PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa virus yang merupakan bahasa latin yaitu dari kata virion
yang memiliki arti racun. Pengertian virus adalah parasit mikroskopik yang
mampu menginfeksi sel organisme. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam
material hidup dengan cara menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup, hal
itu dikarenakan virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri.
Oleh karena itu virus disebut juga parasit obligat karena sifatnya tersebut.
Umumnya virus memiliki sejumlah asam nukleat yang DNA ataupun RNA
(namun tidak kombinasi keduanya). Asam nukleat tersebut diselubungi bahan
yang mampu melindungi bagian virus yang terdiri dari glikoprotein, protein dan
lipid (bisa juga kombinasi ketiganya).
Kebanyakan dari jenis virus memang merugikan, dimana virus yang
menyerang tumbuhan juga menyebabkan kerusakan atau matinya tumbuhan.
Contohnya pada daun tembakau yang diserang tobacco Mozaic virus. Selain itu
virus juga dapat menginfeksi pada hewan, contohnya cacar pada sapi Vicinia
Virus. Disisi lain, manusia juga sangat mudah terserang oleh virus yang
menyebabkan penyakit Influensa, AIDS, SARS, Flu burung dan masih banyak
lagi. Namun peranan virus disini tidak hanya merugikan saja. Pasalnya virus yang
telah dilemahkan dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, diantaranya
membuat antitoksin, melemahkan bakteri, memproduksi vaksin dan menyerang
patogen.
Rekayasa genetika adalah prosedur dasar dalam menghasilkan suatu
produk bioteknologi. Secara umum, rekayasa genetika melakukan modifikasi pada
mahluk hidup melalui transfer gen dari suatu organisme ke organisme lain. Dalam
melakukan rekayasa genetika, diperlukan berbagaiteknik dan tahap yang
sistematis agar hasil dari rekayasa genetika tersebut dapat bermanfaat dengan
maksimal. Rekayasa genetika juga bisa lakukan pada virus. Virus yang sudah
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah penemuan virus?
2. Bagaimana struktur virus?
3. Bagaimana Klasifikasi virus?
4. Bagaimana proses reproduksi virus?
5. Bagaimana teknik rekayasa genetika?
6. Bagaimana aplikasi rekayasa genetika pada virus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah penemuan virus.
2. Untuk mengetahui struktur virus.
3. Untuk mengetahui klasifikasi virus.
4. Untuk mengetahui proses reproduksi virus.
5. Untuk mengetahui teknik rekayasa genetika
6. Untuk mengetahui aplikasi rekayasa genetika pada virus.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. VIRUS
Virus bertanggung jawab atas puluhan penyakit manusia, termasuk AIDS,
polio, influenza, luka dingin, campak, dan beberapa jenis kanker. Virus ditemukan
di berbagai bentuk, ukuran, dan penyusun yang sangat berbeda, tapi semua
mereka memiliki sifat umum tertentu. Semua virus bersifat parasit intraseluler;
yaitu, mereka tidak dapat bereproduksi kecuali di dalam sel inang. Tergantung
pada virus tertentu, inangnya mungkin tanaman, hewan, atau sel bakteri. Virion
mengandung sejumlah kecil bahan genetik dapat berupa untai tunggal atau
double-stranded, RNA atau DNA. Materi genetik dari virion ini dikelilingi oleh
kapsul protein, atau kapsid. Diluar sel inang virus adalah makromolekul agregat,
partikel mati yang tidak dapat bereproduksi dan melakukan metabolisme sendiri,
atau melakukan salah satu kegiatan lain yang terkait dengan kehidupan oleh
karena itu virus tidak dianggap organisme dan tidak digambarkan sebagai hidup
(Karp dkk, 2010)
3
4
Salah satu ilmuan yang menjadi pionir dalam sejarah penemuan virus ialah
Adolf Mayer. Ia adalah seorang peneliti berkebangsaan Jerman yang berhasil
mengidentifikasi keberadaan virus untuk pertama kalinya di tahun 1882 melalui
penelitian penyakit bintik kuning pada daun tembakau. Mayer melakukan
percobaan dengan menyemprotkan getah tanaman tembakau yang terserang
penyakit bintik kuning ke tanaman tembakau yang sehat. Hasilnya, tanaman yang
sehat menjadi ikut terserang dan mengalami penyakit serupa. Dengan hasil ini,
Mayer menyimpulkan bahwa ada suatu bakteri yang sangat kecil yang dapat
menginfeksi tanaman tembakau.
