Anda di halaman 1dari 36

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

INDUSTRI MANISAN BUAH PALA

BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id


DAFTAR ISI
1. Pendahuluan................................ ................................ ............... 2
a. Latar Belakang ................................ ................................ ........... 2
b. Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode Penelitian ................................ .3

2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan................................ ............... 5


a. Profil Usaha ................................ ................................ ............... 5
b. Pola Pembiayaan ................................ ................................ ........ 6

3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 8


a. Permintaan ................................ ................................ ................ 8
b. Penawaran................................ ................................ ............... 10
c. Harga................................ ................................ ...................... 10
d. Persaingan dan Peluang Pasar................................ ..................... 11
d. Pemasaran Produk ................................ ................................ .... 12
e. Kendala................................ ................................ ................... 12

4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 13


a. Lokasi Usaha................................ ................................ ............ 13
b. Fasilitas Produksi dan Pendapatan ................................ ............... 13
c. Bahan Baku dan Bahan Penolong................................ ................. 15
d. Tenaga Kerja ................................ ................................ ........... 17
e. Proses Produksi ................................ ................................ ........ 18
f. Jenis dan Mutu Produksi ................................ ............................. 21
g. Skala Usaha................................ ................................ ............. 23
i. Kendala................................ ................................ .................... 23

5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 24


a. Komponen dan Struktur Biaya ................................ .................... 24
b. Pendapatan Usaha ................................ ................................ .... 26
c. Kebutuhan Modal dan Kredit ................................ ....................... 27
d. Analisa Arus Kas ................................ ................................ ....... 27
e. Analisa Profitabilitas ................................ ................................ .. 27
f. Analisa Break Even Point ................................ ............................ 28
g. Analisa Sensitivitas ................................ ................................ ... 28
h. Kendala dan Hambatan pada Aspek Keuangan............................... 28

6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 30


a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ................................ 30
b. Dampak Lingkungan................................ ................................ .. 31

7. Penutup ................................ ................................ ..................... 32


a. Kesimpulan ................................ ................................ .............. 32
b. Saran ................................ ................................ ..................... 33

LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 34

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 1


1. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang
berasal dari kepulauan Banda dan Maluku. Tanaman pala dikenal dengan
tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis. Hasil tanaman pala yang
biasa dimanfaatkan adalah buah pala. Buah pala terdiri dari daging buah
(77,8%), fuli (4 %), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%). Bagian buah yang
bernilai ekonomi cukup tinggi adalah biji pala dan fuli (mace) yang dapat
dijadikan minyak pala. Daging buah pala dapat dimanfaatkan untuk diolah
menjadi manisan pala, asinan pala, dodol pala, selai pala dan sirup pala.

Indonesia merupakan negara pengekspor biji pala dan fuli terbesar dipasaran
dunia (sekitar 60%), dan sisanya dipenuhi dari negara lainnya seperti
Grenada, India, Srilangka dan Papua New Guinea. Berdasarkan data Ditjen
Perkebunan (2000) produksi pala Indonesia tahun 2000 adalah sebesar
19,95 ribu ton. Produksi pala relatif stabil dan cenderung meningkat sejak
tahun 1994 yang berkisar antara 19,00 -19,95 ribu ton per tahun.

Daging buah pala yang merupakan bagian terbesar dari hasil panen buah
pala merupakan suatu potensi bahan baku yang sangat besar untuk dapat
dimanfaatkan. Salah satu upaya pemanfaatan daging buah pala adalah
pembuatan manisan pala, yang umumnya dilaksanakan oleh usaha kecil
rumah tangga. Untuk itu pemberdayaan usaha kecil ini perlu terus
ditingkatkan. Melalui pemberdayaan usaha kecil manisan pala ini, diharapkan
produk manisan pala juga dapat menjadi komoditi ekspor Indonesia
mengiringi ekspor biji, fuli dan minyak pala.

Dalam upaya pengembangan usaha kecil terdapat beberapa kendala baik


dari sisi usaha kecil sendiri, maupun dari sisi perbankan sebagai lembaga
penyedia modal. Kendala dari sisi usaha kecil antara lain kurangnya akses
terhadap pembiayaan dari bank karena ketidakmampuan usaha kecil untuk
memenuhi persyaratan dari bank seperti kurangnya jaminan dan perizinan,
keterbatasan dalam aspek pemasaran, teknis produksi dan manajemen.

Di lain pihak, disisi perbankan menghadapi kendala berupa kurangnya


perangkat organisasi dan sumber daya manusia yang berpengalaman dalam
melayani dan membina usaha kecil, tingginya resiko dan kurangnya
informasi tentang komoditi yang dihasilkan usaha kecil yang layak dibiayai
perbankan. Kurangnya informasi ini dapat mengakibatkan pengajuan kredit
oleh usaha kecil kepada bank tidak disetujui karena bank tidak memiliki
pengetahuan/informasi mengenai pembiayaan terhadap komoditi tersebut
yang mempunyai potensi tinggi untuk dibiayai bank.

Dalam rangka meningkatkan akses bank terhadap usaha kecil, Bank


Indonesia telah melaksanakan bantuan teknis kepada bank baik berupa

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 2


pelatihan, penelitian maupun konsultansi. Dalam rangka memberikan
informasi kepada bank mengenai pola-pola pembiayaan terhadap komoditi
tertentu yang memenuhi persyaratan bank secara teknis, menguntungkan
bagi bank dan usaha kecil yang dibiayai, maka Bank Indonesia telah
melaksanakan suatu kajian pra kelayakan tentang usaha kecil pembuatan
manisan buah pala.

b. Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode Penelitian

Tujuan

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan


realisasi Kredit Usaha Kecil, khususnya bagi pengembangan usaha
manisan pala.
2. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan
usaha kecil terutama tentang aspek keuangan, produksi, pemasaran,
dan sosial ekonomi.

Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dengan lingkup kajian pola pembiayaan manisan


buah pala yang meliputi aspek-aspek :

1. Aspek Pemasaran meliputi antara lain kondisi permintaan (termasuk


pasar ekspor), penawaran, persaingan, harga, proyeksi permintaan
pasar dll.
2. Aspek Produksi meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis
produksi, proses pengolahan dan penanganannya
3. Aspek Keuangan meliputi perhitungan kebutuhan biaya investasi, dan
kelayakan keuangan. Perhitungan kelayakan keuangan menggunakan
analisa yang disesuaikan dengan jenis usaha yang meliputi rugi laba,
cash flow, net present value, pay back period, benefit cost ratio dan
internal rate of return, termasuk analisa sensitivitas.
4. Aspek Sosial Ekonomi meliputi pengaruh pengembangan usaha
komoditi yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan lapangan
kerja dan pengaruh terhadap sektor lain.
5. Aspek Dampak Lingkungan yang meliputi baik lingkungan fisik maupun
non fisik

Metode Penelitian

Survei lapang dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut:

1. Data primer dari pengusaha kecil manisan pala; dengan mengambil


sampel di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 3


2. Data sekunder dari perbankan (Bank Umum) dan instansi terkait
(Kandep Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor).
3. Tokoh masyarakat setempat (tokoh formal dan tokoh informal).

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Analisa usaha, dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh


komoditi yang diteliti dilihat dari aspek-aspek pemasaran, produksi,
sosial-ekonomi, dan dampak lingkungannya;
2. Analisa pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui bagaimana struktur
pembiayaan proyek dan kelayakan usaha dilihat dari aspek
keuangannya.

Untuk kepentingan pengumpulan dan analisis data tersebut diatas, sampel


usaha kecil di wilayah penelitian diambil secara acak dengan persyaratan
bahwa usaha kecil tersebut yang paling banyak terdapat di wilayah studi,
tetapi dengan mengutamakan pegusaha yang telah berhasil menjalankan
usahanya dan mendapat kredit dari bank.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 4


2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

a. Profil Usaha

Usaha manisan pala di wilayah survei merupakan usaha yang sudah


dijalankan sejak tahun 1970/1980 dan berlangsung secara turun temurun
sampai sekarang dan cenderung sebagai usaha rumah tangga. Sebagian
rumah tangga menjadikan usaha ini sebagai usaha pokok dan sebagian lagi
menjadikannya sebagai usaha tambahan. Beberapa alasan pengusaha
manisan pala menekuni usahanya antara lain adalah tersedianya sumber
bahan baku, keterampilan dikuasai, harganya baik dan pasar yang sudah
terjamin. Selain itu ada juga pengusaha yang menyatakan melakukan usaha
ini karena tidak ada usaha lain.

