DI INDONESIA
TESIS
Oleh
KHAIRANI SIREGAR
077018011/EP
K O L A
E
H
S
PA
A
N
C
A S A R JA
S
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
TESIS
Oleh
KHAIRANI SIREGAR
077018011/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Kata Kunci : Konsumsi, Pendapatan Nasional, Uang Kuasi, Suku Bunga, Inflasi.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
yang berjudul “Analisis Determinan Konsumsi Masyarakat di Indonesia”. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak tidak mungkin tesis ini dapat
terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana,
Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE dan Dr. M. Pandapotan Nasution, MS
selaku Wakil Direktur I dan Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas arahan dan
bimbingannya kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.
4. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. dan Bapak Kasyful Mahalli, S.E.,Msi. selaku
pembimbing yang telah memberikan banyak perhatian, bimbingan dan arahan
dalam penyelesaian tesis ini.
5. Seluruh dosen dan Guru Besar serta seluruh Staf Administrasi pada Program
Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana USU.
6. Sembah sujud penulis kepada Ayahanda tercinta Almarhum Dahroem Siregar,
dan Ibunda tercinta Almarhumah R. Hanimah Dalimunte, yang telah memberikan
pengorbanan dan kasih sayang yang tiada terhingga selama hidupnya. Doa dan
kasih sayang penulis selalu untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta.
7. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Mertua, H. Achmad Dairobbi Sagala dan Hj.
Hasnah Lubis atas dorongan semangat dan doanya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, harapan penulis
semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan mohon maaf atas segala
kekurangan. Terima kasih.
Khairani Siregar
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................ i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
4.3. Grafik Pertumbuhan Uang Kuasi Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal
II Tahun 2008…..………………………………………………….. 58
4. Statistik Deskriftif............................................................................ 84
PENDAHULUAN
konsumsi, apakah itu untuk memenuhi kebutuhan akan makan, pakaian, hiburan atau
untuk kebutuhan yang lain. Pengeluaran masyarakat untuk makanan, pakaian, dan
Pengeluaran konsumsi melekat pada setiap orang mulai dari lahir sampai dengan
konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia.
Berbagai jenis barang dan jasa diproduksi dan ditawarkan kepada masyarakat
kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi. Karenanya, keputusan rumah
tahun 2000 sampai dengan triwulan II tahun 2008 dapat dilihat pada grafik berikut :
250
200
150
100
50
0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Kuartal / Tahun
diproxy melalui konsumsi rumah tangga sepanjang kuartal I tahun 2000 hingga
kuartal II tahun 2008. Dari grafik terlihat bahwa konsumsi dari kuartal I tahun 2000
relatif stabil dengan trend yang meningkat. Namun demikian, jika diamati data
konsumsi rumah tangga secara triwulanan, akan terlihat bahwa peningkatan tersebut
berfluktuatif naik dan turun dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi berkisar 1,01%.
tahun 2003 dengan masing-masing tingkat pertumbuhan sebesar 2,15% dan 2,55%
pada triwulan IV tahun 2000, kondisi perekonomian pada triwulan ini dipengaruhi
oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Data Bank Indonesia menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan Pendapatan Nasional pada triwulan ini sebesar 10,88%
dalam bentuk tabungan atau deposito (uang kuasi). Dalam perbandingan relatif
lama makin meningkat maka terdapat kecenderungan proporsi uang kuasi mengalami
juga terjadi kenaikan uang kuasi dalam periode yang sama, tetapi persentase
maka terdapat kecenderungan proporsi uang kuasi mengalami kenaikan. Hal ini
uang kuasi.
sampai dengan triwulan II - 2008, tingkat suku bunga berfluktuasi dan cenderung
yang dapat diperoleh dari melakukan tabungan. Orang akan membuat lebih banyak
tabungan apabila tingkat bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan bunga yang
akan diperoleh. Sebaliknya, pada tingkat bunga yang rendah orang tidak begitu suka
(Substitution Effect) dan efek pendapatan (Income effect). Efek subsitusi bagi
konsumsi dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat
totalnya tergantung dari mana efek yang lebih kuat (dominan). Jadi, secara teoritis
jumlah uang yang beredar. Jika tingkat bunga mengalami penurunan maka terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah uang beredar, permintaan akan barang dan jasa
Artinya patut diduga bahwa hubungan antara konsumsi masyarakat dengan inflasi
pendapatan, kekayaan, tingkat suku bunga serta inflasi. Hal ini didukung oleh teori
yang telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Keynes menyatakan bahwa
permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen
lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan
datang
dan masa yang akan datang berdasarkan perkiraan kemampuan konsumsi dalam
dengan menyimpan sebagian pendapatannya untuk masa pensiun. Selain itu rumah
(kekayaan nyata dan kekayaan keuangan). Singh (2004) menyebutkan Ct = f(Yt, Wt,
memproksi kekayaan (Wt), sehingga dalam penelitian ini kekayaan juga diproxy
memegang uang menjadi tiga yaitu untuk berjaga-jaga, transaksi dan motif spekulasi,
yakni mencari uang dari perbedaan tingkat bunga. Konsumsi mempunyai hubungan
yang erat dengan tingkat tabungan, tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang
konsumsi masyarakat melalui tabungan. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar
pula jumlah uang yang ditabung sehingga semakin kecil uang yang dibelanjakan
untuk konsumsi. Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang yang
ditabung semakin rendah yang berarti semakin besar uang digunakan untuk
konsumsi. Jadi hubungan antara konsumsi dan suku bunga mempunyai arah yang
bertentangan, dimana suku bunga yang meningkat akan mengurangi pola konsumsi
kegiatan perekonomian. Tingkat inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum
barang yang satu ke barang lainnya. Inflasi yang tinggi akan melemahkan daya beli
nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam
menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Atas dasar
masyarakat di Indonesia?
Indonesia?
Indonesia?