Ditahub 1892, Dmitri Ivanovski menggunakan suatu filter yang dapat
menyaring bakteri untuk menyaring getah tanaman tembakau yang terinfeksi dan
kemudian menggunakan asil penyaringan tersebut untuk mengulangi penelitian
Mayer. Getah yang sudah disaring kemudian dioleskan pada tanaman sehat.
Hasilnya, tanaman tembakau sehat masih tetap terserang. Dengan hasil tersebut, ia
kemudian menyimpulkan bahwa ada bakteri patogen atau zat kimia hasil produksi
bakteri yang berukuran sangat kecil sehingga dapat lolos dari penyaring bakteri.
Pada tahun 1897, seorang ahli botani Belanda bernama Martinus
Beijerinck melakukan eksperimen yang membuktikan bahwa agen penginfeksi
yang terdapat di dalam getah tembakau dapat berkembang biak. Beijeinck
menyemprotkan getah yang telah disaring ke tanaman lainnya. Setelah tanaman
tersebut sakit, maka getahnya digunakan untuk menginfeksi tanaman berikutnya,
dan seterusnya hingga beberapa kali pemindahan. Ternyata, kemampuan patogen
tersebut tidak berkurang setelah beberapa kali pemindahan. Berbeda dengan
bakteri, agen penginfeksi tersebut tidak dapat dikembangbiakan dalam medium
nutrisi di dalam cawan petri dan tidak dapat dinonaktifkan dengan alkohol.
Seorang ilmuan Amerika, Wendell Stanley pada tahun 1935 berhasil
mengkristalkan partikel penyebab penyakit bintik kuning yang menyerang
tembakau. Partikel mikroskopis ini kemudian diberi nama Tobacco Mosaic Virus
(TMV). Sejak saat itu, penelitian lebih dalam terkait keberadaan virus semakin
banyak dilakukan. Para ilmuan berlomba-lomba mengidentifikasi keberadaan
virus dalam cabang ilmu virologi untuk menemukan hal-hal baru yang belum
pernah ada dalam sejarah penemuan virus sebelumnya (Campbell dkk, 2008).
5
2. Struktur Virus
Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (1 nanometer = 1/1000 mikron)
lebih kecil dari ribosom, bahkan ukuran virus terbesar pun dengan ukuran beratus-
ratus nanometer tidak tampak pada mikroskop cahaya.Virus merupakan partikel
penginfeksi yang terdiri atas asam nukleat berupa DNA atau RNA saja yang
diselubungi protein dikenal sebagai kapsid. Pada beberapa kasus, virus
diselubungi oleh selubung amplop bermembran.
Genom virus terdiri atas DNA beruntai-ganda, DNA beruntai Tunggal,
RNA beruntai–ganda, atau RNA beruntai-tunggal tergantung pada jenis virusnya.
Virus disebut virus DNA atau virus RNA tergantung pada asam nukleat penyusun
genomnya. Virus terkecil diketahui hanya memiliki empat gen dalam genomnya,
sedangkan yang terbesar memiliki beberapa ratus sampai seribu gen (Campbell
dkk, 2008).
a. Bentuk tubuh bulat dimiliki oleh virus-virus penyebab penyakit AIDS, ebola,
dan influenza.
b. Bentuk tubuh oval dimiliki oleh virus penyebab penyakit rabies.
c. Bentuk tubuh batang dimiliki oleh virus TMV (Tobaccao Mosaic Virus).
d. Bentuk tubuh polihedral dimiliki oleh virus Adenovirus penyebab demam.
e. Bentuk tubuh huruf T pada bacteriophage, virus menyerang bakteri E. coli.
Struktur utama virus adalah asam nukleat yang dapat berupa RNA
(Ribonucleic acid) atau DNA (Deoxyribonucleic acid) dan tak pernah keduanya.
