PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun
buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup
yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan hidup
melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara, tertelan melalui mulut,
misalnya keracunan makanan, minuman dan obat-obatan,terhisap melalui hidung,
misalnya keracunan gas CO, terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat
kimia,melalui suntikan atau gigitan, misalnya gigitan/sengatan binatang berbisa (ular,
kalajengking), dan obat suntik.
Untuk pemeriksaan korban keracunan, dapat dilakukan dengan cara yaitu,
pemeriksaan di TKP, pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada korban.
CONTOH KASUS KERACUNAN
Contoh Kasus I
Kasus ini bermula dari pertemuan antara Jessica, Mirna, dan Hanie Boon
Juwita di Kafe Olivier Grand Indonesia pada 6 Januari 2016. Jessica memesan tempat
dilayani resepsionis bernama Cindy yang menawarkan meja nomor 54. Jessica
kemudian meninggalkan lokasi dan kembali lagi membawa tas kertas lalu memesan
es kopi Vietnam dan dua koktil. Jessica membayar seluruh pesanan dan minuman
diantarkan oleh penyaji ke meja nomor 54. Beberapa saat kemudian Mirna dan Hani
datang secara bersamaan, setelah saling menyapa ketiga wanita itu duduk.
Mirna meminum es kopi Vietnam yang sudah tersedia di meja setelah
bertanya kepada Jessica siapa pemilik minuman itu. Mirna sempat mengatakan bahwa
rasa es kopi Vietnam itu begitu tidak enak sambil mengibaskan tangan di depan
mulutnya. Beberapa saat kemudian tubuh Mirna kejang, tidak sadarkan diri, kemudian
mengeluarkan buih dari mulutnya.
Mirna dibawa ke sebuah klinik di Grand Indonesia menggunakan kursi roda.
Kemudian, suami Mirna, Arief Soemarko, datang untuk membawanya ke Rumah
Sakit Abdi Waluyo menggunakan mobil pribadi. Jessica dan Hanie menemani Arief
memboyong Mirna ke rumah sakit itu. Sayang, nyawa Mirna tak tertolong dan
dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Abdi Waluyo. Setelah keluarga datang,
dan ayah Mirna Edi Dharmawan Salihin bergegas melaporkan kematian anaknya ke
Polsek Metro Tanah Abang karena dinilai tewas tidak wajar.
Setelah melapor, Dharmawan Salihin tidak langsung mengizinkan polisi
mengautopsi jenazah Mirna. Tiga hari setelah kematian, Direktur Reserse Kriminal
Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Krishna Murti, berbicara dengan
Dharmawan Salihin agar mengizinkan anaknya diautopsi. Namun, ternyata Mirna
tidak diautopsi, melainkan hanya diambil sampel dari bagian tubuhnya saja untuk
diteliti.
Pada 10 Januari 2016, jenazah Mirna dikebumikan di Gunung Gadung, Bogor,
kemudian hasil pemeriksaan sampel menemukan zat racun di dalam tubuh Mirna
yang membuat lambungnya korosif sehingga tewas dalam hitungan menit setelah
menelan es kopi itu.
1. Pemeriksaan Forensik
Pada pemeriksaan korban mati, pada pemeriksaan bagian luar jenazah, dapat
tercium bau amandel yang patognomonig untuk keracunan CN, dapat tercium
dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung.
Bau tersebut harus cepat dapat ditentukan karena indra pencium kita cepat
teradaptasi sehingga tidak dapat membaui bau khas tersebut. Harus dingat bahwa
tidak semua orang dapat mencium bau sianida karena kemampuan untuk mencium
bau khas tersebut bersifat genatik sex-linked trait.
Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam mayat
berwarna terang, karena darah vena kaya akan oksi-Hb. Tetapi ada pula yang
mengatakan karena terdapat Cyanmet-Hb.