Indonesia?
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari
masyarakat di Indonesia.
dalam bidang ekonomi, khususnya hal yang berkaitan dengan faktor – faktor
dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang
sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari
konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes
menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.
pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.
Berdasarkan tiga dugaan ini, persamaan konsumsi Keynes sering ditulis sebagai
Keterangan :
C = konsumsi
Y = pendapatan disposebel
a = konstanta
b = kecenderungan mengkonsumsi marginal
Konsumsi
Y=C
C0
0
Pendapatan
konsumsi Keynes :
tetapi melalui sumbu vertikal pada nilai positif (Co). Konsekwensi fungsi konsumsi
penurunan hasrat konsumsi rata-rata atau APC. Jika APC akan mengalami penurunan
konsumsi, kedua, pada saat garis konsumsi C memotong garis OY maka peningkatan
1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat
MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen
Consumption of
first period
C1
A Budget
line
Y2
t+ i2
D
H
J J3
E
I
Y1
J2
C1 J1
C2
F G C2
B Consumption of
Y2
Y1 (t+i) second period
indeferent (slope indifferent curve) sama dengan budget line. Dalam teori perilaku
teori Permanent Income Hypotesis dua barang yang dikonsumsi tersebut ditukar
dengan konsumsi pada periode pertama dan konsumsi pada periode kedua. Budget
line diumpamakan sebagai garis pendapatan. Ada tiga faktor yang mempengaruhinya,
yaitu pendapatan pada periode pertama, pendapatan pada periode kedua dan tingkat
pada periode satu sebesar C1. Sisanya DE disimpan. Pada periode kedua,
7. Pada saat itu C2 > Y2, hal ini dapat terjadi karena konsumen menggunakan
C2.
8. Dengan kata lain, hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat
ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi lebih pada Expected
permanent income.
konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.
usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan
akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan
membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan
sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi
kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah
menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah
pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan
meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan
ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan
(Suparmoko, 2001).
mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan
Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang
telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah
seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada
pendapatan akan cenderung kecil pada saat perekonomian baik, dan cenderung tinggi
pada saat ekonomi dalam keadaan buruk. Ketika terjadi perubahan pada penghasilan,
maka konsumsi tidak langsung meningkat, karena terjadi pengaruh konsumsi periode
yang lalu yang lebih kecil. Demikian pula, ketika pendapatan turun, maka konsumsi
tidak akan turun secara tajam karena terbiasa dengan hidup senang, yang terjadi
adalah persentase dari konsumsi dan pendapatannya menjadi semakin besar. Hal ini
tidak langsung naik pada garis C2 (Titik i), tetapi tetap di garis C1 (Titik e),
5) Kejadian ini disebut dengan Ratchet Effect, yaitu penurunan atau kenaikan
Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi
konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan dalam
C = f (Y-T) .......................................................................(2.3)
dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang
sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi
sekarang (Dornbusch and Fisher, 2004). Dalam bentuk yang paling sederhana,
C = cYP ..................................................................................(2.5)
Lebih jauh hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini
tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi pada Expected Normal Income (rata-
C = f (YP,i)................................................................................(2.6)
daur hidup yang menggunakan variabel kekayaan dan demografis (Dornbusch and
Fisher, 2004). Suatu fungsi konsumsi modern yang disederhanakan akan menjadi :
dimana WR adalah kekayaan riel, YD adalah pendapatan disposibel tahun ini, YD-1
menganalisis tentang batas anggaran untuk kkonsumsi pada dua periode, yaitu : pada
S = Y1 – C1 ......................................................................... (2.8)
Dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan (termasuk bunga
C2 = (1 + r)S + Y2 ...............................................................(2.9)
Dimana r adalah tingkat bunga riel, variabel S menunjukkan tabungan atau pinjaman
dan persamaan ini berlaku dalam kedua kasus. Jika konsumsi pada periode pertama
kurang dari pendapatan periode pertama, berarti konsumen menabung dan S lebih
besar dari nol. Jika konsumsi periode pertama melebihi pendapatan periode pertama,
konsumen meminjam dan S kurang dari nol. Untuk menderivasi batas anggaran
persamaan :
tentang fungsi konsumsi yang menyatakan bahwa fungsi konsumsi adalah suatu
kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga
perekonomian tersebut.
Dimana :
a : konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0,
b : kecondongan konsumsi marginal,
C : tingkat konsumsi dan
Y : tingkat pendapatan nasional.
Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan
faktor yang mempengaruhi konsumsi tersebut telah dijabarkan ke dalam suatu fungsi
konsumsi yang terangkum dalam persamaan (2.1) sampai dengan (2.11) tersebut di
atas.
usia anggota keluarga, pendapatan yang teradahulu dan pengharapan akan pendapatan
sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup,
kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang
pendapatan rumah tangga, kekayaan dan pajak pemerintah, konsumsi rumah tangga
sekarang.
harga adalah tetap, maka setiap kenaikan pendapatan berarti terjadi kenaikan
meningkat 100 persen dan MPC sebesar 0,80 atau 80% dari kenaikan
pendapatan itu akan dikonsumsikan, maka hal ini akan menunjukkan terjadi
konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin yang
paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua,
dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini
dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan
dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposibel yang
maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga
yang besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras rajalele.
Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat
b. Kekayaan
Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran
banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak
membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari
hartanya.
c. Tingkat Bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi
banyak uang.
Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan
anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya
maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak
maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan
b. Jumlah Penduduk
pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup
yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun
yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain hal di atas antara lain :
a. Selera
beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang
(thrift).
adalah rendah. Hal ini berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif
tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur
c. Kekayaan
bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam
menentukan konsumsi.
e. Tingkat harga
dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila
dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat
Keynes.
Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada
masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang
Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es,
g. Kredit
rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak, karena apa
yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan
bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka
panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang
mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang sebagai akibat dari
keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi konsumsi yang
permanen atau jangka panjang, dan bukan dengan tingkat pendapatan mereka yang
sekarang. Hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak
tergantung pada pendapatan saat ini tetapi pada Expected Normal Income (rata-rata
pendapatan normal. Bentuk fungsi konsumsi yang dikembangkan dan telah diuraikan
pada persamaan (2.6) adalah C = f (YP, i), dimana YP adalah permanen income dan
teori dan penemuan empiris, suatu fungsi konsumsi dapat ditunjukkan melalui
Dimana : Ct = Konsumsi
Yt = Pendapatan disposibel nasional
Wt = Kekayaan
Zt = Determinan lain
Fungsi konsumsi yang dikembangkan Singh seperti tersebut di atas
didasarkan pada pendekatan pendapatan permanen (PIH) dan pendekatan daur hidup
masa sekarang dan masa yang akan datang berdasarkan perkiraan kemampuan
Selain itu rumah tangga memilih tingkat konsumsinya berdasarkan atas kekayaan
yang dimiliki (kekayaan nyata dan kekayaan keuangan). Singh (2004) memproksikan
kekayaan melalui uang kuasi. Uang kuasi dimaksud terdiri dari tabungan yang
dimiliki penduduk sepanjang waktu dan juga komponen memegang uang dalam
pengertian luas.
Determinan lain dari model konsumsi Singh yang diinisiasi variabel Z terdiri
dari tingkat bunga nyata, tingkat pengangguran dan transfer bersih swasta. Tingkat
sekarang atau kadang – kadang pada masa yang akan datang), sementara tingkat
d d d d
Δ log C t = α 0 + ∑ β i Δ log Yt −i + ∑ ρ i Δ log Wt −i + ∑ γ i urt −i + ∑ ϖ i rirt −i +
i =0 i =0 i =0 i =0
d d
∑ β Δptnet
i =0
i t −i + ∑ k i Δ log C t −i + τec +ε t …………………………………(2.14)
i =0
dimana urt adalah unemployment rate (tingkat pengangguran), rirt adalah the real
interest rate (tingkat bunga riil) dan ptnett adalah net private transfer (transfer bersih
swasta).
hubungan yang kuat dimana, jika harga-harga barang dan jasa naik dan terjadi inflasi
akan menyebabkan turunnya nilai riil dari pendapatan sehingga melemahkan daya
beli masyarakat terutama terhadap produksi dalam negeri sehingga dapat berdampak
tingkat bunga dan tingkat inflasi atau diformulasikan melalui persamaan sebagai
konsumsi rumah tangga di Provinsi Aceh periode 1986 – 1998 sebesar 5,2% per
membuktikan bahwa setiap perubahan dari pendapatan memberi efek pada konsumsi.
kapita dan inflasi sebesar 98,5%, koefisien inflasi secara parsial berhubungan dengan
Dalam penelitian ini konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan setelah dikurangi pajak,
jumlah penduduk (jumlah anggota rumah tangga), jumlah harta lancar dan harta tetap
disimpulkan bahwa penduduk, harta lancar, dan harta tidak lancar merupakan
variabel penerang konsumsi. Ketiga variabel ini ternyata mempunyai pengaruh positif
terhadap besarnya konsumsi rumah tangga. Hasrat konsumsi marginal (MPC) untuk
keseluruhan pengamatan adalah 0,75. Angka ini adalah 0,75 dan 0,64 untuk daerah
dan tabungan masyarakat Provinsi Aceh menyimpulkan bahwa dampak dari krisis
Desa IDT pada Kabupaten Aceh Besar dengan jumlah tanggungan keluarga sebagai
tanggungan lebih sedikit adalah lebih sejahtera daripada keluarga dengan tanggungan
2002 (Tinjauan Terhadap Hipotesis Keynes dan Post Keynes). Setelah diadakan
lebih besar dari pada jangka pendek. Artinya elastisitas jangka panjang tidak
terhadap hutang luar negeri Indonesia secara signifikan pada tingkat α = 1%, suku
bunga riil dan konsumsi tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap
konsumsi di Indonesia pada tingkat α = 1% dan investasi saham, jumlah uang beredar
dan pajak pendapatan atau penghasilan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
konsumsi pada tingkat α sampai dengan 10%. Berdasarkan hasil uji F dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan. Ini berarti secara bersama-sama
variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas atau model yang digunakan cukup
dapat dijelaskan oleh variasi variabel pendapatan nasional, suku bunga riil, investasi,
saham, jumlah uang beredar dan pajak penghasilan. Sementara sisanya 0,45%
pada tahun 2000”, dalam penelitiannya menggunakan metode regresi linier berganda
dengan variabel PDRB, jumlah penduduk dan inflasi. Dari hasil uji hipotesis
konsumsi masyarakat pada tingkat α = 1% dan hasil regresi yang diperoleh adalah
PDRB akan menyebabkan pengeluaran konsumsi masyarakat naik sebesar 0,403 juta
rupiah. Hubungan tersebut sesuai dengan teori yang ada dimana fungsi konsumsi
bahwa rata – rata pengeluaran untuk kebutuhan pangan mencapai 79,26% dan
sisanya 20,74% untuk kebutuhan non pangan. Sementara pola pengeluaran rumah
tangga terbesar adalah untuk kebutuhan pangan mencapai 79,26% dari total
pengeluaran per tahun. Sedangkan untuk pengeluaran non pangan terkonsentrasi pada
kelompok perumahan, bahan bakar dan air sebesar 6,29%, disusul pengeluaran untuk
sandang 5,29% dan aneka barang dan jasa 4,5%, pengeluaran untuk keperluan
pendapatan rumah tangga di Nangroe Aceh Darussalam (NAD), pada tahun 2004
pengeluaran penduduk per kapita di NAD sebagian besar digunakan untuk keperluan
pengeluaran bukan makan. Pengeluaran penduduk kota relative lebih besar daripada
10% lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Hasil estimasi model regresi logistic
anggota rumah tangga, perbedaan lokasi tempat tinggal berpengaruh positif dan
kecil dari konsumsi makanan masyarakat pedalaman, namun lebih besar dari
berbagai jenis bukan makanan masyarakat perkotaan lebih besar dari konsumsi bukan
makanan masyarakat pedalaman dan lebih besar dari konsumsi bukan makanan
makanan sebesar 92,5% dan pengeluaran konsumsi bukan makanan sebesar 87,4% .
metode penelitian, kurun waktu penelitian serta data dan jumlah data yang digunakan.
