OLEH:
KELOMPOK T17
YANCE YULIA
RISKA YUSNITA SARI
WIDYNANDA SEPTRYA
YUZA KEMALA
SRI ERLITA DONGORAN
HELVIA RAHAYU
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI KOGNITIF
(TAK)
A. LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di nomor empat terbesar di
dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Meskipun jumlah lansia besar namun
tetaplah menjadi kaum minoritas di lingkungannya karena akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan. Selain itu faktor yang menyebabkan lansia
sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut yang merupakan periode
kemunduran. Yang dimaksud periode kemunduran disini adalah terjadinya
banyak keterbatasan pada lansia diantaranya adanya perubahan fisik,
psikologis, spiritual, dan psikososial.
Di Indonesia jumlah penduduk lansia pada tahun 2017 sebsar kurang lebih
23,66 juta jiwa, usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2020 diperkirakan
sebesar 27,08 juta (9,77%), usia harapan hidupnya 71,1 (Kemenkes RI, 2017).
Menurut Wilson (2009), semakin meningkatnya jumlah usia lanjut, maka
lansia yang akan mengalami penurunan fungsi kognitfi juga akan semakin
bertambah.
Di kalangan para lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab
terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-
hari. Hal itu juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya
ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri.
Konsep kognitif (dari bahasa Latin cognosere, untuk mengetahui atau
untuk mengenali) merujuk kepada kemampuan untuk memproses informasi,
menerapkan ilmu, dan mengubah kecenderungan. Di kalangan para lansia
penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya
ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan juga
merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan
terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri. Penurunan fungsi kognitif
pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan
kalkulasi, memori dan juga kecepatan berpikir. (Reuser, Bonneux, Willekens,
2010).
Fungsi kognitif lansia dapat dioptimalkan melalui berbagai cara, seperti
latihan senam otak, latihan peningkatan fungsi memori, latihan kecepatan
berpikir, fungsi eksekutif, atensi dan permainan video game. Smith, Housen,
Yaffe, Ruff, Kennison (2009) mengatakan pula bahwa latihan permainan
video game dapat meningkatkan fungsi kognitif khususnya pada permaianan
yang diciptakan untuk meningkatkan kemampuan otak. Salah satu contoh
permainan yang dapat melatih kognitif lansia adalah permainan tebak
perbedaan gambar.
Melihat pentingnya latihan dan permainan untuk melatih kognitif lansia ,
maka penulis akan melaksanakan terapi aktifitas kelompok permainan tebak
perbedaan gambar.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
C. LANDASAN TEORI
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan
yang lainnya serta mempunyai norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok adalah
metode yang efektif dalam menyelesaikan masalah serta dapat dilihat
keuntungannya yaitu mendapat dukungan, pendidikan dan meningkatkan
kamampuan menyelesaikan masalah.
Penggunaan kelompok dalam Praktek Keperawatan Gerontik memberi dampak
positif dalam pencegahan, pengobatan dan terapi pemulihan kesehatan lansia
melalui terapi aktifitas kelompok. Salah satu bentuk dari terapi aktivitas kelompok
adalah memberikan stimulasi kognitif. Terapi kognitif merupakan terapi jangka
pendek, terstruktur, berorientasi,terhadap masalah saat ini, dan bersifat terapi
individu. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung dengan pendekatan
perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan di kenal dengan terapi perilaku kognitif.
Terapi ini memerlukan individu sebagai agen yang berfikir aktif dan berinteraksi
dengan dunianya.
Perawat sebagai pimpinan kelompok dapat menilai respon klien selama
berada dalam kelompok. Pada dasarnya terapi aktivitas kelompok telah
dipergunakan dalam Praktek Kesehatan Gerontik yang juga merupakan bagian
terpenting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan.
E. PROSES SELEKSI
1. Identifikasi klien yang masuk dalam kriteria
2. Membuat kontrak dengan klien
F. URAIAN STRUKTUR KEGIATAN
1. Hari/ Tanggal : Jumat, 16 maret 2018
2. Tempat kegiatan : Ruang TAK Wisma Cinta Kasih
3. Waktu kegiatan : 10.00 WIB s.d selesai
4. Metode kegiatan : Diskusi kelompok kecil, demonstrasi, dan Tanya
jawab
5. Anggota kelompok : orang
C. Tahap terminasi
5 menit Evaluasi Mendengarkan dan
Terapis menanyakan mengikuti penjelasan
perasaan klien setelah yang diberikan oleh
mengikuti TAK terapis.
Terapis menanyakan TAK Menyimak dan
bagaimana menebak menyetujui
perbedaan gambar yang
diberikan
Terapis memberikan pujian Klien bertepuk tangan
atas keberhasilan kelompok
Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk
melatih kognitif dengan
menebak perbedaan gambar
Kontrak yang akan datang
Terapis menyepakati jenis
TAK selanjutnya
Menyepakati waktu dan
tempat
H. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Leader : Helvia Rahayu, S. Kep
Co leader : Yuza Kemala S.Kep
Observer : Sri Erlita Dongoran , S.Kep
Fasilitator : Yance Yulia S.Kep
Riska Yusnita Sari, S.Kep
Widynanda Septria, S. Kep
I. Perilaku Pemimpin / Terapis yang diharapkan
1. Leader
Uraiantugas :
2. Co Leader
Uraian tugas :
3. Observer
Uraian tugas :
4. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Memotivasi anggota dalam aktivitas kelompok
a. Klien dapat aktif mengikuti kegiatan TAK dari awal hingga akhir sesi
K. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Leader
: Co. Leader
: Fasilitator
: Observer
: klien
: Pembimbing
L. PENUTUP
Demikianlah proposal TAK ini kami ajukan dalam rangka memenuhi
tugas prakek profesi keperawatan gerontik di Wisma Cinta Kasih Padang.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
(YanceYulia, S.Kep )