Pada pemeriksaan bedah jenazah dapat tercium bau amandel yang khas pada
waktu membuka rongga dada, perutdan otak serta lambung(bila racun melalui
mulut) darah, otot dan penampang tubuh dapat berwarna merah terang. Selanjutnya
hanya ditemukan tandatanda asfiksia pada organ tubuh.
Pada korban yang menelan garam alkalisianida, dapat ditemukan kelainan
pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena
terbentuk hematin alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi
dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi antemortal atau
posmortal.
Contok Kasus II
Seorang pria bernawa Rodney tood telah absen kerja selama seminggu, semua
rekan kerjanya khawatir. Salah satu rekan kerja Rodney bernama putri mengunjungi
rumah Rodney, setibanya disana Putri mengetuk pintu rumah Rodney tapi tak ada
seorang pun yang merespon, karna panik Putri pun menelpon polisi, setibanya polisi
di rumah Rodney, polisi menemukan Rodney tewas bersama ke tujuh orang anaknya
didalam sebuah kamar dengan mesin generator pemanas ruangan yang masih
menyala, mereka ditemukan tewas akibat menghirup gas karbon monoksida yang
berasal dari mesin generator. Gas berbau monoksida mengikat karbon dengan sel
hemoglobin darah merah terkemuka, dan mengakibatkan keracunan kekurangan
oksigen, dan menyebabkan gejala sakit kepala, muntah, nyeri dada dan sesak napas.
Karbon monoksida dapat menyebabkan keracunan sistem saraf dan jantung.
Mekanisme kerja CO dalam tubuh yaitu CO bereaksi dengan Fe dari porfirin
dan karena itu CO bersaing dengan O2 dalam mengikat protein heme yaitu
hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase dan sitokrom peroksidase & katalase.
Yang terpenting adalah reaksi CO dengan Hb dan sitokrom oksidase, dengan di
ikatnya Hb menjadi CO-Hb mengakibatkan Hb menjadi INaktif sehingga darah
berkurang kemampuan nya untuk mengangkut O2, selain itu adanya CO-Hb dalam
darah akan menghambat disosiasi Oxi-Hb, dengan demikian jaringan akan
mengalami hipoksia.
Reaksi sitokrom oksidase yang merupakan link yang penting dalam sistem
enzim pernafasan sel yang terdapat dalam mitokondria akan menghambat pernafasan
sel dan mengakibatkan hipoksia jaringan, sehingga dapat menyebabkan kematian.
1. Pemeriksaan Forensik
Pada korban mati yang tidak lama setelah keracunan CO ditemukan lebam
mayat berwarna merah muda yang terang (cheryy pink colours). Tampak jelas
bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih.
Warna lebam mayat seperti ini juga ditemukan pada mayat yg di dingin kaN,
pada korban keracunan sianida, dan pada orang yang mati akibat infeksi oleh
jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehinggga dalam darahnya terbentuk
nitroksi-hemoglobin (nitric-oxide Hb), meskipun demikian masih dapat
dibedakan dengan pemerikasaan sederhana.
Pada mayat yg di dingin kan dan pada keracunan CN , penampang ototnya
berwarna bisasa tidak merah terang, juga pada mayat yg didinginkan warna
merah terang tidak merata, selalu masih ditemukan daerah yg berwarna ungu tua
(livid).
Pada analisis toksikologi darah akan ditemukan ada nya COHb, sedangkan
pada mayat yg tertunda kematian nya sampai 72 jam maka seluruh CO telah di
ekskresi dan darah tidak lagi mengandung COHb, sehingga ditemukan lebam
mayat berwarna livid seperti biasa, ditemukan juga jaringan otot, visera dan
darah. Otak: Pada substansi alba dan korteks kedua belah otak globus palidus
ditemukan ptekiae (untuk setiap kasus hipoksemia otak yang cukup lama)
Miocard: Ditemukan perdarahan pada otot ventikel terutama di subperkardial dan
endokardial. Kulit: eritema, vesikel / bula (pada bagian dada,perut muka dan
anggota gerak badan yg lain)Paru: mudah terjadi Pneumonia hipostatik paru
karena gangguan peredaran darah,dan juga dapat terjadi trombosis a.pulmonalis.