Asam nukleat ini dikelilingi oleh subunit protein yang disebut kapsomer. Susunan
kapsomer-kapsomer tersebut membentuk mantel dinamakan kapsid. Kapsid dan
asam nukleat Virus dinamakan nukleokapsid. Sejumlah virus memiliki struktur
aksesori yang membantu menginfeksi inang. Misalnya amplop bermembran yang
mengelilingi kapsid virus influenza dan banyak virus lain yang ditemukan pada
hewan. Amplop virus (viral envelope) mengandung fosfolipid dan protein
membran yang berasal dari sel inang, dan juga mengandung protein dan
glikoprotein dari virus.
Setiap virus memilik permukaan protein yang mampu mengikat komponen
permukaan tertentu sel inangnya. Sebagai contoh, protein dari permukaan partikel
HIV (berlabel gp120, yang merupakan singkatan dari glikoprotein massa molekul
120.000 daltons4) berinteraksi dengan protein spesifik (disebut CD4) pada
permukaan sel darah putih tertentu, untuk memfasilitasi masuknya virus ke dalam
sel inangnya.
Karp dkk (2010) mengemukakan bahwa Interaksi antara protein virus dan
sel inang menentukan spesifisitas virus, yaitu jenis sel inang untuk virus bisa
masuk dan menginfeksi. Beberapa virus memiliki kisaran inang yang luas,
sehingga dapat menginfeksi sel-sel dari berbagai organ yang berbeda atau sel
inang dari berbagai spesies. Virus yang misalnya menyebabkan rabies, mampu
menginfeksi berbagai jenis mamalia host, termasuk anjing, kelelawar, dan
manusia. Akan tetapi ada juga yang memiliki relatif kisaran inang yang sempit.
Hal ini berlaku, misalnya, virus influenza, yang umumnya dapat menginfeksi
hanya sel-sel epitel pernapasan manusia. Sebagai contoh lainnya, adenovirus,
yang menyebabkan infeksi pernafasan pada mamalia. Selain itu virus yang
7
3. Klasifikasi Virus
Para ahli virologi bekerja dan melakukan penelitian tentang jenis-jenis
virus, karakter, ciri-ciri, dan pemanfaatannya. Semua kegiatan tersebut diawali
dengan upaya klasifikasi (pengelompokan) agar virus menjadi lebih mudah untuk
dipelajari. Berikut adalah pengelompokan virus berdasarkan kriteria tertentu.
Berikut adalah klasifikasi virus berdasarkan ciri-ciri tertentu.
a. Berdasarkan kandungan asam nukleatnya, virus diklasifikasikan menjadi dua.
1) Ribovirus (virus RNA), yaitu virus yang asam nukleatnya berupa RNA.
Contoh togavirus (penyebab demam kuning dan ensefalitis), arenavirus
(penyebab meningitis), picornavirus (penyebab polio), orthomyxovirus
(penyebab influenza), paramyxovirus (penyebab pes pada ternak),
8
4. Reproduksi Virus
Virus tidak memiliki enzim-enzim metabolism dan peralatan untuk
membuat protein misalnya seperti ribosom. Virus merupakan makhluk intraseluler
obligat dengan kata lain hanya dapat bereproduksi dalam sel inang saja. Setiap
tipe virus dapat menginfeksi sel dari ragam inang yang berbatas, disebut kisaran
inang (host range). Virus terhadap sel inangnya bersifat spesifik yang mana virus
mengidentifikasi sel inang melalui kecocokan antara protein permukaan virus dan
molekul reseptor spesifik disebelah luar sel. Sejumlah virus memiliki kisaran
inang yang luas. Misalnya virus west nile dan ensefalitis kuda merupakan virus
yang berbeda yang mampu menginfeksi nyamuk, kuda, burung dan manusia.
Akan tetapi ada juga virus yang memiliki kisaran sempit hanya menginfeksi satu
kisaran inang saja contohnya seperti virus campak, kemudian virus selesma
(Campbell dkk, 2008).
