Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi menular Seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan
seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin
maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit
kelamin. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular
IMS adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).
Ulkus genital merupakan salah satu gejala pada IMS yang selama perjalanan
penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif atau ulkus1. Penyakit menular
seksual jika dilihat dari ulkusnya dapat dibedakan menjadi herpes genital,
sifilis, ulkus mole, granuloma inguinal, dan limfogranuloma venereum2.
WHO memperkirakan morbiditas IMS di dunia sebesar ± 250 juta orang
setiap tahunnya. Peningkatan insidensi IMS ini terkait juga dengan perilaku
berisiko tinggi yang ada di masyarakat dewasa ini. Tipe HSV 1 dan 2 adalah
penyebab umum ulkus genital di Amerika Serikat, kemudian diikuti oleh sifilis
dan ulkus mole2.
Pada ulkus genital biasanya didapatkan gejala yang bervariasi bergantung
pada penyakit yang mendasarinya. Ulkus karena sifilis stadium 1 dan herpes
genitalis biasanya tidak khas, ulkus mole menunjukkan ulkus yang lebih luas,
berkembang secara agresif, dan disertai gejala sistemik seperti demam dan
menggigil. Lesi pada herpes genitalis berbentuk ulkus multipel yang persisten2.
Diagnosis dan penatalaksanaan dari ulkus genital tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, seperti herpes genital yang diobati dengan antivirus, sifilis,
ulkus mole dan limfogranuloma venereum yang diobati dengan antibiotik2.
Penatalaksanaan ulkus genital merupakan penyakit yang termasuk standar
kompetensi 4A, sehingga sebagai dokter umum hendaknya dapat membuat
diagnosis klinis dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara
mandiri dan tuntas.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ulkus genital merupakan salah satu gejala pada IMS yang selama perjalanan
penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif atau ulkus. Adanya ulseratif pada
genitalia akan meningkatkan 5-10 kali risiko transmisi HIV-AIDS1.
2.2 Epidemiologi
WHO memperkirakan morbiditas IMS di dunia sebesar ± 250 juta orang
setiap tahunnya. Peningkatan insidensi IMS ini terkait juga dengan perilaku
berisiko tinggi yang ada di masyarakat dewasa ini. Tipe HSV 1 dan 2 adalah
penyebab umum ulkus genital di Amerika Serikat, kemudian diikuti oleh
sifilis dan ulkus mole2.
2.3 Etiologi dan Gejala Klinis
Penyakit menular seksual yang dapat bermanifestasi sebagai ulkus genital
adalah herpes simpleks, sifilis, ulkus mole, granuloma inguinal, dan
limfogranuloma venereum2.
2.3.1 Sifilis
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Treponema Pallidum,
sangat kronik dan bersifat kronis dan bersifat kronis. Sifilis dapat dibagi
menjadi tiga stadium: stadium I (SI), stadium II (SII), dan stadium III (III).
Ulkus genital biasanya muncul pada stadium I (SI), dimana ulkus tersebut
biasanya bulat, soliter, dasarnya adalah jaringan granulasi berwarna merah
dan bersih, diatasnya hanya tampak serum. Dinding tidak bergaung, kulit
sekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut2,3.
2.3.2 Herpes Genital
Herpes genitalis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh herpes
simplex virus (HSV) tipe 1 atau 2, namun pada herpes genital biasanya
disebabkan oleh HSV tipe 2. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel
yang berkelompok di atas kulit yang eritematosa, berisi cairan jernih dan
kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta, nyeri, dan kadang
mengalami ulserasi yang dangkal. Pada perabaan tidak terdapat indurasi.

2
Kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberikan gambaran
yang tidak jelas2,3.
2.3.3 Ukus Mole
Ulkus mole merupakan penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut,
setempat, dan disebabkan oleh Haemophylus ducreyi dengan gejala klinis
khas berupa ulkus kecil yang nyeri, lunak pada perabaan, tidak terdapat
indurasi, berbentuk cawan, pinggir tidak rata, sering bergaung. Ulkus
sering ditutupi jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan granulasi
yang mudah berdarah2,3.
2.3.4 Granuloma Inguinal
Granuloma Inguinal merupakan penyakit yang timbul akibat proses
granuloma pada daerah anogenital dan inguinal. Etiologinya adalah:
Donovania granuloma (Calymatobacterium granulomatosis). Lebih
banyak menerang usia aktif (20 – 40 tahun). Dan lebih sering terdapat
pada pria dari pada wanita. Lesi dimulai pada daerah genital eksternal,
paha, lipat paha, atau perineum. Pada awalnya lesi berbentuk papul atau
vesikel yang tidak nyeri, kemudian menjadi ulkus granulomatosa
berbentuk bulat, menimbul, merah dan mudah berdarah. Varian klinis
lainnya adalah hipertropik yaitu lesi eksofilik menyerupai veruka dalam
jumlah banyak, nekrotik yaitu ulkus dalam dengan destruksi jaringan yang
luas, dan sklerotik yaitu lesi fibrosis dan kadang disertai dengan striktur
uretra. Lesi juga dapat meluas ke abdomen bagian bawah dan bokong2,3.

2.3.5 Limfogranuloma Venereum


Limfogranuloma venereum merupakan penyakit infeksi menular seksual
sistemik yang disebabkan oleh clamydia trachomatis. Ditandai dengan
gejala konstitusional seperti; malaise, nyeri kepala, atralgia, anoreksia,
nausea, dan demam. Gambaran klinis pada afek primer berbentuk tidak
khas dan tidak nyeri, dapat berupa erosi, papul, vesikel, pustul dan ulkus.
Umumnya soliter dan cepat hilang2,3.

