PENDAHULUAN
1
2
pada remaja yang sedang mengalami konflik yang beragam (Janah, 2015).
Kemampuan mengelola emosi ini disebut juga regulasi emosi (Gross, 2007;
Habsy, 2015).
Menurut WHO (2014), remaja merupakan penduduk dalam rentang
usia 10-19 tahun. Di dunia di perkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2
milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Di Indonesia jumlah remaja
sebanyak 61,83 juta jiwa atau sekitar 24,53% dari 252,04 juta jiwa penduduk
Indonesia. Remaja mempunyai jumlah yang paling kecil dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang berusia di bawah 16 tahun (76,68 juta) dan penduduk
di atas 30 tahun (113,52 juta). Rasio jenis kelamin remaja pada tahun 2014
sebesar 101,38 yang berarti bahwa dari setiap 100 orang remajaperempuan,
terdapat sekitar 101 orang remaja laki-laki. Hal ini menunjukkan jumlah
remaja laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan. Jika dilihat
menurut tipe daerah, proporsi remaja di perkotaan (25,92 %) lebih besar
dibandingkan proporsi remaja di perdesaan (23,14 %) (BPS, 2015). Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri jumlah penduduk remaja mencapai
316.260 jiwa pada periode semester awal 2017 dengan pencapaian tertinggi di
Kabupaten Sleman sebanyak 94.472 jiwa kemudian Kabupaten Bantul pada
peringkat ke dua sebanyak 79.436 jiwa dan Kota Yogyakarta sebanyak 74.345
jiwa di peringkat ke tiga (Kependudukan Jogja Provinsi, 2017).
Usia terlalu muda memasuki masa puber memiliki resiko
mengembangkan masalah emosional dan tingkah laku termasuk didalamnya
kecemasan. Ketidaktahuan remaja mengenai apa yang terjadi seringkali
diiringi dengan perasaan negatif seperti kecemasan, kaget, panik, bingung,
dan malu (Ge, dkk, 2006; Hidayati 2012).
Kecemasan merupakan perubahan mood (suasana hati) atau gangguan
alam perasaan ditandai dengan perasaan takut dan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Gangguan kecemasan
merupakan gangguan yang memiliki ciri-ciri kecemasan atau ketakutan yang
tidak realistik, irrasional dan tiadk dapat secara intensif ditampilkan dalam
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
diajukan adalah “Adakah Hubungan Antara Tingkat Regulasi Emosi
(Emotional Regulation Level ) dengan Tingkat Ansietas (Anxiety Level) Pada
Remaja di SMP Negeri 9 Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Antara Tingkat Regulasi Emosi (Emotional
Regulation Level ) dengan Tingkat Ansietas (Anxiety Level) Pada Remaja
di SMP Negeri 9 Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Tingkat Regulasi Emosi (Emotional Regulation Level )
Pada Remaja di SMP Negeri 9 Yogyakarta.
b. Mengetahui Tingkat Ansietas (Anxiety Level) Pada Remaja di SMP
Negeri 9 Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
Dapat menjadi tambahan literatur mengenai Regulasi Emosi terkait
dengan Tingkat Ansietas (Anxiety Level) Pada Remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa di SMP Negeri 9 Yogyakarta.
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan
pengetahuan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi ansietas
(anxiety) dan Regulasi Emosi untuk menurunkan tingkat ansietas.
7
F. Keaslian Penelitian
1. Fitriani dan Alsa (2015) melakukan penelitian dengan judul “Relaksasi
Autogenik Untuk Meningkatkan Regulasi Emosi Pada Siswa SMP
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMP M Yogyakarta”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh pelatihan
relaksasi autogenic terhadap peningkatan regulasi emosi. Partisipan dalam
penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII pada tempat sekolah yang
sama. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan tri solomon
design. Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah
50 orang yang diambil berdasarkan skor pretest terendah. Penempatan
partisipan kedalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
dilakukan dengan mengurutkan nilai terendah sampai tertinggi kemudian
nomor ganjil sebagai kelompok eksperimen dan nomor genap sebagai
kelompok kontrol. Partisipan yang mengikuti pretest, posttest dan follow
up secara lengkap dalam kelompok eksperimen berjumlah 16 siswa
perempuan dan pada kelompok kontrol berjumlah 19 siswa perempuan.
Hasil penelitian manunjukan relaksasi autogenik dapat meningkatkan
regulasi emosi pada siswa SMP. Persamaan penelitian Yulia Fitriani dkk
(2015) dengan yang akan dilakukan terletak pada variabel terikat yakni
meneliti regulasi emosi dan subyek penelitian yaitu remaja. Perbedaan
terletak pada desain penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian eksperimental dengan pendekatan tri solomon design sedangkan
penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional.
2. Pujiyatmi (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pelatihan Regulasi
Emosi Untuk Menurunkan Perilaku Marah Pada Pasien Penderita
Hipertensi”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pelatihan regulasi emosi terhadap penurunan perilaku marah
pada pasien penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan tri solomon design. Populasi dalam penelitian ini
9