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yaitu data triwulanan 2000 sampai
dengan triwulan II 2008 (34 observasi) yang bersumber dari Laporan Bank Indonesia
analogi substitusi fungsi konsumsi Keynesian, Singh (2004) dan pandangan Guritno
(1998), maka diformulasikan suatu fungsi konsumsi yang digunakan dalam penelitian
hubungan variabel penelitian dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada
Pendapatan Nasional
Uang Kuasi
KONSUMSI
Suku Bunga Deposito MASYARAKAT
Tingkat Inflasi
Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang akan
sebagai berikut :
ceteris paribus.
ekonomi makro. Variable – variable ekonomi yang akan diteliti adalah pendapatan
nasional riil, uang kuasi, suku bunga deposito, dan inflasi per triwulan dari tahun
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Bank Indonesia (BI) yang meliputi data pengeluaran konsumsi rumah
tangga, pendapatan nasional, uang kuasi, suku bunga deposito, dan inflasi. Data
menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan model regresi linear berganda,
yaitu :
variable dan variable Pendapatan Naional, Uang Kuasi, Suku Bunga Deposito serta
Inflasi sebagai independen variable ke dalam model, maka diperoleh model penelitian
sebagai berikut :
Dimana :
b0 : Intersep (konstanta)
program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistik,
atau α 0.05.
Indonesia atas dasar harga konstan per triwulan sepanjang triwulan I tahun
2000 sampai dengan triwulan II 2008 yang diukur dalam satuan trilyun
rupiah.
3. Uang Kuasi (UK) adalah jumlah uang kuasi berupa tabungan, deposito
4. Suku Bunga Deposito (SBD) adalah tingkat suku bunga deposito yang berlaku
pada bank-bank umum yang diproxy melalui suku bunga deposito berjangka 3
bulan sepanjang triwulan I tahun 2000 sampai dengan triwulan II 2008 yang
Indonesia yang diproxy melalui tingkat inflasi per triwulan sepanjang triwulan
I tahun 2000 sampai dengan triwulan II 2008 yang diukur dalam satuan %.
test), uji F (over all tesst) dan perhitungan nilai koefisien Determinan (R2).
nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat keyakinan dan derajat
t = (β – β0) / Sβ
dimana: t = nilai t-test
β = nilai koefisien variabel eksogen yang sebenarnya
β0 = nilai koefisien variabel eksogen dengan hipotesa = 0
Sβ = standar error estimasi β
Untuk pengujian pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
signifikan akan menyebabkan nilai R 2 yang diperoleh secara statistik tidak sama
dengan nol.
H1: minimal salah satu variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak
bebasnya.
1. Nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya minimal salah satu
2. Nilai F-hitung < F- tabel, maka Ho diterima ; artinya semua variabel bebas
Degree of freedomnya :
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang
variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas
dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena
semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.
Selain dilakukan uji statistika di atas, pada saat analisis regresi sering muncul
beberapa masalah yang termasuk dalam pengujian asumsi klasik, yaitu ada tidaknya
yang dilakukan dalam penelitian memiliki dimensi waktu (time series) sehingga
untuk uji asumsi klasik hanya akan dilakukan berkaitan dengan mutlikolinieritas, dan
autokorelasi.
yang signifikan diantara variabel bebas. Salah satu cara untuk mendeteksi
independen. Sebagai aturan main yang kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi
Sebaliknya jika koefisien korelasi relative rendah (0,85) maka diduga model tidak
BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi tidak adanya
kesulitan memperoleh estimator dengan standard error yang kecil (Widarjono, 2005)
residual observasi lainnya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
Dimana :
Ha : ada autokorelasi
pendapatan nasional, uang kuasi, suku bunga deposito dan tingkat inflasi. Keempat
kuartal I tahun 2000 hingga kuartal II tahun 2008. Untuk melihat perkembangan
yang dibelanjakan rumah tangga pada kuartal I tahun 2000 hingga kuartal II tahun
2008. Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia kuartal I tahun 2000 hingga kuartal II
tahun 2008 dideskripsikan melalui Tabel 4.1. dan Gambar 4.1. berikut ini :
Konsumsi Pertumbuhan
Tahun (Rp. Trilyun) (%)
Q1 210,00 -
Q2 214,26 2,03
2000
Q3 213,96 -0,14
Q4 218,57 2,15
Q1 217,23 -0,62
Q2 220,01 1,28
2001
Q3 222,57 1,16
Q4 226,93 1,96
Q1 226,33 -0,26
Q2 229,10 1,22
2002
Q3 230,70 0,70
Q4 234,62 1,70
Q1 239,87 2,24
Q2 245,98 2,55
2003
Q3 249,47 1,42
Q4 245,71 -1,51
Q1 246,99 0,52
Q2 249,53 1,03
2004
Q3 252,12 1,04
Q4 255,47 1,33
Q1 255,44 -0,01
Q2 258,95 1,37
2005
Q3 263,26 1,66
Q4 266,15 1,10
Q1 262,95 -1,20
Q2 266,69 1,42
2006
Q3 271,12 1,66
Q4 276,16 1,86
Q1 275,22 -0,34
Q2 279,25 1,46
2007
Q3 285,05 2,08
Q4 291,67 2,32
Q1 290,84 -0,28
2008
Q2 294,67 1,32
Sumber : Bank Indonesia, tahun 2000 – 2008 (data diolah)
250
200
150
100
50
0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Kuartal / Tahun
Indonesia yang dinyatakan melalui konsumsi rumah tangga sepanjang kuartal I tahun
2000 hingga kuartal II tahun 2008 yang relatif stabil dengan rata-rata tingkat
pada triwulan IV tahun 2003 yaitu turun 1,51% dari triwulan sebelumnya. Rata-rata
konsumsi masyarakat selama periode triwulan I 2000 sampai dengan triwulan II 2008
2008 dideskripsikan melalui Tabel 4.2. dan Gambar 4.2. dibawah ini :
Indonesia pada kuartal I tahun 2000 hingga kuartal II tahun 2008 yang relatif stabil
pertumbuhan terendah terjadi pada triwulan II tahun 2000 yaitu -13,81% dibanding
dengan kuartal II tahun 2008 dideskripsikan melalui Tabel 4.3. dan Gambar 4.3.