3
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Ulkus genital dapat ditegakkan berdasarkan penyakit yang mendahuluinya
dengan beberapa pemeriksaan penunjang. Sediaan dikumpulkan dengan
melakukan swab pada daerah ulkus genital pada bagian dasar dan tepi dari
ulkus, kemudian diproses dengan beberapa pemeriksaan mikroskopik.
Beberapa pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan adalah4:
- Pada penyakit Sifilis dilakukan pemeriksaan dark field microscopy untuk
melihat treponema pallidum. Cara pemeriksaan adalah dengan mengambil
serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan pergerakannya dengan
mikroskop lapangan gelap. Interpretasi: Treponema pallidum tampak
berwarna putih pada latar belakang gelap dengan pergerakan memutar.
- Pada penyakit ulkus mole dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram. Cara
pemeriksaan adalah dengan melakukan swab pada daerah lesi, kemudian
dilakukan pengamatan dengan mikroskop dan diberikan minyak emersi.
Interpretasi: ditemukan bakteri gram negatif coccobasilli dalam kelompok
atau dapat disebut “fish in stream appearance”. Swab kedua dilakukan
biakan kuman dan swab ketiga dilakukan tes real time PCR.
- Pada HSV dilakukan tes Tzank, dimana swab dilakukan pada bagian dasar
ulkus untuk melihat adanya multinucleated giant cell yang diindikasikan
oleh infeksi HSV.
- Pada penyakit Limfogranuloma venereum dilakukan tes DFA untuk
melihat adanya Chlamydia trachomatis pada swab ulkus.
- Pada penyakit Granuloma inguinale dilakukan tissue smear yang diwarnai
dengan Giemsa pada sebagian kecil jaringan dari ulkus untuk melihat
adanya badan donovan yang khas, disebut “safety pin appearance”.
2.5 Penatalaksanaan
Sebelum melakukan penatalaksanaan pada penyakit ulkus genital, didahululi
dengan anamnesis yang mencakup mengenai onset, lokasi, lesi awalnya seperti
apa, dan ditanyakan juga riwayat hubungan seksual, kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik dengan melihat adanya lesi pada genital pasien.
Penatalaksanaan ulkus genital didasari oleh penyakit yang mendasarinya, dimana
rincian pengobatan pada ulkus genitalis adalah sebagai berikut2,3,5,6,7:

4
Berikut ini adalah bagan dalam penatalaksanaan ulkus genital berdasarkan
penyakit Herpes Genitalis, Chancroid, dan Sifilis :

5
Pada pasien Granuloma Inguinale dapat diberikan pengobatan spesifik
berupa: Doksisiklin 2x100mg/hari, Azitromisin 1gram setiap minggu, Eritromisin
4x500mg/hari. Pengobatan diberikan selama 3 minggu dan dilanjutkan hingga lesi
sembuh. Pada pasien Limfogranuloma Venereum dapat diberikan pengobatan
sistemik berupa Doksisiklin 2x100mg/hari, Eritromisin 4x500mg/hari, sedangkan
pada ibu hamil tidak diajurkan menggunakan doksisiklin2.
Selain penatalaksanaan diatas, pasien juga diberikan pengobatan topikal,
pengobatan topikal dapat berupa pemberian antispetik seperti povidon iodin. Pada
penderita yang mengeluh ulkusnya sangat nyeri, dapat diberi terapi topikal dengan
kompres dingin untuk mengurangi peradangannya. Pada pasien sebaiknya
diberikan KIE agar tidak berganti-ganti pasangan, tidak berhubungan kelamin
selama pengobatan, dan pasangan juga harus diperiksa dan diobati7.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Ulkus genital merupakan salah satu gejala pada IMS yang selama perjalanan
penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif atau ulkus. Penyakit menular seksual
jika dilihat dari ulkusnya dapat dibedakan menjadi herpes genital, sifilis, ulkus
mole, granuloma inguinal, dan limfogranuloma venereum. Diagnosis dan
penatalaksanaan dari ulkus genital tergantung pada penyakit yang mendasarinya,
seperti herpes genital yang diobati dengan antivirus, sifilis, ulkus mole dan
limfogranuloma venereum yang diobati dengan antibiotik, pasien juga diberikan
pengobatan topikal, pengobatan topikal dapat berupa pemberian antispetik seperti
povidon iodin. Pada penderita yang mengeluh ulkusnya sangat nyeri, dapat diberi
terapi topikal dengan kompres dingin untuk mengurangi peradangannya, selain itu
perlu diperhatikan juga pemberian pada ibu hamil atau menyusui dan anak-anak
dibawah 12 tahun.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Workowski KA, Bolan GA. Sexually Trasmitted Disease Treatment


Guidelines. Centers for Disease Control and Prevention MMWR.
Vol.64/No.3. CDC; 2015: p.1
2. Roett MA, Mayor MT, Uduhiri KA. Diagnosis and Management of
Genital Ulcers; 2012: p.254-259.
3. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2013: p.381,
p.392-395, p.413-416, p.417-420, p.422-425.
4. Muralidhar S, Talwar R, Kumar DA. Genital Ulcer Disease: How
Worrisome Is It Today? A Status Report From New Delhi, India. Hindawi
Publishing Corporation; 2013: p.1-3.
5. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular
Seksual; 2011: p.29-34.
6. Sacks SL. Genital Ulcers: Their Diagnosis and Management; 2012: p.
1801-1808.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski) Bali. Bagan
Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual Berdasarkan Pendekatan
Sindrom: p.7-8.

Anda mungkin juga menyukai