Kegiatan usaha pembuatan manisan pala dapat dilakukan oleh pria maupun
wanita. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan di daerah survei
pada tahun 1995, pengelola dan tenaga kerja pada usaha pembuatan
manisan pala ini umumnya wanita atau ibu rumah tangga. Dari 30
pengusaha yang disurvei sebanyak 20 unit usaha dikelola oleh wanita dan 10
lainnya dikelola oleh laki-laki (Nugraha, D.R, 1995 ).

Rata-rata pengusaha manisan pala memiliki jenjang pendidikan SD dan


SLTP. Keterampilan membuat manisan pala diperoleh dengan belajar sendiri
dari orang tua, tetangga dan atau mengikuti pelatihan yang diadakan oleh
lembaga dan instansi terkait.

Dilihat dari kepemilikan usaha, seluruhnya merupakan usaha milik sendiri,


dan umumnya belum memiliki badan hukum. Tenaga kerja yang terlibat
berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja dari dalam keluarga
umumnya sebagai pengelola dan tenaga pemasaran. Tenaga kerja dari luar
keluarga merupakan tenaga kerja harian atau tenaga borongan. Pengelolaan
usaha ini masih dilakukan masing-masing secara terpisah, tidak dalam satu
kelompok, serta belum pernah dilakukan kemitraan dengan pihak lain.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para pengusaha manisan pala
menyatakan bahwa kelompok usaha pernah dibentuk namun tidak berjalan
dengan baik.

Menurut data dari Deperindag Kabupaten Bogor usaha manisan pala di


daerah ini berjumlah sekitar 73 unit usaha, dengan tingkat produksi per unit
usaha berkisar antara 10 - 15 ton manisan pala per tahun. Selain menjual
produk manisan pala, pengusaha juga menjual biji (nutmeg in shell) dan fuli
(mace) sebagai hasil samping. Harga jual biji dan fuli per kg jauh lebih besar
dibanding manisan pala, namun jumlah kg jauh lebih kecil karena biji dan fuli
hanya sebesar 13% dari seluruh bagian buah pala.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 5


b. Pola Pembiayaan

Dalam memenuhi kebutuhan modal usaha pembuatan manisan pala


disamping modal sendiri sebagian pengusaha ada yang memanfaatkan
fasilitas kredit yang diberikan oleh bank, ada pula pengusaha yang
meminjam dari pedagang atau sesama pengusaha yang memiliki modal lebih
besar. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap
pengusaha manisan pala di wilayah survei (Nugraha, D.R, 1995 ), bahwa dari
30 pengusaha manisan pala, sebanyak 4 pengusaha (13,3%) pernah
meminjam modal ke Bank, 5 pengusaha (16,7%) meminjam modal ke KUD,
dan sebanyak 16 pengusaha (53.33%) meminjam modal dari pedagang atau
sesama pengusaha yang memiliki modal lebih besar serta sisanya (16,7%)
menggunakan modal usaha pribadi. Bagi pengusaha yang modal kerjanya
meminjam dari sesama pengusaha atau dari pedagang, pembayarannya
dilakukan setelah diperoleh hasil penjualan produk manisan pala.

Berdasarkan pengamatan di wilayah survei, pengusaha manisan pala yang


relatif maju adalah mereka yang memiliki persediaan modal kerja yang lebih
dari satu kali periode produksi atau cukup untuk satu bulan kerja. Diantara
pengusaha manisan pala yang tergolong maju ada yang pernah memperoleh
pinjaman dari bank. Pengusaha yang bersangkutan telah memulai usaha
sejak tahun 1980 dan sudah beberapa kali mendapat pinjaman dari bank,
mulai dari pinjaman pertama sekali sebesar Rp 75.000 sampai dengan diberi
kepercayaan oleh bank untuk mendapatkan dana pinjaman sebesar Rp 22
juta dan sudah dapat dilunasi. Saat ini usaha yang dijalankan mampu
menggunakan dana sendiri.

Bank yang menyediakan pinjaman modal usaha bagi Usaha Kecil umumnya
terdapat di lokasi penelitian dengan status Kantor Cabang dan Kantor
Cabang Pembantu. Diantara beberapa Bank yang beroperasi di wilayah
penelitian, baru satu bank yang ditemui memberikan pinjaman terhadap
usaha kecil manisan pala.

Bank pemberi kredit sebagai kantor cabang pembantu telah menyalurkan


kredit sejak tahun 1990. Sampai saat ini melalui kantor cabang pembantu
bank tersebut telah membiayai sebanyak 10 unit usaha manisan pala. Dari
jumlah tersebut 50% diantaranya merupakan pengusaha murni manisan pala
dan 50% lainnya juga memiliki usaha lain disamping usaha manisan pala.
Jumlah kredit yang disalurkan bervariasi mulai Rp 1 juta sampai dengan Rp
22 juta dengan jangka waktu pinjaman 1-2 tahun yang dicicil setiap
bulannya. Dari sejumlah pinjaman yang telah disalurkan kepada usaha kecil
manisan pala, sebanyak 75% diantaranya dinilai baik dalam pengembalian.

Berdasarkan informasi pihak perbankan, kebutuhan dana pinjaman bagi para


pengusaha manisan pala sepenuhnya berasal dari dana intern bank. Motivasi
bank dalam membiayai kegiatan ini adalah karena sejak awal bank memang
telah memiliki komitmen untuk memberdayakan usaha kecil, disamping juga

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 6


usaha manisan pala merupakan usaha yang layak untuk dibiayai bank serta
menguntungkan.

Jenis kredit yang disediakan bank meliputi kredit investasi dan kredit modal
kerja. Plafon pinjaman untuk kedua jenis kredit tersebut sebesar Rp 50 juta,
dengan tingkat suku bunga sebesar 2% per bulan. Jangka waktu
pengembalian maksimal 36 bulan untuk kredit investasi dan 24 bulan untuk
kredit modal kerja. Persyaratan penyediaan dana sendiri dari pemilik usaha
adalah sebesar 30%, namun hal ini tidak mengikat, apabila usaha dinilai
layak untuk dibiayai.

Dalam penyaluran pinjaman kepada usaha kecil ini secara umum bank
mengharuskan adanya jaminan berupa sertifikat tanah/bangunan tempat
usaha, atau girik, atau Tabungan/deposito atau kombinasi diantara jaminan
yang disebutkan.

Prosedur bagi calon debitur yang berminat untuk menambah modal usaha
melalui dana pinjaman dari bank sangat mudah. Calon debitur dapat
langsung datang ke kantor cabang pembantu yang terdekat untuk
mengajukan permohonan kredit. Selanjutnya bank akan meneliti usaha yang
telah berlangsung dengan melakukan penilaian terhadap 5 C yaitu: Character
(watak calon debitur), Capacity (kemampuan), Capital (permodalan),
Collateral (jaminan), dan Condition (kondisi).

Apabila dinyatakan layak maka bank meminta agar calon debitur melengkapi
beberapa persyaratan yang diperlukan. Persyaratan yang perlu dilengkapi
adalah SIUP atau keterangan dari kelurahan, fotokopi KTP suami dan istri,
Kartu Keluarga, sertifikat tanah/bangunan serta SPPT PBB tahun terakhir.
Apabila persyaratan kredit telah terpenuhi maka maksimum dalam waktu 2
minggu bank sudah memberikan hasil penilaian.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 7


3. Aspek Pemasaran
a. Permintaan

Permintaan Pasar dalam Negeri

Permintaan pasar dalam negeri untuk manisan pala secara khusus belum
terdata, namun berdasarkan hasil survei di daerah sampel, penjualan rata-
rata perbulan/unit usaha berkisar 1-2 ton. Permintaan manisan pala akan
meningkat pada bulan-bulan tertentu, seperti pada saat lebaran, dan akhir
tahun. Berdasarkan wawancara dengan seorang pedagang lokal di kota
Bogor, penjualan perhari mencapai 90 kg/hari atau sekitar 2,7 ton perbulan.
Umumnya pengusaha manisan pala di kota Bogor baru melayani permintaan
dari dalam propinsi saja.

