Anda di halaman 1dari 4

Studi Glukomanan Sebagai Alternatif Pencegahan Diabet

(1)

Arum S.S(1,2), Fatchiyah(1,2), M.Sasmito Djati(1) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Brawijaya, Malang (2) Laboratorium Sentral Ilmu Hayati, Universitas Brawijaya, Malang

Abstrak

Diabetes merupakan suatu penyakit dimana kadar glukosa darah tinggi karena tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan insulin dalam jumlah yang cukup. Pemberian porang pada tikus diabet dapat menyebabkan terjadinya peningkatan level mRNA gen proinsulin. Porang merupakan umbi umbian yang mengandung glukomanan. Pemberian glukomanan dapat menyebabkan kadar glukosa menurun. Hal inilah yang ingin diuji oleh peneliti dengan mengamati pengaruh pemberian glukomanan terhadap jaringan hepar tikus diabetes mellitus dan mengamati keberadaan protein dalam insulin signaling dalam hal ini adalah protein Insulin reseptor substrat 1 (IRS-1) dan phosphatidilinositol 3 kinase (PI3K) dengan menggunakan metode imunohistokimia dan Hematoxilen Eosin. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui apakah ekspresi protein IRS 1 dan PI3K pada sel hepar tikus diabet meningkat dengan pemberian glukomanan. Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat semakin meningkatnya penderita diabetes di Indonesia dan melimpahnya sumber daya porang yang tersedia di Indonesia.Pada penelitian ini digunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar 3 bulan dengan berat rata-rata 160 g dibagi menjadi 6 kelompok yaitu : (1) kelompok 1 sebagai normal, (2) kelompok 2 tikus diabet, (3) kelompok 3 yaitu tikus normal dicekok tepung porang sebanyak 0.06g/kg BB porang, kelompok (4) tikus normal dicekok tepung porang sebanyak 0.12 g/kg BB porang , kelompok (5) tikus normal dicekok tepung porang sebanyak 0,06 g/kg BBs, kelompok (6) tikus normal dicekok tepung porang sebanyak 0,12 g/kg BB. Kemudian dilakukan pembedahan dan diambil organ hepar tikus. Jaringan hepar yang didapat kemudian dibuat preparat. Setelah itu dilakukan pengujian dengan pewarnaan hematoksilen eosin dan imunohistokima. Imunohistokimia dilakukan dengan antibodi primer IRS-1 dan PI3K sedangkan antibodi sekundernya adalah fluorescein-labeled Affinity Purified Antibody to rat IgG-goat. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa glukomanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar protein IRS 1 dan PI3K pada hepar tikus diabet. Kata kunci : diabet, gukomanan, porang dan tikus 1. Pendahuluan Saat ini diabetes mellitus menjadi masalah kesehatan yang paling penting di dunia. Pada tahun 2010 diestimasikan penderita diabetes dunia akan mencapai 220 juta jiwa dan pada tahun 2025 jumlah penderita akan meningkat lagi hingga mencapai tiga ratus juta jiwa (Kronenberg, et all., 2008). Diabetes khususnya diabetes tipe 1 adalah diabetes yang terjadi ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, gula menumpuk di dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel (Tandra, 2008). Insulin adalah hormon alami yang dibuat oleh pancreas. Pada pankreas terdapat pulau pulau langerhans yang memiliki sel sel beta yang mensekresikan insulin. Insulin yang disekresikan oleh sel sel beta pankreas disalurkan ke sel sel tubuh termasuk hati. Keberadaan insulin memungkinkan sel sel hepar untuk melakukan uptake glukosa dan mengubahnya menjadi glikogen (Campbell, 2003). Insulin Signaling pada sel hepar diawali dengan dtangkapnya insulin oleh insulin reseptor yang kemudian mengaktifkan IRS-1dan selanjutnya mengaktifkan PI3K

