PENDAHULUAN
24/1000 kelahiran hidup, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228
anak balita dari 18,4 % menjadi kurang dari 15,0 % dan meningkatnya umur
harapan hidup (UHH) dari 70,6 tahun menjadi 72,0 tahun (Sarjuni, 2009).
Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia), lansia adalah penduduk yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Namun, hal ini disesuaikan dengan kondisi Indonesia, dimana
masa pensiun yang tergolong pada tahap dewasa akhir adalah 55 tahun, kecuali
untuk orang dengan fungsi tertentu seperti professor, anhli hokum, dokter atau
profesi lain (Depkes RI, 1998). Proses penuaan penduduk tentunya berdampak
pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan,
karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin
menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit (BPS RI, 2006).
Salah satu ciri kependudukan abad ke-21 antara lain adalah meningkatnya
pertumbuhan penduduk lanjut usia yang sangat cepat. Jumlah penduduk lansia
((≥65 tahun) akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2025 yaitu menjadi
sekitar 828 juta jiwa atau sekitar 9,70% dari total seluruh penduduk dunia. Jumlah
penduduk yang berusia ≥45 tahun ada 45.123.871 jiwa (21,14%) (BPS RI, 2011).
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai
usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley,
2006). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang
Perubahan struktur umur penduduk menjadi struktur penduduk umur tua (UHH)
meningkat dan mengakibatkan terjadi ybb nya pergeseran pola penyakit serta
penyakit yang diawali wabah dan berbagai penyakit infeksi (penyakit menular/PM)
2001).
Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia cenderung
10 urutan teratas penyebab kematian pada semua kelompok umur, dengan stroke
(Kemenkes RI, 2013). Proses ini diprediksi akan berjalan terus seiring dengan
perubahan status sosial ekonomi dan gaya hidup. Data dari WHO Global Report on
tidak menular adalah lebih besar dibandingkan penyakit menular (Kemenkes RI,
2012).
penyebabnya tidak terlepas dari pola makan, diantaranya penyakit regeneratif yakni
Penyakit degenerative adalah penyakit yang sulit untuk diperbaiki yang ditandai
dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup (Walqvist, 1997)
dalam modul gizi kesmas (2008). Gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku
yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
Hipertensi sering ditemukan pada lansia dan biasanya tekanan sistolnya yang
meningkat. Menurut batasan hipertensi yang di pakai sekarang ini, diperkirakan
23% dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. Sementara
menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan
hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi pada
lebih banyak menyerang pada usia tengah baya pada golongan umur 55-64 tahun.
Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi
umur (6,8%), setelah stroke (15,4%), dan tuberculosis (7,5%) (Depkes RI, 2008).
Menurut JNC 7 (2003), hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang sering terjadi pada lansia. Pada
suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50-59
tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolic
merupakan faktor resiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.
Hipertensi masih merupakan faktor resiko utama untuk stroke, gagal jantung
Koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang
Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%,18% dan 255 pada
kelompok umur 60-69, 80-89, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering
(39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan
menunjukan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun dengan kriteria
banyak komplikasi. Hipertensi adalah faktor resiko utama pada penyakit jantung,
serebral (otak), renal (ginjal), dan vas-kular (pembuluh darah) dengan komplikasi
berupa “infrak miokard” (serangan jantung). Gagal ginjal, stroke (serangan otak),
gagal ginjal dan penyakit vascular perifer. Akibat tekanan darah tinggi yang
berlanjut terus maka jantung bekerja lebih keras, hingga otot jantung membesar.
sering tidak menunjukan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi janting atau stroke. Tidak jarang
hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin
atau dating dengan keluhan lain. Oleh karena itu satu-satunya jalan untuk
Hipertensi adalah penyakit seumur hidup. Oleh karena itu, penanganan penyakit
ini harus dilaksanakan secara teratur dan disiplin oleh penderita. Bila hipertensi
tidak terkendali, maka dampak jangka panjang yang akan timbul antara lain
gangguan jantung (755). Stroke (155), dan gangguan fungsi ginjal (10%). Bahkan
killer” sehingga penderita tidak mengetahui jika dirinya terkena hipertensi, dari
Faktor yang mempengaruhi hipertensi ada dua. Faktor yang dpat dikontrol dan
faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol adalah kegemukan
atau obesitas, pola makan yang tidak terkontrol bisa menyebabkan penimbunan
bersifat menahan air sehingga menaikan tekanan darah, kurang olahraga, orang
yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan,
stress, orang yang stress dapat merangsang hormone adrenalin yang menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan kapiler sehingga tekanan darah
darah, serta alkohol karena adanya peningkatan sintesis katekholamin yang dalam
jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah. Faktor yang tidak dapat
hipertensi karena memiliki faktor pendorong, seperti stress, kelelahan, dan makan
tidak terkontrol, umur, pada umumnya hipertensi menyerang pria pada usia di atas
(Setiawan, 2008).
yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen,
Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5
persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai
tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi
2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan
November 2016 di pusyando lansia wilayah Puskesmas Pekauman pada bulan mei
2016 jumlah penderita hipertensi 31 orang , bulan juni 2016 penderita hipertensi
sebesar 25 orang, bulan juli 2016 jumlah penderita hipertensi sebesar 30 orang,
untuk mengurangi makanan yang asin-asin dan makanan yang berlemak tinggi.
yang asin-asin dan berlemak tinggi kepada penderita hipertensi. Meskipun telah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
2016.
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Puskesmas Pekauman.
Pekauman.
Pekauman.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Peneliti
Puskesmas Pekauman
b. Profesi Keperawatan
hal ini perlu dilakukan penyuluhan kesehatan bagi lansia agar para lansia
c. Dinas kesehatan
Bagi pengelola program yaitu Dinas kesehatan yang berfungsi sebagai data
d. Puskesmas
e. Lansia
cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2008. sampel
data. Variable terikat adalah hipertensi pada usia lanjut, dan variable bebas
diketahui bahwa hampir setengah dari sampel yang di ambil yaitu 47,94%
79 tahun yaitu sebanyak 34. Sebagian besar responden adalah perempuan yaitu
tidak pernah olah raga, yaitu sebanyak 29 orang (39,7%). Sebagian besar
tipe kepribadian non A, yaitu sebanyak 37 orang (50,7 %). Tabulasi silang
antara factor umur dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square
didapatkan nilai X hitung = 8,132 pada derajat kebebasan 2 dengan taraf signifi
kansi 0,017. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05
(0,017 < 0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Pada tabulasi silang antara
factor jenis kelamin dengan kejadian hipertensi, hasil uji statistik Chi Square
didapatkan nilai X hitung = 0,001 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifi
kansi 0,979. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05
( 0,979 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Kesimpulannya bahwa tidak
ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan terjadinya hipertensi pada
sampai April tahun 2008. Tabulasi silang antara riwayat keluarga dengan
kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung =
0,032 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,858. Penelitian ini
didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 (0,858 >0,05) sehingga
kejadian hipertensi Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung =
0,023 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf signifi kansi 0,989. Tabulasi silang
antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi
Square didapatkan nilai X hitung = 7,863 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf
signifi kansi 0,049. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil
dari 0,05 ( 0,049 < 0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Tabulasi silang
antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi
Square didapatkan nilai X hitung = 0,827 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf
signifi kansi 0,843. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar
dari 0,05 ( 0,843 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang antara
obesitas dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan
nilai X hitung = 3,868 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,049.
Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05 ( 0,049 <
0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Tabulasi silang antara konsumsi garam
dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X
Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 ( 0,456 >
0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang antara stress dengan
kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung =
1,241 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,265. Penelitian ini
didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 ( 0,265 > 0,05) sehingga
hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 7,234 pada
hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05 ( 0,007 < 0,05) sehingga hipotesis
kopi, obesitas, konsumsi garam, stres, dan tipe kepribadian ketepatan dalam
faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia (Studi Kasus
sectional. Subjek penelitian ini adalah lansia yang datang ke bagian Geriatri
square dengan SPSS windows ver. 16.0. hasil. Jumlah responden pada
riwayat keluarga. persamaan dengan penelitian ini adalah letak pada objek
pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah lansia yang datang ke
menggunakan uji Chi-square dengan SPSS windows ver. 16.0. Hasil : Jumlah
responden pada penelitian ini sebanyak 34 orang. Hasil analisis faktor yang
letak pada objek penelitian yaitu lansia dan cara analisa data, sedangkan