Permintaan Ekspor

Berdasarkan wawancara dengan pengusaha manisan pala, keadaan


permintaan pasar terhadap manisan pala cukup baik. Selain permintaan dari
dalam negeri juga ada permintaan dari luar negeri seperti dari Singapura,
Kuwait dan Syria. Namun permintaan dari luar negeri ini sampai saat ini
belum terealisir. Alasan yang dikemukakan pengusaha antara lain kurangnya
dana dan kapasitas produksi yang masih kecil.

Permintaan ekspor terhadap produk dari pala yang terbesar adalah biji pala
kering (nutmeg in shell dan nutmeg shelled), fuli (mace) dan minyak pala
(essential oil of nutmegs). Keadaan permintaan pasar terhadap produk pala
ini (biji, fuli dan minyak atsiri dari pala) cukup baik, khususnya permintaan
akan biji pala tanpa cangkang yang terus mengalami peningkatan.
Permintaan terhadap fuli dan minyak pala relatif stabil pada periode antara
tahun 1996-2000. Volume dan nilai ekspor beberapa produk pala dapat
dilihat pada Tabel 3.1.

Lebih jelasnya kecenderungan perkembangan volume dan nilai ekspor


beberapa produk pala dari tahun 1996 - 2000 dapat dilihat pada Grafik 3.1
dan Grafik 3.2.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 8


Grafik 3.1. Perkembangan Volume Ekspor Beberapa Produk Pala Tahun
1996-2000

Grafik 3.2. Perkembangan Nilai Ekspor Beberapa Produk Pala Tahun 1996 -
2000

Produk dari pala (biji, fuli dan minyak pala) telah diekspor lebih ke 30
negara. Adapun negara-negara pengimpor utama produk pala antara lain
adalah Singapura, Belanda, Hongkong, Jepang, Belgia, Malaysia, Amerika
Serikat, Perancis, India, Italia, Jerman, dan Thailand

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 9


b. Penawaran

Berdasarkan data statistik industri sedang dan besar, produksi manisan pala
tahun 1998 adalah sebesar 24.000 kg dengan nilai Rp. 115 juta. Walaupun
data nasional total produksi manisan pala dari industri kecil tidak ada, namun
jumlah produksi manisan pala dari industri kecil di Kabupaten Bogor pada
tahun 1998 telah mencapai 1.079 ton dengan nilai Rp. 6.472,8 juta atau
sekitar 90 ton perbulan dengan nilai Rp. 539,4 juta. Hal ini menggambarkan
bahwa jumlah produksi manisan pala dari industri kecil lebih besar dibanding
industri besar/sedang.

Kapasitas produksi dari usaha pembuatan manisan pala ini adalah sebesar
2,25 ton per bulan atau sekitar 2,5% dari produksi di wilayah Bogor.

Produksi biji pala untuk ekspor sebagian besar juga berasal dari industri
kecil. Data ekspor biji pala tahun 1998 adalah sebesar 5.197.590 kg yang
dipasok dari industri besar sebanyak 2.023.347 kg atau sekitar 39%, sisanya
61% dipasok dari industri kecil.

Indonesia merupakan negara penghasil pala terbesar di dunia, produksi dan


sebaran daerah penghasil pala di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Berdasarkan data pada Tabel 3.2. tersebut di atas terlihat adanya


kecenderungan terjadinya peningkatan luas areal dan produksi pala setiap
tahunnya. Peningkatan produksi buah pala sendiri berkisar antara 3-5% per
tahun. Berdasarkan ketersediaan potensi bahan baku, daerah-daerah yang
potensial untuk pengembangan usaha manisan pala adalah daerah penghasil
pala utama di Indonesia seperti Sulawesi Utara, Maluku, Nangroe Aceh
Darussalam, Papua, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat dan Jawa Barat.

c. Harga

Harga produk manisan pala sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel yang
berlaku di pasaran, yaitu tingkat penawaran dan permintaan di pasar serta
biaya pengadaan bahan baku. Perkembangan harga manisan pala dari tahun
ke tahun relatif meningkat seiring dengan peningkatan biaya produksi. Pada
tahun 1995 pengusaha manisan pala menjual produknya dengan harga Rp.
3.000 - 3.500 per kg, pada tahun 1998 meningkat menjadi Rp. 4.500 per kg
dan pada saat ini (2001) harga penjualan rata-rata manisan pala kepada
pedagang sekitar Rp 7.000 per kg.

Harga jual manisan pala dari produsen ke pedagang sangat jauh berbeda
dengan harga yang berlaku dipasaran umum/harga eceran yang dapat
mencapai kisaran antara Rp. 9.000 s/d Rp. 13.500 per kg bahkan harga di
supermarket mencapai Rp. 18.500 per kg

Harga biji, fuli dan minyak pala dipengaruhi oleh harga yang berlaku di
pasaran internasional dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 10


Perkembangan harga ekspor rata-rata produk dari pala dapat dilihat pada
Tabel 3.3. Harga biji pala kering tanpa kulit dan fuli yang saat ini berlaku
ditingkat pedagang pengumpul adalah berturut-turut sebesar Rp 35.000 dan
Rp 65.000.

d. Persaingan dan Peluang Pasar

Manisan pala merupakan salah satu jenis makanan ringan diantara sekian
banyak jenis makanan ringan yang tergolong dalam kelompok manisan
buah-buahan. Kekhasan dari rasa manisan pala dan tidak disemua
daerah/tempat dapat ditemui produksi manisan ini menyebabkan manisan
pala tetap menjadi salah satu pilihan sebagai bingkisan untuk oleh-oleh.
Manisan pala juga masih merupakan salah satu alternatif makanan ringan
yang disajikan pada saat perayaan hari-hari besar lebaran dan tahun baru.

Usaha pembuatan manisan pala tidak memerlukan teknologi yang sulit dan
pembuatannya cukup mudah, oleh karena itu usaha ini mudah dilakukan oleh
para pengusaha baru. Pembuatan manisan pala umumnya dilakukan oleh
pengusaha kecil di daerah penghasil pala. Berdasarkan data usaha kecil
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, jumlah
industri kecil manisan pala di Kabupaten Bogor Tahun 1998 berjumlah 73
unit usaha dengan kapasitas produksi mencapai 1.079 ton per tahun (Tabel
3.4).

Harga manisan pala dari tingkat produsen ke pedagang relatif sama, oleh
karena itu kunci kemampuan bersaing antara unit usaha yang sama adalah
kemampuan pengusaha menghasilkan produk yang berkualitas (disenangi
konsumen) dengan biaya produksi serendah mungkin.

Peluang pasar untuk manisan pala masih sangat besar, mengingat manisan
pala yang diproduksi di daerah Bogor sampai saat ini baru dipasarkan di
wilayah Jawa Barat. Di Indonesia daerah penghasil pala hanya di beberapa
propinsi saja yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Barat, Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Maluku Selatan serta
Papua, karena itu pengenalan produk ini kedaerah-daerah lain dapat
membuka peluang pasar yang baru. Peluang untuk mengekspor produk
manisan ini masih terbuka mengingat berdasarkan wawancara dengan
responden menyatakan bahwa pernah mendapat permintaan dari pembeli di
luar negeri namun belum dapat dilayani.

