Anda di halaman 1dari 7

24

BAB III. LANDASAN TEORI

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Penelitian tentang tepung glukomanan porang telah dilakukan, yaitu


terhadap diabetes dan dislipidemia. Penelitian in vivo pada tikus Diabetes
Mellitus diinduksi dengan diet tinggi kolesterol dan streptozotosin dosis 35 mg/kg
BB secara intravena serta diberi suplementasi diet 15 % glukomanan.
Didapatkan penurunan kadar glukosa darah dan lipoprotein yang mendukung
bahwa asupan tinggi serat dari glukomanan dapat mencegah pembentukan
atheroma pada tikus DM (Hozumi et al., 1995).

Penelitian Doi (1981) di Jepang dilakukan pada 24 subyek normal dan 21


subyek DM yang diberikan diet 3,9 gram glukomanan didapatkan hasil rerata
kadar glukosa darah pada subyek yang mendapat suplemen glukomanan
menurun secara signifikan dibandingkan kontrol pada menit ke-90 (85.9±4.9
mg/dl dibandingkan 112.2±11.7 mg/dl, p < 0.05). Pada tes toleransi glukosa
subyek normal didapatkan rerata kadar glukosa darah menurun secara signifikan
dibandingkan kontrol pada menit ke 30, 60, 120 dan 180. Kadar insulin serum
juga menurun secara signifikan dibandingkan kontrol pada menit ke 30, 60, dan
90. Sedangkan tes toleransi glukosa yang dilakukan pada subyek dengan DM
tipe 2 didapatkan rerata kadar glukosa darah menurun secara signifikan
dibandingkan kontrol subyek normal pada menit ke 30 dan 60.

Pemberian suplemen konjac glukomanan 3,6 gram/hari kepada pasien


diabetes tipe 2 selama 28 hari menunjukkan bahwa adanya penurunan kolesterol
plasma 11,1%, kolesterol LDL sebesar 20,7%, perbandingan total kolesterol dan
HDL sebesar 15,6%. Selain itu, suplemen konjac glukomanan mengurangi kadar
glukosa tinggi pada pasien diabetes. Konjac glukomanan dapat digunakan
sebagai suplemen untuk pengobatan pasien diabetes dengan hiperlipidemia
(Chen et al., 2003). Sedangkan Sood et al. (2008) melakukan penelitian dari
tahun 1984 sampai 2007 menyimpulkan bahwa konjac glukomanan menurunkan
total kolesterol sebanyak -19,28mg/dl, kolesterol LDL -12,99mg/dl, trigliserida
-11,08mg/dl, berat badan -0,79kg dan gula darah puasa -7,44mg/dl, tetapi tidak
pada kolesterol HDL ataupun tekanan darah.
25

Inulin adalah fruktan yang mudah larut dan dapat difermentasi, yang tidak
dapat dicerna oleh α-amilase atau enzim hidrolitik lainnya di bagian atas saluran
usus (Villegas dan Costell, 2007). Inulin sebagai prebiotik dapat meningkatkan
pertumbuhan Bifidobacterium adolesentis, Bifidobacterium infantis,
Bifidobacterium breve, Bifidobacterium longum, Lactobacillus plantarum,
Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus delbruechii dan
dapat menghambat pertumbuhan E.coli dan Clostridia. Pengaruh inulin terhadap
bifidobakteria dan lactobacilli tergantung pada derajad polimerisasinya (Pompei
et al., 2008).

Selain itu, fermentasi serat larut air akan menghasilkan asam lemak rantai
pendek (Short Chain Fatty Acid, SCFA) seperti asetat, propionate, dan butirat.
SCFA akan berkompetisi dengan asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA)
(Lattimer dan Haub, 2010). Peningkatan SCFA juga akan menurunkan produksi
glukosa hepar dan memperbaiki homeostasis lipid. G Protein Coupled reseptor
(GPR-41) dan GPR-43 merupakan target langsung dari SCFA. SCFA
menstimulasi adipogenesis melalui GPR43. Serat larut air dihubungkan dengan
tingginya adiponektin plasma yang merupakan sinyal starvasi perifer yang dapat
memicu penyimpanan trigliserida di jaringan adiposa sehingga menurunkan
akumulasinya di liver dan otot skelet dan memperbaiki sensitivitas insulin
(Weickert dan Pfeiffer, 2008).

