Semua gerak yang ada di alam ini bersifat relatif, artinya memiliki nilai ketergantungan terhadap
satu dengan lainnya.
Di saat anda berada di dalam mobil yang bergerak sambil melihat pohon yang adadi pinggir
jalan, anda akan mengatakan bahwa pohon di pinggir jalanlah yang bergerak, tetapi jika ada
orang di bawah pohon, orang ini akan mengatakan bahwa anda yang di dalam mobillah yang
bergerak. Inilah konsep relatif, sehingga konsep bergerak akan ditentukan dari acuan mana kita
melihatnya.
RELATIVITAS NEWTON
Menurut Konsep Newton jika Sebuah kereta bergerak meninggalkan stasiun dengan kecepatan
V1 dan seorang anak yang bergerak di dalam kereta dengan kecepatan V 2, dan kecepatan anak
terhadap stasiun dinyatakan sebagai V seperti gambar maka akan berlaku :
Stasiun atau dapat dituliskan :
V1 Kereta V2 = V – V1
V2 Dimana :
V1 = kecepatan benda 1 terhadap Stasiun (Acuan)
V2 = kecepatan benda 2 terhadap benda 1
Berlaku : V = kecepatan benda 2 terhadap Stasiun (Acuan)
V = V1 + V2
Contoh :
Dua mobil bergerak searah dengan kecepatan masing masing mobil A 20 m/s dan mobil
B = 30 m/s, dengan mobil A berada di depan mobil B. Berapa kecepatan A terhadap B ?
Jawaban :
Acuan jalan V2 = …. ? V2 = V – V1
V1 = 20 m/s Jawab : V2 = 30 – 20 = 10 m/s
V = 30 m/s V = V1 + V2
RELATIVITAS EINSTEIN
Hasil experimen sebuah elektron yang dipercepat di dalam sebuah axelerator menunjukkan
bahwa saat tegangan diperbesar maka kecepatan elekron bertambah dan semakin besar tegangan
kecepatan semakin bertambah. Tetapi saat pada tegangan tinggi tertentu kecepatan elektron tidak
bertambah lagi meskipun tegangan tersebut di perbesar. Hasil ini menunjukkan kecepatan
elektron tidak pernah melebihi suatu nilai tertentu yaitu nilai dari kecepatan cahaya ( c =3 x 10 8
m/s ).
Seperti dilukiskan pada grafik dibawah ini :
v (m/s ) Contoh kasus :
Jika sebuah mobil bergerak dengan kecepatan v
c sambil menyalakan lampu ( cahaya dengan
kecepatan c ), seorang pengamat berada agak jauh
di depan mobil melihat lampu tersebut.
Berapakah kecepatan lampu terhadap pengamat ?
Jika soal ini diselesaikan dengan relativitas
Newton akan diperoleh hasil :
V(volt )
V1 = v, V2 = c, maka
V = V1 + V2 diperoleh V= v + c
Ini menunjukkan bahwa V > dari c, sedangkan hal ini bertentangan dengan hasil experimen
diatas. Sekaligus hasil tersebut menunjukkan bahwa Relativitas Newton tidak dapat
menyelesaikan permasalahan gerak yang kecepatannya mendekati kecepatan cahaya.
Untuk mengatasi permasalahan ini Einstein menyatakan sebuah konsep yang dikenal dengan
“Relativitas Khusus Einstein“ tentang kecepatan yang dinyatakan :
Dimana :
v1 +v 2 V1 = kecepatan benda 1 terhadap Acuan
V= V2 = kecepatan benda 2 terhadap benda 1
v1 . v2
1+ V = kecepatan benda 2 terhadap Acuan
c2 c = kecepatan cahaya
Percobaan Michelson dan Morley :
Pada awal abad 19 banyak para ilmuwan menyatakan, bahwa “ Dalam perambatannya cahaya
merlukan medium yang disebut “Eter“.
Eter dinyatakan sebagai zat yang tidak bermassa, tidak berbau, tidak berwarna dan menempati
seluruh ruang di jagad raya.
