Inulin adalah fruktan yang mudah larut dan dapat difermentasi, yang tidak
dapat dicerna oleh α-amilase atau enzim hidrolitik lainnya di bagian atas saluran
usus (Villegas dan Costell, 2007). Inulin sebagai prebiotik dapat meningkatkan
pertumbuhan Bifidobacterium adolesentis, Bifidobacterium infantis,
Bifidobacterium breve, Bifidobacterium longum, Lactobacillus plantarum,
Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus delbruechii dan
dapat menghambat pertumbuhan E.coli dan Clostridia. Pengaruh inulin terhadap
bifidobakteria dan lactobacilli tergantung pada derajad polimerisasinya (Pompei
et al., 2008).
Selain itu, fermentasi serat larut air akan menghasilkan asam lemak rantai
pendek (Short Chain Fatty Acid, SCFA) seperti asetat, propionate, dan butirat.
SCFA akan berkompetisi dengan asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA)
(Lattimer dan Haub, 2010). Peningkatan SCFA juga akan menurunkan produksi
glukosa hepar dan memperbaiki homeostasis lipid. G Protein Coupled reseptor
(GPR-41) dan GPR-43 merupakan target langsung dari SCFA. SCFA
menstimulasi adipogenesis melalui GPR43. Serat larut air dihubungkan dengan
tingginya adiponektin plasma yang merupakan sinyal starvasi perifer yang dapat
memicu penyimpanan trigliserida di jaringan adiposa sehingga menurunkan
akumulasinya di liver dan otot skelet dan memperbaiki sensitivitas insulin
(Weickert dan Pfeiffer, 2008).
Karagenan sebagai sumber nutrisi yang baik untuk diet serat (dietary
fiber) terutama bagi penderita diabetes melitus, karena senyawa karagenan
memiliki efek hipoglikemik. Karagenan dapat menurunkan keterdapatan
(availability) glukosa disirkulasi dengan cara menghambat penyerapan glukosa di
proksimal usus halus sehingga dapat mengurangi kadar glukosa post prandial.
26
Dengan demikian, efek hipoglikemik dari karagenan rumput laut sangat berguna
untuk mencegah dan mengelola kondisi metabolik pada pasien diabetes melitus
(Panlasigui et al., 2003).
Berdasarkan uraian pola pikir di atas, maka penelitian ini disusun atas 2
tahapan yang bertujuan untuk mengetahui potensi kapsul konjac glukomanan
yang diperkaya serat dari inulin dan karagenan terhadap diabetes tipe 2 secara
in vivo.
Tahap kedua pada penelitian ini yaitu pengujian potensi kapsul glukomanan
porang (Amorphophallus muelleri Blume) yang diperkaya serat dari inulin dan
karagenan serta mocaf (sebagai filler) terhadap diabetes tipe 2 secara in vivo.
Variabel bebas dalam tahap 2 adalah dosis kapsul glukomanan porang
(Amorphophallus muelleri Blume) yang diperkaya serat dari inulin dan karagenan
dengan kontrol pembanding menggunakan kapsul porang (Amorphophallus
muelleri Blume) dan obat metformin. Adapun variabel terikat meliputi kadar
glukosa darah puasa, berat badan tikus, total kolesterol, HDL, LDL, SOD, MDA,
hispatologi dan Imunohistokimia pankreas, hispatologi liver, SGOT, dan SGPT.
Adapun skema konsep penelitian dan skema operasional penelitian ditunjukkan
pada Gambar 5 dan 6.
28
Porang
Porang
(Amorphophallus
(Amorphophallus
mulleri Blume)
mulleri Blume)
Tepung Glukomanan
Tepung Glukomanan
Porang
Porang
Kapsul glukomanan
Inulin Karagenan Kapsul glukomanan
Inulin Karagenan porang (GP)
porang (GP)
Glukomanan Porang
diperkaya serat inulin
Analisa :
dan karagenan (GPIK)
Serat larut, WAC
dengan mocaf (sebagai
filler)
maserasi
Diperoleh data
kadar glukosa darah puasa, berat badan tikus, total kolesterol, HDL,
LDL, SOD, MDA, hispatologi dan Imunohistokimia pankreas,
hispatologi liver, SGOT, dan SGPT
3.3 Hipotesis