Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi ini, persaingan antar perusahaan sudah semakin ketat.
Setiap perusahaan memiliki berbagai cara untuk dapat bertahan dalam dunia
persaingan bisnis. Perusahaan wajib menyajikan laporan keuangan perusahaan agar
para investor dapat mengetahui hasil usaha dan potensi keuangan perusahaan pada
periode tertentu. Menurut Badjuri (2011), laporan keuangan merupakan alat
pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak investor agar menarik investor
untuk menanamkan sahamnya diperusahaan jika laporan keuangan perusahaan
menyajikan secara wajar. Perusahaan wajib menyajikan laporan keuangan yang
jujur tanpa memanipulasi laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan merupakan laporan yang dirancang oleh manajemen
perusahaan mengenai keuangan dan hasil keuangan perusahaan selama satu
periode. Menurut Law, dkk (2012) laporan keuangan juga menyediakan berbagai
bentuk informasi yang bersifat kuantitatif dan sangat diperlukan untuk sarana
pengambilan keputusan yang baik oleh pihak internal maupun eksternal. Menurut
Financial Accounting Standard Board (FASB) terdapat dua karakteristik terpenting
dalam laporan keuangan yaitu relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable).
Untuk menilai kewajaran dari laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen
maka diperlukan jasa auditor. Laporan keuangan tersebut dapat menginformasikan
tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya (Himawan
dan Emarila, 2010).
Auditor memiliki tugas melakukan pemeriksaan dan memberikan pendapat
atas laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas dengan standar auditing yang
berlaku. Auditor independen (akuntan publik) dalam melaksanakan tugasnya harus
berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan.

1
Menurut Poi (2014), Praktik sebagai akuntan publik harus dilakukan pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapatkan ijin dari Departemen
Keuangan. KAP merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa profesional
yang dituntut memberikan perhatian yang besar untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Aset utama yang harus dimiliki oleh sebuah KAP adalah sumber daya
manusia yang professional yang mampu bertanggungjawab kepada publik. Auditor
yang bekerja pada KAP harus memiliki upaya untuk meningkatkan kinerja dalam
menjalankan profesinya. Seorang akuntan yang professional dapat terlihat dari
kinerja akuntan tersebut dalam menjalankan tugas yang diberikan dan fungsinya
(Rahmawati, 2011). Untuk mengetahui kualitas dari audit perlu diperhatikan kinerja
dari masing-masing auditor.
Menurut Kalbers & Fogarty (1995) menyatakan bahwa kinerja merupakan
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan. Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama
(Rivai dan Basri, 2005:50). Kinerja auditor merupakan ukuran hasil yang sesuai
dengan penugasan dari auditee dan menjadi tanggungjawab pada auditor serta dapat
dijadikan ukuran prestasi untuk menilai apakah suatu pekerjaan yang dilaksanakan
sudah baik atau sebaliknya. Kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
kepuasan kerja yang dimiliki. Menurut Fanani, dkk (2008) kondisi kerja yang
kurang kondusif dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap akuntan
publik sebagai pihak yang independen dalam mengaudit laporan keuangan.
Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor adalah tekanan anggaran
waktu (time budget pressure) yang diberikan oleh KAP. Berdasarkan teori U
terbalik yang dipaparkan oleh Robbins (2006) dalam Ratnaningtias (2014)
menyebutkan logika yang mendasari teori U terbalik adalah bahwa stress pada
tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan
bereaksi. Tetapi sebaliknya, apabila tingkat stres dianggap berlebihan maka akan

2
menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai, yang mengakibatkan kinerja
menurun.
Menurut Dezoort (2002) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
tekanan waktu adalah persaingan fee antara kantor akuntan publik, kemampuan laba
perusahaan, dan keterbatasan personil. Auditor yang menghadapi tekanan waktu
dapat merespon dalam dua cara yaitu dengan bekerja lebih keras, atau semakin
efisien dalam menggunakan waktu. Tekanan waktu sering dipandang dapat
menurunkan kinerja, namun apabila alokasi waktu dilakukan dengan tepat justru
berfungsi sebagai mekanisme kontrol dan suatu indikator keberhasilan bagi kinerja
auditor dan kantor akuntan publik (Cook & Kelley, 1991).
Tekanan anggaran waktu menyebabkan adanya tuntutan yang muncul akibat
tidak seimbangnya tugas dan waktu yang tersedia serta mempengaruhi etika
professional melalui sikap, nilai, perhatian dan perilaku auditor (Sososutikno,
2003). Time budget pressure disebabkan oleh tingkat persaingan yang semakin
tinggi antar KAP (Simanjuntak, 2008). Tuntutan laporan yang berkualitas dengan
waktu yang terbatas merupakan tekanan tersendiri bagi auditor. Dalam praktiknya
anggaran waktu dapat dijadikan sebagai suatu alat dalam mengukur efisiensi kerja
auditor. Oleh sebab itu, auditor dipaksa untuk melaksanakan tugasnya sesuai
dengan waktu yang telah dianggarkan. Kondisi tersebut cenderung membuat
auditor tertekan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga auditor cenderung
melanggar prosedur audit yang telah ditetapkan.
Selain itu faktor yang mempengaruhi kinerja auditor adalah fee audit.
Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) Fee Audit merupakan besarnya biaya
tergantung dari risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tesebut, struktur biaya KAP
yang bersangkutan dan pertimbangan professional lainya. Auditor dapat mengalami
tekanan harga (lowballing) dari klien yang selanjutnya dapat mempengaruhi
kualitas audit. Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP dan auditor
agar mereka dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan
selanjutnya dapat meningkatkannya kualitas audit yang dihasilkannya. Bagi

3
pemakai jasa audit, penelitian ini penting yakni untuk menilai sejauh mana akuntan
publik dapat konsisten dalam menjaga kualitas jasa audit yang diberikannya.
Faktor yang juga dapat mempengaruhi kinerja yaitu motivasi auditor. Dalam
menjalani kehidupan setiap individu memiliki banyak kebutuhan yang harus
dipenuhinya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan seorang individu harus
mempunyai motivasi yang besar dalam menjalankan pekerjaannya. Berdasarkan
teori pengharapan yang dikemukakan oleh Vroom (1964) dalam bukunya yang
berjudul “Work and Motivation” yang mengetengahkan suatu teori yang disebut
dengan “Teori Pengharapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu
hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa
tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila
seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk
memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Menurut Siagian (2009) motivasi adalah daya pendorong yang
menyebabkan seorang individu mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan
untuk melakukan yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Mills (1993) dalam
Nor (2012), motivasi auditor dalam melaksanakan audit pada dasarnya adalah untuk
melanjutkan usaha dan keberlangsungan bisnis yang menguntungkannya. Motivasi
auditor juga timbul karena yakin bahwa dia mampu melakukan audit tersebut,
disamping adanya permintaan pelanggan dan adanya beberapa kebutuhan
komersial. Tan (2000) dalam Nor (2012) menyatakan ada beberapa faktor motivasi
yang dipertimbangkan auditor dalam bekerja yaitu adanya variasi tugas dan
aktivitas, fee audit, peningkatan status, adanya penghargaan yang akan diberikan
dan untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja.
Penelitian terdahulu yang menjadi pedoman dalam penelitian ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2014), Wiwi (2015), Purba (2012) dan
Arisinta (2013) menyatakan bahwa fee audit berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Karena dalam penelitian ini kualitas audit diukur dari kinerja auditor tersebut.
Wahyudi Nor (2012) dan Wiwi (2015) menyatakan bahwa adanya pengaruh yang
positif signifikan antara fee audit terhadap motivasi auditor. Penelitian sebelumnya
oleh Nurlely (2010) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa time budget

4
pressure berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit. Secara parsial time
budget pressure memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kualitas audit
dan penelitian yang dilakukan oleh Arisinta (2013) menyebutkan bahwa time
budget pressure berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan Penelitian
pendahulu terkait kinerja auditor juga telah dilakukan oleh Christiyanto (2011) dan
Sujana (2012) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh
positif terhadap kinerja auditor independen.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat tema ini
dengan memasukan motivasi sebagai variabel intervening. Karena motivasi auditor
dalam bekerja akan sangat mendukung tercapainya suatu tujuan perusahaan atau
organisasi. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh seorang auditor akan
membawa keberhasilan kerja bagi auditor dan dapat mendorong tercapainya kinerja
yang lebih baik (Badjuri, 2009).
Sehingga berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengangkat judul
“Motivasi Auditor Sebagai Pemediasi Pengaruh Fee Audit dan Time Budget
Pressure Pada Kinerja Auditor Kantor Akuntan Publik Di Provinsi Bali”.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu terletak pada
motivasi auditor sebagai variabel intervening yang diduga akan memediasi
pengaruh fee audit dan time budget pressure pada kinerja auditor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Apakah fee audit berpengaruh pada kinerja auditor?
2) Apakah time budget pressure berpengaruh pada kinerja auditor?
3) Apakah fee audit berpengaruh pada motivasi auditor?
4) Apakahn time budget pressure berpengaruh pada motivasi auditor?
5) Apakah fee audit dan time budget pressure berpengaruh pada kinerja auditor
melalui motivasi auditor?

1.3 Tujuan Penelitian

5
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk menguji pengaruh fee audit pada kinerja auditor.
2) Untuk menguji pengaruh time budget pressure pada kinerja auditor.
3) Untuk menguji pengaruh fee audit pada motivasi auditor.
4) Untuk menguji pengaruh time budget pressure pada motivasi auditor.
5) Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh fee audit dan time budget
pressure pada kinerja auditor melalui motivasi auditor.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan
wawasan. Selain itu penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan sumbangan
pemikiran yang berarti bagi pengembangan kurikulum mahasiswa akuntansi.
Peneliti juga berharap penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dalam penelitian
serta pengembangan dalam ilmu pengetahuan demi kemajuan didunia pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan kepada auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bali agar dapat
memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan tidak mudah terpengaruh dengan adanya
fee yang akan dibayarkan sehingga dapat menimbulkan adanya suatu motivasi dari
auditor yang dapat membuat kinerja auditor menjadi lebih baik.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
Vroom (1964), dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”
mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”. Menurut
teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang
dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil
yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu,
dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan
berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan menyatakan
bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh
sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk
memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal
yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Teori pengharapan menyatakan bahwa motivasi tergantung pada dua hal
yaitu seberapa kuat kita menginginkan sesuatu dan seberapa besar kemungkinan
kita mendapatkan sesuatu (Grifin, 2002). Teori ini mengemukakan tiga variabel,
pertama: daya tarik, pentingnya individu mengharapkan outcome, dan penghargaan
yang mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini mempertimbangkan
kebutuhan-kebutuhan individu yang tidak terpuaskan. Kedua, kaitan kinerja
penghargaan, keyakinan individu bahwa dengan menunjukkan kinerja pada tingkat
tertentu akan mencapai outcome yang diinginkan. Ketiga, kaitan upaya kinerja,
probabilitas yang diperkirakan oleh individu bahwa dengan menggunakan sejumlah
upaya tertentu akan menghasilkan kinerja yang baik.
Berdasarkan teori pengaharapan diatas motivasi auditor adalah untuk
menyelesaikan tugas audit tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Saat auditor
dihadapkan pada situasi yang sulit dan tidak mungkin dicapai, maka auditor

7
cenderung melakukan perilaku yang diinginkannya meskipun bertentangan dengan
prosedur audit. Perilaku tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk mempertahankan
dirinya agar dapat mencapai kinerja yang baik di KAP (Suprianto, 2009).
Menurut Otley & Pierce (1996) bahwa perilaku disfungsional auditor
dipengaruhi oleh tingkat time budget pressure yang dihadapi dalam penugasan
audit. Semakin besar time budget pressure maka akan semakin besar pula auditor
akan melakukan perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional tersebut menurut
Otley dan Pierce (1996) terdiri dari audit quality reduction behaviour (AQRB), dan
under reporting of time (URT).

2.1.2 Teori U Terbalik


Terdapat beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara tekanan dan
kinerja. Teori kurva U terbalik adalah model yang paling banyak digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara tekanan dan kinerja. Menurut Robbins (2006) dalam
Ratnaningtias (2014), logika yang mendasari teori U terbalik adalah bahwa stress
pada tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan meningkatkan
kemampuan bereaksi. Tetapi sebaliknya, apabila tingkat stres dianggap berlebihan
maka akan menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai, yang mengakibatkan
kinerja menurun.
Auditor yang berada dalam posisi mengalami tekanan yang berhubungan
dengan waktu sering kali dalam tingkat tertentu justru akan memberikan dorongan
motivasi, tetapi pada tingkat yang melebihi batas tekanan waktu justru akan
menyebabkan tingginya tingkat stres sehingga dapat mengganggu kualitas audit
yang dihasilkan.
Menurut Otley dan Pierce (1996), model teori U terbalik banyak mendapat
kritik dari para peneliti karena tidak ditemukan bukti hubungan kurva U terbalik,
sedangkan Pierce dan Sweeney (2004) dalam Ratnaningtias (2014) menyebutkan
bahwa dengan hasil penelitian yang dilakukan menemukan adanya hubungan yang
linier antara anggaran tekanan waktu dan perilaku disfungsional. Robbins (2006)
dalam Ratnaningtias (2014) juga menyebutkan bahwa model ini tidak mendapatkan

8
banyak dukungan secara empiris. Tetapi, teori U terbalik dinyatakan sesuai dengan
kondisi ketika auditor berada dalam suatu tekanan anggaran waktu.
Hal ini relevan dengan tekanan anggaran waktu sangat besar akan
menyebabkan tingkat stres yang tinggi yang berpengaruh terhadap reduced audit
quality maupun under reporting of time. Sebaliknya jika tekanan anggaran waktu
yang rendah berpengaruh terhadap penurunan kemungkinan terjadinya perilaku
reduced audit quality maupun under reporting of time.

2.1.3 Auditing
Menurut Mulyadi (2002:9), auditing secara umum merupakan proses
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang telah
ditentukan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Sedangkan menurut Agoes (2008:3), auditing adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Kompetensi orang-orang
yang melakukan audit akan tidak ada nilainya jika mereka tidak independen dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti (Arens, et.al, 2008:5).

2.1.4 Fee Audit


Dalam audit penghasilan yang diterima oleh auditor atas jasa auditnya
disebut dengan fee. Besarnya fee yang akan diterima seorang auditor tergantung pada
jumlah biaya kesepakatan antara KAP dan klien. Menurut Gammal (2012) dalam
Margi (2014) menyebutkan bahwa fee audit dapat didefinisikan sebagai jumlah biaya
(upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses audit kepada perusahaan.
Penentuan fee audit biasanya didasarkan pada kontrak antara auditor dan auditee
sesuai dengan waktu dilakukannya proses audit, layanan, dan jumlah staf yang
dibutuhkan untuk proses audit. Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) Fee Audit
merupakan besarnya biaya tergantung dari resiko penugasan, kompleksitas jasa yang

9
diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tesebut,
struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan professional lainya.
Menurut Poi (2014) menyatakan terdapat beberapa indikator dari fee audit
yaitu :
a. Risiko penugasan
b. Kompleksitas jasa yang diperlukan
c. Struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesi lainnya
d. Ukuran KAP
Berdasarkan hasil keputusan lnstitut Akuntan Publik lndonesia (IAPl)
No.KEP/024/IAPI/VII/2008, menyebutkan bahwa akuntan publik harus
menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikan.
Elder (201l:80) menyatakan bahwa imbalan audit atas kontrak kerja audit
merefleksikan nilai wajar pekerjaan yang dilakukan secara khusus auditor harus
menghindari ketergantungan ekonomi tanpa batas pada pendapatan dari setiap
klien. Menurut Nor (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi fee yang akan
diterima oleh auditor maka motivasi auditor dalam menyelesaikan tugasnya akan
semakin tinggi. Fee yang akan diterima oleh auditor ini tentu saja dapat menunjang
motivasi auditor dalam bekerja. Apabila fee yang diterima auditor semakin tinggi
maka semakin besar pula tanggungjawab auditor dalam menyelesaikan tugasnya.
Menurut Putri (2012) menyatakan imbalan yang terlalu rendah atau secara
signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor akan menimbulkan
keraguan mengenai kemampuan anggota dalam menerapkan standar teknis dan
standar professional yang berlaku.

2.1.5 Time Budget Pressure


Anggaran waktu bertujuan untuk membantu auditor dalam melakukan
langkah-langkah audit untuk setiap program auditnya. Namun, pada kenyataannya
anggaran waktu ini dapat menimbulkan tekanan (pressure) bagi para auditor untuk

10
dapat memenuhi anggaran waktu tersebut. Menurut Ahituv dan Igbaria (1998)
menyatakan bahwa ini berpengaruh pada kualitas kerja maupun kinerja auditor
tersebut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi laporan audit yang dihasilkan.
Dengan adanya tekanan untuk menyelesaikan audit sesuai dengan anggaran waktu
yang telah ditetapkan dapat memberikan pengaruh kepada seorang auditor dalam
pengambilan keputusan.
Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor
dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun
atau terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku
(Sososutikno, 2005:3) serta sangat diperlukan bagi auditor dalam melaksanakan
tugasnya untuk dapat memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi
salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan. Akhir-akhir ini tuntutan
tersebut semakin besar dan menimbulkan time pressure (Lestari, 2010:17). Tekanan
anggaran waktu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang.
Dalani hal ini tekanan anggaran waktu merupakan suatu kondisi dimana auditor
diberikan batasan waktu dalam mengaudit.
Menurut De Zoort dan Lord (1997), menyebutkan bahwa saat menghadapi
tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu,
fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja
lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Sedangkan, tipe disfungsional
adalah perilaku auditor yang membuat penurunan kualitas audit.

2.1.6 Motivasi Auditor


Motivasi kerja adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang
membuat orang bertindak atau berprilaku dalam cara-cara tertentu. Memotivasi
orang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil langkah-
langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai ke suatu tujuan.
Menurut Rosidah, dkk (1997:76-78) menyebutkan bahwa motivasi
merupakan proses pemberian dorongan kepada anak buah agar anak buahnya dapat
bekerja sejalan dengan batasan yang diberikan guna mencapai tujuan organisasi
secara optimal, pengertian proses pemberian dorongan tersebut adalah serangkaian

11
aktivitas yang harus dilakukan untuk menumbuhkan dorongan kepada auditor untuk
bekerja sejalan dengan tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2007:6) berpendapat
bahwa motivasi merupakan hal yang menyebabkan, menyalurkan, mendukung
prilaku manusia, agar mau bekerja dengan giat dan antusias mencapai hasil yang
optimal.
Ardana, dkk (2012:193) menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan secara positif atau negatif
untuk mengarahkan sangat tergantung kepada ketangguhan sang pemimpin.
Motivasi disini mengarahkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi
bawahan agar mau bekerjasama secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dan motivasi mendorong
munculnya tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Motivasi dalam
diri manusia dapat berupa motivasi internal diri dan eksternal.
Menurut Simanjuntak, dkk (2012) menyatakan terdapat 4 (empat) indikator
motivasi kerja, yaitu :
1) Rasa nyaman dan aman adalah keamanan dan kenyamanan yang dirasakan
karyawan dalam bekerja.
2) Penghargaan atau reward atau pemberian apresiasi dari pihak perusahaan
kepada karyawan yang memiliki prestasi kerja.
3) Kesempatan berkarir adalah kesempatan yang diberikan perusahaan dalam
mengembangkan karirnya.
4) Kelengkapan perlengkapan kerja adalah fasilitas yang diberikan perusahaan
kepada perusahaan yang berguna untuk kelengkapan kerjadan menunjang
dalam penyelesaian pekerjaan.

2.2.7 Kinerja Auditor


Kinerja sebuah KAP sangat ditentukan oleh unsur sumber daya manusia
yaitu auditor. Auditor adalah orang yang melakukan proses pemeriksaan terhadap
laporan keuangan. Oleh karena itu dalam mengukur kinerja suatu KAP sebaiknya

12
diukur dalam tampilan kerja dari sumber daya manusia yang dimiliki suatu
perusahaan.
Menurut Handoko dalam Tika (2006:121) kinerja merupakan sebagai
proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Menurut Bastian (2001:329) memberikian definisi kinerja sebagai gambaran
mengenai tingkat pencapaian kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan
tujuan dari organisasi atau perusahaan tersebut. Dapat diketahui bahwa unsur-unsur
yang terdapat dalam kinerja yaitu :
1) Hasil-hasil fungsi pekerjaan
2) Pencapaian tujuan organisasi
3) Periode waktu tertentu
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan
suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kemampuan, pengalaman dan
kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kualitas, kuantitas
dan ketepatan waktu. Kinerja dapat diukur melalui pengukuran tertentu, dimana
kualitas merupakan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas merupakan
jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, ketepatan waktu
merupakan kesesuaian waktu yang telah direncanakan.
Dalam meningkatkan kinerja auditor dibutuhkannya suatu penilaian kinerja.
Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik auditor melakukan
pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar (Mathis dan
Jackson, 2009:382). Tujuan dari penilaian kinerja auditor, yaitu dapat mengetahui
keterampilan dan kemampuan dari masing-masing auditor, dapat mengetahui
kondisi organisasi atau perusahaan secara keseluruhan dari bidang kepegawaian
khususnya kinerja auditor serta sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian
khususnya penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.

2.2 Kerangka Konseptual

13
Menurut Sekaran dan Bougie (2016: 128), kerangka konseptual adalah
model tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan variabel yang akan diteliti. Berdasarkan
landasan teori yang telah dipaparkan, kerangka konseptual yang menyajikan
hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1
Model Kerangka Konseptual

H1

Fee Audit(X1) H3
Motivasi H5 Kinerja
Auditor (X3) Auditor (Y)
Time Budget
H4
Pressure (X2)

H2

2.3 Hipotesis Penelitian


2.3.1 Pengarauh Fee Audit pada Kinerja Auditor
Kinerja merupakan gambaran atau ilustrasi mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu atau organisasi guna
untuk mencapai tujuan dari perusahaan atau organisasi itu sendiri. Hasil dari
pencapaian kinerja oleh seorang auditor akan diimplikasikan dengan pemberian
biaya atau yang disebut dengan fee audit. Penentuan fee audit biasanya didasarkan
pada kontrak antara auditor dan auditee sesuai dengan waktu dilakukannya proses
audit, layanan, dan jumlah staf yang dibutuhkan untuk proses audit.
Menurut Arisinta (20l3) menyatakan bahwa adanya pengaruh fee audit
terhadap kualitas auditor, yang dimana kualitas auditor dapat diukur dari kinerja
auditor itu sendiri. Dengan adanya fee audit yang lebih tinggi akan merencanakan
kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan fee audit yang lebih rendah.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwi (2015) dan Ahmad

14
Nugraha (2014) yang menyatakan bahwa fee audit berpengaruh positif terhadap
kualitas auditor. Dari pemaparan diatas dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai
berikut.
H1 : Fee audit berpengaruh positif pada kinerja auditor

2.3.2 Pengaruh Time Budget Pressure pada Kinerja Auditor


Anggaran waktu berkaitan erat dengan biaya audit, dimana semakin cepat
waktu pelaksanaan audit maka biaya audit yang dikeluarkan semakin kecil, begitu
pula sebaliknya. Anggaran waktu memaksa auditor untuk cepat menyelesaikan
tugasnya sesuai dengan anggaran waktu yang telah diberikan. Dan dari adanya
anggaran waktu yang telah dianggarakan dapat mengakibatkan penurunan kualitas
kinerja dari seorang auditor.
Menurut penelitian Goodman Hutabarat (2012), Maya (2011), Prasita dan
Adi (2007) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara time
budget pressure yang diberikan terhadap kinerja auditor. Karena dengan adanya
tekanan anggaran waktu yang tinggi dapat menurunkan kualitas dari kinerja
seorang auditor. Tetapi lain hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisinta
(2013) yang menyebutkan bahwa adanya pengaruh positif antara time budget
pressure dengan kualitas auditor. Berdasarkan pemamparan diatas dapat diajukan
rumusan hipotesis sebagai berikut.
H2 : Time budget pressure berpengaruh negatif pada kinerja auditor.

2.3.3 Pengaruh Fee Audit pada Motivasi Auditor


Tan (2000) dalam penelitian Nor (2012) menyatakan bahwa adanya faktor
yang dapat mempengaruhi motivasi kerja yaitu salah satunya adalah fee audit. Fee
audit adalah biaya yang diterima oleh seorang auditor atas hasil kerjanya. Dengan
adanya fee yang besar yang dibayarkan oleh klien maka akan meningkatkan
motivasi kinerja para auditor. Motivasi ini timbul karena adanya keyakinan diri
seorang auditor bahwa ia mampu melakukan audit tersebut.
Menurut Nor (2012) dan Wiwi (2015) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa fee audit berpengaruh positif terhadap motivasi auditor. Pada penelitian ini
dapat dilihat bahwa semakin besar fee audit yang diterima oleh seorang auditor

15
maka motivasi auditor dalam menyelesaikan tugasnya akan semakin tinggi pula.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut.

H3 : Fee audit berpengaruh positif pada motivasi auditor

2.3.4 Pengaruh Time Budget Pressure pada Motivasi Auditor


Tekanan time budget dapat mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan prosedur audit, pengaruh tersebut ada
yang bersifat positif dan negatif. Menurut Rini (2008:3), pengaruh positif yang
dapat ditimbulkan dari adanya tekanan time budget antara lain adanya motivasi
yang tinggi dari seorang auditor untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat
pada waktunya. Sementara itu pengaruh negatif dari adanya tekanan time budget
adalah akan menimbulkan sikap dalam tindakan profesional yang dapat mengurangi
kualitas audit.
Menurut Rustiarini (2013) menyatakan bahwa adanya respon yang positif
dalam menghadapi tekanan waktu yang tinggi, sehingga digunakan sebagai alat
untuk memotivasi auditor dalam meningkatkan kualitas pekerjaannya. Dengan
adanya time budget pressure ini dapat membuat motivasi auditor semakin besar dan
mengakibatkan kualitas kinerja auditor semakin berkurang, karena semakin
tingginya tekanan anggaran waktu yang diberikan perusahaan maka semakin
rendah pula kualitas kerja auditor. Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat
diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut.
H4 : Time budget pressure berpengaruh positif pada motivasi auditor

2.3.5 Pengaruh Fee Audit dan Time Budget Pressure pada Kinerja Auditor
melalui Motivasi Auditor
Schei, dkk (2002) dalam Nor (2012), dalam penelitiannya menemukan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara outcome (fee audit) yang diterima
dengan adanya motivasi. Menurut Fitriani (2013) menyatakan bahwa dalam
penelitiannya fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan arah
positif. Hubungan positif menunjukkan bahwa ketika fee audit yang diterima tinggi
maka kualitas yang dihasilkan akan baik. Penelitian Alderman dan Deitrick (1982)

16
dalam Maya (2011) menyatakan bahwa lebih dari 51% auditor setuju time budget
pressure memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Menurut Rustiarini
(2013) menyatakan bahwa adanya respon yang positif dalam menghadapi tekanan
waktu yang tinggi, sehingga digunakan sebagai alat untuk memotivasi auditor
dalam meningkatkan kualitas pekerjaannya. Menurut Edy (2012) menyatakan
bahwa motivasi audit berpengaruh posistif signifikan terhadap kinerja auditor,
karena apabila dorongan seseorang untuk berkinerja adalah tinggi maka kinerja
yang dicapai oleh orang tersebut akan tinggi pula. Dorongan berkinerja tinggi
disebabkan oleh keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan
pemaparan diatas dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut.
H5 : Fee audit dan time budget pressure berpengaruh pada kinerja auditor melalui
motivasi auditor.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk penelitian
asosiatif dengan hubungan kausal apabila dilihat dari tingkat eksplansinya.
Penelitian asosiatif dengan hubungan kausal merupakan penelitian yang
menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel satu dengan variabel lainnya
(Sugiyono, 2014: 56). Secara skematis desain penelitian ini dapat digambarkan
seperti:

Komitmen
Organisasi (X2)

Partisipatif Budgetary Slack


Anggaran (X1) (Y)

Lotus of Control
(X3)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas-dinas di Lingkungan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Badung, Bali. Dipilihnya Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) karena SKPD mempunyai tugas yaitu menyusun,
menggunakan, dan melaporkan realisasi anggaran atau sebagai pelaksana anggaran
dari pemerintah daerah (Sugiono, 2014:38).
3.3 Obyek Penelitian
Obyek penelitian merupakan sumber dan tempat kita memperoleh data
(Sugiono, 2014:38). Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengaruh partisipatif anggaran pada budgetary slack dengan komitmen organisasi
dan lotus of control sebagai variabel pemoderasi. Obyek penelitian yang diperoleh

18
dari kuesioner yang diberikan kepada SKPD kabupaten Badung hingga tingkat
kecamatan yang dimana setiap SKPD yang menjadi responden adalah kepala SKPD
dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD dengan rincian yaitu 20 dinas
daerah, 5 badan daerah, 1 inspektorat, 2 sekretariat, 1 RSUD, dan 6 kecamatan.

3.4 Identifikasi Variabel


Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Pengaruh Partisipatif Anggaran
terhadap Budgetary Slack dengan Komitmen Organisasi dan Lotus of Control
sebagai Variabel Pemoderasi”. Terdapat tiga variabel yaitu satu variabel terikat,
satu variabel bebas dan dua variabel pemoderasi.
1) Variabel Dependen/Terikat (Y)
Menurut Sugiyono (2014: 59) variabel dependen/terikat adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Variabel ini juga sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen
ataupun variabel indogen. Variabel dependen/terikat dalam penelitian ini
adalah Budgetary Slack.
2) Variabel Independent/Bebas (X)
Menurut Sugiyono (2014: 59) variabel independent/bebas adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel terikat. Variabel independent/bebas dalam penelitian ini adalah
Partisipatif Anggaran.
3) Variabel Pemoderasi
Menutut Sugiyono (2014: 61) Variabel moderasi yaitu variabel yang
mampu memperkuat/memperlemah hubungan variabel independen dengan
variabel dependen. Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah
Komitmen Organisasi dan Lotus of Control.

3.5 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional digunakan untuk memberikan arti atau batasan
operasional untuk mengukur variabel tersebut. Variabel penelitian juga
didefinisikan sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

19
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Adapun definisi
operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Budgetary Slack (Y)
Menurut Hansen dan Mowen (2013: 448) menyatakan bahwa
Senjangan anggaran (budgetary slack) muncul ketika seorang manajer
memperkirakan pendapatan rendah atau meninggikan biaya dengan sengaja.
Indikator budgetary slack (Y) oleh Karsam (2013) Citra (2013) adalah a)
Produktivitas produksi tidak meningkat karena standar dalam anggaran
yang kurang tepat, b) Standar dalam anggaran mudah dicapai, c) Tidak
terdapatnya batasan-batasan yang harus di perhatikan terutama batasan yang
ditetapkan untuk biaya, d) Anggaran tidak menuntut hal khusus, e)
Anggaran tidak mendorong terjadinya efisiensi, dan f) Target umum yang
ditetapkan dalam anggaran mudah untuk dicapai.
Masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Skala
likert 1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya
budgetary slack yang tinggi. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat
tidak setuju (STS), 2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju
(S), 5) Sangat setuju (SS).
2) Partisipatif Anggaran (X1)
Menurut Hansen dan Women (2013: 223) mendefinisikan partisipatif
anggaran sebagai pendekatan penganggaran yang memungkinkan para
manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja anggaran, untuk
berpartisipasi dalam pengembangan anggaran, partisipasi anggaran
mengkomunikasikan rasa tanggung jawab kepada para manajer tingkat
bawah dan mendorong kreativitas. Indikator partisipatif anggaran (X2) oleh
Milani (1975) diukur dengan indikator, yaitu: a) Keikutsertaan ketika
anggaran sedang disusun, b) Kemampuan memberikan pendapat dalam
penyusunan anggaran, c) Frekuensi memberikan pendapat/usulan tentang
anggaran kepada atasan, d) Frekuensi atasan meminta pendapat ketika

20
anggaran disusun, e) Memiliki pengaruh terhadap anggaran final, dan f)
Kontribusi dalam penyusunan anggaran.
Masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Skala
likert 1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya
partisipatif anggaran dan skala rendah menunjukkan partisipatif anggaran
yang rendah. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak setuju
(STS), 2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju (S), 5) Sangat
setuju (SS).
3) Komitmen Organisasi (X2)
Robbins dan Judge (2015: 116) menyatakan bahwa komitmen
organisasi merupakan tingkat sejauh mana seorang manajer memihak dan
mengutamakan kepentingan suatu organisasinya dibandingkan dengan
kepentingan pribadi yang bertujuan untuk memelihara keanggotaan dalam
suatu organisasi. Indikator komitmen organisasi (X2) oleh Dianthi (2016)
diukur dengan indikator, yaitu: a) Usaha keras untuk menyukseskan
organisasi, b) Pernyataan kebanggaan bekerja didalam organisasi, c)
Kesedian menerima tugas demi organisasi, dan d) Mempunyai keinginan
yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Skala
likert 1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya
komitmen organisasi. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak
setuju (STS), 2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju (S), 5)
Sangat setuju (SS).
4) Lotus of Control (X3)
Locus of Control didefinisikan sebagai persepsi tingkat dimana
individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins
dan Judge., 2015: 122). Menurut Kreitner & Kinichi (2005: 179)
menyatakan bahwa lotus of control dibagi menjadi dua kategori yaitu lotus
of control internal dan lotus of control eksternal. Indikator lotus of control

21
(X3) diukur dengan indikator, yaitu: a) Keberhasilan yang terjadi adalah
hasil perbuatannya sendiri, b) Pemimpin yang baik mengharapkan pegawai
memutuskan sendiri apa yang sebaiknya mereka lakukan, c) Membuat
perencanaan yang terlalu jauh ke depan adalah pekerjaan sia- sia, dan d) Hal
yang terbaik adalah menutupi kesalahan orang lain.
Masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Skala
likert 1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya lotus
of control. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak setuju (STS),
2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju (S), 5) Sangat setuju
(SS).

3.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel


3.6.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek dan
obyek yang memiliki kualitas atau karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelari dan selanjutnya ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013:115).
Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dinas-dinas Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Badung, Bali. Struktur Organisasi atau
Susunan Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Badung sesuai dengan Peraturan
Daerah (Perda) Nomor 20 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah yang dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rincian Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Badung
Jumlah
No Nama Perangkat Daerah Kabupaten Badung
Perangkat
1 Sekretariat; 2
(1) Sekretariat Daerah
(2) Sekretariat DPRD
2 Inspektorat 1
3 Dinas Daerah; 20

22
(1) Dinas Pariwisata
(2) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
(3) Dinas Kebudayaan
(4) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
(5) Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
(6) Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perdagangan
(7) Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga
(8) Dinas Pertanian dan Pangan
(9) Dinas Komunikasi dan Informatika
(10) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
(11) Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
(12) Dinas Kesehatan
(13) Dinas Sosial
(14) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
(15) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(16) Dinas Perikanan
(17) Dinas Perhubungan
(18) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
(19) Dinas Kebakaran dan Penyelamatan
(20) Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman
4 Badan Daerah; 5
(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(2) Badan Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung
(3) Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia
(4) Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

23
(5) Badan Penelitian dan Pengembangan
5 Kecamatan; 6
(1) Kecamatan Petang
(2) Kecamatan Abiansemal
(3) Kecamatan Mengwi
(4) Kecamatan Kuta Utara
(5) Kecamatan Kuta
(6) Kecamatan Kuta Selatan
7 Situs Instansi (RSUD Kabupaten Badung Mangusada) 1
Total 35
Sumber: http://jdih.badungkab.go.id

3.6.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2013: 116). Sampel penelitian yang diambil berdasarkan dari populasi
penelitian yaitu jumlah perangkat daerah Kabupaten Badung. Semua perangkat
daerah Kabupaten Badung yang dipilih karena dalam pembentukan dan susunan
perangkat daerah Kabupaten Badung dapat meningkatkan dan melancarkan
penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan
kepada masyarakat.

3.6.3 Metode penentuan sampel


Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability
sampling dengan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel adalah
aparat pemerintah dalam susunan perangkat daerah Kabupaten Badung termasuk
pejabat struktural SKPD yaitu Kepala SKPD, Sekretariat, seluruh Kepala Bidang,
Kepala Subbagian, dan Staff atau Karyawan yang ada di SKPD yang telah menjabat
minimal dua tahun.

3.7 Jenis dan Sumber Data


3.7.1 Jenis Data Berdasarkan Sifatnya

24
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang terbentuk angka-angka yang dapaat
dihitung dengan satuan hitung (Sugiyono, 2007: 13). Data kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data-data hasil kuesioner yang
disajikan dalam bentuk Skala Likert.
2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka-angka dan
tidak dapat dihitung dengan satuan hitung yaitu berupa penjelasan,
keterangan-keterangan yang berbentuk kalimat, skema dan gambar
mengenai variabel diteliti (Sugiyono, 2007: 13). Data kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data-data mengenai SKPD, teori-teori
yang terkait dan gambaran umum serta pembentukan dan susunan perangkat
daerah Kabupaten Badung.

3.7.2 Jenis Data Berdasarkan Sumbernya


1) Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau pengukur alat pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Sugiyono,
2012: 308). Data primer dalam penelitian ini adalah pernyataan responden
dalam menjawab kuesioner.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari pihak lain (pihak ketiga) yang tidak
langsung dapat diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Sugiyono,
2012: 308). Data sekunder dalam penelitian ini adalah daftar lingkungan
dinas-dinas SKPD, gambaran umum serta pembentukan dan susunan
perangkat daerah Kabupaten Badung.

3.8 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

25
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:l99). Dalam penelitian ini
pernyataan yang disebarkan mengenai budgetary slack, partisipatif anggaran,
komitmen organisasi, dan lotus of control.

3.9 Instrumen Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah
menggunakan kuesioner dengan skala Likert, Sugiyono (2012: 73) menjelaskan
bahwa Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk keperluan
instrument penelitian, maka jawaban atas pernyataan tersebut dapat diberi skor
sebagai berikut:
(SS) = Sangat Setuju = Skor 5

(S) = Setuju = Skor 4

(KS) = Kurang Setuju = Skor 3

(TS) = Tidak Setuju = Skor 2

(STS) = Sangat Tidak Setuju = Skor 1


Pernyataan-pernyataan dalam Kuesioner Penelitian diajukan dengan
menyertai format jawaban yang disusun dengan format Skala Likert. Dengan Skala
Likert tersebut akan didapat skor secara konsisten pada setiap jawaban yang dipilih
oleh setiap responden penelitian.

3.10 Teknik Analisis Data


3.10.1 Intervalisasi Data
Menurut Ridwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007: 30) bahwa data
ordinal (skor kuesioner) harus terlebih dahulu ditransformasi menjadi data interval
dengan Methode Successive of Internal (MSI) sebelum dilakukan analisis regresi.

3.10.2 Uji Validitas


Validitas menunjukkan alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 172). Pengujian validitas ini dapat
dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan

26
atau pernyataan dengan total skor sehingga didapat nilai pearson correlation. Suatu
instrument dikatakan valid apabila nilai r pearson correlation terhadap skor total
diatas 0,30 (Sugiyono,2009:178). Untuk menguji validitas dalam pengujian ini
dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistic Package of Social Science) for
Windows.

3.10.3 Uji Reliabilitas


Pengujian reliabilitas atau keandalan instrument menunjukkan sejauh
manasuatu pengukuran dapat memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan
pengukuran kembali dengan gejala yang sama (Sugiyono, 2009: 183). Uji
reliabilitas dilakukan terhadap instrument dengan koefisien Cronbach’s Alpha lebih
besar dari 0,60 maka instrument yang digunakan reliable (Ghozali, 2007: 42).
Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program
SPSS (Statistic Package of Social Science) for Windows.

3.10.4 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan dalam
model regresi dan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan
pelanggaran asumsi klasik (Ghozali, 2011: 99). Uji asumsi klasik yang mendasari
model regresi pada penelitian ini, yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji linearitas. Penentuan dari setiap uji
asumsi klasik adalah sebagai berikut:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan bertujuan untuk menguji apakah di dalam sebuah
model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak. Model distribusi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal atau yang mendekati normal. Dalam
penelitian ini pengujian normalitas data menggunakan statistik
Kolmogomv-Smirnov atau K-S dengan bantuan SPSS (Ghozali, 2007: 1l4).
Cara nya dengan membandingkan distribusi kumulatif relatif hasil observasi
dengan distribusi kumulatif relatif teoritisnya atau Fcr(x). Kesimpulannya
dapat ditarik dengan melihat Sig (2-tailend), dimana apabila Sig (2-tailend)

27
lebih besar dari level ofsignificant yang di pakai (5%), maka data tersebut
dianalisis berdistribusi normal.
b) Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas digunakan bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas
dan apabila berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Deteksi
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser (Ghozali, 2006: l05),
dengan cara regresi nilai absolute residual dari model yang diestimasi
terhadap variabel independen. Kriterianya tidak ada variabel bebas yang
signifikan secara statistik maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model
regresitidak terjadi heterokedastisitas.
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Penelitian ini menggunakan Uji
Durbin-Watson (DW Test) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
(Ghozali, 2011: 110-111).
d) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan bertujuan untuk mengetahui hubungan
yang bermakna antara setiap variabel bebas dalam suatu model regresi.
Model regresi yang baik adalah tidak adanya korelasi di antara variabel
bebas. Jika dalam sebuah model regresi terdapat multikolinier dan
dipaksakan untuk digunakan, maka akan menghasilkan hasil prediksi yang
menyimpang. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai lolerance atau
variance inflation factor (VIP). Jika nilai tolerance lebih besar dari 10%
atau VIP kurang dari 10 maka dapat dikatakan model telah bebas dari
masalah multikolinearitas (Ghozali, 2007: 93).
e) Uji Linearitas

28
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terdapat hubungan yang linear atau tidak antara variabel bebas dengan
variabel terikatnya. Dalam penelitian ini, pengujian linearitas menggunakan
Test of Linearity yang terdapat dalam menu compare means dalam SPSS
for windows (Monika Palupi Murniati, dkk, 2013: 62).

3.10.5 Analisis Regresi


Ada beberapa cara untuk menguji regresi dengan variabel moderating dan
salah satunya adalah Moderated Regression Analysis (MRA). Menurut Lie Liana
(2009: 93) Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi merupakan
aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) dengan
rumus persamaan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4X1X2 X3 + e ......................................................(1)
Keterangan:
Y = Budgetary Slack
α = Konstanta
β1 β2 β3= Koefisien regresi untuk masing-masing variabel moderating
X1 = Partisipatif Anggaran
X2 = Komitmen Organisasi
X2 = Lotus of Control
e = Error

3.10.6 Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011: 97).

29
3.10.7 Uji Kelayakan Model (Uji F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011: 98). Uji ini dilakukan
dengan bantuan komputer dengan program SPSS, yaitu dengan membandingkan
tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas secara bersama-sama dengan
taraf signifikannya α = 0,05.

3.10.8 Uji Hipotesis (Uji t)


Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Uji ini dilakukan dengan bantuan komputer
dengan program SPSS yaitu membandingkan tingkat signifikansi masing-masing
variabel bebas dengan taraf signifikansinya α = 0,05.

30
DAFTAR RUJUKAN

Ahituv, Niv dan Magid, Igbaria.1998. The Effect of Time Budget Pressure and
Completeness of Information on Decision Making. Journal Management
Information System, 15(2), pp: 153-172.

Anwar, Ahmad Nugraha Syaiful.2014. Pengaruh Fee Audit dan Tekanan Anggaran
Waktu Terhadap Kualitas Audit. Jurnal.Fakultas Ekonomi Universitas
Komputer Indonesia.

Ardana, Komang, Ni Wayan Mujiati dan I Wayan Mudiartha Utama.2012.


Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi I. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Arisinta.Octaviana.20l3. Pengruh Kompetensi, Independensi, Time Budget


Pressuredan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan
Publik di Surabaya. Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Airlangga.

Badjuri, Achmad.2011. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas


Audit: Studi Pada Auditor Inspektoral Daerah Di Gorontalo. Tesis S-
2.ProgramStudi Magister Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.

Bastian, Indra, 200l.Audit Sektor Publik, Jakarta: Visi Global Media

Christiyanto, Dedy.2011. Pengaruh Kemampuan, Motivasi dan Pengalaman


Terhadap Kinerja Auditor Independen. Jurnal Jurusan Akuntansi.Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Cook, E., & Kelly, T. (1991). An international comparison of audit time-budget


pressures: The United States and New Zealand. The Woman CPA, 53, 25-
30.

Dezoort, T. (2002). Time pressure research in auditing implication for practice. The
Auditor’s Report, 22, 1-5.

31
Dezoort, F.T., & Lord,A.T.1997. A Review and Synthesis of Presure Effects
Research in Accounting. Journal of Accounting Literature, 16,28-85.

Dutadasanovan, Yoga.2013. Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap Kualitas


Auditing Dengan Indenpendensi Sebagai Variabel Intervening. Skripsi
S1Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.

Elder, Randal J, Mark S. Beasley, Alvin A Arens, dan Amir Abdi Jusuf.20l1.Jasa
Audit dan Assurance. Pendekatan Terpadu. Jakarta: Salemba Empat.

Emarila, Rara, Ferdinandus.A.Himawan.2010. Pengaruh Persepsi Auditor Atas


Kompetensi, Independensi dan Kualitas Audit Terhadap Umur KAP Di
Jakarta. Jurnal Institut Bisnis Nusantara.Vol.13.No 3.

Fanani, Zaenal, Rheny Afriana Hanif, Bambang Subroto.2008. Pengaruh


StrukturAudit, Konflik Peran dan Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja
Auditor. Jurnal Akuntansi Keuangan Indonesia. 5(2); hz 139-155.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Griffin. Ricky. W. 2002. “Manajemen. Jilid 2”. Penerbit Erlangga. Jakarta

Hartadi, Bambang.2009.Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP dan Reputasi Auditor


Terhadap Kualitas Audit Di Bursa Efek Indonesia. Ekuitas: Jurnal Ekonomi
dan Keuangan.vol.16 (1) Maret: 84-103.

Hutabarat, Goodman.2012. Pengaruh Pengalaman Time Budget Pressure dan Etika


Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi Fakultas
Ekonomi.Universitas Satya Negara Indonesia.

Indawati, Wiwi.2015. Effect of Audit Rotation, Audit Fee and Auditor Competence
to Motivation Auditor and Implications on Audit Quality (Case Study of
Registered Public). Journal of Economics and Sustainable.No.6, ISSN
2222-2855.

32
Indra Pratama, I Made.2014.Pengaruh Time Budget Pressure.Risiko
KesalahanAudit dan Masa Perikatan Audit Terhadap Kualitas Audit Pada
KantorAkuntan Publik Di Daerah Bali.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan
BisnisUniversitas Udayana, Bali.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:


Salemba Empat.

Kalbers, Lawrence.P & Fogarty Timothy J.1995. Profesionalism its Consequences:


a study of internal auditors.Auditing: A Journalof Practice,14(1),64-68.

Lestari, Ayu Puji.2010. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Auditor


Dalam Penghentian Prematur Prosedur Audit”. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.

Muliyadi.2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: PT Salemba Emban Patria.

Mulyaadi.2013. Pengaruh Pengalaman Kerja, Kompetensi, Independensi,


Akuntabilitas, Profesionalisme Dan Kompleksitas Tugas Auditor Terhadap
Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kap Surakarta Dan Jogjakarta). E-
Journal.Vol. 1, No. 2 (April 2013). ISSN : 2337-523X.

Nor, Wahyudi. 2012. Pengaruh Fee Audit, Kompetensi Auditor dan Perubahan
Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor.Jurnal. Fakultas Ekonomi
Universitas Palangkaraya.

Nurlaely, Fenti. 2010. “Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Time Budget


Pressure Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor di BPKP
JawaTengah)”. Skripsi.Semarang 3 Universitas Negeri Semarang.

Poi, Maryana Florencia.2014. Pengaruh Kompetensi, Indenpendensi, Pengalaman


Kerja, dan Besaran Fee Audit Pada Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik
di Bali. Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

33
Prasita, Andin dan Priyo Adi.2007. Pengaruh Kompleksitas Audit Dan Tekanan
Anggaran Dan Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Moderasi
Pemahaman Terhadap Sistem Informasi. Jurnal. Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen satya wacana, Semarang.

Purba, Fitriani Kartika (2013). Pengaruh Fee Audit dan Pengalaman Auditor
Eksternal Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah Akuntansi.Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Putri, Berty Wahyu.2012. Penentuan Kualitas Audit Berdasarkan Ukuran Kantor


Akuntan Publik dan Biaya Audit. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 1, No.4.

Rahmawati.2011. Pengaruh Role Stress Terhadap Kinerja Auditor Dengan


Emosional Quotient Sebagai Variabel Moderating. Skripsi.Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Ratnaningtias, Idiah Wahyuni.2014. Pengaruh Time Budget Pressure trhadap


Reduced Audit Quality & Under Reporting of Time: Dampak Budaya Etika
terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor Semarang).Skripsi
S1.Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Rivai, Vethzal & Basri. 2005. Peformance Appraisal: Sistem yang tepat untuk
Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Sering Perusahaan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rustarini, I Wayan.2013. Pengaruh Kompleksitas Tugas, Tekanan Waktu dan Sifat


Kepribadian Pada Kinerja. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Mahasaraswati Denpasar. 17(2). Pp: 126-138.

Sekaran, Uma. dan Bougie, Roger. 2016. Research Methods for Business A Skill
Building Approach Fifth Edition. United Kingdom: Jhon Willey and Sons
Ltd.

Siagian P, Sondang. 2009. Manajemen Sunber Daya Manusia. Bumi Aksara.


Jakarta.

34
Sososutikno, Christina.2015. “Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan
Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit”. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesepuluh. Bandung:


CV.Alfabeta.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesenam Belas. Bandung:


CV.Alfabeta.

Sugiyono.2013. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh Belas. Bandung:


CV.Alfabeta.

Sujana, Edy.2012. Pengaruh Kompetensi, Motivasi, Kesesuaian Peran dan


Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor Internal Inspektorat
Pemerintahan Kabupaten (Studi Pada Kantor Inspektorat Kabupaten
Badung dan Buleleng). Universitas Pendidikan Ganesha.

Sukrisno Agoes. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan


OlehAkuntan Publik.Salemba Empat. Jakarta.

Suprianto, Edy.2009. Pengaruh Time Budget Pressure terhadap Perilaku


Disfungsional Auditor.Jurnal.Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan
Agung, Semarang. Vol.5, No.1,pp: 57-65.

Surat Keputusan Ketua Umum Intitut Akuntan Publik Indonesia


No.024/IAPI/VII/2008 Tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit.

Triyanthi, Meylinda. 20l4. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Independensi,


dan Motivasi Kerja Pada Kinerja Internal Auditor (Studi Kasus Pada Dealer
Yamaha di Kota Denpasar). Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.

Vroom, Victor H.1964.Worl And Motivation.New York: John Wiley & Son,Inc.
158 VRO.

35
Winidiantari, Nita, 20l4. Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, Struktur
Audit, Motivasi dan Kerja Terhadap Kinerja Aauditor Pada Kantor Akuntan
Publik di Bali. Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

LAMPIRAN

I. PERTANYAAN UMUM
Identitas Responden
Mohon Bapak/Ibu mengisi data berikut dan berikan tanda checklist (√) sesuai
dengan identitas.
Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Masa Kerja :

II. KUESIONER
Untuk menjawab pertanyaan yang tertera, Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk
memilih salah satu dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan
persepsi atau pilihan Bapak/Ibu, dengan memberi tanda checklist (√) pada
jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kriteria jawaban :

(SS) = Sangat Setuju = Skor 5

36
(S) = Setuju = Skor 4

(N) = Netral = Skor 3

(TS) = Tidak Setuju = Skor 2

(STS) = Sangat Tidak Setuju = Skor 1

DAFTAR PERTANYAAN
1. FEE AUDIT
Pernyataan berikut menggambarkan besarnya fee yang diterima berdasarkan
pekerjaan audit yang disesuaikan dengan kebutuhan klien, tugas dan
tanggungjawab yang diemban, indenpendensi yang dimilikinya, tingkat
keahlian, risiko penugasan dan kompleksitas pekerjaan, serta besarnya waktu
yang digunakan. Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap
paling sesuai dengan kriteria jawaban :

Tanggapan
No Uraian
SS S N TS STS

1 Auditor menerima fee berdasarkan


pekerjaan audit yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien

2 Besarnya fee yang diterima berdasarkan


tugas dan tanggungjawab yang diemban
dalam bekerja

3 Fee audit yang diterima kantor akuntan


publik sesuai dengan indenpendensi yang
dimilikinya

4 Tingkat keahlian, risiko penugasan dan


kompleksitas pekerjaan yang dilakukan

37
kantor akuntan publik menentukan
besarnya fee yang diterima

5 Banyaknya waktu yang di gunakan


menentukan besarnya fee audit yang
diterima auditor

2. TIME BUDGET PRESSURE


Pernyataan berikut menggambarkan bagaimana Bapak/Ibu dalam
merencanakan anggaran waktu agar audit dapat dilakukan dengan baik dan
dijadikan indikator penilaian kinerja. Beri tanda checklist (√) pada jawaban
yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kriteria jawaban :

Tanggapan
No Uraian
SS S N TS STS

1 Saya merasa dalam merencanakan


anggaran waktu yang ada terlalu ketat
sehinggga banyak transaksi yang tidak
saya uji

2 Saya akan menjalankan audit sesuai


dengan waktu yang direncanakan
walaupun saya merasa tidak mampu

3 Saya akan menjalankan audit sesuai


dengan waktu yang direncanakan agar

38
audit yang saya lakukan dianggap baik
oleh atasan

4 Saya sering merubah waktu audit yang


sudah direncanakan sebelumnya agar
seluruh prosedur audit dapat dilakukan

5 Selama menjalankan tugas saya kurang


mampu memenuhi target yang telah
ditentukan

6 Di tempat saya bekerja kesesuaian


penugasan audit dengan anggaran waktu
dijadikan indikator penilaian kinerja dari
atasan

7 Dalam penugasan audit, efisiensi dalam


pekerjaan proses audit sangat ditekan.

3. MOTIVASI AUDITOR

Pernyataan berikut menggambarkan fasilitas yang disediakan KAP yang dapat


memotivasi Bapak/Ibu untuk bekerja. Beri tanda checklist (√) pada jawaban
yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kriteria jawaban :

Tanggapan
No Uraian
SS S N TS STS

1 Saya merasa aman dan nyaman dalam


melakukan seluruh pekerjaan saya di KAP
tempat saya bekerja

39
2 Saya mendapat penghargaan dari KAP
saya bekerja atas prestasi yang telah saya
capai

3 Gaji yang saya terima memotivasi saya


untuk bekerja dengan baik

4 Tekanan waktu yang diberikan membuat


saya termotivasi untuk bekerja dengan
cepat

5 Dengan lingkungan kerja yang


menyenangkan di KAP membuat saya
nyaman dalam bekerja

6 KAP tempat saya bekerja memberikan


kesempatan untuk mengembangkan karier

7 Untuk meningkatkan prestasi agar lebih


dihargai, saya menambah dan mencari
wawasan demi kelancaran pekerjaan

8 Dalam melaksanakan pekerjaan KAP


tempat saya bekerja menyediakan
peralatan kerja yang memadai

40
4. KINERJA AUDITOR

Pernyataan berikut menggambarkan hasil yang dicapai dalam melaksanakan


tugas sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Dan digunakan sebagai
salah satu tolok ukur untuk menentukan suatu pekerjaan dapat dikatakan baik
atau sebaliknya. Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap
paling sesuai dengan kriteria jawaban :

Tanggapan
No Uraian
SS S N TS STS

1 Saya melakukan pekerjaan dengan akurat


dan jarang membuat kesalahan.

2 Saya mampu menyelesaikan tugas yang


diberikan sesuai dengan kemampuan yang
saya miliki

3 Saya melakukan pekerjaan dengan


mengutamakan hasil pekerjaan yang
bermutu dan sesuai dengan peraturan yang
ada

4 Saya dapat menyelesaikan beban kerja


sesuai dengan anggaran waktu yang telah
danggarkan

5 Saya bekerja sesuai dengan proses dan


prosedur kerja yang telah ditetapkan

6 Saya mampu menangani beban kerja


sebagaimana yang ditugaskan perusahaan
kepada karyawannya

7 Gaji yang saya terima sesuai dengan


penugasan yang diberikan

41
8 Mempertahankan dan memperbaiki
hubungan dengan klien adalah bagian
penting dari pekerjaan saya.

42

Anda mungkin juga menyukai