(Youngren, 2003). Pada diabet tipe 1, peningkatan kadar gula darah diakibatkan oleh penurunan produksi insulin di dalam tubuh oleh sel beta pankreas akibat adanya kerusakan pada pankreas. Menurut penelitian Nurmasari (2009) terjadi peningkatan level mRNA gen proinsulin pada tikus diabet dengan pemberian porang. Porang merupakan umbi umbian yang mengandung glukomanan. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh vuksan, et all (2000) dinyatakan bahwa pemberian glukomanan dapat menyebabkan kadar glukosa menurun. Kajian seperti ini disebut sebagai nutrigenomik. Nutrigenomik adalah studi mengenai interaksi antara nutrisi dengan genome yang dapat menghasilkan perubahan dalam ekspresi gen, struktur, dan fungsi protein dan metabolit lainnya (Subiah, 2008). Hal utama yang ingin diuji oleh peneliti adalah apakah glukomanan dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan diabetes dengan mengamati pengaruh pemberian glukomanan terhadap jaringan hepar tikus diabetes mellitus dan mengamati ekspresi protein dalam insulin signaling dalam hal ini adalah protein IRS-1 dan PI3K dengan menggunakan pewarnaan imunohistokimia dan Hematoxilen Eosin. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekspresi protein IRS-1 pada sel hepar tikus diabet meningkat dengan pemberian glukomanan dan mengetahui apakah ekspresi protein PI3K pada hepar tikus diabet meningkat dengan pemberian glukomanan. Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah dapat diketahuinya kemampuan glukomanan yang dapat diperoleh dari tanaman porang untuk menyembuhkan diabetes melitus. Jika hal tersebut terbukti maka kita dapat memanfaatkan porang yang banyak terdapat di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. 2. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2009 sampai Maret 2010 di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati dan Laboratorium Histologi Dasar Fakultas kedokteran , dan laboratorium biologi seluler dan molekuler Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. Pada penelitian ini digunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar 3 bulan dengan berat ratarata 160 g dibagi menjadi 6 kelompok yaitu : (1) kelompok 1 sebagai normal, (2) kelompok 2 tikus diabet, (3) kelompok 3 yaitu tikus normal dicekok tepung porang sebanyak 0.06g/kg BB porang, kelompok (4) tikus normal dicekok tepung porang sebanyak 0.12 g/kg BB porang , kelompok (5) tikus normal dicekok tepung porang sebanyak 0,06 g/kg BB, kelompok (6) tikus normal dicekok tepung porang sebanyak 0,12 g/kg BB. Kemudian dilakukan pembedahan dan diambil organ hepar tikus. Jaringan hepar yang didapat kemudian dibuat preparat. Setelah itu dilakukan pengujian dengan pewarnaan hematoksilen eosin dan imunohistokimia. Imunohistokimia dilakukan dengan antibodi primer IRS-1 dan PI3K sedangkan antibodi sekundernya adalah fluoresceinlabeled Affinity Purified Antibody to rat- goat. 3. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini diperoleh data berupa foto pengamatan hasil pewarnaan hematoksilen eosin dan imunohistokimia serta data intensitas pendaran masing masing protein target yang dapat menunjukkan kadar atau tingkat ekspresi insulin. Berikut adalah data hasil olahan intensitas pendaran masing masing protein target disajikan dalam bentuk diagram batang berikut ini.