Gambar 2.3 Siklus reproduksi virus secara umum (Campbell dkk, 2010)
memproduksi asam nukleat virus dan protein, yang merakit menjadi virion
baru. Virus, dengan kata lain, tidak tumbuh seperti sel-sel; mereka dirakit dari
komponen langsung ke dewasa berukuran virion. Pada akhirnya, pecah
terinfeksi sel (lisis) dan melepaskan generasi baru partikel virus mampu
menginfeksi sel tetangga.
b. Dalam kasus lain, virus menginfeksi tidak menyebabkan kematian sel inang,
melainkan menyisipkan (terintegrasi) DNA-nya ke dalam DNA kromosom
sel inang. DNA virus terintegrasi disebut provirus. Provirus dapat memiliki
efek yang berbeda tergantung pada jenis virus dan sel inang. Sebagai contoh,
Sel bakteri mengandung berperilaku provirus normal sampai terkena
stimulus, seperti radiasi ultraviolet, yang mengaktifkan DNA virus tidak aktif,
menyebabkan lisis sel dan pelepasan keturunan virus.
Menurut Campbell (2008), infeksi virus terjadi ketika virus berikatan ke
sel inang dan genom virus menembus masuk. Mekanisme masuknya genom
bergantung pada tipe virus dan tipe sel inang. Misalnya fag T menggunakan
apparatus ekornya yang rumit untuk menyuntikkan DNA ke dalam bakteri.
Berikut gambar siklus lisis Virus Fag (Gambar 2.4).
permanen tetap dalam DNA sel inang berupa siklus lisogenik. Tahapan reproduksi
virus secara umum dilakukan dalam tujuh langkah, yaitu:
a. Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus pada sel inang yang sesuai.
b. Penetrasi (injeksi) dari virion atau asam nukelat virus ke dalam sel inang.
c. Tahap awal replikasi (Eklipse) dari asam nukleat virus, dalam peristiwa ini
mesin bioseintesa sel inang diambil alih untuk memulai sintesa asam nukleat
virus, enzim-enzim spesifik virus mulai dihasilkan dalam tahap ini.
d. Replikasi dari asam nukleat virus
e. Sintesa dari protein sub unit dari mantel virus
f. Perakitan dari asam nukleat dan protein subunit (dan komponen membran
pada virus bermembran) kedalam partikel virus.
g. Pelapasan partikel virus yang matang dari sel (lisis).
sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu
yang lebih singkat. Melalui proses rekayasa genetika ini, telah berhasil
dikembangkan berbagai organisme maupun produk yang menguntungkan bagi
kehidupan manusia.
Teknologi khusus yang digunakan dalam rekayasa genetika meliputi
teknologi DNA Rekombinan yaitu pembentukan kombinasi materi genetik yang
baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga
memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu
sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.
Ada 2 jenis bioteknologi, yakni bioteknologi konvensional (sederhana)
dan bioteknologi modern. Bioteknologi modern telah menggunakan teknik
rekayasa tingkat tinggi dan terarah sehingga hasilnya dapat dikendalikan dengan
baik. Teknik yang sering digunakan adalah dengan melakukan manipulasi genetik
pada suatu jasad hidup secara terarah sehingga diperoleh hasil sesuai dengan yang
diinginkan. Teknik yang digunakan dalam bioteknologi modern adalah teknik
manipulasi bahan genetik (DNA) secara in vitro, yaitu proses biologi yang
berlangsung di luar sel atau organisme, misalnya dalam tabung percobaan. Oleh
karena itu, bioteknologi modern juga dikenal dengan rekayasa genetika, yaitu
proses yang ditujukan untuk menghasilkan organism transgenik. Organisme
transgenik adalah organisme yang urutan informasi genetik dalam kromosomnya
telah diubah sehingga mempunyai sifat menguntungkan yang dikehendaki. Ada
beberapa macam rekayasa genetika di antaranya adalah rekombinasi DNA, fusi
sel, dan transfer inti (Thenawidjaja, 1990).
Gambar 2.8 Plasmid bakteri yang dibuka oleh enzim retrikzi Bam HI.
(Sumber: Thenawidjaja, 1990).
Gambar 2.13 Perbanyakan sel bakteri dalam waktu singkat dan jumlah
sangat banyak.
(Sumber: Thenawidjaja, 1990).
tumbuhan dari serangan patogen tertentu dan juga bisa untuk melawan sel-sel
degeneratif (kanker).
