Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan peraturan presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, ditetapkan bahwa

sasaran pembangunan kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan

masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang berkualitas. Pencapaian tersebut tercermin dari indicator dampak

pembangunan kesehatan, yaitu: menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi

24/1000 kelahiran hidup, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228

menjadi 118/100.000 kelahiran hidup, menurunnya prevalensi gizi kurang pada

anak balita dari 18,4 % menjadi kurang dari 15,0 % dan meningkatnya umur

harapan hidup (UHH) dari 70,6 tahun menjadi 72,0 tahun (Sarjuni, 2009).

Semakin meningkatnya UHH penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut

usia terus meningkat. Menurut undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia), lansia adalah penduduk yang telah mencapai

usia 60 tahun ke atas. Namun, hal ini disesuaikan dengan kondisi Indonesia, dimana

masa pensiun yang tergolong pada tahap dewasa akhir adalah 55 tahun, kecuali

untuk orang dengan fungsi tertentu seperti professor, anhli hokum, dokter atau

profesi lain (Depkes RI, 1998). Proses penuaan penduduk tentunya berdampak

pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan,
karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin

menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit (BPS RI, 2006).

Salah satu ciri kependudukan abad ke-21 antara lain adalah meningkatnya

pertumbuhan penduduk lanjut usia yang sangat cepat. Jumlah penduduk lansia

((≥65 tahun) akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2025 yaitu menjadi

sekitar 828 juta jiwa atau sekitar 9,70% dari total seluruh penduduk dunia. Jumlah

penduduk yang berusia ≥45 tahun ada 45.123.871 jiwa (21,14%) (BPS RI, 2011).

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap

perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai

usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley,

2006). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang

dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai

macam penyakit terutama penyakit degenerative. Hal ini akan menimbulkan

masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes RI, 2008).

Perubahan struktur umur penduduk menjadi struktur penduduk umur tua (UHH)

meningkat dan mengakibatkan terjadi ybb nya pergeseran pola penyakit serta

tingkat kesehatan di masyarakat. Terjadinya pergeseran pola penyakit menunjukan

terjadinya perubahan status kesehatan masyarakat. Keadaan tersebut dikatakan

sebagai transisi epidemiologi yakni lebih memfokuskan aspek pergeseran pola

penyakit yang diawali wabah dan berbagai penyakit infeksi (penyakit menular/PM)

bergeser ke penyakit degenerative ( Penyakit Tidak Menular/PTM) (Khomsan,

2001).
Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia cenderung

mengalami peningkatan. Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari

41,7% manjadi 60%. Survey terakhir di Indonesia menunjukan PTM mendominasi

10 urutan teratas penyebab kematian pada semua kelompok umur, dengan stroke

yang merupakan komplikasi hipertensi sebagai penyebab kematian nomor satu

(Kemenkes RI, 2013). Proses ini diprediksi akan berjalan terus seiring dengan

perubahan status sosial ekonomi dan gaya hidup. Data dari WHO Global Report on

NCD, 2010 menyebutkan bahwa presentase kematian akibat Penyakit Tidak

Menular (PTM) menempati proporsi yang besar (63%) dibandingkan dengan

penyakit menular. Sedangkan dikawasan Asia Tenggara, berdasarkan data WHO

Global Observatory 2011, menunjukan bahwa proporsi kematian kasus penyakit

tidak menular adalah lebih besar dibandingkan penyakit menular (Kemenkes RI,

2012).

Penyakit PTM atau degenerative telah banyak muncul di Indonesia, yang

penyebabnya tidak terlepas dari pola makan, diantaranya penyakit regeneratif yakni

hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung coroner, kanker dan obesitas.

Penyakit degenerative adalah penyakit yang sulit untuk diperbaiki yang ditandai

dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup (Walqvist, 1997)

dalam modul gizi kesmas (2008). Gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku

yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2003)

Salah satu penyakit degenerative yang perlu diwaspadai adalah hipertensi.

Hipertensi sering ditemukan pada lansia dan biasanya tekanan sistolnya yang
meningkat. Menurut batasan hipertensi yang di pakai sekarang ini, diperkirakan

23% dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. Sementara

menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan

hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi pada

usia yang sama (Purwati, 2002).

Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi

lebih banyak menyerang pada usia tengah baya pada golongan umur 55-64 tahun.

Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi

di jumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk (Depkes, 2003)

Hipertensi adalah penyebab kematian utama ketiga di Indnesia untuk semua

umur (6,8%), setelah stroke (15,4%), dan tuberculosis (7,5%) (Depkes RI, 2008).

Menurut JNC 7 (2003), hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan

tekanan darah diastolic ≥90 mmHg (Yogiontoro, 2006).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik

terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya

kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun

tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated

systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang sering terjadi pada lansia. Pada

suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50-59

tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolic

merupakan faktor resiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.

