Anda di halaman 1dari 3

ACARA VII

RUMUS DAN DIAGRAM BUNGA

STANDAR KOMPETENSI
Setelah mahasiswa mengikuti praktikum acara ini diharapkan mahasiswa dapat membuat
rumus bunga dan menggambarkan serta menganalisis suatu diagram bunga pada tumbuhan

KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti mata acara praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui langkah-langkah dalam membuat suatu rumus bunga
2. Mengetahui langkah-langkah pembuatan diagram bunga

DASAR TEORI

Menentukan Rumus Bunga

Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga
menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota, organ-organ reproduktifnya, dan simetrinya.
Bila bunga merupakan bunga majemuk, untuk menghitung rumus bunga dilakukan terhadap
satu bunga saja, yang mewakili keseluruhan bunga majemuk. Susunan rumus bunga
menyatakan posisi bunga mulai dari tangkai bunga sampai ke putik. Secara berturut-turut,
rumus bunga dimulai dari kelamin bunga tersebut, yang ditunjukkan oleh organ
reproduktifnya. Jika bunga memiliki benang sari dan putik sekaligus, maka bunga tersebut
merupakan bunga banci (hermaphrodite), yang dilambangkan (♀) . Jika bunga hanya
memiliki putik, maka bunga tersebut merupakan bunga betina, dilambangkan dengan (♀) .
Jika bunga hanya memiliki benang sari, bunga tersebut merupakan bunga jantan,
dilambangkan dengan (♂). Setelah menuliskan kelamin bunga, langkah selanjutnya adalah
menentukan simetri bunga, apakah bersimetri bintang atau simetri cermin. Jika bersimetri
bintang diberi lambang *. Jika bunga bersimetri cermin diberi lambang (↑).

Langkah ketiga adalah menghitung jumlah kelopak bunga. Kelopak disimbolkan


dengan huruf “K” dari kata kaliks (calyx). Kelopak bunga memiliki daun-daun kelopak yang
disebut sepalae. Daun-daun kelopak ada yang berlekatan dan ada yang tidak berlekatan. Jika
berlekatan, jumlah daun kelopak dihitung dari torehan-torehan daun kelopak, yang dituliskan
di dalam tanda kurung. Jika daun-daun kelopak tidak berlekatan, maka dituliskan saja jumlah
daun kelopaknya tanpa tanda kurung. Contoh: jika daun kelopak berjumlah tiga saling
berlekatan, maka dapat dituliskan “K (3)”. Sebaliknya, jika daun kelopak berjumlah tiga tidak
berlekatan atau saling lepas satu sama lain, maka dituliskan “K 3”.

Setelah menghitung jumlah daun-daun kelopak, maka langkah selanjutnya adalah


menghitung jumlah daun-daun mahkota. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bunga
memiliki daun-daun mahkota yang disebut petala. Mahkota disimbolkan dengan huruf “C”
(dari kata corolla). Daun-daun mahkota ada yang berlekatan dan ada yang tidak berlekatan.
Jika berlekatan, jumlah daun mahkota dihitung dari torehan-torehan daun mahkota, yang
dituliskan di dalam tanda kurung. Jika daun-daun mahkota tidak berlekatan, maka dituliskan
saja jumlah daun mahkota tanpa tanda kurung. Contoh: jika daun mahkota berjumlah lima
saling berlekatan, maka dapat dituliskan “C (5)”. Sebaliknya, jika daun mahkota berjumlah
lima tidak berlekatan atau lepas satu sama lain, maka dituliskan “C 5”. Kadang-kadang
mahkota bunga tersusun dalam dua atau tiga lingkaran. Dalam hal ini perhitungan jumlah
mahkota harus benar-benar teliti. Harus dihitung jumlah mahkota dalam lingkaran terluar
lebih dulu, baru berturut-turut ke dalam. Jika jumlah daun mahkota banyak, daun-daun
mahkota dianggap memiliki jumlah yang tidak terhingga, sehingga disimbolkan dengan
lambang “∞”. Contoh: jika daun mahkota terdiri dari dua lingkaran yang berjumlah masing-
masing lima pada setiap lingkarannya dan saling berlekatan, maka dapat dituliskan “C
(5+5)”.