dibawah ini :
Uang Kuasi
Tahun (Rp. Trilyun) Pertumbuhan (%)
Q1 531,79 -
Q2 550,50 3,52
2000
Q3 551,02 0,09
Q4 584,84 6,14
Q1 618,44 5,74
Q2 636,30 2,89
2001
Q3 618,87 -2,74
Q4 666,32 7,67
Q1 665,24 -0,16
Q2 664,62 -0,09
2002
Q3 677,92 2,00
Q4 691,97 2,07
Q1 696,54 0,66
Q2 699,34 0,40
2003
Q3 703,64 0,62
Q4 731,89 4,02
Q1 716,16 -2,15
Q2 741,44 3,53
2004
Q3 745,90 0,60
Q4 779,71 4,53
Q1 770,20 -1,22
Q2 806,11 4,66
2005
Q3 876,50 8,73
Q4 921,31 5,11
Q1 917,77 -0,38
Q2 940,60 2,49
2006
Q3 957,49 1,80
Q4 1.021,00 6,63
Q1 1.034,11 1,28
Q2 1.070,60 3,53
2007
Q3 1.101,48 2,88
Q4 1.182,36 7,34
Q1 1.167,05 -1,30
2008
Q2 1.232,77 5,63
Sumber : Bank Indonesia, tahun 2000 – 2008 (data diolah)
1,200
Uang Kuasi (Trilyun)
1,000
800
600
400
200
0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Kuartal / Tahun
Gambar 4.3. Grafik Pertumbuhan Uang Kuasi Kuartal I Tahun 2000 s/d
Kuartal II Tahun 2008
Tabel 4.3 dan Gambar 4.3. di atas menunjukkan bahwa uang kuasi di
Indonesia sepanjang kuartal I tahun 2000 hingga kuartal II tahun 2008 cenderung
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2001 sebesar 7,67% dibanding
triwulan sebelumnya dan pertumbuhan terendah terjadi pada triwulan III tahun 2001
yaitu -2,74% dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata jumlah uang kuasi selama
Suku bunga deposito dalam penelitian ini diproxy melalui suku bunga
deposito 3 bulan kuartal I tahun 2000 sampai dengan kuartal II tahun 2008.
kuartal II tahun 2008 dideskripsikan melalui Tabel 4.4. dan Gambar 4.4. berikut ini.
Tabel 4.4. Perkembangan Suku Bunga Deposito Kuartal I Tahun 2000 s/d
Kuartal II Tahun 2008
Gambar 4.4. Grafik Pertumbuhan Suku Bunga Deposito Kuartal I Tahun 2000
s/d Kuartal II Tahun 2008
Tabel 4.4 dan Gambar 4.4. di atas menunjukkan bahwa suku bunga
deposito di Indonesia sepanjang kuartal I tahun 2000 hingga kuartal II tahun 2008
Peningkatan tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2005 sebesar 36,80% dibanding
triwulan sebelumnya dan peurunan terendah terjadi pada triwulan III tahun 2003
yaitu -27,14% dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata tingkat suku bunga deposito
Tingkat inflasi di Indonesia pada kuartal I tahun 2000 hingga kuartal II tahun
2008 dideskripsikan melalui Tabel 4.5. dan Gambar 4.5. berikut ini :
Tingkat Inflasi
Tahun (%) Pertumbuhan (%)
Q1 -1,10 -
Q2 2,10 -290,91
2000
Q3 6,80 223,81
Q4 9,40 38,24
Q1 10,60 12,77
Q2 12,11 14,25
2001
Q3 13,01 7,43
Q4 12,55 -3,54
Q1 14,08 12,19
Q2 11,48 -18,47
2002
Q3 10,10 -12,02
Q4 10,00 -0,99
Q1 7,10 -29,00
Q2 6,60 -7,04
2003
Q3 6,20 -6,06
Q4 5,10 -17,74
Q1 5,10 0,00
Q2 6,80 33,33
2004
Q3 6,30 -7,35
Q4 6,40 1,59
Q1 8,80 37,50
Q2 7,80 -11,36
2005
Q3 9,10 16,67
Q4 17,10 87,91
Q1 17,90 4,68
Q2 15,50 -13,41
2006
Q3 9,10 -41,29
Q4 6,60 -27,47
Q1 6,50 -1,52
Q2 5,80 -10,77
2007
Q3 7,00 20,69
Q4 6,60 -5,71
Q1 8,20 24,24
2008
Q2 11,00 34,15
Sumber : Bank Indonesia, tahun 2000 – 2008 (data diolah)
10
0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
-5
Kuartal / Tahun
Gambar 4.5. Grafik Pertumbuhan Tingkat Inflasi Kuartal I Tahun 2000 s/d
Kuartal II Tahun 2008
Tabel 4.5. dan Gambar 4.5. di atas mendeskripsikan bahwa tingkat inflasi di
Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 2000 sangat berfluktuatif. Tingkat inflasi
tertinggi terjadi pada kuartal I tahun 2006 yaitu 17,90% dan terendah pada kuartal I
tahun 2000. Rata – rata laju inflasi dari kuartal I tahun 2000 sampai dengan kuartal II
(causal effect) pendapatan nasional, uang kuasi, suku bunga deposito dan tingkat
inflasi sebagai determinan konsumsi di Indonesia pada kuartal I tahun 2000 hingga
kuartal II tahun 2008. Hubungan kausal (causal effect) dalam penelitian ini
dicerminkan melalui model estimasi regresi linear berganda yang didasarkan atas
Dari hasil regresi terlihat bahwa variabel pendapatan nasional tidak signifikan,
sedangkan variabel bebas lainnya signifikan. Sebelum dilakukan uji selanjutnya, ada
variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Dengan kata lain, dapat dikatakan
apabila R2-nya tinggi namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada variabel bebasnya
Salah satu cara untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas adalah
dengan melakukan regresi atas satu variabel bebas terhadap variabel bebas lainnya,