Untuk menguji kebenaran pendapat tersebut Michelson dan Morley mencoba melakukan sebuah
experimen seperti di bawah ini :
C2 Jika eter dianggap ada maka akibat
v rotasi bumi akan terjadi kecepatan
Eter relatif eter terhadap bumi dengan
kelajuan v, akibatnya :
cahaya seolah bergerak di dalam
c c+v
eter
c–v Jika di identikkan :
O C1 1. Cahaya ibarat sebuah perahu
dengan kelajuan c
rotasi v Bumi 2. Eter ibarat sungai yang
mengalirkan arus v
Maka :
1. Pada Gerak mendatar ( Horizontal )
Gerak dari O ke C1 cahaya memiliki kecepatan : VOC1 = c + v
Gerak dari C1 ke O cahaya memiliki kecepatan : VOC1 = c – v
Lamanya cahaya bergerak dari O – C1 – 0 disebut t sejajar ( t // ) :
2 . L/ c
t // =
v2
1− 2
Diperoleh nilai : c
2. Pada gerak vertikal ( tegak lurus )
Gerak dari O – C2 cahaya memiliki kecepatan sama dengan gerak dari C2 – O yaitu seebsar :
√
2
v
V OC =V C O = 1− 2
2 2
c
Lamanya waktu bergerak dari O – C2 – O adalah t tegak lurus ( t ) :
2. L/ c
t¿ =
Diperoleh nilai : √ 1− 2
v2
c
Perbandingan antara waktu tegak lurus dengan waktu sejajar diperoleh :
t¿
√
t //
= 1− 2
v2
c
t¿
=1
Dari hasil pengamatan Michelson – Morley ternyata nilai dari : t // , sehingga jika
nilai ini dimasukkan dalam persamaan diatas diperoleh v = 0.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan : Percobaan Michelson – Morley membuktikan bahwa :
1. Eter itu tidak ada.
2. Cahaya bergerak ke segala arah dengan kecepatan sama tidak tergantung gerak pengamat
atau gerak sumber cahaya itu sendiri.
RELATIVITAS EINSTEIN :
Relativitas Einstein didasarkan pada kerangka acuan yang disebut Kerangka Acuan Inersial
yaitu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan (GLB).
Dengan didasari hal terebut Einstein menyampaikan dua Postulatnya :
1. Hukum hukum Fisika berlaku sama untuk semua kerangka acuan yang bersifat Inersial.
2. Kecepatan Cahaya bersifat Mutlak artinya : Besarnya tidak tergantung pada gerak
pengamat atau gerak dari sumber cahaya itu sendiri
TRANSFORMASI GALILEO :
Jika sebuah kejadian di (P) diamati oleh dua orang pengamat masing masing A dan B dengan
koordinat masing masing di O (x, y, z) dan O’ (x’, y’, z’), mula mula keduanya berada dalam
keadaan diam. Kemudian kejadian (P) bergerak bersama O’ sejajar sumbu x / x’ dengan kelajuan
v. Menurut konsep ini selang waktu menurut pengamat diam dan pengamat bergerak adalah sama
( t = t’ )
Y / Y’ Y Y’
x = x’ P x P
v.t x’
X/X X/
’ X’
Z / Z’ z z’
TRANSFORMASI LORENTZ :
Pada trasnformasi Galileo mensyaratkan t = t’ , ternyata hal ini tidak dapat digunakan untuk
benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya. Untuk benda yang bergerak mendekati
kecepatan cahaya agar berlaku kecepatan relatif benda tidak dapat melebihi kecepatan cahaya
sesuai dengan hasil experimen, maka harus diberlakukan : t t’
Untuk itu perlu dimunculkan sebuah konstanta pembanding yang disebut dengan “ Tetapan
Transformasi “ dilambangkan “ “.