Jika bunga memiliki tenda bunga, maka kelopak dan mahkota tidak perlu dihitung,
melainkan hanya menghitung jumlah daun-daun tenda bunganya saja. Daun-daun tenda
bunga disimbolkan dengan “P” (dari kata perigonium). Kadang-kadang tenda bunga juga
tersusun dalam dua atau tiga lingkaran. Jika jumlah tenda bunga banyak, daun-daun tenda
bunga dianggap memiliki jumlah yang tidak terhingga, sehingga disimbolkan dengan
lambang “∞”.

Langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah benang sari. Jumlah benang sari
dilambangkan dengan “A”. Setiap benang sari memiliki kepala sari yang disebut theca.
Kepala sari ini merupakan organ kelamin jantan (androecius) yang mengandung banyak
serbuk sari. Kepala sari ini terkumpul menjadi satu dalam satu tangkai sari. Jumlah kepala
sari inilah yang menjadi penentuan jumlah A. Kadang-kadang benang sari juga tersusun
dalam dua atau tiga lingkaran. Dalam hal ini perhitungan jumlah benang sari harus benar-
benar teliti. Harus dihitung jumlah kepala sari dalam lingkaran terluar lebih dulu, baru
berturut-turut ke dalam. Jika jumlah benang sari banyak, benang sari dianggap memiliki
jumlah yang tak terhingga, sehingga disimbolkan dengan lambang “∞”. Jika bunga
merupakan bunga betina, maka benang sarinya berjumlah “nol”.

Langkah terakhir adalah menghitung jumlah putik. Jumlah putik dilambangkan


dengan “G”. Setiap putik memiliki kepala putik yang disebut stigma. Kepala putik ini
menunjukkan organ kelamin betina (gynaecius) yang mengandung banyak daun buah. Kepala
putik ini terkumpul menjadi satu dalam satu tangkai putik. Jumlah kepala putik inilah yang
menjadi penentuan jumlah G. Kadang-kadang putik juga memiliki jumlah yang banyak. Jika
jumlah bakal buah banyak, putik dianggap memiliki jumlah yang tak terhingga, sehingga
disimbolkan dengan lambang “∞”. Jika bunga merupakan bunga jantan, maka jumlah putik
pada bunga tersebut adalah “nol”.

Dalam penentuan rumus putik, harus dilihat juga kedudukan bakal buahnya. Jika
bakal buah menumpang/superus (duduk di atas dasar bunga, sehingga letaknya lebih tinggi
dari dasar bunga), maka di bawah simbol huruf G harus diberi garis bawah. Jika kedudukan
bakal buahnya setengah tenggelam/hemi inferus (letaknya pada dasar bunga yang cekung,
sehingga letaknya lebih rendah dari tepi dasar bunga), maka di bawah huruf G tidak perlu
diberi simbol apapun. Jika kedudukan bakal buah tenggelam/inferus (bagian samping bakal
buah berlekatan dengan dasar bunga), maka di atas simbol huruf G diberi tanda garis.

Membuat Diagram Bunga

Diagram bunga merupakan gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-
bagiannya secara skematis, dengan memproyeksikan suatu bunga ke dalam bidang datar.
Diagram bunga berisi simbol-simbol yang melukiskan letaknya, apakah di ujung batang (flos
terminalis) atau di ketiak daun (flos axilaris). Juga melukiskan jumlah perhiasan dan kelamin
bunga, secara berurutan dari bagian terluar hingga bagian yang paling dalam, yang
ditunjukkan oleh rumus bunga.Bagian bunga yang akan diproyeksikan, dibuat dalam bentuk
lingkaran, sebanyak jumlah perhiasan dan kelamin bunga tersebut. Biasanya terdiri dari
empat atau lebih lingkaran. Setiap lingkaran menggambarkan letak perhiasan (kelopak dan
mahkota) bunga, serta alat kelamin bunga (benang sari dan putik), dengan jumlah masing-
masing. Urutannya adalah kelopak, mahkota, benang sari, dan putik.

BAHAN PRAKTIKUM

1. Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima)


2. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

Anda mungkin juga menyukai