Berbeda dengan manisan pala, produk pala lainya seperti biji pala, fuli dan
minyak pala telah dilakukan ekspor sejak lama dan sampai saat ini telah
dilakukan ekspor lebih ke 30 negara. Sampai saat ini Indonesia masih
merupakan negara penghasil utama buah pala di dunia. Negara lain yang
menjadi pengekspor pala adalah Grenada, Papua New Guinea, India dan
Srilangka.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 11


d. Pemasaran Produk

Hasil produk manisan pala umumnya dipasarkan oleh pengusaha/pengrajin


manisan pala kepada pedagang pengecer dan distributor yang telah menjadi
langganan tetap, atau juga kepada para pembeli yang datang langsung.
Pembeli yang datang ke lokasi jumlahnya relatif sedikit. Sebagian pengrajin
sudah pernah melakukan kerjasama dengan supermarket, namun karena
sistem pembayaran yang terlalu lama (1 bulan) dirasakan sebagai hambatan
bagi para pengusaha manisan pala yang modal kerjanya relatif kecil.

Daerah pemasaran mencakup wilayah Bogor, Jakarta, Cianjur, Tangerang


dan Cilegon. Selain dipasarkan sendiri oleh para pengrajin ke pedagang,
terjadi juga transaksi penjualan diantara pengusaha manisan pala sendiri.
Transaksi penjualan antara pengusaha pala biasanya terjadi jika salah satu
pengusaha manisan pala tersebut mengalami kekurangan stok produk
manisan pala dalam memenuhi permintaan langganan/konsumennya.

e. Kendala

Selama ini pemasaran produk manisan pala masih bersifat lokal, yaitu sekitar
wilayah Bogor, Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Cianjur. Hal ini dapat menjadi
kendala dalam pemasaran apabila produksi lokal meningkat dan juga sebagai
tantangan dan peluang bagi pengusaha manisan pala untuk memasarkan
produknya ke luar daerah, bahkan perlu dijajaki untuk ekspor. Produk
manisan pala merupakan makanan ringan yang tingkat konsumsinya masih
sangat kecil, bahkan mungkin sebagian orang belum mengenal produk
manisan pala. Untuk itu salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pemasaran produk adalah dengan menganekaragamkan
bentuk produk yang lebih disukai konsumen, dan memperkenalkan produk
ini ke daerah lain.

Responden di wilayah survei sudah pernah mencoba memasarkan produk


manisan pala ini melalui supermarket-supermarket, namun hanya dapat
berlangsung sesaat saja, dikarenakan sistem pembayaran yang tidak tunai
dan harus menunggu satu sampai dua bulan. Hal ini menyulitkan bagi
pengusaha manisan pala yang memiliki modal kerja yang relatif kecil. Oleh
karena itu pengusaha manisan pala lebih senang menjual ke pedagang yang
sistem pembayarannya tunai walaupun dengan harga yang lebih murah.
Relatif kecilnya modal kerja yang dimiliki oleh pengusaha pala serta sistem
pembayaran yang tidak tunai, juga menyebabkan pengusaha manisan pala di
wilayah survei belum mampu memenuhi permintaan yang pernah datang
dari luar negeri.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 12


4. Aspek Produksi
a. Lokasi Usaha

Pembuatan manisan buah pala sangat mudah dan dapat dilakukan oleh
hampir setiap orang. Usaha pembuatan manisan buah pala dapat berlokasi di
hampir setiap rumah tangga, karena tidak memerlukan tempat yang khusus
dan luas. Bagi ibu rumah tangga yang bermaksud untuk menambah
penghasilan rumah tangga dapat memanfaatkan ruang dapur untuk tempat
pembuatan manisan pala dan memanfaatkan halaman rumah untuk tempat
penjemuran pala kering. Walaupun demikian untuk mengusahakan manisan
pala skala kecil secara intensif dapat membuat tempat khusus
disamping/belakang rumah atau dengan menambah lantai terbuka di bagian
atas rumah.

Usaha pembuatan manisan pala yang dilakukan secara intensif perlu juga
memperhatikan lokasi yang mudah untuk mendapatkan sumber bahan baku,
dan kemudahan dalam pemasaran produk.

b. Fasilitas Produksi dan Pendapatan

Kebutuhan akan fasilitas dan peralatan produksi disesuaikan dengan rencana


kapasitas produksi dalam satu periode. Dalam analisa keuangan studi ini
asumsi yang digunakan untuk kapasitas produksi manisan pala yang
direncanakan adalah sebanyak 300 kg manisan pala kering dan 150 kg
manisan pala basah.

Kebutuhan Tanah dan Bangunan.

Usaha pembuatan manisan buah pala memerlukan tanah untuk


lokasi/tempat usaha, tempat mendirikan bangunan, dan tempat penjemuran.
Sedangkan bangunan tempat usaha terdiri atas ruang pengolahan, gudang
dan rak penjemuran. Kebutuhan tanah dan bangunan untuk unit usaha
manisan pala dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Berdasarkan pengalaman yang dijumpai di wilayah survei, bahan yang


digunakan untuk bangunan dapat terbuat dari kerangka bambu, kayu
ataupun bangunan rumah permanen. Tempat penirisan maupun tempat
penjemuran pala kering umumnya terbuat dari bambu yang cukup tua.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 13


Gambar 4.1. Skema Tempat Penirisan dan Penjemuran Manisan Pala

Mesin/Peralatan Produksi.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan manisan pala baik jumlah dan
jenisnya tergantung dari teknologi dan kapasitas produksi yang diusahakan.
Penyediaan peralatan yang dipergunakan hendaknya telah diperhitungkan
dan melalui seleksi sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya.

Peralatan produksi yang kontak langsung dengan bahan makanan harus


terbuat dari bahan yang tidak melepaskan racun, bau dan rasa, bersifat tidak
menyerap dan tahan karat, tahan asam, tahan terhadap pembersihan dan
desinfeksi yang berulang-ulang (misalnya terbuat dari stainless steel).
Secara rinci kebutuhan mesin/peralatan proses produksi dapat dilihat pada
Tabel 4.2.

Khusus dalam pembuatan manisan pala kering, untuk mempercepat


pengeringan menggunakan alat bantu pengeringan berupa oven.
Pengeringan pada siang hari menggunakan panas matahari, dan adapun
pada saat malam hari ataupun pada saat mendung menggunakan oven.
Oven berbentuk sederhana berupa kotak yang dindingnya terbuat dari seng,
sementara didalamnya terdapat rak-rak kayu tempat menempatkan manisan
pala saat pengeringan. Sumber panas yang digunakan berasal dari kompor
(Gambar 4.2).

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 14


Gambar 4.2. Skema Alat Pengering Manisan Pala (Oven) Sederhana

c. Bahan Baku dan Bahan Penolong

Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Penolong

Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan manisan pala kering adalah


sebagai berikut :

Tabel 4.3.
Bahan-Bahan untuk Pembuatan Manisan Pala Kering
Untuk 1 Untuk 300
kg pala kg
No Bahan Satuan
kering pala
kering
1. Buah Pala Mentah buah 16 4.800
2. Gula Pasir kg 1 300
3. Garam kg 0,016 5
4. Natrium Bisulfit
kg 0,002 0,5
(NaHSO3)/Pengawet
5. Bahan Pewarna g 0,32 100
Plastik kemasan 0,5
6. kg 4,2
kg
7. Isi hekter pak 4
8. Air m3 ±1
Minyak tanah untuk
9. liter 8
kompor

Tabel 4.4.
Bahan-Bahan yang Digunakan untuk Pembuatan Manisan Pala Basah

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 15


Untuk 150
No Bahan PALA BASAH Satuan kg pala
basah
1.
Buah Pala Mentah Buah 3.000
2.
Gula Pasir kg 75
3.
Garam kg 5
Natrium Bisulfit
4. kg 0,25
(NaHSO3)/Pengawet
5. Plastik kg 3
6. Air m3 ±1
7. Isi hekter pak 3
Data Primer (2001)

Dalam pembuatan manisan pala basah untuk penghematan gula dapat


menggunakan gula dari hasil penirisan pembuatan manisan pala kering.

1). Bahan Baku (buah pala)

Bahan baku untuk pembuatan manisan pala adalah buah pala yang segar,
oleh karena itu buah pala yang hendak dipanen sebaiknya berumur (6-7)
bulan sejak berbunga. Buah pala untuk manisan pala kering dipilih yang
berukuran sedang sampai besar agar mudah dibentuk. Buah pala yang
berukuran kecil tidak baik untuk pembuatan pala kering, namun masih dapat
digunakan untuk diolah menjadi pala basah.