Konsep diatas dikenal dengan “ Transformasi Lorentz “ sehingga Transformasi Galileo
akan berubah menjadi Transformasi Lorentz dengan persamaan :
Menurut A ( orang di O ) : Menurut B ( orang di O’ ) :
x = (x’ + v.t). x’ = (x – v.t).
y = y’ y’ = y
z = z’ z’ = z
t t’ t’ t
Dengan menggunakan persamaan diatas diperoleh nilai sebesar :
= Tetapan Transformasi
1 v = kecepatan benda
γ=
c = kecepatan cahaya
√
2
v
1− 2
c catatan : Nilai selalau lebih besar dari 1 ( > 1 )
Hubungan antara t dengan t’ dinyatakan :
Dan :
[ ] [v. x
]
!
v.x t != t− 2 . γ
t= t !+ 2 . γ
c c
DILATASI WAKTU
Sering disebut juga Dilasi Waktu
Jika sebuah kejadian (misal kedipan cahaya) diamati oleh dua pengamat. Pengamat pertama
diam dan pengamat kedua bergerak GLB, maka selang waktu menurut kedua pengamat menjadi
berbeda. Menurut pengamat yang bergerak selang waktu menjadi lebih lama, dibandingkan
selang waktu menurut pengamat diam.
Hubungan ini dirumuskan :
t0 = selang waktu menurut pengamat diam
Atau t = selang waktu menurut pengamat bergerak
Δt= Δt 0 . γ Δt 0 v = kecepatan pengamat atau benda (m/s)
Δt=
√
2
v
1− 2
c
Massa Relativistik
Sebagaimana besaran panjang dan waktu yang mengalami perubahan nilai (mengalami kejadian
relativistik) saat bergerak mendekati kecepatan cahaya, maka massa juga akan mengalami
perubahan. Massa benda bertambah saat bergerak dengan kecepatan mendekati cahaya,
dinyatakan :
m0 = massa diam
m0 m = massa relativistik saat bergerak
m=m 0 . γ m= v = kecepatan pengamat atau benda (m/s)
Momentum Relativistik
Atau
1− 2
√
v2
c
Dari persamaaan momentum P = m.v, maka karena massa (m) berubah saat bergerak dengan
kecepatan mendekati kecepatan cahaya, amka Momentum juga akan bersifat Relativistik,
dinyatakan :
m0 = massa diam
p0 m = massa relativistik saat bergerak
p=
p= p0 . γ v = kecepatan pengamat atau benda (m/s)
Energi Relativistik
Atau
1− 2
√
v2
c
dP
F=
Dengan menggunakan persamaan Hukum II Newton yang asli : dt , dengan P = m.v
dimana massa (m) dan kecepatan (v) bersifat Relativistik (berubah) maka setelah diselesaikan
dengan Integral Parsial diperoleh hubungan :
Ek = Energi kinetik relativistik ( J )
2 2
Ek=m .c −mo . c
Besarasn m.c2 diruas kanan adalah Rumus yang oleh Einstein disebut dengan “ Kesetaraan
massa – Energi ” sehingga :
m = massa benda (kg)
2
E = m.c c = kecepatan cahaya ( 3.108 m/s)
E = Energi total benda ( Joulle )
Persamaan di atas adalah Rumus untuk Energi Bom Atom
Sehinga persamaan diatas juga dapat dituliskan :
E = Energi total partikel yang bergerak mendekati kecepatan cahaya ( J )
Ek=E−E0 E0 = Energi diam ( J )
Ek = Energi kinetik relastivistik ( J )
Dengan relativitas massa akan diperoleh persamaan baru :
2
Ek=[ γ−1 ] .m0 . c Ek=[ γ−1 ] . E 0
Catatan :
Cara mengerjakan soal, jika diketahui kecepatan dalam nilai c atau nilai , dapat digunakan
rumus phytagoras.
