vertikal, tebal 0,6-1 mm. Indeks bias kornea 1,375 dengan kekuatan
pembiasan 80%. Sifat kornea yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan
bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.
cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera
Jika kornea oedem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak
melihat halo.
depan dan terdiri atas lima lapisan dari anterior ke posterior yaitu: lapisan
1. Epitel
Lapisan epitel kornea tebalnya 50 m berbentuk pipih berlapis
tanpa tanduk, ada satu lapis sel basal dan sel polygonal. Sel bersifat
fat soluble substance. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel
3
muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju
kedepan menjadi sel pipih, sel basal berikatan erat dengan sel basal
saling melekat erat. Bila terjadi gangguan akan menjadi erosi rekuren.
Ujung saraf kornea berakhir di epitel, oleh karena itu kelainan pada
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
jaringan parut.
3. Stroma
Stroma merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea,
yang menarik air, kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan
memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat
terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal dengan tebal 20-40 m
zonula okluden.
Keratitis
Definisi
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada
superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran bowman dan lapisan
Epidemiologi
jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan berkisar dari 2% dari
Etiologi
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
6
busur
5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak
Patofisiologi
limbus (kornea perifer) dan sklera yang letaknya berdekatan dapat ikut
terkait dalam sindrom iskhemik kornea perifer, suatu kelainan yang jarang
arah sumber antigen di kornea dan dapat menimbulkan reaksi imun di tepi
Klasifikasi
Pungtata Subepitel)
2. Keratitis Marginal
3. Keratitis Interstisial
1. Keratitis Bakteri
2. Keratitis Jamur
3. Keratitis Virus
4. Keratitis Herpetik
a. Keratitis Infeksi Herpes Zoster
b. Keratitis Infeksi Herpes Simplek :
Keratitis Dendritik dan Keratitis Disiformis
5. Keratitis Alergi
a. Keratokonjungtivitis
b. Keratokonjungtivitis epidemi
c. Tukak atau ulkus fliktenular
d. Keratitis fasikularis
e. Keratokonjungtivitis vernal
1. Keratitis Flikten
2. Keratitis Sika
3. Keratitis Neuroparalitik
4. Keratitis Numuralis
A. Keratitis Pungtata
B. Keratitis Marginal
`
Gambar 3. Keratitis Marginal
C. Keratitis Interstitial
A. Keratitis Bakteri
1. Faktor Risiko
2. Etiologi
11
3. Manifestasi Klinis
infiltrasi kornea
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kultur bakteri dilakukan dengan menggores ulkus
5. Terapi
Dapat diberikan inisial antibiotik spektrum luas sambil menunggu
dapat diberikan:
2. Patologi
Hifa jamur cenderung masuk stroma secara paralel ke lamella
3. Manifestasi Klinis
keatas. Lesi satelit yang timbul terpisah dengan lesi utama dan
lama
Lesi satelit
Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kerokan
5. Terapi
Obat-obat anti jamur yang dapat diberikan meliputi:
Polyenes termasuk natamycin, nistatin, dan amfoterisin B.
Azoles (imidazoles dan triazoles) termasuk ketoconazole,
clotrimazole.`
C. Keratitis Virus
1. Etiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus
mengandung virus.
2. Patofisiologi
Patofisiologi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk :
Pada epitelial : kerusakan terjadi akibat pembiakan virus
di sekitarnya.
3. Manifestasi Klinis
Pasien dengan HSV keratitis mengeluh nyeri, fotofobia, penglihatan
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Terapi
Debridement
Cara efektif mengobati keratitis dendritik adalah debridement
4 jam)
Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam
bentuk salep
Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1%
setiap 4 jam
Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.
Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata berat,
D. Keratitis Alergi
1. Etiologi
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata,
seperti lilin)
Gatal
Fotofobia
Sensasi benda asing
Mata berair dan blefarospasme
3. Terapi
Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
Steroid topikal dan sistemik
Kompres dingin
Obat vasokonstriktor
Cromolyn sodium topikal
Koagulasi cryo CO2.
Pembedahan kecil (eksisi).
Antihistamin umumnya tidak efektif
Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
A. Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa
tengah nya masih aktif, yang disebut wander phlyctaen. Keadaan ini
B. Keratitis Sika
Merupakan peradangan konjungtiva dan kornea akibat keringnya
trakoma.
Penguapan yang berlebihan seperti pada kehidupan gurun pasir,
Gejala klinis yang sering timbul yaitu mengeluh mata terasa gatal,
filamentosa.
C. Keratitis Numularis
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas,
lebih jernih, disebut halo (diduga terjadi karena resorpsi dari infiltrat
yang dimulai di tengah). Tes fluoresen (-). Keratitis ini kalau sembuh
Komplikasi
Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
Prognosisπ
21
dan jika tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan
Virulensi organisme
Luas dan lokasi keratitis
Hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi–2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.113–
116
2. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI. Hal: 56
3. Reed, KK. 2007. Thygeson's SPK photos. Nova Southeastern University College
of Optometry 3200 South University Drive Ft. Lauderdale, Florida. Available at:
http://www.fechter.com/Thygesons.htm. (accessed: Juli 2011)