONT
GEJALA DAN TANDA KLINIS
Onset gejala abses peritonsil biasanya dimulai sekitar 3-5 hari sebelum pemeriksaan dan diagnosis
Rasa sakit di tenggorokan
Rasa nyeri terlokalisir, demam tinggi (sampai 40 derajat selsius), lemah, dan mual
Odinofagia
Ptialismus (hipersalivasi) tidak dapat mengatasi sekresi lidah
Suara sengau (rinolalia)
Mulut berbau (foetor ex ore)
Muntah (regugirtasi)
Otalgia nyeri alih telinga
Trismus infeksi meluas ke otot-otot pterigoid
Kesulitan berbicara (hot potato’s voice) penderita berusaha mengurangi rasa nyeri saat membuka
mulut; penebalan pada suara
‘CONT
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
ANAMNESIS
Abses retrofaring
Abses parafaring
Abses submandibula
Angina ludovici
TERAPI
Insisi dan mengeluarkan nanah disertai pemberian antibiotika secara parenteral atau per
oral
Tempat insisi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan
garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir. Intraoral incision
dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa overlying abses, biasanya diletakkan di
lipatan supratonsillar.
Bila trismus analgesia lokal dengan injeksi Novocaine atau Xylocaine 1 % di ganglion
sfenopalatina/sfenopalatum.
‘CONT
Pemberian steroid
Dosis tunggal intravenous Dexamethasone.
KOMPLIKASI
Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru, atau piemia.
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. Kemudian dapat terjadi
penjalaran ke mediastinum menimbulkan mediastinitis.
Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan thrombus sinus kavernosus, meningitis, dan abses
otak.
Sekuele post streptokokus seperti glomerulonefritis dan demam rheumatik apabila bakteri penyebab infeksi adalah
Streptococcus Group A.
Kematian walaupun jarang dapat terjadi akibat perdarahan atau nekrosis septik ke selubung karotis atau carotid
sheath.
Akibat tindakan insisi pada abses, terjadi perdarahan pada arteri supratonsilar.
PROGNOSIS
Abses peritonsil merupakan penyakit yang jarang menyebabkan kematian kecuali jika
terjadi komplikasi berupa abses pecah spontan dan menyebabkan aspirasi ke paru.
Selain itu komplikasi ke intrakranial juga dapat membahayakan nyawa pasien.
Abses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi, maka
ditunda sampai 6 minggu berikutnya. Pada saat tersebut peradangan telah mereda,
biasanya terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada saat operasi.