Hipertensi masih merupakan faktor resiko utama untuk stroke, gagal jantung
Koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang

yang lebih muda (Kuswardhani, 2007).

Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%,18% dan 255 pada

kelompok umur 60-69, 80-89, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering

ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam,

Belanda ditemukan: 7983 penduduk berusia 55 tahun, prevalensi hipertensi

(160/95mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada perempuan

(39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan

menunjukan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun dengan kriteria

hipertensi berdasarkan The joint National Committee on Prevantion, Detection,

Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI), ditemukan prevalensi

hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang

sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan

perempuan 33,1%) hipertensi yang terdiagnosis adalah29,3% (laki-laki 29,7% dan

perempuan 28,8%). Sedangkan, prevalensi hipertensi yang tergolong lansia (55

sampai 75+ tahun) di Indonesia mencapai 62,8%.

Dampak penyakit hipertensi berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan

banyak komplikasi. Hipertensi adalah faktor resiko utama pada penyakit jantung,

serebral (otak), renal (ginjal), dan vas-kular (pembuluh darah) dengan komplikasi

berupa “infrak miokard” (serangan jantung). Gagal ginjal, stroke (serangan otak),

gagal ginjal dan penyakit vascular perifer. Akibat tekanan darah tinggi yang

berlanjut terus maka jantung bekerja lebih keras, hingga otot jantung membesar.

Kerja jantung yang meningkat menyebabkan pembesaran yang dapat berlanjut


menjadi gagal (heart failure). Selain itu, tekanan darah tinggi juga berpengaruh

terhadap pembuluhg darah coroner di jantung berupa terbentuknya plak (timbunan)

aterosklerosis yang dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan

menghasilkan serangan jantung ( heart attack) (Merdikoputro, 2011). Hipertensi

sering tidak menunjukan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan

gangguan organ seperti gangguan fungsi janting atau stroke. Tidak jarang

hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin

atau dating dengan keluhan lain. Oleh karena itu satu-satunya jalan untuk

mengetahui adalah melakukan pengontrolan tekanan darah secara teratur, terutama

bgi yang berusia diatas 40 tahun. (Kemenkes RI, 2012).

Hipertensi adalah penyakit seumur hidup. Oleh karena itu, penanganan penyakit

ini harus dilaksanakan secara teratur dan disiplin oleh penderita. Bila hipertensi

tidak terkendali, maka dampak jangka panjang yang akan timbul antara lain

gangguan jantung (755). Stroke (155), dan gangguan fungsi ginjal (10%). Bahkan

hipertensi dapat menyebabkan kematian mendadak sehingga disebut sebagai “silet

killer” sehingga penderita tidak mengetahui jika dirinya terkena hipertensi, dari

hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 76,1% tidak mengetahui dirinya

mengidap hipertensi (Kemenkes RI, 2013).

Faktor yang mempengaruhi hipertensi ada dua. Faktor yang dpat dikontrol dan

faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol adalah kegemukan

atau obesitas, pola makan yang tidak terkontrol bisa menyebabkan penimbunan

lemak sehingga mempengaruhi peredaran darah, konsumsi garam berlebih, garam

bersifat menahan air sehingga menaikan tekanan darah, kurang olahraga, orang
yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan,

stress, orang yang stress dapat merangsang hormone adrenalin yang menyebabkan

jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan kapiler sehingga tekanan darah

meningkat, merokok dapat meningkatkan pengumpulan darah dalam pembuluh

darah, serta alkohol karena adanya peningkatan sintesis katekholamin yang dalam

jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah. Faktor yang tidak dapat

terkontrol, antaranya adalah keturunan, 70-80% penderita hipertensi ditemukan ada

riwayat dalam keluarganya, jenis kelamin, kaum laki-laki paling beresiko

hipertensi karena memiliki faktor pendorong, seperti stress, kelelahan, dan makan

tidak terkontrol, umur, pada umumnya hipertensi menyerang pria pada usia di atas

31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause)

(Setiawan, 2008).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Prevalensi hipertensi di Indonesia

yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen,

tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),

Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di

Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4

persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5

persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai

tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi

prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %) (Riskesdas,

2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan

November 2016 di pusyando lansia wilayah Puskesmas Pekauman pada bulan mei

2016 jumlah penderita hipertensi 31 orang , bulan juni 2016 penderita hipertensi

sebesar 25 orang, bulan juli 2016 jumlah penderita hipertensi sebesar 30 orang,

bulan Agustus penderita hipertensi sebesar 36 orang, bulan September 2016

penderita hipertensi sebesar 38 orang.