2). Bahan Penolong

a. Gula Pasir

Bahan penolong utama yang diperlukan adalah gula pasir. Penggunaan gula
pasir harus dipilih yang putih dan bersih. Gula yang berwarna kecoklatan
akan memberikan hasil manisan pala yang berwarna kelam.
b. Garam

Garam digunakan untuk merendam buah pala berfungsi sebagai pencegah


buah pala yang telah dikupas agar tidak berubah warna menjadi kecoklatan
(browning) disamping juga untuk meningkatkan cita rasa. Jumlah pemakaian
garam adalah 1,5% atau 16,6 gram untuk setiap 1 kg pala.

c. Bahan Pengawet

Sebagian bahan pengawet digunakan Na-benzoat atau Natrium Bisulfit


(NaHSO3). Pemakaian asam benzoat untuk 1 kg pala dibutuhkan sekitar 2
gram NaHSO3.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 16


d. Bahan Pewarna

Bahan pewarna digunakan untuk mewarnai daging buah pala, biasanya


menggunakan warna hijau, merah atau kuning. Jumlah bahan pewarna yang
digunakan adalah sebanyak 0,334 gram untuk setiap kg pala.

3). Bahan Bakar

Bahan bakar berupa minyak tanah dipakai untuk pengeringan menggunakan


oven. Oven untuk pengering menggunakan panas dari kompor dengan bahan
bakar minyak tanah. Kebutuhan minyak tanah dalam satu malam adalah
sebanyak 2 liter untuk setiap kompor.

4). Pengemas

Mengingat produk manisan pala semi basah masih dijumpai di toko-toko


makanan maka sebaiknya sebagai pengemas/wadah utama dipilih yang
tembus pandang, misalnya botol gelas berbentuk jar (untuk pala basah) dan
kantung plastik yang tidak berwarna untuk pala kering.

Sumber Bahan Baku dan Bahan Penolong

Buah pala yang diperlukan dapat dengan mudah diperoleh oleh para
pengrajin/pengusaha. Karena buah pala tidak mengenal musiman, maka
relatif mudah diperoleh. Para penjual buah pala biasanya langsung datang ke
pasar terdekat di daerah pengrajin, bahkan penjualan ada yang diantar
sampai ke depan rumah pengrajin/pengusaha. Dilihat dari ketersediaannya,
bahan penolong juga mudah diperoleh oleh para pengrajin/pengusaha di
pasar-pasar tradisional.

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja terdiri atas pengelola usaha, tenaga kerja borongan dan tenaga
harian. Tenaga pengelola umumnya adalah pemilik (tenaga dalam keluarga),
sedangkan tenaga kerja borongan diterapkan untuk pekerjaan pengupasan
dan pembentukan buah pala menjadi model bunga. Umumnya buah pala
mentah dibawa oleh para pekerja ke rumah masing-masing. Sedangkan
tenaga kerja harian adalah untuk pekerjaan perendaman buah, penaburan
gula, pengeringan, penimbangan dan pengepakan.

Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh setiap pengrajin/pengusaha berkisar


antara 5 - 7 orang tenaga kerja, dengan komposisi tenaga kerja wanita lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki. Untuk setiap pengrajin jumlah tenaga
kerja laki-laki berkisar antara tidak ada sampai 4 orang, sedangkan tenaga
kerja wanita untuk setiap pengrajin berkisar antara 3 sampai 7 orang. Pada
umumnya mereka mulai melakukan aktifitas kegiatan produksi mulai dari
jam 08.00 hingga 17.00 WIB.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 17


Ditinjau dari jenis pekerjaannya, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
wanita, karena pekerjaan pembuatan manisan pala tidak terlalu spesifik.
Jenis pekerjaannya antara lain adalah merendam buah pala mentah,
mengupas, membentuk, perendaman, meniriskan (mencuci), mengeringkan
(pemberian gula), pengovenan, penimbangan dan pengepakan.

Upah untuk setiap tenaga kerja borongan adalah sebesar Rp. 5 s/d 8 per
buah pala. Sedangkan upah untuk tenaga kerja harian berkisar antara Rp
8.000,00 sampai Rp 15.000,00 per hari, tergantung banyaknya pekerjaan.

Pengrajin/pengusaha dalam mencari tenaga kerja sampai saat ini tidak ada
masalah. Hal ini disebabkan banyaknya orang disekitar Desa Dramaga yang
memiliki keterampilan untuk membuat manisan pala.

e. Proses Produksi

Manisan pala dapat dibuat dalam bentuk manisan pala kering dan manisan
pala basah. Manisan pala kering umumnya lebih tahan lama dibandingkan
manisan pala basah. Umumnya pengrajin pala lebih banyak membuat pala
kering dan sebagian pengrajin juga membuat pala basah dengan
memanfaatkan sisa gula dari proses pembuatan pala kering. Pembuatan
manisan pala dapat dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya
seperti terlihat pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 18


Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 19
Buah pala yang hendak diolah dipilih yang masih segar dan utuh. Lalu
dilakukan pemilahan berdasarkan besar kecilnya buah pala. Buah pala
berukuran sedang sampai besar digunakan untuk pembuatan manisan pala
kering dan yang berukuran kecil untuk bahan baku pembuatan manisan pala
basah.Perendaman dalam larutan garam

Larutan garam dibuat dalam sebuah drum plastik. Jumlah larutan separuh
dari berat bahan yang akan diolah, jadi apabila pala yang akan direndam
sebanyak 300 kg maka diperlukan larutan perendam sebanyak 150 liter
dengan kandungan garam 1,5%. Buah pala yang telah disortir dan
dibersihkan selanjutnya direndam larutan garam selama 1-2 malam.
Perendaman pada suhu kamar dilakukan selama 1-2 malam, selanjutnya
disaring dan ditiriskan. Perendaman dengan larutan garam dimaksudkan
agar buah pala tidak mengalami pencoklatan saat dikupas.Pengupasan kulit
dan pembentukan bunga

Untuk membuang kulit luar sebaiknya menggunakan pisau yang tahan karat
dan tajam agar buah pala yang dihasilkan tidak rusak. Setelah dikupas buah

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 20


pala dibelah dan dibentuk seperti bunga. Biji yang masih terbungkus fuli dan
masih berada di dalam daging buah dikeluarkan dan
dikumpulkan.Perendaman dalam larutan Na-Bisulfit

Daging buah pala yang telah dibuang kulitnya lalu dicuci dengan air bersih,
selanjutnya direndam dalam larutan pengawet (Na-metabisulfit) selama 1
malam. Jumlah maksimum yang diperbolehkan sebesar 2000 - 3000 ppm
atau 0,2 - 0,3%. Perendaman dalam air gula

Daging buah pala direndam dalam larutan gula encer dalam drum plastik
selama 1 malam. Larutan gula yang digunakan dapat berasal dari gula hasil
penirisan proses pembuatan manisan pala sebelumnya yang ditambahkan air
secukupnya sampai seluruh daging buah terendam .Penirisan dan
pengadukan dengan larutan gula kental

Pala yang telah direndam 1 malam dalam larutan gula encer selanjutnya
dicuci dan ditiriskan. Setelah ditiriskan daging buah pala dimasukkan dalam
nampan plastik dan ditaburi sambil diaduk dengan merata. Pada tahapan ini
untuk memperindah penampakan buah pala dapat diberi warna. Selanjutnya
buah pala didiamkan beberapa saat agar gula menyerap kedalam daging
buah. Daging pala yang telah diaduk dengan larutan gula tersebut
dipindahkan dalam anyaman bambu (tempayan) dan dibawahnya disiapkan
dengan ember plastik untuk menampung air gula yang menetes. Penaburan
gula dan pembentukan bunga