dan menghitung nilai R2-nya. Apabila nilai R2 hasil regresi tersebut lebih kecil dari
nilai R2 hasil perhitungan regresi output terhadap variabel input secara keseluruhan
Menurut Gujarati, multikolinieritas terjadi jika korelasi antar variabelnya lebih besar
dari 0,80. Koefisien matriks korelasi antara variabel bebas PN, UK, SBD dan INF
PN SBD UK INF
PN 1.000000 -0.636588 0.956289 0.032664
SBD -0.636588 1.000000 -0.558744 0.445929
UK 0.956289 -0.558744 1.000000 0.128396
INF 0.032664 0.445929 0.128396 1.000000
Sumber : Lampiran 2.2
Dari hasil matriks korelasi diatas dapat dilihat bahwa koefisien matriks
korelasi antara variable PN dan UK adalah sebesar 0,956289 sehingga dapat diambil
variable UK dengan koefisien korelasi yang cukup besar. Dengan demikian patut
variabel UK karena diduga variabel ini sebagai penyebab adanya multikolinearity dan
Setelah variabel UK tidak diikutsertakan ke dalam model, hasil dari matriks korelasi
PN SBD INF
PN 1.000000 -0.636588 0.032664
SBD -0.636588 1.000000 0.445929
INF 0.032664 0.445929 1.000000
Sumber : Lampiran 3.2
hasil bahwa matriks korelasi antar variable bebas lebih kecil dari 0,80.sehingga tidak
Setelah dilakukan regresi dengan variabel terikat Konsumsi Masyarakat dan variabel
bebasnya adalah Pendapatan Nasional, Suku Bunga Deposito serta Inflasi, diperoleh
R2 = 0,937
Adj R2 = 0,931
F-stat = 148,754
Model estimasi tersebut di atas menginterpretasikan bahwa nilai konstanta
Rp 104,2073 trilyun per triwulan tanpa adanya pendapatan nasional, suku bunga
1,061941 trilyun.
residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data runtut waktu,
karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa
sebelumnya. Jika terjadi korelasi antara satu residual dengan residual yang lain, maka
autokorelasi adalah metode Bruesch-Godfrey atau yang lebih dikenal dengan uji
0.203196, suatu nilai yang lebih besar dari α = 5%, karena nilai probability Chi
Square = 0,203196 > α = 0,05 berarti model tidak mengandung masalah autokorelasi.
Hasil pengujian data dengan Eviews diperoleh nilai t hitung dan probabilitas
* Signifikan pada α = 5%
t-tabel = t α df (n-k)
= t (α = 5% ; 31)
= 2,042
adalah sebesar 11,45 > t-tabel = 2,042, artinya secara parsial variabel pendapatan
hipotesis 1 dalam penelitian ini diterima. Nilai t-hitung Suku Bunga deposito adalah
-3,79 > t-tabel = 2,042, artinya variabel suku bunga deposito berpengaruh negatif dan
penelitian ini diterima. Nilai t-hitung Inflasi adalah 2,94 > t-tabel = 2,042, yang
berarti variabel tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi
demikian F-hitung dalam penelitian ini lebih besar dari F tabelnya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara bersama – sama variabel pendapatan nasional (PN), Suku
Bunga Deposito (SBD) dan Tingkat Inflasi (Inf) berpengaruh signifikan terhadap
Dari hasil regresi diketahui bahwa nilai R2 adalah 0.937009, yang berarti
variasi variabel pendapatan nasional (PN), suku bunga deposito (SBD) dan tingkat
4.2. Pembahasan
utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan
faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi
teori dan penemuan empiris, suatu fungsi konsumsi dapat ditunjukkan melalui
pendekatan pendapatan permanen (PIH) dan pendekatan daur hidup (LIH) yang
dan masa yang akan datang berdasarkan perkiraan kemampuan konsumsi dalam
konsumsi rumah tangga. Selain itu rumah tangga memilih tingkat konsumsinya
Menurut teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh sektor riil dan sektor
memegang uang menjadi tiga yaitu untuk berjaga-jaga, transaksi dan motif spekulasi,
yakni mencari uang dari perbedaan tingkat bunga. Konsumsi mempunyai hubungan
yang erat dengan tingkat tabungan dimana tabungan merupakan bagian dari
semakin besar pula jumlah uang yang ditabung sehingga semakin kecil uang yang
jumlah uang yang ditabung semakin rendah yang berarti semakin besar uang
digunakan untuk konsumsi. Jadi hubungan antara konsumsi dan suku bunga
mempunyai arah yang bertentangan, dimana suku bunga yang meningkat akan
Tingkat inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum. Guritno (1998)
menyebutkan Inflasi memiliki hubungan yang kuat dengan konsumsi, dimana jika
harga-harga barang dan jasa naik dan terjadi inflasi akan menyebabkan turunnya nilai
riil dari pendapatan sehingga melemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap
masyarakat.