Berdasarkan teknik pembuatannya, jenis-jenis vaksin menurut Yuwono
(1995) dibagi menjadi 7 macam antara lain:
1) Vaksin aktif atau hidup (live attenuated vaccine)
Pembuatan vaksin dengan cara melemahkan organisme penyebab
infeksi untuk memperoleh strain yang virulerisinya sangat berkurang,
sudah diakui keampuhannya. Namun demikian vaksin ini masih banyak
kelemahannya, vaksin hidup mempunyai potensi untuk berubah menjadi
virulen, sehingga dapat membahayakan pemakainya. Beberapa virus
mungkin sukar atau tidak dapat dilemahkan sehingga menjadi kendala
pembuatan vaksin.
Menurut Kurnia (2016), vaksin aktif yang telah dilemahkan biasanya
digunakan untuk parasit yang bersifat intraselular yang berasal dari
protozoa dan cacing. Beberapa penelitian vaksin yang saat ini
dikembangkan baik pada manusia maupun hewan menggunakan teknik
nuklir untuk melemahkan organisme patogen, seperti untuk protozoa dan
cacing.
Keuntungan vaksin jenis ini adalah dapat mengaktifkan seluruh fase
sistem imun, meningkatkan respon imun terhadap seluruh antigen (proses
inaktivasi dapat menyebabkan perubahan antigenisitas), durasi imunisitas
lebih panjang, biaya lebih murah, lebih cepat menimbulkan respon
imunitas, mudah dibawa ke lapangan, dapat mengurangi wild type. Tetapi
vaksin jenis ini memiliki beberapa kelemahan dimana vaksin ini kurang
baik apabila digunakan pada daerah tropis dan pada penderita penyakit
defisiensi imun serta adanya kemungkinan terjadi mutasi balik yang
menyebabkan daya virulensi menjadi tinggi.
Contoh virus yang dilemahkan untuk vaksin aktif yaitu meningitis,
tuberkulosis, virus measles, rubella. Contoh lain misalnya vaksin polio
oral Sabin dan vaksin campak.
22
patogen sekaligus tanpa perlu adanya booster. Selain sumber antigen virus
yang ingin diekpresikan, dalam pembuatan vaksin rekombinan terdapat
faktor penting lainnya yaitu vektor yang digunakan sebagai sistem
delivery. Pada umumnya vektor virus DNA lebih sering dipergunakan
karena kapasitas insersinya yang lebih besar dan stabil secara genetik
namun penggunaan virus RNA sebagai vektor juga sudah dilakukan.
Setiap vektor virus yang digunakan sebagai kerangka dasar dalam
pembuatan vaksin rekombinan mempunyai kelebihan dan kekurangan
sehingga pemilihannya harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di
lapangan.
7) Vaksin polinukleotida
Vaksin ini merupakan suatu bentuk rekombinan, komposisi antara
plasmid dengan genom virus yang sangan konserv (tidak berubah).
Komposisi ini disebut sebagai vaksin naked DNA.
b. Terapi Gen
Terapi gen (Gene therapy) adalah suatu proses terapi untuk mengobati
penyakit tententu dengan cara menginsersikan gen yang telah diperbaiki atau
gen tertentu kedalam genom sel-sel atau jaringan individu untuk
menggantikan gen yang abnormal yang menyebabkan terjadinya penyakit
tersebut.
Prinsip yang digunakan untuk menggantikan atau memperbaiki gen
yang rusak (terapi gen antara lain:
1) Insersi gen yang normal pada lokasi yang tidak spesifik di dalam genom
untuk menggantikan gen yang tidak berfungsi. Prinsip ini merupakan
pendekatan umum yang paling sering digunakan.
2) Gen yang tidak normal dihilangkan dari genom individu dan digantikan
oleh gen yang normal menggunakan cara homologous recombination.
3) Gen yang tidak normal dapat diperbaiki melalui cara selective reverse
mutation.
4) Mengubah regulasi (pengaturan) gen tertentu
25
c. Tanaman Transgenik
Virus menjadi salah satu penyebab penyakit pada tumbuhan terutama
tumbuhan pertanian yang berdapak pada rendahnya hasil panen. Berbagai
cara telah ditempuh untuk mengatasi serangan virus, misalnya dengan
menghilangkan sumber infeksi virus, menggunakan benih bebas virus,
menggunakan bahan vegetatif bebas virus, memperbanyak dan memelihara
bahan bebas virus, mengatur cara penanaman, mencegah penyebaran virus
jarak jauh, mengendalikan vektor, dan menggunakan tanaman tahan virus,
dan penggunaan tanaman transgenik untuk melindungi tanaman terhadap
virus (Hull, 2004).