Ginjal: Terjadi nekrosis tubuli (secara mikroskopik seperti payah ginjal)
Darah: Trombus
2. Pemeriksaan Laboratorium
a) Dilusi Alkali: berfungsi untuk menentukan CO-Hb secara kualitatif
> Ambil 2 tabung reaksi
> Masukkan ke tabung pertama 1-2 tetes darah korban
> Masukkan ke tabung ke dua 1-2 tetes darah normal (sebagai kontrol)
> Encerkan masing masing dengan menambahkan 10ml air sehingga
warna merah pada ke dua tabung sama.
> Tambahkan pada setiap tabung 5 tetes larutan NaOH 10-20% (kocok)
Hasil: Darah normal akan berubah warna menjadi merah hijau kecoklatan
karena terbentuk hematin alkali, sedangkan darah yang mengandung CO
tidak berubah warna nya.
Cat: Darah kontrol haruslah darah dengan Hb normal.
b) Uji Formalin: Darah yang akan diperiksa ditambahkan formalin 40% sama
banyaknya, bila darah mengandung CO 25% saturasi maka akan terbentuk
koagulat berwarna merah yang mengendap pada dasar tabung reaksi . Semakin
tinggi kadar COHb semakin merah warna koagulatnya. Sedangkan pada darah
normal akan terbentuk koagulat berwarna coklat. Metode Gettler-Freimuth
(semi-kwantitatif):
Darah + kalsium ferisianida ---> CO dibebaskan dari COhb
CO + PdCl2 +H2O ---> Pd + CO2 + HCl
Paldium (Pd) ion akan di endapkan pada kertas saring berupa endapan
hitam, dengan membandingkan intensitas warna hitam tersebut dengan warna
hitam yg di peroleh dari pemeriksaan terhadap darah dengan kadar COHb
yang diketahui, maka akan ditentukan konsentrasi COHb secara semi
kuantitatif.
3. Tanda-tanda Keracunan CO
Gejala keracunan CO dalam darah, berikut penilaian nya dalam persentase
saturasi COHb:
10% : Tidak ada gejala.
10-20% : Rasa berat pada kening, sakit kepala ringan, Pelebaran
pembuluh darah subkutan, Dispnu,mulai ganggan koordinasi.
20-30% : Sakit kepala, berdenyut dalam pelipis, emosional.
30-40% : Sakit kepala keras, lemah, pusing, penglihatan buram, mual,
muntah, kolaps.
40-50% : Sama seperti diatas, kemungkinan besar Kollaps dan nadi
bertambah cepat.
50-60% : Sinkop, koma ,kejang pernafasan cheyne stokes.
60-70% : Koma dengan kejang, depresi jantung dan pernafasan, mungkin
mati.
79-80% : Nadi melemah,nafas melambat, dan kematian.
4. Farmakokinetik
CO hanya diserap oleh paru-paru dan sebagian besar diikat oleh Hemoglobin
secara reversibel, setelah itu membentuk karboksi hemoglobin. Selebihnya
mengikat diri dengan mioglobin dan beberapa protein heme ektraseluler lain.
Afinitas CO terhadap Hb adalah 208-245x dari afinitas O2.
CO bukan merupakan racun yang kumulatif, ikatan CO dengan Hb tidak tetap
(reversibel) dan setelah CO dilepaskan oleh Hb,sel darah merah tidak akan
mengalami kerusakan.
Arbsorpsi dan eksresi CO dipengaruhi oleh kadar CO tsbt dalam udara
lingkungan (ambient air), lama paparan dan ventilasi paru korban
DAFTAR PUSTAKA
Darma, Mohan.S, dkk. 2008. Investigasi kematian dengan toksikologi forensik. Pekanbaru
http://moduldanskill.blogspot.co.id/2011/06/toksikologi-forensik.html
http://andesvacorp-jumbox.blogspot.co.id/2011/10/pengambilan-dan-penanganan-
sampel.html