Karagenan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-


galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan
1,-4 glikosiklik. Setiap unit galaktosa mengikat gugusan sulfat. Karagenan
mempunyai kemampuan menyerap air sangat besar dan kuat dengan
membentuk gel atau larutan kental (Nugroho dan Purwaningsih, 2006).
Karagenan juga mampu menahan laju absorbsi glukosa dari saluran cerna
menuju pembuluh darah sehingga mampu menahan laju peningkatan glukosa
darah, oleh karena itu dapat digunakan sebagai obat antihiperglikemik pada
penderita diabetes melitus (Nugroho dan Purwaningsih, 2004).

Karagenan sebagai sumber nutrisi yang baik untuk diet serat (dietary
fiber) terutama bagi penderita diabetes melitus, karena senyawa karagenan
memiliki efek hipoglikemik. Karagenan dapat menurunkan keterdapatan
(availability) glukosa disirkulasi dengan cara menghambat penyerapan glukosa di
proksimal usus halus sehingga dapat mengurangi kadar glukosa post prandial.
26

Dengan demikian, efek hipoglikemik dari karagenan rumput laut sangat berguna
untuk mencegah dan mengelola kondisi metabolik pada pasien diabetes melitus
(Panlasigui et al., 2003).

Pengaturan diet sangat diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah


terutama pada penderita diabetes melitus. Beberapa penelitian dekade terakhir
ini menunjukkan efek fisiologis dietary fiber dapat memperbaiki atau
meningkatkan fungsi usus besar , menurunkan kadar kolesterol darah, dan dapat
menurunkan kadar glukosa darah post prandial. Efek fisiologis yang
menguntungkan dari diet serat (dietary fiber) antara lain, mengurangi waktu
transit di saluran pencernaan; memperlambat pengosongan lambung;
memperlama rasa kenyang; meningkatkan sekresi pankreas; menguntungkan
flora normal usus; meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek;
menurunkan kadar lipid serum; dan mengikat asam empedu. Efek serat dalam
memperlambat pengosongan lambung sangat menguntungkan untuk mencegah
terjadinya lonjakan kadar glukosa darah. Dengan efek serat ini, maka zat-zat
makanan dilepaskan secara perlahan-lahan ke dalam usus halus, sehingga
kadar glukosa darah akan meningkat secara perlahan-lahan (Gray, 2006).

Penelitian mengenai manfaat masing-masing dari glukomanan porang


(Amorphophallus muelleri Blume), inulin, dan karagenan untuk penyakit diabetes
melitus khususnya tipe 2 dan dislipidemia sudah dilakukan. Namun, belum ada
penelitian tentang glukomanan porang (Amorphophallus muelleri Blume) yang
diperkaya serat dari inulin dan karagenan serta mocaf (sebagai filler) sebagai
suplement anti diabetes khususnya diabetes tipe 2, maka perlu dilakukan
penelitian tersebut untuk menambah manfaat dari glukomanan porang
(Amorphophallus muelleri Blume).

3.2 Kerangka Operasional

Berdasarkan uraian pola pikir di atas, maka penelitian ini disusun atas 2
tahapan yang bertujuan untuk mengetahui potensi kapsul konjac glukomanan
yang diperkaya serat dari inulin dan karagenan terhadap diabetes tipe 2 secara
in vivo.

Penelitian tahap I yaitu dilakukan optimasi formulasi kapsul konjac


glukomanan yang diperkaya serat inulin dan karagenan dengan menggunakan
design expert RSM BBD (Box-Behnken Design). Optimasi dilakukan untuk
mengetahui formulasi yang optimum dari variabel bebas yaitu, glukomanan
27

porang (Amorphophallus muelleri Blume), inulin, karagenan, dan mocaf (sebagai


filler) terhadap variabel terikat yaitu, serat pangan (larut dan tidak larut) (Asp et.
al., 1983) dan Water Absorbtion Capacity (Witono et. al., 2014). Hasil formulasi
optimum kapsul glukomanan porang (Amorphophallus muelleri Blume) yang
diperkaya serat inulin dan karagenan serta mocaf (sebagai filler) digunakan
sebagai formulasi kapsul glukomanan porang (Amorphophallus muelleri Blume)
yang diperkaya serat inulin dan karagenan serta mocaf (sebagai filler) yang diuji
secara in vivo.