Daging pala yang sudah menyerap air gula (daging buah sudah terlihat
bening) selanjutnya ditaburi dengan gula pasir sambil membuka bunga yang
telah dibentuk. Manisan pala yang telah ditaburi gula selanjutnya disusun di
atas anyaman bambu (sunda:ebeg) yang dilapisi kertas semen untuk
selanjutnya dikeringkan. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari pada siang hari dan
pada malam hari pengeringan manisan pala dilakukan dengan
pengering/oven sederhana yang dipanasi dengan kompor. Proses
pengeringan sangat tergantung pada panasnya sinar matahari. Biasanya
pengeringan berlangsung selama 24-48 jam. Penimbangan dan Pengepakan

Manisan pala yang sudah kering (daging buah sudah terasa keras)
selanjutnya ditimbang dan dikemas ke dalam kantung-kantung plastik,
kaleng dan drum. Kemasan plastik dipakai untuk volume 0,25 kg, 1 kg dan
10 kg.

f. Jenis dan Mutu Produksi

Produk yang dihasilkan terdiri dari manisan pala kering dan manisan pala
basah. Produk manisan pala kering jika disimpan pada tempat yang baik
mampu bertahan sampai dengan 6 bulan, sedangkan produk manisan pala
basah bertahan selama 2 minggu tanpa mengalami perubahan rasa dan

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 21


warna. Produk manisan pala kering yang dihasilkan dalam satu periode
produksi adalah sebanyak 300 kg dan produk manisan pala basah sebanyak
150 kg. Produk pala basah dihasilkan dari sisa buah pala yang tidak dapat
dijadikan pala kering bentuk bunga karena ukuran buah terlalu kecil. Buah
pala yang terlalu kecil sulit untuk dibentuk dan akan memerlukan gula lebih
banyak. Buah pala yang dijadikan manisan pala basah biasanya berkisar
25% dari produksi manisan pala kering.

Disamping manisan pala kering dan manisan pala basah, diperoleh pula biji
pala dan fuli yang harga jual per kg jauh lebih besar dibandingkan manisan
pala sendiri. Jumlah biji pala dan fuli yang dapat diperoleh adalah sebanyak 1
kg biji kering dan 0,1 kg fuli untuk setiap 500 buah pala segar. Hal ini sangat
tergantung pada besar-kecil dan kematangan/ketuaan buah pala sebagai
bahan baku. Untuk buah pala yang sudah cukup tua 1 kg biji dapat
dihasilkan dari 150-200 buah pala. Produk yang dapat dihasilkan dari
pembuatan manisan pala adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Produk Utama dan Hasil Samping Pembuatan Manisan Pala
Konversi dari
No. Produk yang dihasilkan
buah pala
1 kg per 16 buah
1. Manisan Pala kering
pala
1 kg per 20 buah
2. Manisan Pala basah
pala
Biji pala kering (Nutmegs 1 kg per 500 buah
3.
shelled) pala
0,1 kg per 500
4. Fuli/Cempra (Mace)
buah pala
Data Primer (2001)

Gambar 4.3. Manisan Pala kering

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 22


g. Skala Usaha

Kapasitas produksi usaha pembuatan manisan pala ini adalah sebesar 300 kg
pala kering dan 150 kg manisan pala basah per periode. Lama proses
produksi manisan pala kering selama 5 hari dan manisan pala basah selama
10 hari. Rata-rata dalam satu bulan dapat dilakukan produksi manisan pala
kering 6 kali periode dan pembuatan manisan pala basah 3 kali periode.
Dalam satu bulan produksi dapat dihasilkan sebanyak 1.800 kg manisan pala
kering dan 450 kg manisan pala basah atau total sebesar 2.250 kg produk
manisan pala. Kapasitas ini adalah berdasarkan rata-rata permintaan/
penjualan perbulan dan kapasitas maksimum oven pengering. Faktor yang
sangat mempengaruhi tercapainya target produksi manisan pala adalah
ketersediaan bahan baku, harga bahan baku, mutu produk dan nilai jual
produk.

Proses pembuatan manisan pala sangat banyak membutuhkan gula, karena


itu dalam pembuatan manisan pala perlu memperhatikan penggunaan gula
seefisien mungkin. Produksi yang optimal dapat diupayakan dengan cara :

 Menekan biaya produksi (sortasi bahan baku, dan penghematan gula);


 Membuat aneka produk/ membuat produk dengan bentuk yang baru;
 Memanfaatkan hasil samping (biji, fuli/cempra).

i. Kendala

Pembuatan manisan pala kering masih mengandalkan adanya panas


matahari untuk proses pengeringan, terutama pada saat awal pengadukan
dengan larutan gula. Hal ini karena sebelum larutan gula meresap ke dalam
daging buah pala, pengeringan menggunakan oven belum dapat dilakukan.
Apabila panas matahari tidak ada sama sekali maka pengeringan dengan
menggunakan oven juga akan memakan waktu yang lebih lama.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 23


5. Aspek Keuangan

a. Komponen dan Struktur Biaya

Analisa aspek keuangan ini dilakukan untuk melihat kelayakan pembiayaan


dalam menjalankan usaha pembuatan manisan pala. Analisa aspek keuangan
ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen biaya dan
struktur modal dari beberapa sampel usaha manisan pala yang telah
berjalan, termasuk diantaranya yang pernah mendapat pinjaman dana kredit
dari bank dengan tingkat suku bunga 22%.

Skala usaha yang digunakan dalam perhitungan sebagaimana yang


disebutkan pada aspek teknis produksi adalah skala usaha dengan kapasitas
produksi 300 kg manisan pala kering dan 150 kg manisan pala basah setiap
periode produksi atau total produksi sebesar 2.250 kg manisan pala per
bulan. Beberapa asumsi yang digunakan dalam Analisa aspek keuangan
usaha ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Komponen biaya usaha pembuatan manisan pala terdiri dari biaya investasi
dan biaya modal kerja. Biaya investasi terdiri dari biaya pembuatan
bangunan dan pengadaan peralatan produksi. Adapun biaya modal kerja
merupakan biaya untuk operasional produksi yang terdiri dari biaya variabel
dan biaya tetap.

1. BiayaInvestasi
Total biaya investasi untuk usaha pembuatan manisan pala adalah
sebesar Rp 22.755.000 yang terdiri dari biaya investasi untuk
bangunan proyek sebesar Rp 20.750.000 dan untuk pengadaan
peralatan sebesar Rp 2.005.000 Rincian selengkapnya komponen
biaya investasi usaha manisan pala dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan
secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran1.
2. Biaya Produksi
Biaya produksi untuk pembuatan manisan pala terdiri dari biaya
produksi langsung (biaya variabel) dan biaya overhead (biaya tetap).
2.1. Biaya Produksi Langsung (Biaya Variabel)
Biaya variabel merupakan biaya pengadaan bahan baku berupa buah
pala mentah, bahan penolong, biaya kemasan serta upah tenaga kerja
harian. Biaya variabel pembuatan manisan pala dalam proyek ini
terdiri dari biaya untuk pembuatan manisan pala kering dan biaya
untuk pembuatan manisan pala basah. Total biaya variabel untuk
produksi 300 kg manisan pala kering dalam satu periode adalah
sebesar Rp. 1.865.058 dan dalam satu bulan dapat dilakukan 6 kali
periode produksi. Jumlah biaya variabel untuk pala kering dalam satu
bulan adalah sebagai berikut:

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 24


Tabel 5.3.
Biaya Variabel Pembuatan 300 Kg Manisan Pala Kering
Total Biaya Total Biaya 1
No. Uraian per bulan (6
periode(Rp) periode)(Rp)
1. Jumlah Biaya Bahan 1.655.408 9.932.448
Jumlah Biaya Tenaga
2. 209.650 1.257.900
Kerja
Total Biaya Operasional 1.865.058 11.190.348
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

Perincian komponen biaya variabel untuk produksi pala kering dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 2. Total biaya variabel untuk produksi 150 kg manisan
pala basah adalah sebesar Rp. 546.950 dan dalam satu bulan dapat
dilakukan 3 kali periode produksi. Jumlah biaya produksi untuk pembuatan
manisan pala basah dalam satu bulan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.4.
Biaya Variabel Pembuatan 150 Kg Manisan Pala Basah
Biaya Per Biaya 1 Bulan
No. Uraian
Periode(Rp) (3 periode)(Rp)
1. Jumlah Biaya Bahan 507.950 1.523.850
2. Jumlah Biaya Tenaga Kerja 39.000 117.000
Total Biaya Operasional 546.950 1.640.850
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

Perincian komponen biaya variabel untuk produksi manisan pala basah dapat
dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan biaya variabel pembuatan manisan
pala kering dan manisan pala basah maka total biaya variabel usaha
pembuatan manisan pala tersebut dalam satu bulan adalah sebesar Rp
12.831.198 dan dalam setahun sebesar Rp 128.311.980. Jumlah bulan
produksi efektif dihitung sebanyak 10 bulan (Tabel 5.5).

