PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
hasil/ mensyaratkan hasil ( required rate of return ) yang tinggi pula dan terjadi
sebaliknya.
Memang antara hasil dan risiko ( risk and return ) memiliki hubungan linear
yang berkebalikan. Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi hasil yang diperoleh.
Sebaliknya semakin rendah risiko maka semakin rendah pula hasil yang diperoleh atau
disyaratkan. Risiko terhadap perusahaan tidak dapat dihindari, kita hanya dapat
mengelola bagaimana agar risiko tersebut sekecil mungkin mempengaruhi keputusan
perusahaan. Risiko yang terjadi diperusahaan ada yang dapat dikelola/diatasi
perusahaan terdapat pula risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan.
Risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan ini biasanya karena tidak dapat
dikontrol oleh perusahaan. Risiko yang ada diperusahaan dapat dibedakan tiga jenis
risiko :
1. Risiko individual merupakan risiko yang berasal dari proyek investasi secara
individu tanpa dipengaruhi oleh proyek lain.
2. Risiko perusahaan meupakan risiko yang dapat diukur tanpa mempertimbangkan
keanekaragaman yang dihadapi/portofolio yang dilakukan oleh investor.
3. Risiko pasar (market risk) merupakan risiko investasi yang ditinjau dari investor
yang menanamkan modalnya pada investasi yang juga dilakukan oleh perusahaan
dan perusahaan-perusahaan lain.
Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan
antara actual return dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil
keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang
timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
4
3. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi
pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang
mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.
4. Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan
pendapatan bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi
perusahaan.
5. Return realization merupakan return yang telah terjadi.
6. Return on network atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang
saham yang dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba
bersih setelah pajak dengan kekayaan bersihnya.
7. Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk
menentukan efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan
presentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelun pajak terhadap
variable yang sama dari periode sebelumnya.
8. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang.
9. Total return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu.
2.3. Pengertian Risiko dan Tingkat Pengembalian
Risk and return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan
individu dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam
suatu periode akuntansi. Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
1. Bersifat linear atau searah
2. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
3. Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka
semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.
5
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap
keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan
tindakan yang sifatnya mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan
diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut
dengan safety player.
2. Hati-hati pada Risiko (Risk Indifference)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu
menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan
diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter
seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
3. Suka pada Risiko (Risk Seeker atau Risk Lover)
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa
dengan spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja
ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk
seeker adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar.
Karakter ini yang paling mendominasi jika dilihat dari kedekatannya pada risiko.
6
1. Systematic Risk (Resiko Sistematis)
Resiko sistematis disebut juga dengan market risk atau resiko umum.Resiko
sistematis adalah resiko yang bisa didiversifikasikan atau resiko yang sifatnya
mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter pada tahun 1997 di
Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan
meningkatnya angka pengangguran. Selain itu terjadi pula pada tahun 2008 yaitu
saat dunia dilanda krisis finansial yang salah satunya disebabkan oleh kredit
subrime mortgage di Amerika Serikat (tahun 2008) yang sudah terlalu tinggi, dan
ternyata tidak bisa diatasi lagi.
2. Unsystematic Risk (Risiko Tidak Sistematis)
Unsystematic Risk disebut juga dengan resiko spesifik atau resiko yang dapat
didiversifikasikan.Resiko yang tidak sistematis yaitu hanya membawa dampak
pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami Unsystematic
Risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena
perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya. Contohnya jika
harga sekuritas perusahaan jatuh, maka perusahaan menerapkan berbagai strategi
investasi.
3. Total Risk
Total Risk adalah gabungan atau penjumlahan antara Systematic Risk dan
Unsystematic Risk. Jadi, dari hasil penjumlahan dari unsystematic risk dan
systematic risk akan kita peroleh total risiko. Adapun rumus untuk menghitung total
risiko adalah:
Total risiko = unsystematic risk + systematic risk
Maka,
E (RP) = (800.000.000) (0.10) + (1.200.000.000) (0.07)
= Rp.164.000.000
Persentasenya
E (RP)% = x100%
= 8,2%
Maka hasil hitungan dengan persentase akan memperlihatkan tingkat
keuntungan untuk portofolio 8,2% dari modal yang dimiliki oleh investor sebesar
Rp.2 milyar.
2. Pengambilan Keputusan Dalam Berbagai Kondisi
Tindak lanjut dalam bidang investasi yang terpenting adalah pengambilan
keputusan (decision making). Ada berbagai kondisi yang sering muncul dalam
pengambilan keputusan namun secara umum dapat dibagi menjadi tiga saja, yaitu:
a. Kondisi Pasti
Dalam kondisi pasti proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah
berlangsung tanpa ada banyak alternatif, keputusan yang diambil sudah jelas
pada fokus yang dituju. Ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan sebagai
penyelesaian pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini, yaitu
menggunakan program linier atau secara aljabar linier, dan analisis jaringan
kerja.
b. Kondisi Tidak Pasti
Pada kondisi seperti ini proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih
kompleks dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas
atau hasil yang mungkin diperoleh. Situasi seperti ini dimungkinkan sekali
terjadi dikarenakan minimnya informasi yang diperoleh baik informasi yang
sifatnya hasil penelitian maupun rekomendasi lisan yang bisa dipercaya. Hal ini
dapat menggunakan:
1. Metode Laplace → proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa
probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya.
8
2. Metode Maximax → proses pengambilan keputusan dengan hanya
mengutamakan hasil yang paling optimistik dan mengabaikan sisi lain yang
mungkin terjadi.
3. Metode Maximin→ proses pengambilan keputusan dengan memilih
alternatif yang minimalnya paling besar.
4. Metode Regret → proses pengambilan keputusana dengan didasari pada
hasil keputusan yang maksimal berdasarkan data pada masa lalu sebagai
bahan perbandingannya.
5. etode Realism →proses pengambilan keputusan dengan menggabungkan
metode maximax dan maximin.
BAB III
KESIMPULAN
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko (risk) yang
ditanggung, semakin besar pengembalian (return) yang harus dikompensasikan.
Sebaliknya, semakin kecil return yang diharapkan, semakin kecil risiko yang
ditanggung.
Model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi,
yaitu secara standar deviasi dan varian
Tingkat pengembalian faktor yang perlu diperhatikan adalah seperti harga saham, dividen yang
perlu.
9
Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
1. Bersifat linear atau searah
2. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
3. Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin
besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal
DAFTAR PUSTAKA
Brealey, Myers, dan Marcus. 2007. Dasar- dasar Manajemen Keuangan. Perusahaan. Edisi
kelima. Jakarta: Erlangga.
Indroes , Fery N. dan Sugiarto.2006. Manajemen Risiko Perbankan. 2006.
Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi.2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi “Teori
dan Soal Jawab”.
Guru besar keuangan di Stanford University Graduate School of Business. Pada tahun 1990
mendapat hadiah Nobel di bidang ekonomi. Beliau merupakan salah satu orang yang
memunculkan pemahaman CAPM pada tahun 1960-an selain Lintner dan Mossin.
10