Tahap kedua pada penelitian ini yaitu pengujian potensi kapsul glukomanan
porang (Amorphophallus muelleri Blume) yang diperkaya serat dari inulin dan
karagenan serta mocaf (sebagai filler) terhadap diabetes tipe 2 secara in vivo.
Variabel bebas dalam tahap 2 adalah dosis kapsul glukomanan porang
(Amorphophallus muelleri Blume) yang diperkaya serat dari inulin dan karagenan
dengan kontrol pembanding menggunakan kapsul porang (Amorphophallus
muelleri Blume) dan obat metformin. Adapun variabel terikat meliputi kadar
glukosa darah puasa, berat badan tikus, total kolesterol, HDL, LDL, SOD, MDA,
hispatologi dan Imunohistokimia pankreas, hispatologi liver, SGOT, dan SGPT.
Adapun skema konsep penelitian dan skema operasional penelitian ditunjukkan
pada Gambar 5 dan 6.
28

Porang
Porang
(Amorphophallus
(Amorphophallus
mulleri Blume)
mulleri Blume)

Tepung Glukomanan
Tepung Glukomanan
Porang
Porang

Kapsul glukomanan
Inulin Karagenan Kapsul glukomanan
Inulin Karagenan porang (GP)
porang (GP)

Kapsul glukomanan porang


Kapsul glukomanan porang
diperkaya serat inulin dan
Sumber serat diperkaya serat inulin dan
Sumber serat karagenan (GPIK) dengan
karagenan (GPIK) dengan
mocaf (sebagai filler)
mocaf (sebagai filler)

Optimasi formulasi Kapsul


Optimasi formulasi Kapsul
Memiliki efek Menurunkan glukomanan porang
Memiliki efek Menurunkan glukomanan porang
hipoglikemik kolesterol diperkaya serat inulin dan
hipoglikemik kolesterol diperkaya serat inulin dan
karagenan (GPIK) dengan
karagenan (GPIK) dengan
mocaf (sebagai filler)
mocaf (sebagai filler)

Uji serat pangan dan (Water


Uji serat pangan dan (Water
Absorbtion Capacity)WAC
Absorbtion Capacity)WAC

Formulasi optimum Kapsul


Formulasi optimum Kapsul
glukomanan porang diperkaya
glukomanan porang diperkaya
serat inulin dan karagenan
serat inulin dan karagenan
(GPIK) dengan mocaf
(GPIK) dengan mocaf
(sebagai filler)
(sebagai filler)

Kapsul glukomanan porang


Kapsul glukomanan porang
diperkaya serat inulin dan
diperkaya serat inulin dan
karagenan (GPIK) dengan
karagenan (GPIK) dengan
mocaf (sebagai filler)
mocaf (sebagai filler)

Gambar 5. Skema konsep penelitian


29

Tahap I Optimasi formulasi Kapsul glukomanan porang diperkaya serat


inulin dan karagenan (GPIK) dengan mocaf (sebagai filler)

Tepung Glukomanan Porang

Bahan Tambahan Formulasi dengan


(Inulin, Karagenan, Pencampuran berbagai
dan Mocaf) menggunakan perbandingan
spatula

Glukomanan Porang
diperkaya serat inulin
Analisa :
dan karagenan (GPIK)
Serat larut, WAC
dengan mocaf (sebagai
filler)

Tahap II Pengujian In Vivo Kapsul glukomanan porang diperkaya serat


inulin dan karagenan (GPIK) dengan mocaf (sebagai filler)

Kapsul Glukomanan porang diperkaya serat inulin


dan karagenan (GPIK) dengan mocaf (sebagai filler)

maserasi

Pengujian in vivo pada tikus

Organ pankreas : Organ liver: Serum darah :


Hispatologi dan Hispatologi, Profil lipid, SOD
Imunohistokimia SGOT, dan SGPT dan MDA

Diperoleh data
kadar glukosa darah puasa, berat badan tikus, total kolesterol, HDL,
LDL, SOD, MDA, hispatologi dan Imunohistokimia pankreas,
hispatologi liver, SGOT, dan SGPT

Gambar 6. Skema operasional penelitian


30

3.3 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini antara lain:


a. Diduga formulasi optimum untuk pembuatan kapsul glukomanan porang
yang diperkaya serat dari inulin dan karagenan dengan mocaf (sebagai
filler) adalah 85%:10%:3%:2% untuk glukomanan
porang:inulin:karagenan:mocaf.
b. Diduga kapsul glukomanan porang yang diperkaya serat dari inulin dan
karagenan dengan mocaf (sebagai filler) berpotensi sebagai agen terapi
diabetes tipe 2 yang diuji secara in vivo.

Anda mungkin juga menyukai