Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana Membuat Asumsi dalam Pembahasan Penelitian?

Pak Arda mau nanya cara kita buat asumsi di pembahasan penelitian gimana ya syaratnya
atau ada kriteria apa saja?
(Milza Oka Yussar, di Banda Aceh).

**

Makasih pertanyaannya buat Milza Oka Yussar, di Banda Aceh atas pertanyaanya yang
disampaikan lewat WA japri saya. Berikut ini, coba kita uraikan seputar asumsi dalam
pembahasan penelitian.

Sejak duduk di bangku Perguruan Tinggi (Strata 1 bahkan D3), dalam tugas akhirnya, kita
diwajibkan untuk membuat suatu karya tulis ilmiah. Saat itulah secara teoritik dan pragmatik
kita mengetahui dan terjun langsung ke dalam dunia peneilitian. Penelitian yang kita lakukan
didasari atas rasa keinginantahuan sebagai manusia terhadap suatu hal. Rasa ingin tahu
manusia itu merupakan produksi otak khas manusia. Otak manusia mempunyai kemampuan
untuk menerima, mengorganisasikan dan menyimpan data, lebih besar dari sekedar
kemampuan mempertahankan hidup saja.

Dalam penelitian kita diharuskan untuk menyusun asumsi. Hal ini sebagai stimulus, agar kita
mencari pembuktiaan sebuah kebenaran ilmiah. Dalam menyusun asumsi ini kita tidak boleh
sembarangan, akan tetapi kita harus melihat konteks atau objek yang kita teliti.

Asumsi adalah kenyataan penting yang dianggap benar, tapi belum terbukti kebenaran. Suatu
kejadian atau situasi yang dianggap benar, sehingga kebenarannya tidak diragukan. Ini tidak
sama dengan hipotesis, karena asumsi tidak memerlukan pengujian atau pembuktian.

Kalau dilihat dari pengertiannya, Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji kebenarannya
secara empiris berdasarkan pada penemuan, pengamatan dan percobaan dalam penelitian
yang dilakukan sebelumnya. Jika kita berbicara mengenai asumsi, maka tidak terlepas
keterkaitan antara asumsi, postulat dan prinsip. Lalu, apa itu postulat dan prinsip itu?

Pengertian Postulat adalah pernyataan yang kebenarannya tidak perlu diuji sebab sudah
diterima oleh umum. Contoh: Matahari terbenam di sebelah barat. Sedangkan pengertian
Prinsip adalah pernyataan yang berlaku umum bagi gejala tertentu dan mampu menjelaskan
kejadian yang telah terjadi. Misalnya: hukum sebab akibat.

Lebih jauh, dapat dikatakan kalau asumsi ini adalah sebagai dasar dari suatu penelitian.
Sebab sebuah penelitian berangkat dari asumsi. Dalam penelitian asumsi merupakan perekat
atau adonan. Dikatakan perekat atau adonan karena asumsi menjadi perekat antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Asumsi dapat kita gunakan membangun suatu konstruksi
bangunan penelitian yang besar. Membuat asumsi itu bisa dengan sebab akibat, tapi bisa juga
tentang suatu masalah. Asumsi juga merupakan hal penting dalam menentukan paradigma
penelitian. Tepatnya, keberadaan asumsi ini berguna untuk menafsirkan kesimpulan yang kita
buat.

Untuk menentukan asumsi harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peniliti.
Sebelum menentukan asumsi peneliti harus lebih mengetahui terhadap sesuatu dengan cara
berupa:
Banyak membaca buku, surat kabar atau terbitan lain. Dalam hal ini Prof. Drs.
Sutrisno Hadi MA, mengklasifikasikan bahan pustaka (yang disebut sumber acuan)
menjadi dua kelompok, yaitu: (a) Sumber umum: buku, teks, ensiklopedi dan
sebagainya. (b) Sumber acuan khusus: buletin, jurnal, periodikal (majalah-majalah
yang terbit secara periodik), disertasi, skripsi dan sebagainya. Dari sumber acuan
umum dapat diperoleh teori-teori dan konsep-konsep dasar, sedang dari sumber acuan
khusus dapat dicari penemuan-penemuan atau hasil penelitian yang sudah dan sedang
dilaksanakan.
Banyak mendengar berita, ceramah, pembicaraan orang lain.
Banyak berkunjung ke tempat (lokasi penelitian).
Mengadakan pendugaan mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.

Atas dasar itu, maka ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat suatu asumsi, yaitu:
Asumsi harus operasional dan asumsi merupakan dasar bagi pengkajian teoritis.
Asumsi harus menyatakan keadaan yang sebenarnya, bukan keadaan yang diprediksi
atau seharusnya.
Peneliti harus mengenal betul asumsi yang dipakainya dalam menyusun kerangka
berpikirnya. Asumsi yang berbeda, maka beda juga teori yang digunakan.
Asumsi harus dinyatakan tersurat, sebab asumsi yang tersirat terkadang menyesatkan
dan menyebabkan interprestasi yang berbeda.

Pada konteks ini, kemudian dalam pembahasan penelitian itu tidak akan terlepas dari
kerangka teoritis yang telah kita buat dalam bab metodologi penelitian biasanya. Jadi,
keberadaan kerangka teoritis itu disusun untuk mendapatkan kerangka berpikir. Lalu,
kerangka berpikir itu sendiri disusun untuk mendapatkan rumusan hipotesis. Jadi, keberadaan
kerangka berpikir dan kerangka teoritis itu disusun dengan cara mengkaji teori teori dan hasil
hasil penelitian sebelumnya yang relevan; menggunakan logika berpikjir deduktif (dari umum
ke khusus); jika perlu menggunakan asumsi, postulat atau prinsip agar dapat mendukung
suatu argumentasi yang menanyakan mengapa suatu teori atau pendekatan tertentu yang kita
pilih.

Lebih jauh, dapat dikatakan dalam menyusun kerangka berpikir, ada yang mengungkapkan
bahwa boleh saja dijadikan satu dengan kerangka teoritis (tidak berdiri sendiri pada bab
khusus kerangka berpikir). Hal ini dilakukan, bukan saja dapat menghindari pengulangan
yang tidak perlu, namun juga untuk dapat menjuruskan pemaparan landasan teori ke arah
kerangka berpikir yang argumentasi.

Kesimpulan

Asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penilti yang harus dirumuskan
secara jelas yang memiliki fungsi sebagai berikut:
Untuk memperkuat permasalahan
Membantu peneliti dalam memperjelas, menetapkan objek penelitian, wilayah
pengambilan data, instrumen pengumpulan data.

Jadi, untuk dapat merumuskan anggapan dasar, penilti harus banyak membaca buku,
mendengarkan informasi dari berbagai sumber dan mengunjungi lokasi penelitian.

Moga penjelasan singkat ini bermanfaat, salam sukses berkah selalu. Aamiin. (Arda Dinata).
Sumber Bacaan:

Husaini Usman dan Purnomo (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit PT
Bumi Aksara.
Rusdin Pohan (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Lanarka Publisher.
Suharsimi Arikunto (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai