BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
a. Latar Belakang
Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang
berasal dari kepulauan Banda dan Maluku. Tanaman pala dikenal dengan
tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis. Hasil tanaman pala yang
biasa dimanfaatkan adalah buah pala. Buah pala terdiri dari daging buah
(77,8%), fuli (4 %), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%). Bagian buah yang
bernilai ekonomi cukup tinggi adalah biji pala dan fuli (mace) yang dapat
dijadikan minyak pala. Daging buah pala dapat dimanfaatkan untuk diolah
menjadi manisan pala, asinan pala, dodol pala, selai pala dan sirup pala.
Indonesia merupakan negara pengekspor biji pala dan fuli terbesar dipasaran
dunia (sekitar 60%), dan sisanya dipenuhi dari negara lainnya seperti
Grenada, India, Srilangka dan Papua New Guinea. Berdasarkan data Ditjen
Perkebunan (2000) produksi pala Indonesia tahun 2000 adalah sebesar
19,95 ribu ton. Produksi pala relatif stabil dan cenderung meningkat sejak
tahun 1994 yang berkisar antara 19,00 -19,95 ribu ton per tahun.
Daging buah pala yang merupakan bagian terbesar dari hasil panen buah
pala merupakan suatu potensi bahan baku yang sangat besar untuk dapat
dimanfaatkan. Salah satu upaya pemanfaatan daging buah pala adalah
pembuatan manisan pala, yang umumnya dilaksanakan oleh usaha kecil
rumah tangga. Untuk itu pemberdayaan usaha kecil ini perlu terus
ditingkatkan. Melalui pemberdayaan usaha kecil manisan pala ini, diharapkan
produk manisan pala juga dapat menjadi komoditi ekspor Indonesia
mengiringi ekspor biji, fuli dan minyak pala.
Tujuan
Ruang Lingkup
Metode Penelitian
a. Profil Usaha
Kegiatan usaha pembuatan manisan pala dapat dilakukan oleh pria maupun
wanita. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan di daerah survei
pada tahun 1995, pengelola dan tenaga kerja pada usaha pembuatan
manisan pala ini umumnya wanita atau ibu rumah tangga. Dari 30
pengusaha yang disurvei sebanyak 20 unit usaha dikelola oleh wanita dan 10
lainnya dikelola oleh laki-laki (Nugraha, D.R, 1995 ).
Bank yang menyediakan pinjaman modal usaha bagi Usaha Kecil umumnya
terdapat di lokasi penelitian dengan status Kantor Cabang dan Kantor
Cabang Pembantu. Diantara beberapa Bank yang beroperasi di wilayah
penelitian, baru satu bank yang ditemui memberikan pinjaman terhadap
usaha kecil manisan pala.
Jenis kredit yang disediakan bank meliputi kredit investasi dan kredit modal
kerja. Plafon pinjaman untuk kedua jenis kredit tersebut sebesar Rp 50 juta,
dengan tingkat suku bunga sebesar 2% per bulan. Jangka waktu
pengembalian maksimal 36 bulan untuk kredit investasi dan 24 bulan untuk
kredit modal kerja. Persyaratan penyediaan dana sendiri dari pemilik usaha
adalah sebesar 30%, namun hal ini tidak mengikat, apabila usaha dinilai
layak untuk dibiayai.
Dalam penyaluran pinjaman kepada usaha kecil ini secara umum bank
mengharuskan adanya jaminan berupa sertifikat tanah/bangunan tempat
usaha, atau girik, atau Tabungan/deposito atau kombinasi diantara jaminan
yang disebutkan.
Prosedur bagi calon debitur yang berminat untuk menambah modal usaha
melalui dana pinjaman dari bank sangat mudah. Calon debitur dapat
langsung datang ke kantor cabang pembantu yang terdekat untuk
mengajukan permohonan kredit. Selanjutnya bank akan meneliti usaha yang
telah berlangsung dengan melakukan penilaian terhadap 5 C yaitu: Character
(watak calon debitur), Capacity (kemampuan), Capital (permodalan),
Collateral (jaminan), dan Condition (kondisi).
Apabila dinyatakan layak maka bank meminta agar calon debitur melengkapi
beberapa persyaratan yang diperlukan. Persyaratan yang perlu dilengkapi
adalah SIUP atau keterangan dari kelurahan, fotokopi KTP suami dan istri,
Kartu Keluarga, sertifikat tanah/bangunan serta SPPT PBB tahun terakhir.
Apabila persyaratan kredit telah terpenuhi maka maksimum dalam waktu 2
minggu bank sudah memberikan hasil penilaian.
Permintaan pasar dalam negeri untuk manisan pala secara khusus belum
terdata, namun berdasarkan hasil survei di daerah sampel, penjualan rata-
rata perbulan/unit usaha berkisar 1-2 ton. Permintaan manisan pala akan
meningkat pada bulan-bulan tertentu, seperti pada saat lebaran, dan akhir
tahun. Berdasarkan wawancara dengan seorang pedagang lokal di kota
Bogor, penjualan perhari mencapai 90 kg/hari atau sekitar 2,7 ton perbulan.
Umumnya pengusaha manisan pala di kota Bogor baru melayani permintaan
dari dalam propinsi saja.
Permintaan Ekspor
Permintaan ekspor terhadap produk dari pala yang terbesar adalah biji pala
kering (nutmeg in shell dan nutmeg shelled), fuli (mace) dan minyak pala
(essential oil of nutmegs). Keadaan permintaan pasar terhadap produk pala
ini (biji, fuli dan minyak atsiri dari pala) cukup baik, khususnya permintaan
akan biji pala tanpa cangkang yang terus mengalami peningkatan.
Permintaan terhadap fuli dan minyak pala relatif stabil pada periode antara
tahun 1996-2000. Volume dan nilai ekspor beberapa produk pala dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Grafik 3.2. Perkembangan Nilai Ekspor Beberapa Produk Pala Tahun 1996 -
2000
Produk dari pala (biji, fuli dan minyak pala) telah diekspor lebih ke 30
negara. Adapun negara-negara pengimpor utama produk pala antara lain
adalah Singapura, Belanda, Hongkong, Jepang, Belgia, Malaysia, Amerika
Serikat, Perancis, India, Italia, Jerman, dan Thailand
Berdasarkan data statistik industri sedang dan besar, produksi manisan pala
tahun 1998 adalah sebesar 24.000 kg dengan nilai Rp. 115 juta. Walaupun
data nasional total produksi manisan pala dari industri kecil tidak ada, namun
jumlah produksi manisan pala dari industri kecil di Kabupaten Bogor pada
tahun 1998 telah mencapai 1.079 ton dengan nilai Rp. 6.472,8 juta atau
sekitar 90 ton perbulan dengan nilai Rp. 539,4 juta. Hal ini menggambarkan
bahwa jumlah produksi manisan pala dari industri kecil lebih besar dibanding
industri besar/sedang.
Kapasitas produksi dari usaha pembuatan manisan pala ini adalah sebesar
2,25 ton per bulan atau sekitar 2,5% dari produksi di wilayah Bogor.
Produksi biji pala untuk ekspor sebagian besar juga berasal dari industri
kecil. Data ekspor biji pala tahun 1998 adalah sebesar 5.197.590 kg yang
dipasok dari industri besar sebanyak 2.023.347 kg atau sekitar 39%, sisanya
61% dipasok dari industri kecil.
c. Harga
Harga produk manisan pala sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel yang
berlaku di pasaran, yaitu tingkat penawaran dan permintaan di pasar serta
biaya pengadaan bahan baku. Perkembangan harga manisan pala dari tahun
ke tahun relatif meningkat seiring dengan peningkatan biaya produksi. Pada
tahun 1995 pengusaha manisan pala menjual produknya dengan harga Rp.
3.000 - 3.500 per kg, pada tahun 1998 meningkat menjadi Rp. 4.500 per kg
dan pada saat ini (2001) harga penjualan rata-rata manisan pala kepada
pedagang sekitar Rp 7.000 per kg.
Harga jual manisan pala dari produsen ke pedagang sangat jauh berbeda
dengan harga yang berlaku dipasaran umum/harga eceran yang dapat
mencapai kisaran antara Rp. 9.000 s/d Rp. 13.500 per kg bahkan harga di
supermarket mencapai Rp. 18.500 per kg
Harga biji, fuli dan minyak pala dipengaruhi oleh harga yang berlaku di
pasaran internasional dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika.
Manisan pala merupakan salah satu jenis makanan ringan diantara sekian
banyak jenis makanan ringan yang tergolong dalam kelompok manisan
buah-buahan. Kekhasan dari rasa manisan pala dan tidak disemua
daerah/tempat dapat ditemui produksi manisan ini menyebabkan manisan
pala tetap menjadi salah satu pilihan sebagai bingkisan untuk oleh-oleh.
Manisan pala juga masih merupakan salah satu alternatif makanan ringan
yang disajikan pada saat perayaan hari-hari besar lebaran dan tahun baru.
Usaha pembuatan manisan pala tidak memerlukan teknologi yang sulit dan
pembuatannya cukup mudah, oleh karena itu usaha ini mudah dilakukan oleh
para pengusaha baru. Pembuatan manisan pala umumnya dilakukan oleh
pengusaha kecil di daerah penghasil pala. Berdasarkan data usaha kecil
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, jumlah
industri kecil manisan pala di Kabupaten Bogor Tahun 1998 berjumlah 73
unit usaha dengan kapasitas produksi mencapai 1.079 ton per tahun (Tabel
3.4).
Harga manisan pala dari tingkat produsen ke pedagang relatif sama, oleh
karena itu kunci kemampuan bersaing antara unit usaha yang sama adalah
kemampuan pengusaha menghasilkan produk yang berkualitas (disenangi
konsumen) dengan biaya produksi serendah mungkin.
Peluang pasar untuk manisan pala masih sangat besar, mengingat manisan
pala yang diproduksi di daerah Bogor sampai saat ini baru dipasarkan di
wilayah Jawa Barat. Di Indonesia daerah penghasil pala hanya di beberapa
propinsi saja yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Barat, Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Maluku Selatan serta
Papua, karena itu pengenalan produk ini kedaerah-daerah lain dapat
membuka peluang pasar yang baru. Peluang untuk mengekspor produk
manisan ini masih terbuka mengingat berdasarkan wawancara dengan
responden menyatakan bahwa pernah mendapat permintaan dari pembeli di
luar negeri namun belum dapat dilayani.
Berbeda dengan manisan pala, produk pala lainya seperti biji pala, fuli dan
minyak pala telah dilakukan ekspor sejak lama dan sampai saat ini telah
dilakukan ekspor lebih ke 30 negara. Sampai saat ini Indonesia masih
merupakan negara penghasil utama buah pala di dunia. Negara lain yang
menjadi pengekspor pala adalah Grenada, Papua New Guinea, India dan
Srilangka.
e. Kendala
Selama ini pemasaran produk manisan pala masih bersifat lokal, yaitu sekitar
wilayah Bogor, Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Cianjur. Hal ini dapat menjadi
kendala dalam pemasaran apabila produksi lokal meningkat dan juga sebagai
tantangan dan peluang bagi pengusaha manisan pala untuk memasarkan
produknya ke luar daerah, bahkan perlu dijajaki untuk ekspor. Produk
manisan pala merupakan makanan ringan yang tingkat konsumsinya masih
sangat kecil, bahkan mungkin sebagian orang belum mengenal produk
manisan pala. Untuk itu salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pemasaran produk adalah dengan menganekaragamkan
bentuk produk yang lebih disukai konsumen, dan memperkenalkan produk
ini ke daerah lain.
Pembuatan manisan buah pala sangat mudah dan dapat dilakukan oleh
hampir setiap orang. Usaha pembuatan manisan buah pala dapat berlokasi di
hampir setiap rumah tangga, karena tidak memerlukan tempat yang khusus
dan luas. Bagi ibu rumah tangga yang bermaksud untuk menambah
penghasilan rumah tangga dapat memanfaatkan ruang dapur untuk tempat
pembuatan manisan pala dan memanfaatkan halaman rumah untuk tempat
penjemuran pala kering. Walaupun demikian untuk mengusahakan manisan
pala skala kecil secara intensif dapat membuat tempat khusus
disamping/belakang rumah atau dengan menambah lantai terbuka di bagian
atas rumah.
Usaha pembuatan manisan pala yang dilakukan secara intensif perlu juga
memperhatikan lokasi yang mudah untuk mendapatkan sumber bahan baku,
dan kemudahan dalam pemasaran produk.
Mesin/Peralatan Produksi.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan manisan pala baik jumlah dan
jenisnya tergantung dari teknologi dan kapasitas produksi yang diusahakan.
Penyediaan peralatan yang dipergunakan hendaknya telah diperhitungkan
dan melalui seleksi sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya.
Tabel 4.3.
Bahan-Bahan untuk Pembuatan Manisan Pala Kering
Untuk 1 Untuk 300
kg pala kg
No Bahan Satuan
kering pala
kering
1. Buah Pala Mentah buah 16 4.800
2. Gula Pasir kg 1 300
3. Garam kg 0,016 5
4. Natrium Bisulfit
kg 0,002 0,5
(NaHSO3)/Pengawet
5. Bahan Pewarna g 0,32 100
Plastik kemasan 0,5
6. kg 4,2
kg
7. Isi hekter pak 4
8. Air m3 ±1
Minyak tanah untuk
9. liter 8
kompor
Tabel 4.4.
Bahan-Bahan yang Digunakan untuk Pembuatan Manisan Pala Basah
Bahan baku untuk pembuatan manisan pala adalah buah pala yang segar,
oleh karena itu buah pala yang hendak dipanen sebaiknya berumur (6-7)
bulan sejak berbunga. Buah pala untuk manisan pala kering dipilih yang
berukuran sedang sampai besar agar mudah dibentuk. Buah pala yang
berukuran kecil tidak baik untuk pembuatan pala kering, namun masih dapat
digunakan untuk diolah menjadi pala basah.
a. Gula Pasir
Bahan penolong utama yang diperlukan adalah gula pasir. Penggunaan gula
pasir harus dipilih yang putih dan bersih. Gula yang berwarna kecoklatan
akan memberikan hasil manisan pala yang berwarna kelam.
b. Garam
c. Bahan Pengawet
4). Pengemas
Buah pala yang diperlukan dapat dengan mudah diperoleh oleh para
pengrajin/pengusaha. Karena buah pala tidak mengenal musiman, maka
relatif mudah diperoleh. Para penjual buah pala biasanya langsung datang ke
pasar terdekat di daerah pengrajin, bahkan penjualan ada yang diantar
sampai ke depan rumah pengrajin/pengusaha. Dilihat dari ketersediaannya,
bahan penolong juga mudah diperoleh oleh para pengrajin/pengusaha di
pasar-pasar tradisional.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja terdiri atas pengelola usaha, tenaga kerja borongan dan tenaga
harian. Tenaga pengelola umumnya adalah pemilik (tenaga dalam keluarga),
sedangkan tenaga kerja borongan diterapkan untuk pekerjaan pengupasan
dan pembentukan buah pala menjadi model bunga. Umumnya buah pala
mentah dibawa oleh para pekerja ke rumah masing-masing. Sedangkan
tenaga kerja harian adalah untuk pekerjaan perendaman buah, penaburan
gula, pengeringan, penimbangan dan pengepakan.
Upah untuk setiap tenaga kerja borongan adalah sebesar Rp. 5 s/d 8 per
buah pala. Sedangkan upah untuk tenaga kerja harian berkisar antara Rp
8.000,00 sampai Rp 15.000,00 per hari, tergantung banyaknya pekerjaan.
Pengrajin/pengusaha dalam mencari tenaga kerja sampai saat ini tidak ada
masalah. Hal ini disebabkan banyaknya orang disekitar Desa Dramaga yang
memiliki keterampilan untuk membuat manisan pala.
e. Proses Produksi
Manisan pala dapat dibuat dalam bentuk manisan pala kering dan manisan
pala basah. Manisan pala kering umumnya lebih tahan lama dibandingkan
manisan pala basah. Umumnya pengrajin pala lebih banyak membuat pala
kering dan sebagian pengrajin juga membuat pala basah dengan
memanfaatkan sisa gula dari proses pembuatan pala kering. Pembuatan
manisan pala dapat dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya
seperti terlihat pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2.
Larutan garam dibuat dalam sebuah drum plastik. Jumlah larutan separuh
dari berat bahan yang akan diolah, jadi apabila pala yang akan direndam
sebanyak 300 kg maka diperlukan larutan perendam sebanyak 150 liter
dengan kandungan garam 1,5%. Buah pala yang telah disortir dan
dibersihkan selanjutnya direndam larutan garam selama 1-2 malam.
Perendaman pada suhu kamar dilakukan selama 1-2 malam, selanjutnya
disaring dan ditiriskan. Perendaman dengan larutan garam dimaksudkan
agar buah pala tidak mengalami pencoklatan saat dikupas.Pengupasan kulit
dan pembentukan bunga
Untuk membuang kulit luar sebaiknya menggunakan pisau yang tahan karat
dan tajam agar buah pala yang dihasilkan tidak rusak. Setelah dikupas buah
Daging buah pala yang telah dibuang kulitnya lalu dicuci dengan air bersih,
selanjutnya direndam dalam larutan pengawet (Na-metabisulfit) selama 1
malam. Jumlah maksimum yang diperbolehkan sebesar 2000 - 3000 ppm
atau 0,2 - 0,3%. Perendaman dalam air gula
Daging buah pala direndam dalam larutan gula encer dalam drum plastik
selama 1 malam. Larutan gula yang digunakan dapat berasal dari gula hasil
penirisan proses pembuatan manisan pala sebelumnya yang ditambahkan air
secukupnya sampai seluruh daging buah terendam .Penirisan dan
pengadukan dengan larutan gula kental
Pala yang telah direndam 1 malam dalam larutan gula encer selanjutnya
dicuci dan ditiriskan. Setelah ditiriskan daging buah pala dimasukkan dalam
nampan plastik dan ditaburi sambil diaduk dengan merata. Pada tahapan ini
untuk memperindah penampakan buah pala dapat diberi warna. Selanjutnya
buah pala didiamkan beberapa saat agar gula menyerap kedalam daging
buah. Daging pala yang telah diaduk dengan larutan gula tersebut
dipindahkan dalam anyaman bambu (tempayan) dan dibawahnya disiapkan
dengan ember plastik untuk menampung air gula yang menetes. Penaburan
gula dan pembentukan bunga
Daging pala yang sudah menyerap air gula (daging buah sudah terlihat
bening) selanjutnya ditaburi dengan gula pasir sambil membuka bunga yang
telah dibentuk. Manisan pala yang telah ditaburi gula selanjutnya disusun di
atas anyaman bambu (sunda:ebeg) yang dilapisi kertas semen untuk
selanjutnya dikeringkan. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari pada siang hari dan
pada malam hari pengeringan manisan pala dilakukan dengan
pengering/oven sederhana yang dipanasi dengan kompor. Proses
pengeringan sangat tergantung pada panasnya sinar matahari. Biasanya
pengeringan berlangsung selama 24-48 jam. Penimbangan dan Pengepakan
Manisan pala yang sudah kering (daging buah sudah terasa keras)
selanjutnya ditimbang dan dikemas ke dalam kantung-kantung plastik,
kaleng dan drum. Kemasan plastik dipakai untuk volume 0,25 kg, 1 kg dan
10 kg.
Produk yang dihasilkan terdiri dari manisan pala kering dan manisan pala
basah. Produk manisan pala kering jika disimpan pada tempat yang baik
mampu bertahan sampai dengan 6 bulan, sedangkan produk manisan pala
basah bertahan selama 2 minggu tanpa mengalami perubahan rasa dan
Disamping manisan pala kering dan manisan pala basah, diperoleh pula biji
pala dan fuli yang harga jual per kg jauh lebih besar dibandingkan manisan
pala sendiri. Jumlah biji pala dan fuli yang dapat diperoleh adalah sebanyak 1
kg biji kering dan 0,1 kg fuli untuk setiap 500 buah pala segar. Hal ini sangat
tergantung pada besar-kecil dan kematangan/ketuaan buah pala sebagai
bahan baku. Untuk buah pala yang sudah cukup tua 1 kg biji dapat
dihasilkan dari 150-200 buah pala. Produk yang dapat dihasilkan dari
pembuatan manisan pala adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Produk Utama dan Hasil Samping Pembuatan Manisan Pala
Konversi dari
No. Produk yang dihasilkan
buah pala
1 kg per 16 buah
1. Manisan Pala kering
pala
1 kg per 20 buah
2. Manisan Pala basah
pala
Biji pala kering (Nutmegs 1 kg per 500 buah
3.
shelled) pala
0,1 kg per 500
4. Fuli/Cempra (Mace)
buah pala
Data Primer (2001)
Kapasitas produksi usaha pembuatan manisan pala ini adalah sebesar 300 kg
pala kering dan 150 kg manisan pala basah per periode. Lama proses
produksi manisan pala kering selama 5 hari dan manisan pala basah selama
10 hari. Rata-rata dalam satu bulan dapat dilakukan produksi manisan pala
kering 6 kali periode dan pembuatan manisan pala basah 3 kali periode.
Dalam satu bulan produksi dapat dihasilkan sebanyak 1.800 kg manisan pala
kering dan 450 kg manisan pala basah atau total sebesar 2.250 kg produk
manisan pala. Kapasitas ini adalah berdasarkan rata-rata permintaan/
penjualan perbulan dan kapasitas maksimum oven pengering. Faktor yang
sangat mempengaruhi tercapainya target produksi manisan pala adalah
ketersediaan bahan baku, harga bahan baku, mutu produk dan nilai jual
produk.
i. Kendala
Komponen biaya usaha pembuatan manisan pala terdiri dari biaya investasi
dan biaya modal kerja. Biaya investasi terdiri dari biaya pembuatan
bangunan dan pengadaan peralatan produksi. Adapun biaya modal kerja
merupakan biaya untuk operasional produksi yang terdiri dari biaya variabel
dan biaya tetap.
1. BiayaInvestasi
Total biaya investasi untuk usaha pembuatan manisan pala adalah
sebesar Rp 22.755.000 yang terdiri dari biaya investasi untuk
bangunan proyek sebesar Rp 20.750.000 dan untuk pengadaan
peralatan sebesar Rp 2.005.000 Rincian selengkapnya komponen
biaya investasi usaha manisan pala dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan
secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran1.
2. Biaya Produksi
Biaya produksi untuk pembuatan manisan pala terdiri dari biaya
produksi langsung (biaya variabel) dan biaya overhead (biaya tetap).
2.1. Biaya Produksi Langsung (Biaya Variabel)
Biaya variabel merupakan biaya pengadaan bahan baku berupa buah
pala mentah, bahan penolong, biaya kemasan serta upah tenaga kerja
harian. Biaya variabel pembuatan manisan pala dalam proyek ini
terdiri dari biaya untuk pembuatan manisan pala kering dan biaya
untuk pembuatan manisan pala basah. Total biaya variabel untuk
produksi 300 kg manisan pala kering dalam satu periode adalah
sebesar Rp. 1.865.058 dan dalam satu bulan dapat dilakukan 6 kali
periode produksi. Jumlah biaya variabel untuk pala kering dalam satu
bulan adalah sebagai berikut:
Perincian komponen biaya variabel untuk produksi pala kering dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 2. Total biaya variabel untuk produksi 150 kg manisan
pala basah adalah sebesar Rp. 546.950 dan dalam satu bulan dapat
dilakukan 3 kali periode produksi. Jumlah biaya produksi untuk pembuatan
manisan pala basah dalam satu bulan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4.
Biaya Variabel Pembuatan 150 Kg Manisan Pala Basah
Biaya Per Biaya 1 Bulan
No. Uraian
Periode(Rp) (3 periode)(Rp)
1. Jumlah Biaya Bahan 507.950 1.523.850
2. Jumlah Biaya Tenaga Kerja 39.000 117.000
Total Biaya Operasional 546.950 1.640.850
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)
Perincian komponen biaya variabel untuk produksi manisan pala basah dapat
dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan biaya variabel pembuatan manisan
pala kering dan manisan pala basah maka total biaya variabel usaha
pembuatan manisan pala tersebut dalam satu bulan adalah sebesar Rp
12.831.198 dan dalam setahun sebesar Rp 128.311.980. Jumlah bulan
produksi efektif dihitung sebanyak 10 bulan (Tabel 5.5).
Tabel 5.5.
Total Biaya Variabel Usaha Pembuatan Manisan Pala
Produksi Jumlah Biaya Total Biaya
Produk Per Bulan Bulan produksi per Produksi Per
(Kg) Efektif Bulan (Rp) Tahun(Rp)
Pala Kering 1.800 10 11.190.348 111.903.480
Pala Basah 450 10 1.640.850 16.408.500
Total manisan
2.250 12.831.198 128.311.980
pala
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)
Tabel 5.6.
Total Biaya Overhead (Biaya Tetap) Usaha Pembuatan Manisan Pala
Total
Produksi Biaya
Jumlah Biaya Total Biaya
Per produksi
Uraian Bulan Produksi Per
Bulan per
Efektif Per Tahun(Rp)
(Kg) Bulan(Rp)
Tahun(Rp)
Tenaga Kerja
Orang 1 500.000 500.000 6.000.000
Tetap
Transportasi Kali 4 150.000 600.000 7.200.000
Kertas semen
Lembar 50 500 25.000 300.000
(pelapis ebek)
Listrik, Air, dll. Unit 1 50.000 50.000 600.000
Jumlah 1.175.000 14.100.000
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)
Dengan demikian berdasarkan uraian 2.1 dan 2.2 maka Total biaya produksi
pembuatan manisan pala adalah sebagai berikut:
Tabel 5.7.
Total Biaya Produksi Usaha Pembuatan Manisan Pala
Total Biaya
Modal Kerja Per
Uraian ProduksiPer
Bulan(Rp)
Tahun(Rp)
Jumlah Biaya Bahan 12.831.198 128.311.980
Jumlah Biaya Tenaga
1.175.000 14.100.000
Kerja
Total Biaya Produksi 14.006.198 142.411.980
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)
b. Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha manisan pala berasal dari total penjualan manisan pala
kering dan manisan pala basah serta ditambah penjualan biji dan fuli pala
(Tabel 5.8). Biji pala (Nutmeg Shelled) dan fuli/cempra (Mace) merupakan
hasil samping dari usaha manisan pala. Berdasarkan pengalaman yang
dilakukan oleh pengrajin di daerah sampel, untuk 500 biji pala dihasilkan 1
kg biji kering dan 0,1 kg fuli. Perolehan biji yang terkumpul adalah sebesar
60%.
Pembiayaan usaha Pembuatan Manisan Pala dibiayai dari dana sendiri dan
dana pinjaman dengan komposisi 35% dana sendiri dan 65% dana pinjaman.
(Tabel 5.10)
Berdasarkan proyeksi arus kas terlihat bahwa tidak terjadi defisit anggaran
selama 5 tahun masa pembiayaan. Melalui pendapatan yang diperoleh,
pengusaha telah mampu membayar cicilan pokok kredit dan bunga sesuai
jadwal yang ditentukan. Pelunasan kredit investasi dapat dilakukan dalam 3
tahun dan modal kerja selama 1 tahun (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Sejak
tahun pertama perolehan pendapatan telah mengalami surplus. Secara rinci
proyeksi arus kas tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7.
e. Analisa Profitabilitas
Secara lebih rinci perhitungan kriteria kelayakan usaha tersebut dapat dilihat
pada Lampiran 7.
Lebih jelasnya perhitungan nilai BEP pada setiap tahun selama periode
produksi dapat dilihat pada Lampiran 8.
g. Analisa Sensitivitas
Kendala yang dialami pengusaha kecil manisan pala pada aspek keuangan
adalah keterbatasan kemampuan pengusaha dalam memenuhi kebutuhan
modal usaha. Berdasarkan wawancara yang dilakukan di daerah survei,
sebagian responden menyatakan berkeinginan untuk meningkatkan modal
usaha namun masih enggan untuk meminjam ke Bank karena tidak mampu
menyediakan jaminan yang cukup dan khawatir tidak mampu
mengembalikan kredit. Pengusaha yang bermodal kecil lebih memilih untuk
meminjam kepada sesama pengusaha yang memiliki modal lebih besar.
Namun jumlah pinjaman tersebut relatif kecil, sebatas untuk memenuhi
kekurangan biaya satu kali produksi. Disamping itu bagi pengusaha yang
masih baru belum dapat melakukan akses terhadap permodalan yang
disediakan perbankan karena bank lebih memilih membiayai usaha yang
sudah berjalan.
Indonesia sebagai negara penghasil pala terbesar telah mengekspor biji pala
kering, fuli dan minyak pala ke beberapa negara. Walaupun sampai saat ini
belum diperoleh data jumlah ekspor manisan pala, namun Indonesia memiliki
potensi untuk dapat memperkenalkan produk manisan pala ke luar negeri.
b. Dampak Lingkungan
Unit usaha manisan pala dapat dikatakan relatif tidak mencemari lingkungan.
Limbah yang dihasilkan berupa buangan dari air cucian buah pala dan air
sisa rendaman buah pala. Limbah cair ini dibuang ke got atau ke kali dalam
jumlah yang relatif kecil.