0,431 berarti setiap kenaikan pendapatan nasional sebesar Rp. 1 trilyun akan
marginal (MPC ) adalah antara nol dan satu atau dituliskan sebagai 0 < MPC < 1.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian tentang konsumsi sebelumnya yang
dilakukan oleh Susanti (2000), Anwar (2001), Syahrudin (2001), Suparta (2003),
Isyani dan Hasmarini (2003), Nurhayati dan Rachman (2003), Ilhamuddin (2006),
Hasil analisis terhadap suku bunga deposito (SBD) menunjukkan bahwa suku
Indonesia dengan koefisien -1,962, berarti setiap kenaikan 1% suku bunga deposito
Indonesia dengan koefisien regresi sebesar 1,062, berarti setiap kenaikan tingkat
trilyun. Kondisi ini berbeda dengan hipothesis yang diungkapkan sebelumnya bahwa
inflasi berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat
selama kurun waktu penelitian, rata-rata rasio konsumsi masyarakat terhadap PDB
adalah sebesar 60%, ratio pengeluaran pemerintah sebesar 7%, ratio investasi sebesar
23%, rasio ekspor sebesar 43% dan rasio impor terhadap PDB adalah sebesar 33%.
Hal ini menunjukkan bahwa rasio tertinggi adalah dari konsumsi masyarakat, artinya
terjadi proporsi yang cukup tinggi dari sisi permintaan. Bila permintaan akan barang
dan jasa bertambah maka harga-harga akan naik yang mengakibatkan terjadinya
kenaikan inflasi. Dengan kata lain, laju pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh
tetapi kenaikan ini tidak terjadi secara proporsional. konsumen cenderung akan
5.1. Kesimpulan
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan nasional riil,
uang kuasi, suku bunga deposito dan tingkat inflasi. Hasil penelitian
dan MPC berada diantara 0 dan satu atau 0 < MPC < 1.
3. Suku bunga deposito (SBD) yang diproksi melalui suku bunga deposito 3
Indonesia.
masyarakat di Indonesia.
perekonomian nasional.
umur, tingkat pendidikan dan lain-lain, demikian halnya dengan data dan
runtut waktu penelitian. Untuk itu disarankan kepada peneliti – peneliti lain
Badan Pusat Statistik (BPS), Indikator Ekonomi, Berbagai Tahun Penerbitan (2000-
2008)
Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Tahunan, Berbagai Tahun Penerbitan (2000 –
2008)
Domowitz dan Elbadawi, 2006. An Error Approach to Money Demand (The Case of
Sudah), Journal of Development Economics, Vol 26 pp. 257-275
Dornbusch, R. dan Fisher, S., 2004. Macroekonomi, Edisi Keempat, Alih Bahasa
Mulyadi, JA, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BP-
Undip, Semarang.
Hakim, Abdul, 2000. Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis, Ekonisia,
Yogyakarta.
Hill, Hal. 2002, Ekonomi Indonesia, Edisi kedua, Terjemahan Tri Wibowo Budi
Santoso dan Hadi Susilo, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Insya, Suryadi, 2003, Pola dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Rumah Tangga Pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Journal of
Economic, Management and Bussines, Volume 1 No. 1 Januari 2003 hal. 1-17
Isnawati, Cut, 2001, Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Terhadap Konsumsi dan
Tabungan Masyarakat Aceh, (Tesis tidak dipublikasikan), Unsyiah Banda
Aceh.
Kuncoro, Mudrajad, 2004. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit AMP – YKPN, Yogyakarta.
Lains, Alfian, 2006, Ekonometrika : Teori dan Aplikasi, Jilid II, LP3ES, Jakarta.
Nugroho, A.B., 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Dengan SPSS. Andi
Offset. Yogyakarta.
Parkin, Michael, 1993, Economics, Adison Wesley Publishing Company, New York.
Samuelson, Paul dan Nordhaus, 1999, Mikro Ekonomi, Ed. XIV, Erkangga, Jakarta.
Santoso, Singgih, 1999, Mengelola Data Statistik Secara Profesional, PT. Elexmedia
Computindo. Jakarta
Nurhayati, Siti Fatimah dan Rachman, Masagus, 2003, Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Fungsi Konsumsi Masyarakat di propinsi Jawa Tengah pada
tahun 2000, Hasil Penelitian ( Tidak Dipublikasikan)
(dalam Rp
trilyun)
Tahun Triwulan n Variabel Penelitian Pertumbuhan
PN UK SBD (%) INF(%) KM PN UK SBD INF KM
Q1 1 329.24 531.79 12.74 -1.10 210.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Q2 2 283.76 550.50 11.98 2.10 214.26 -13.81 3.52 -5.97 -290.91 2.03
2000
Q3 3 309.62 551.02 13.08 6.80 213.96 9.11 0.09 9.18 223.81 -0.14
Q4 4 343.31 584.84 13.33 9.40 218.57 10.88 6.14 1.91 38.24 2.15
Q1 5 315.88 618.44 15.00 10.60 217.23 -7.99 5.74 12.53 12.77 -0.62
Q2 6 317.75 636.30 15.16 12.11 220.01 0.59 2.89 1.07 14.25 1.28
2001
Q3 7 325.84 618.87 16.35 13.01 222.57 2.55 -2.74 7.85 7.43 1.16
Q4 8 315.43 666.32 17.47 12.55 226.93 -3.19 7.67 6.85 -3.54 1.96
Q1 9 320.91 665.24 16.97 14.08 226.33 1.74 -0.16 -2.86 12.19 -0.26
Q2 10 332.96 664.62 15.76 11.48 229.10 3.76 -0.09 -7.13 -18.47 1.22
2002
Q3 11 335.01 677.92 14.23 10.10 230.70 0.62 2.00 -9.71 -12.02 0.70
Q4 12 327.03 691.97 13.65 10.00 234.62 -2.38 2.07 -4.08 -0.99 1.70
Q1 13 348.64 696.54 12.72 7.10 239.87 6.61 0.66 -6.81 -29.00 2.24
Q2 14 338.17 699.34 11.35 6.60 245.98 -3.00 0.40 -10.77 -7.04 2.55
2003
Q3 15 346.20 703.64 8.27 6.20 249.47 2.37 0.62 -27.14 -6.06 1.42
Q4 16 338.48 731.89 7.11 5.10 245.71 -2.23 4.02 -14.03 -17.74 -1.51
Q1 17 341.91 716.16 6.08 5.10 246.99 1.01 -2.15 -14.49 0.00 0.52
Q2 18 356.37 741.44 6.05 6.80 249.53 4.23 3.53 -0.49 33.33 1.03
2004
Q3 19 367.24 745.90 6.33 6.30 252.12 3.05 0.60 4.63 -7.35 1.04
Q4 20 381.67 779.71 6.47 6.40 255.47 3.93 4.53 2.21 1.59 1.33
Q1 21 363.45 770.20 6.60 8.80 255.44 -4.77 -1.22 2.01 37.50 -0.01
Q2 22 387.33 806.11 7.17 7.80 258.95 6.57 4.66 8.64 -11.36 1.37
2005
Q3 23 391.31 876.50 8.56 9.10 263.26 1.03 8.73 19.39 16.67 1.66
Q4 24 379.10 921.31 11.71 17.10 266.15 -3.12 5.11 36.80 87.91 1.10
Q1 25 379.55 917.77 12.03 17.90 262.95 0.12 -0.38 2.73 4.68 -1.20
Q2 26 381.74 940.60 11.58 15.50 266.69 0.58 2.49 -3.74 -13.41 1.42
2006
Q3 27 409.19 957.49 10.79 9.10 271.12 7.19 1.80 -6.82 -41.29 1.66
Q4 28 415.17 1,021.00 9.60 6.60 276.16 1.46 6.63 -11.03 -27.47 1.86
Q1 29 401.43 1,034.11 8.44 6.50 275.22 -3.31 1.28 -12.08 -1.52 -0.34
Q2 30 424.77 1,070.60 7.76 5.80 279.25 5.81 3.53 -8.06 -10.77 1.46
2007
Q3 31 428.68 1,101.48 7.28 7.00 285.05 0.92 2.88 -6.19 20.69 2.08
Q4 32 438.35 1,182.36 7.33 6.60 291.67 2.26 7.34 0.69 -5.71 2.32
Q1 33 431.32 1,167.05 7.01 8.20 290.84 -1.60 -1.30 -4.37 24.24 -0.28
2008
Q2 34 469.97 1,232.77 6.96 11.00 294.67 8.96 5.63 -0.71 34.15 1.32
Sumber : Bank Indonesia, Statistik Keuangan Indonesia (2000-2008)
Dependent Variable: KM
Method: Least Squares
Date: 01/31/09 Time: 16:53
Sample: 2000Q1 2008Q2
Included observations: 34
PN SBD UK INF
PN 1.000000 -0.636588 0.956289 0.032664
SBD -0.636588 1.000000 -0.558744 0.445929
UK 0.956289 -0.558744 1.000000 0.128396
INF 0.032664 0.445929 0.128396 1.000000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/31/09 Time: 16:57
Sample: 2000Q1 2008Q2
Included observations: 34
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Dependent Variable: KM
Method: Least Squares
Date: 01/31/09 Time: 17:07
Sample: 2000Q1 2008Q2
Included observations: 34
INF PN SBD
INF 1.000000 0.032664 0.445929
PN 0.032664 1.000000 -0.636588
SBD 0.445929 -0.636588 1.000000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/31/09 Time: 21:39
Sample: 2000Q1 2008Q2
Included observations: 34
Presample missing value lagged residuals set to zero.
PN UK SBD INF KM
Observations 34 34 34 34 34
(Rp Trilyun)
Jenis Pengeluaran Tahun Rata-
rata
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*
Konsumsi RT ( C ) 856,798.30 886,736.00 920,749.60 956,593.40 1,004,109.00 1,043,805.10 1,076,928.10 1,131,186.80 585,512.00
Konsumsi Pemerintah (G) 90,779.70 97,646.00 110,333.60 121,404.10 126,248.60 134,625.60 147,563.70 153,309.60 72,802.26
Investasi ( I ) 296,019.50 323,872.30 330,216.16 328,532.00 388,722.10 418,473.50 449,150.10 497,977.00 260,122.90
Ekspor Barang dan Jasa (X) 569,490.30 573,163.40 566,188.40 599,516.40 680,620.90 793,612.90 868,256.40 937,849.20 529,194.01
Impor Barang dan Jasa (M) 423,317.90 441,012.00 422,271.40 428,874.60 543,183.80 639,701.90 694,605.40 756,348.30 423,243.77
PDB 1,389,769.90 1,440,405.70 1,505,216.36 1,577,171.30 1,656,516.80 1,750,815.20 1,847,292.90 1,963,974.30 1,024,387.40
Ratio C terhadap PDB 61.65 61.56 61.17 60.65 60.62 59.62 58.30 57.60 57.16 59.81
Ratio G terhadap PDB 6.53 6.78 7.33 7.70 7.62 7.69 7.99 7.81 7.11 7.39
Ratio I terhadap PDB 21.30 22.48 21.94 20.83 23.47 23.90 24.31 25.36 25.39 23.22
Ratio X terhadap PDB 40.98 39.79 37.62 38.01 41.09 45.33 47.00 47.75 51.66 43.25
Ratio M terhadap PDB 30.46 30.62 28.05 27.19 32.79 36.54 37.60 38.51 41.32 33.68
* sd Triwulan II 2008