Intensitas Pendaran Protein IRS 1


4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0

Intensitas Pendaran

Intensitas Pendaran

Gambar 1. Diagram Intensitas Pendaran Protein IRS 1

Intensitas Pendaran Protein PI3K


4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0

Intensitas Pendaran

N+ 0, 06 DM +0 ,0 6 N+ 0, 12 DM +0 ,1 2
Perlakuan

DM

Intensitas Pendaran

Gambar 2. Diagram Intensitas Pendaran Protein PI3K

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa glukomanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar protein IRS-1 dan PI3K pada hepar tikus diabet. Hal ini dapat disebabkan karena glukomanan tidak diserap oleh tubuh. Glukomanan tidak larut dalam air, namun membentuk sebuah gel yang kental ketika terekspos ke dalam air. Glukomanan didalam tubuh tidak dicerna, sehingga glukomanan menjadi massa kental yang bergerak didalam usus dan dapat mentriger kontraksi otot intestin. Oleh karena itu, glukomanan adalah pencahar bulk-type yang efektif walaupun membutuhkan waktu hingga 12 jam untuk dapat menjadi effektif. Glukomanan telah banyak dipelajari untuk treatmen obesitas, diabetes dan kolesterol tinggi (Edrugdigest, 2009). Pengaruh keberadaan glukomanan terhadap kadar glukosa didalam tubuh adalah dengan melakuan penyerapan karbohidrat di dalam intestin. Secara teori, glukommanan dapat menurunkan kadar glukosa darah karena saat seorang penderita diabetes mengkonsumsi glukomanan, proses absorpsi dari karbohidrat dari makanan lambat. Hal diatas menerangkan mengapa terapi glukomanan pada tikus diabet tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap ekspresi protein PI3K dan IRS 1 pada organ diabet.Pada beberapa hasil studi pendahuluan dari hewan juga menyatakan bahwa glukomanan juga dapat meningkatkan sensitifitas jaringan tubuh terhadap insulin. Pada beberapa studi

N+ 0, 06 DM +0 ,0 6 N+ 0, 12 DM +0 ,1 2
Perlakuan

DM

glukomanan juga dapat menurunkankan kadar kolesterol, low density lipoproteins (LDL) dan trigliserida. Namun pengkonsumsian glukomanan ini tidak dianjurkan selama masa kehamilan dan menyusui serta oleh anak dibawah usia lima tahun. Glukomanan juga tidak dianjurkan dikonsumsi dalam jumlah besar karena dapat menurunkan kadar glukosa darah sehingga mengakibatkan terjadinya hipoglikemia (Edrugdigest, 2009). 4. Kesimpulan Peningkatan kadar gula darah diakibatkan oleh penurunan produksi insulin di dalam tubuh oleh sel beta pankreas akibat adanya kerusakan pada pankreas. Konsumsi glukomanan dapat menyebabkan kadar glukosa menurun. Namun hal tersebut tidak tercermin pada ekspresi protein IRS-1 dan PI3K pada organ hepar tikus yang diterapi dengan glukomanan. Dengan kata lain, dapat dikatakan pemberian glukomanan pada tikus diabet tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap ekspresi protein PI3K dan IRS-1. 5. Saran Diharapkan selanjutnya akan dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kadar insulin didalam organ hepar tikus diabet dengan metode lain seperti metode western blott atau ELLISA sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih dikuatkan. 6. Ucapan Terima kasih Peneliti mengucapkan terimakasih sedalam dalamnya pada Allah SWT, Kedua Orang Tua, Ibu Dra. Fatchiyah, M.Kes., Ph.D. sebagai pembimbing pertama dan Bapak Dr. Ir.M.Sasmito Djati, Ms sebagai pembimbing kedua serta pihak pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. 7. Daftar Pustaka Kronenberg, H.M., Melmed, S., Polonsky, K.S., dan Larsen, P.R. 2008. Williams Textbook of Endocrinology.Saunders, an Imprint of Elsevier Inc. Canada.hal 1329 Tandra, Hans. 2008. Diabetes.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.hal 11-13 Campbell, , N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2003.Biologi. Erlangga. Jakarta. Hal 142-143 Youngren, Jack. 2003. Exercise And The Regulation Of Blood Glucose.http://www.endotext.org/diabetes/diabetes14/diabetes14.htm. Tanggal akses 3 september 2009 Vuksan, V., Sievenpiper, J.L., Owen, R., Swilley, J.A., Spadafora, P., Jenkins, D.J.A., Vidgen, E., Brighenti, F., Josse, R.G., Leiter, L.A., Xu, Z., Novokmwt, R.2000. Beneficial Effects of Viscous Dietary Fiber From Konjac-Mannan in Subjects With the Insulin Resistance Syndrome. Diabetes care, Vol. 23, No.1.Halaman 9 -14 Subiah, M.T.R.2008. Understanding the Nutrigenomic Definitionsand Concepts at the FoodGenome Junction. OMICS A Journal of Integrative Biology. Volume 12, Number 4, 2008. Mary Ann Liebert, Inc.

Anda mungkin juga menyukai