TINJAUAN PUSTAKA
Pembagian derajat penyakit DBD dalam 4 stadium menurut WHO adalah sebagai
berikut :
1. Derajat I ditandai dengan demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala tidak
khas dan satu–satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.
2. Derajat II ditandai dengan derajat I disertai dengan perdarahan spontan di
kulit dan atau perdarahan lain.
3. Derajat III ditandai dengan derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan,
yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< dari 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.
4. Derajat IV adalah renjatan berat ditandai dengan adanya nadi yang tidak dapat
diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
4. Epidemiologi DBD
Penyakit DBD terdapat di daerah tropis, terutama di negara Asean dan Pasifik
Barat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes, di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes, yaitu :
a. Aedes aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah yaitu di tempat penampungan air jernih
atau tempat penampungan air disekitar rumah
3) Nyamuk ini sepintas lalu nampak berlurik, bintik–bintik putih
4) Biasanya menggigit pada siang hari terutama pada pagi dan sore hari
5) Jarak terbang 100 meter.
b. Aedes albopictus.
1) Tempat habitatnya ditempat air jernih. Biasanya disekitar rumah atau
pohon–pohon, dimana tertampung air hujan yang bersih, yaitu pohon
pisang, pandan, kaleng bekas dll.
2) Menggigit pada waktu siang.
3) Jarak terbang 50 meter.10)
5. Patogenesis DBD
Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa
virus dengue akan terserang penyakit demam berdarah. Orang yang mempunyai
kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang penyakit ini
meskipun dalam darahnya terdapat virus itu. Sebaliknya pada orang yang tidak
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit demam
ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan
syok. Ada 2 teori tentang manifestasi yang lebih berat pada penyakit DBD yaitu :
11)
6. Faktor–faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kejadian penyakit DBD adalah
sebagai berikut : 12)
1. Kebiasaan tidur siang
2. Keberadaan bak mandi
3. Kegiatan kerja bakti
4. Tempat penampungan air
5. Keberadaan perindukan nyamuk
6. Kegiatan fogging
7. Pencahayaan dalam rumah
8. Jarak terbang
B. Survailans epidemiologi
1. Pengertian Survailans
Arti yang semula diberikan pada Survailans adalah : Suatu observasi
terhadap orang–orang yang diduga menderita suatu penyakit menular dengan cara
mengadakan bermacam–macam pengawasan medis, yang tidak membatasi
bergerak dari orang atau orang–orang yang bersangkutan.
Pengertian pada saat ini telah berkembang bukan saja pengamatan terhadap
populasi tetapi pengamatan semua faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat.13)
2. Pengertian Epidemiologi
Difinisi Epidemiologi adalah : Epidemiologi adalah studi yang mempelajari
distribusi dan determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi, serta
penerapannya untuk pengendalian masalah–masalah kesehatan.14)
Sedangkan menurut Nyoman K. Epidemiologi didifinisikan sebagai berikut :
“ Epidemiology is the science and atr on how to define the need “
Yang artinya : Epidemiologi adalah Ilmu dan seni tentang bagaimana caranya
menyebarkan kebutuhan masyarakat.
Dari kedua pengertian di atas apapun difinisinya, maka pendekatan
epidemiologi mengandung konsep pendekatan komprohensif, holistik, pendekatan
sistem, pendekatan resiko yang mengacu kepada kata “Epi – Domos – Logos “,
yaitu ilmu yang dipakai untuk mencarikan pemecahan masalah yang menimpa
masyarakat.
Difinisi di atas juga mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya
merupakan ilmu yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang
sistematik tentang frekuensi penyakit dan sejumlah faktor yang berhubungan
dengan penyakit.15)
Dengan distribusi dimaksud, epidemiologi mempelajari populasi mana yang
terjangkit penyakit, serta kapan dan dimana terjangkitnya. Dengan determinan
dimaksudkan, epidemiologi mempelajari faktor–faktor yang berperan terhadap
terjadinya penyakit dan keadaan lain yang abnormal pada populasi.
C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan digambarkan kerangka teori
sebagai berikut :
Pendidikan
Lingkungan Keluarga
Pengalaman
Faktor Predisposisi :
¾ Pengetahuan
¾ Sikap
¾ Kepercayaan Hasil pelaksanaan
¾ Nilai–nilai survailans epidemiologi
penyakit demam berdarah
dengue
Faktor Pendorong :
¾ Sikap
¾ Perilaku
Faktor Pendukung :
¾ Kelengkapan sarana pengolahan data
Sumber : Modifikasi Hafid 1995, Soekidjo Notoatmodjo 2003.
Bagan : Faktor–faktor yang berhubungan dengan hasil pelaksanaan survailans
epidemiologi penyakit demam berdarah dengue.
D. Kerangka Konsep
Pendidikan
Pengetahuan
Hasil pelaksanaan survailans
epidemiologi penyakit demam
berdarah dengue
Lama kerja
E. Hipotesa Penelitian
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara pendidikan petugas survailans epidemiologi dengan hasil
pelaksanaan survailans epidemiologi penyakit demam berdarah dengue tingkat
Puskesmas.
2. Ada hubungan antara pengetahuan petugas survailans epidemiologi dengan hasil
pelaksanaan survailans epidemiologi penyakit demam berdarah dengue tingkat
Puskesmas.
3. Ada hubungan antara lama kerja petugas survailans epidemiologi dengan hasil
pelaksanaan survailans epidemiologi penyakit demam berdarah dengue tingkat
Puskesmas.
4. Ada hubungan antara kelengkapan sarana pengolahan data dengan hasil
pelaksanaan survailans epidemiologi penyakit demam berdarah dengue tingkat
Puskesmas.