Tabel 5.5.
Total Biaya Variabel Usaha Pembuatan Manisan Pala
Produksi Jumlah Biaya Total Biaya
Produk Per Bulan Bulan produksi per Produksi Per
(Kg) Efektif Bulan (Rp) Tahun(Rp)
Pala Kering 1.800 10 11.190.348 111.903.480
Pala Basah 450 10 1.640.850 16.408.500
Total manisan
2.250 12.831.198 128.311.980
pala
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

Biaya tetap merupakan biaya operasional yang dikeluarkan untuk setiap

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 25


bulan kerja, yang tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Yang
termasuk biaya tetap adalah biaya tenaga kerja tetap (pengelola usaha),
biaya transportasi, biaya administrasi, listrik, air dan biaya tetap lainnya.
Jumlah biaya tetap yang diperlukan dalam produksi manisan pala adalah
sebesar Rp 1.175.000.

Tabel 5.6.
Total Biaya Overhead (Biaya Tetap) Usaha Pembuatan Manisan Pala
Total
Produksi Biaya
Jumlah Biaya Total Biaya
Per produksi
Uraian Bulan Produksi Per
Bulan per
Efektif Per Tahun(Rp)
(Kg) Bulan(Rp)
Tahun(Rp)
Tenaga Kerja
Orang 1 500.000 500.000 6.000.000
Tetap
Transportasi Kali 4 150.000 600.000 7.200.000
Kertas semen
Lembar 50 500 25.000 300.000
(pelapis ebek)
Listrik, Air, dll. Unit 1 50.000 50.000 600.000
Jumlah 1.175.000 14.100.000
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

Dengan demikian berdasarkan uraian 2.1 dan 2.2 maka Total biaya produksi
pembuatan manisan pala adalah sebagai berikut:

Tabel 5.7.
Total Biaya Produksi Usaha Pembuatan Manisan Pala
Total Biaya
Modal Kerja Per
Uraian ProduksiPer
Bulan(Rp)
Tahun(Rp)
Jumlah Biaya Bahan 12.831.198 128.311.980
Jumlah Biaya Tenaga
1.175.000 14.100.000
Kerja
Total Biaya Produksi 14.006.198 142.411.980
Hasil Pengolahan Data Primer (2001)

b. Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha manisan pala berasal dari total penjualan manisan pala
kering dan manisan pala basah serta ditambah penjualan biji dan fuli pala
(Tabel 5.8). Biji pala (Nutmeg Shelled) dan fuli/cempra (Mace) merupakan
hasil samping dari usaha manisan pala. Berdasarkan pengalaman yang
dilakukan oleh pengrajin di daerah sampel, untuk 500 biji pala dihasilkan 1
kg biji kering dan 0,1 kg fuli. Perolehan biji yang terkumpul adalah sebesar
60%.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 26


Dari hasil penjualan manisan pala dan hasil sampingnya mampu memberikan
keuntungan bersih sejak mulai tahun pertama. Pada tahun pertama
kapasitas produksi sebesar 80%, tahun ke-2 sebesar 90% dan setelah tahun
ke-3 berproduksi penuh 100%. Rata-rata keuntungan yang dapat diperoleh
setelah periode angsuran selesai adalah sebesar Rp 26.037.557 setiap
tahunnya. Pendapatan bersih pertahun dari usaha manisan pala dapat dilihat
pada Tabel 5.9.

c. Kebutuhan Modal dan Kredit

Kebutuhan modal dalam menjalankan usaha pembuatan manisan pala terdiri


dari modal investasi dan modal kerja untuk satu bulan. Dalam memenuhi
kebutuhan modal usaha manisan pala, sebagian pengrajin manisan pala di
daerah sampel telah mendapat pinjaman dari bank. Pihak bank hanya
bersedia memberikan pembiayaan terhadap usaha manisan pala yang sudah
berjalan. Pinjaman yang diberikan dapat berupa pinjaman untuk tambahan
investasi ataupun untuk tambahan modal kerja. Jangka waktu pinjaman
selama 3 tahun untuk kredit investasi dan 1-2 tahun untuk kredit modal
kerja dengan bunga kredit sebesar 22% per tahun.

Pembiayaan usaha Pembuatan Manisan Pala dibiayai dari dana sendiri dan
dana pinjaman dengan komposisi 35% dana sendiri dan 65% dana pinjaman.
(Tabel 5.10)

d. Analisa Arus Kas

Berdasarkan proyeksi arus kas terlihat bahwa tidak terjadi defisit anggaran
selama 5 tahun masa pembiayaan. Melalui pendapatan yang diperoleh,
pengusaha telah mampu membayar cicilan pokok kredit dan bunga sesuai
jadwal yang ditentukan. Pelunasan kredit investasi dapat dilakukan dalam 3
tahun dan modal kerja selama 1 tahun (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Sejak
tahun pertama perolehan pendapatan telah mengalami surplus. Secara rinci
proyeksi arus kas tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7.

e. Analisa Profitabilitas

Untuk melihat profitabilitas dari modal yang diinvestasikan maka dilakukan


perhitungan berdasarkan parameter dan asumsi pada Tabel 5.1, dan
diperoleh kriteria kelayakan usaha sebagai berikut :

No. Kriteria Nilai Kriteria


1. NPV (22%) Rp 44.520.471
2. IRR 67,47%
3. Profit on sale 14,07%
4. PBP 1 tahun 6 bulan
5. Net B/C 2,21

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 27


Nilai NPV yang positif, IRR yang berada diatas suku bunga dan B/C yang
lebih dari satu memperlihatkan bawa usaha ini layak untuk dilaksanakan,
dengan tingkat pengembalian modal yang relatif cepat (1 tahun 6 bulan).

Secara lebih rinci perhitungan kriteria kelayakan usaha tersebut dapat dilihat
pada Lampiran 7.

f. Analisa Break Even Point

Analisa Break Event Point menunjukkan bahwa kapasitas produksi minimum


yang tidak menghasilkan benefit namun tetap masih sanggup menjalankan
usaha, untuk usaha manisan pala lihat Tabel 5.12.

Lebih jelasnya perhitungan nilai BEP pada setiap tahun selama periode
produksi dapat dilihat pada Lampiran 8.

g. Analisa Sensitivitas

Berdasarkan Analisa sensitivitas dengan perubahan harga jual turun sebesar


10% atau biaya produksi naik sebesar 10% menunjukkan bahwa usaha
pembuatan manisan pala masih memberi keuntungan untuk dapat menutupi
biaya investasinya. Hasil Analisa sensitivitas selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 5.13. Sedangkan analisa lengkap perhitungan sensitifitas dapat dilihat
pada Lampiran 9, Lampiran 10, dan Lampiran 11.

Persamaan-persamaan dan formula yang digunakan dalam perhitungan


kriteria kelayakan sebagaimana tersebut diatas dapat dilihat pada Lampiran
12.

h. Kendala dan Hambatan pada Aspek Keuangan

Kendala yang dialami pengusaha kecil manisan pala pada aspek keuangan
adalah keterbatasan kemampuan pengusaha dalam memenuhi kebutuhan
modal usaha. Berdasarkan wawancara yang dilakukan di daerah survei,
sebagian responden menyatakan berkeinginan untuk meningkatkan modal
usaha namun masih enggan untuk meminjam ke Bank karena tidak mampu
menyediakan jaminan yang cukup dan khawatir tidak mampu
mengembalikan kredit. Pengusaha yang bermodal kecil lebih memilih untuk
meminjam kepada sesama pengusaha yang memiliki modal lebih besar.
Namun jumlah pinjaman tersebut relatif kecil, sebatas untuk memenuhi
kekurangan biaya satu kali produksi. Disamping itu bagi pengusaha yang
masih baru belum dapat melakukan akses terhadap permodalan yang
disediakan perbankan karena bank lebih memilih membiayai usaha yang
sudah berjalan.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 28


Untuk meningkatkan akses usaha kecil terhadap sumber permodalan, maka
diharapkan pihak instansi terkait terus mendorong dan meningkatkan
pembinaan usaha kecil ini.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 29


6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
a. Aspek Sosial Ekonomi

Pembuatan manisan pala merupakan usaha yang mudah dilakukan, oleh


karena itu usaha pembuatan manisan pala dapat dilakukan dan dikelola
secara intensif di rumah-rumah oleh kepala keluarga ataupun ibu rumah
tangga. Usaha pembuatan manisan pala dapat dijadikan sebagai usaha
pokok maupun sebagai usaha sampingan untuk tambahan sumber
pendapatan keluarga. Sebagai sebuah unit usaha, kegiatan pembuatan
manisan pala mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap
perkembangan ekonomi sosial masyarakat.

Penyerapan Tenaga Kerja

Adanya usaha manisan pala memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk


sekitar. Berdasarkan wawancara dengan responden, tenaga kerja yang
terserap pada satu unit usaha ini berkisar antara 5-6 orang. Berdasarkan
data industri kecil Depperindag Kabupaten Bogor 1998, banyaknya tenaga
kerja yang terserap setiap unit usaha kecil manisan pala rata-rata 5 orang
dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 338 orang.

Peningkatan Pendapatan dan Peluang Usaha

Dengan terserapnya tenaga kerja disekitar lokasi usaha akan memberikan


tambahan pendapatan bagi pekerja dan mengurangi pengangguran.
Umumnya sebagian ibu rumah tangga disekitar lokasi usaha manisan pala
menggunakan waktu luang mereka untuk bekerja pada unit usaha
pembuatan manisan pala sebagai tenaga harian atau borongan. Upah yang
diterima sekitar Rp 10.000-Rp 15.000 perhari merupakan sumber
penambahan pendapatan keluarga.

Berkembangnya usaha manisan pala juga turut mendorong berkembangnya


usaha yang ada kaitannya dengan usaha ini, baik usaha hulu khususnya
petani/ pedagang buah pala dan pemasok kebutuhan bahan pembantu serta
usaha hilir yaitu pedagang manisan buah dan makanan ringan, sebagai
penyedia oleh-oleh bagi wisatawan.

Peluang Ekspor (Peningkatan Devisa)

Indonesia sebagai negara penghasil pala terbesar telah mengekspor biji pala
kering, fuli dan minyak pala ke beberapa negara. Walaupun sampai saat ini
belum diperoleh data jumlah ekspor manisan pala, namun Indonesia memiliki
potensi untuk dapat memperkenalkan produk manisan pala ke luar negeri.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 30


Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Tumbuhnya usaha manisan pala akan memberi kontribusi pula terhadap


meningkatnya PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang berasal dari berbagai
sumber retribusi ataupun pajak penghasilan, baik dari hasil usaha manisan
pala secara langsung maupun dari perkembangan usaha lain sebagai dampak
adanya usaha ini.

b. Dampak Lingkungan

Keberadaan suatu kegiatan di suatu tempat/daerah akan memberikan


dampak terhadap lingkungan sekitar tempat kegiatan tersebut berlangsung.
Pengaruh yang ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif.

Unit usaha manisan pala dapat dikatakan relatif tidak mencemari lingkungan.
Limbah yang dihasilkan berupa buangan dari air cucian buah pala dan air
sisa rendaman buah pala. Limbah cair ini dibuang ke got atau ke kali dalam
jumlah yang relatif kecil.

Berdasarkan keterangan dari tokoh masyarakat dan penduduk sekitar lokasi,


tidak pernah terjadi keluhan masyarakat terhadap keberadaan usaha
pembuatan manisan pala ini.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 31


7. Penutup
a. Kesimpulan

1. Usaha pembuatan manisan buah pala merupakan usaha yang


berpotensi untuk dikembangkan, karena ditunjang oleh keberadaan
Indonesia sebagai negara penghasil pala utama dunia dengan produksi
mencapai 19,95 ribu ton per tahun.
2. Usaha kecil pembuatan manisan pala selama ini sudah ada yang
mendapat pembiayaan dari bank dan mampu berkembang serta
memberikan keuntungan yang memadai, terbukti sebagian besar
(75%) dari unit usaha ini yang dibiayai bank mampu mengembalikan
pinjaman tepat waktu.
3. Produk manisan pala merupakan salah satu komoditi yang mempunyai
pasar yang cukup potensial baik untuk pasar domestik maupun pasar
ekspor. Pangsa pasar domestik saat ini baru dimanfaatkan di sekitar
wilayah yang dekat dengan sentra produksi saja, karena itu masih
terbuka peluang untuk dipasarkan ke daerah lain termasuk pasar
ekspor yang selama ini belum terlayani.
4. Teknis produksi pembuatan manisan pala relatif sederhana dan mudah
untuk dilakukan oleh usaha kecil. Lokasi usaha juga dapat dilakukan di
rumah atau di sekitar rumah serta dapat dikelola sebagai usaha rumah
tangga.
5. Secara finansial kebutuhan investasi untuk usaha pembuatan manisan
pala yang dikelola secara intensif dengan kapasitas produksi 2.250
kg/bulan adalah sebesar Rp. 22.755.000 dan modal kerja sebesar Rp.
14.006.198 per bulan.
6. Berdasarkan hasil analisa finansial menunjukkan bahwa usaha
pembuatan manisan pala mampu memberikan manfaat NPV sebesar
Rp 44.520.471, dengan IRR 67,47%, Net B/C 2,21 dan Pay Back
Period dalam jangka waktu 1,48 tahun (1 tahun 6 bulan). Nilai
produksi untuk mencapai BEP adalah sebesar Rp 63.827.611. Hal ini
menunjukkan usaha ini layak untuk dijalankan.
7. Berdasarkan hasil analisa sensitivitas menunjukkan bahwa usaha
manisan pala masih memberikan keuntungan dan masih layak untuk
dikembangkan jika terjadi penurunan harga produk sebesar 10% dan
kenaikan biaya produksi sebesar 10%.
8. Usaha pembuatan manisan pala mampu menyerap tenaga kerja serta
tidak mencemari lingkungan sehingga memberikan dampak yang
positif dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 32


b. Saran

1. Berdasarkan Analisa yang dilakukan dari berbagai aspek terhadap


usaha manisan buah pala, memperlihatkan bahwa usaha pembuatan
manisan layak untuk dikembangkan. Oleh karena itu untuk menunjang
keberhasilan usaha ini perlu mendapat pembinaan dan dukungan dari
instansi terkait khususnya dalam memperoleh akses terhadap sumber
permodalan serta perluasan pasar baik di dalam negeri maupun pasar
ekspor.
2. Guna memberi dukungan dalam upaya perluasan pasar dari usaha ini,
perlu dilakukan kegiatan yang dapat memperkenalkan (promosi)
produk manisan pala ke daerah-daerah diluar sentra produksi, mencari
peluang ekspor, serta perlu mendapat pembinaan agar usaha ini
mampu meningkatkan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk
ini melalui penganekaragaman bentuk dan jenis produk.
3. Untuk mendapatkan keterangan dan penjelasan lebih lanjut khususnya
tentang pengembangan usaha kecil dapat dihubungi antara lain : a)
Direktorat Bina Industri Kecil Pangan, Direktorat Jenderal Industri Kecil
dan Dagang Kecil, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia, b) Balai Besar Industri Hasil Pertanian - Bogor.

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 33


LAMPIRAN

Bank Indonesia – Industri Manisan Buah Pala 34

Anda mungkin juga menyukai