Virus utuh (virion) terdiri atas asam nukleat dan coat protein (protein
selubung). Gen coat protein (CP) kini telah dapat dimanfaatkan dalam
rekayasa genetika tanaman. Bila tanaman transgenik mengekspresikan coat
protein kemampuan virus untuk menginfeksi tanaman tersebut dan untuk
menyebar secara sistemik sangat berkurang, meskipun mekanisme
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Virus merupakan partikel penginfeksi yang terdiri atas asam nukleat
berupa DNA atau RNA saja yang diselubungi protein dikenal sebagai
kapsid. Pada beberapa kasus, virus diselubungi oleh selubung amplop
bermembran.
2. Bentuk-bentuk virus yang sudah diketahui diantaranya:
Bentuk tubuh bulat dimiliki oleh virus-virus penyebab penyakit AIDS,
ebola, dan influenza.
a. Bentuk tubuh oval dimiliki oleh virus penyebab penyakit rabies.
b. Bentuk tubuh batang dimiliki oleh virus TMV (Tobaccao Mosaic
Virus).
c. Bentuk tubuh polihedral dimiliki oleh virus Adenovirus penyebab
demam.
d. Bentuk tubuh huruf T pada bacteriophage, virus menyerang bakteri E.
coli.
3. Klasifikasi virus dilakukan berdasar pada ciri-ciri tertentu, seperti:
a. Berdasarkan kandungan asam nukleatnya
b. Berdasarkan bentuk dasarnya
c. Berdasarkan keberadaan selubung yang melapisi nukleokapsid
d. Berdasarkan jumlah kapsomernya
e. Berdasarkan sel inangnya
4. Virus melakukan reproduksi dengan dengan menginfeksi sel inang yang
nantinya akan memasuki fase litik atau lisogenik.
5. Rekayasa genetika adalah prosedur dasar dalam menghasilkan suatu
produk bioteknologi. Secara umum, rekayasa genetika melakukan
modifikasi pada mahluk hidup melalui transfer gen dari suatu organisme
ke organisme lain. Keunggulan rekayasa genetika adalah mampu
memindahkan materi genetika dari sumber yang sangat beragam dengan
27
28
ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat. Teknik
rekayasa genetika ada 2 macam, yaitu DNA rekombinan dan kloning gen
6. Aplikasi rekayasa genetika virus dapat berupa vaksin, terapi gen, dan
tanaman transgenik.
29
DAFTAR RUJUKAN
Badan Litbang Pertanian. 2011. Agroinovasi Edisi 14-20 No.3435 Tahun XLII.
Jakarta: Badan Litbang Pertanian
Budiyanto, AK. 2012. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Bidang Kedokteran.
Journal Online Biosains, 2(-). Dari
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/category/journal-online-biosains/
Campbell, A. Neil. Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
----------------------------------------. 2010. Biology 9th Edition Vol.1. Publisher:
Benjamin-Cummings Publishing Company.
Karp, Gerald., John Wiley & Sons, Inc. 2010. Cell and molecular biology 6th
edition. United states of America.
Hartawan, Risza. 2011. Pengembangan Vaksin Rekombinan Menggunakan
Herpesvirus of Turkey (HVT) sebagai Vektor Untuk Beberapa Penyakit
Virus pada Industri Perunggasan. WARTAZOA, Vol 21 (1).
Hull, R. 2004. Matthews’ Plant Virology. Amsterdam: Elsevier Academic Press,
Amsterdam
Sumastri. 2005. Rekayasa Genetika. Modul Berjenjang: 01. BIO-SMK-T-2005.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Thenawidjaja, Maggy. 1990. Bioteknologi: Suatu Revolusi Industri Yang Baru.
Jakarta: Erlanga.
Yuwono, Djoko. 1995. Perkembangan Baru dalam Teknologi Vaksin Virus.
Media Litbangkes, Vol V (2).
29