Hasil wawancara dengan penderita hipertensi di Posyandu lansia wilayah kerja

Puskesmas Pekauman kota Banjarmasin pada bulan November 2016, didapatkan

bahwa penderita mengatakan telah mendapatkan informasi dari petugas Puskesmas

untuk mengurangi makanan yang asin-asin dan makanan yang berlemak tinggi.

Setelah dikonfirmasi langsung dengan petugas Puskesmas tersebut , ternyata

petugas ternyata petugas telah memberikan anjuran untuk mengurangi makanan

yang asin-asin dan berlemak tinggi kepada penderita hipertensi. Meskipun telah

dianjurkan petugas kesehatan untuk diet penderita hipertensi, namun angka

hipertensi masih tinggi terjadi pada lansi.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia si

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin tahun

2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka rumusan masalahnya yaitu :

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hipertensi pada lansia di Posyandu

lansia di wilayah kerja puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin ?


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Pekauman.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik lansia dilihat dari jenis kelamin di wilayah

kerja Puskesmas Pekauman.

b. Mengidentifikasi riwayat keluarga (genetik) lansia di wilayah kerja

Puskesmas Pekauman.

c. Mengidentifikasi olahraga/aktivitas fisik lansia di wilayah kerja Puskesmas

Pekauman.

d. Mengidentifikasi kebiasaan merokok lansia di wilayah kerja Puskesmas

Pekauman.

e. Mengidentifikasi obesitas lansia di wilayah kerja Puskesmas Pekauman.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan

sebagai salah satu informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

hipertensi pada lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini digunakan sebagai ilmu dan mendapat

tambahan pengetahuan dan praktek dalam prodes penelitian tentang faktor-


faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Pekauman

b. Profesi Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan data tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Pekauman

hal ini perlu dilakukan penyuluhan kesehatan bagi lansia agar para lansia

nantinya dapat mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi pemicu

naiknya tekanan darah.

c. Dinas kesehatan

Bagi pengelola program yaitu Dinas kesehatan yang berfungsi sebagai data

atau fakta (evident based) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Sehingga dinas kesehatan

dapat meningkatkan program pengendalian hipertensi pada lansia.

d. Puskesmas

Sebagai bahan informasi untuk pengambilan langkah-langkah kebijakan

dimasa depan, seperti memberi penyuluhsb / informasi yang terkait dengan

hipertensi dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya

lansia, dan perhatian dalam upaya pencegahan penyakit regenerative,

sehingga dapat menurunkan prevalensi hipertensi di kawasan tersebut.

e. Lansia

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pasien dalam

menjaga kesehatan dan dapat meningkatkan kesadaran terhadap penyakit

hipertensi sehingga dapat dilakukan pencegahan dini.


E. Keaslian Penelitian

1. “Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut” oleh Wahyuningsih

(2013). Penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2008. sampel

yang digunakan sebanyak 73 lansia (≥ 60 tahun). yang bersedia menjadi

responden dan tidak dalam keadaan yang dapat mempengaruhi pengambilan

data. Variable terikat adalah hipertensi pada usia lanjut, dan variable bebas

meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, stress,

obesitas, konsumsi garam, kebiasaan minum kopi, kebiasaan olahraga, tipe

kepribadian A. Analisis univariate dengan menggunakan tablefrekuensi,

analisis bivariate dengan menggunakan chi-square dan analisis multivariate

dengan penghitungan regresi logistic.hasil Berdasarkan tabel 1.1 dapat

diketahui bahwa hampir setengah dari sampel yang di ambil yaitu 47,94%

responden mengalami hipertensi. Sebagian besar responden adalah berumur 70-

79 tahun yaitu sebanyak 34. Sebagian besar responden adalah perempuan yaitu

46 orang (63,02%). Sebagian besar responden tidak ada riwayat keluarga

hipertensi yaitu sebanyak 62 orang (85%). Sebagian besar responden yang

mempunyai kebiasaan merokok sering yaitu sebanyak 46 orang (63%)

sedangkan paling sedikit adalah responden dengan kebiasaan merokok jarang

yaitu sebanyak 0 orang (0%). Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan

tidak pernah olah raga, yaitu sebanyak 29 orang (39,7%). Sebagian besar

responden mempunyai kebiasaan tidak pernah minum kopi, yaitu sebanyak 51

orang (69,8%). Sebagian besar responden yaitu 40 orang (54,8%) tidak


obesitas. Sebagian besar responden mengkonsumsi garam secara tidak berlebih,

yaitu sebanyak 49 orang (67,1%). Sebagian besar responden tidak mengalami

stres, yaitu sebanyak 69 orang (94,5%). Sebagian besar responden mempunyai

tipe kepribadian non A, yaitu sebanyak 37 orang (50,7 %). Tabulasi silang

antara factor umur dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square

didapatkan nilai X hitung = 8,132 pada derajat kebebasan 2 dengan taraf signifi

kansi 0,017. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05

(0,017 < 0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Pada tabulasi silang antara

factor jenis kelamin dengan kejadian hipertensi, hasil uji statistik Chi Square

didapatkan nilai X hitung = 0,001 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifi

kansi 0,979. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05

( 0,979 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Kesimpulannya bahwa tidak

ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan terjadinya hipertensi pada

usia lanjut di Dusun Kabregan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta Maret

sampai April tahun 2008. Tabulasi silang antara riwayat keluarga dengan

kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung =

0,032 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,858. Penelitian ini

didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 (0,858 >0,05) sehingga

hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang antara kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung =

0,023 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf signifi kansi 0,989. Tabulasi silang

antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi

Square didapatkan nilai X hitung = 7,863 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf
signifi kansi 0,049. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil

dari 0,05 ( 0,049 < 0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Tabulasi silang

antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi

Square didapatkan nilai X hitung = 0,827 pada derajat kebebasan 3 dengan taraf

signifi kansi 0,843. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar

dari 0,05 ( 0,843 > 0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang antara

obesitas dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan

nilai X hitung = 3,868 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,049.

Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05 ( 0,049 <

0,05) sehingga hipotesis kerja diterima. Tabulasi silang antara konsumsi garam

dengan kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X

hitung = 0,555 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,456.

Penelitian ini didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 ( 0,456 >

0,05) sehingga hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang antara stress dengan

kejadian hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung =

1,241 pada derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,265. Penelitian ini

didapatkan hasil bahwa p hitung lebih besar dari 0,05 ( 0,265 > 0,05) sehingga

hipotesis kerja ditolak. Tabulasi silang tipe kepribadian dengan kejadian

hipertensi, Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 7,234 pada

derajat kebebasan 1 dengan taraf signifikansi 0,007. Penelitian ini didapatkan

hasil bahwa p hitung lebih kecil dari 0,05 ( 0,007 < 0,05) sehingga hipotesis

kerja diterima. Analisis Univariat Variabel yang Mempengaruhi Terjadinya

Hipertensi pada Usia Lanjut di Dusun Kabregan, Srimulyo, Piyungan, Analisis


multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistic model Enter

untuk menentukan apakah variabelvariabel secara bersama-sama berpengaruh

terhadap terjadinya hipertensi pada usia lanjut. Penggunaan model Enter

tersebut mempunyai kemampuan memprediksi (overall) sebesar 83,6% artinya

secara bersama-sama kemampuan variabel bebas (faktor umur, jenis kelamin,

riwayat keluarga, kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, kebiasaan minum

kopi, obesitas, konsumsi garam, stres, dan tipe kepribadian ketepatan dalam

mempengaruhi terjadinya hipertensi pada usia lanjut sebesar 83,6%. Berbagai

faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia (Studi Kasus

di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang). Oleh Fauzia Rachman (2011).

Penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan cross

sectional. Subjek penelitian ini adalah lansia yang datang ke bagian Geriatri

RSUP Dr.Kariadi Semarang pada bulan April-Juni 2011. Sampel penelitian

sebanyak 34 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian

kuesioner. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel menggunakan uji Chi-

square dengan SPSS windows ver. 16.0. hasil. Jumlah responden pada

penelitian ini sebanyak 34 orang. Hasil analisis faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada lansia, didapatkan p = 0,01 (bermakna) pada

riwayat keluarga. persamaan dengan penelitian ini adalah letak pada objek

penelitian yaitu lansia dan cara analisa data, sedangkan perbedaan

penelitiannya adalah waktu dan tempat penelitian.

2. “ Berbagai faktor yang berhubungan dengan Kejadian hipertensi pada lansia

(Studi Kasus di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang). Oleh fauzia ranchman


(2011). Penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan

pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah lansia yang datang ke

bagian Geriatri RSUP Dr.Kariadi Semarang pada bulan April-Juni 2011.

Sampel penelitian sebanyak 34 responden. Pengumpulan data dilakukan

dengan pengisian kuesioner. Data dideskripsikan dalam bentuk table

menggunakan uji Chi-square dengan SPSS windows ver. 16.0. Hasil : Jumlah

responden pada penelitian ini sebanyak 34 orang. Hasil analisis faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia, didapatkan p = 0,01

(bermakna) pada riwayat keluarga. persamaan dengan penelitian ini adalah

letak pada objek penelitian yaitu lansia dan cara analisa data, sedangkan

perbedaan penelitiannya adalah waktu dan tempat penelitian.

Anda mungkin juga menyukai