Sisi miring
Sisi tegak
Sisi tegak
Contoh :
Misal v = 0,6.c maka : = 10/8
10
6
8
Untuk menentukan nilai , dapat dimisalkan :
Sebuah berkas cahaya bergerak dari keadaan awal menurut pengamat di O dan O’ serentak
sehingga akan berlaku t = t’ = 0. Setelah bergerak eberapa waktu maka akan berlaku :
Menurut O :
x = c.t
Menurut O’ :
x’ = c.t’
x = (x’ + v.t’).
c.t = (c.t’ + v.t’).
c.t = (c + v ). .t’ …………………………. ( 1 )
dan
x’ = (x – v.t).
c.t’ = (c.t – v.t).
c.t’ = (c – v ). .t
( c−v )
t' = .t.γ
c …………………………. ( 2 )
Substitusikan persamaan (2) ke (1), hasilnya :
[
c . t = ( c+v ) . γ .
c ]
( c −v )
.t.γ
( c +v ) ( c−v )
t= .t .γ2
c c
( c +v ) ( c−v ) 2
1= .γ
c c
( vc )( 1− vc ) . γ
1 = 1+ 2
v2 2
( )
1 = 1−
c2
.γ
√ v2
1− 2
c
√ √
(√ ) ( √ ) (√ )
v2
=
1 1
−
1−
v2
c2
1−
v2
c2
=
1 (
1− 1−
c2 ) =
1
v2
c2
v v v
Hasilnya :
1−
v2
c2 √ 1−
v2
c2
1−
v2
c2
1−
v2
c2
v 1 v
= x = .γ
c2 c2
Jadi :
√ 1−
v2
c2
γ 2 −1 v
( )
γ .v
= 2 .γ
c
Maka persamaan di atas menjadi :
v
( )
t = γ .t ' + 2 .γ . x'
c
v. x'
( )
t = t '+ 2 .γ
c
Dengan cara yang sama kita dapatkan nilai dari t’ adalah :
v .x
( )
t ' = t− 2 . γ
c
1
dx γ . dx '+γ . v . dt ' dt '
vx = = .
dt γ .v 1
γ . dt '+ 2 . dx'
c dt '
dx '
γ.+γ . v
dt '
vx =
γ . v dx '
γ+ 2 .
c dt ' karena dx’/dt’ = vx’, maka :
γ . v x '+ γ . v γ ( v x '+ v )
vx = =
γ .v v .v '
γ+ 2 . v x'
c
γ 1+ 2x
c ( )
Hasilnya :
vx '+v
vx =
v.vx'
1+
c2
Dengan :
v = kecepatan benda 1 terhadap acuan
vx’= kecepatan benda 2 terhadap benda 1
vx = kecepatan benda 2 terhadap acuan
Keterangan :
v diperoleh dari gerak kerangka S’ terhadap S ( jika S sebagai acuan maka S’ sebagai benda 1
dan kejadian di titik P sebagai benda 2), maka v adalah kecepatan benda 1 terhadap acuan.
vx’ diperoleh dari turunan x’, dengan x’ adalah jarak kejadian (benda 2) terhadap S’ (benda 1),
maka vx’ adalah kecepatan benda 2 terhadap benda 1.
vx diperoleh dari turunan x, dengan x adalah jarak kejadian (benda 2) terhadap S (acuan), maka
vx adalah kecepatan benda 2 terhadap benda acuan.
√
dt γ.v v2
γ + 2 . v x ' γ 1+ v . v x '
c c2 ( dengan
) 1−
c 2 , maka
hasil akhirnya :
vy=
v y ' . 1−
√ v2
c2
v.vx'
1+
c2
Dengan cara yang sama untuk vz akan diperoleh :
¿
v
√ v
2
v '. 1−
z 2
c
}=
v .v '
x
1+
2
c
¿
Dilasi Waktu ( Pemekaran Waktu) :
Untuk memahami konsep terjadinya pemekaran waktu dapat dilakukan melalui contoh berikut :
Sebuah kejadian ( lampu senter yang diarahkan ke atas menuju sebuah cermin datar di dalam
kereta yang diamati oleh pengamat diam di dalam kereta (O’) dan pengamat bergerak diluar
kereta (O), dimana kereta bergerak menjauhi pengamat di luar kereta dengan kelajuan v. jika
jarak lampu senter ke cermin d, maka :
y’ y v
O’ O’ O’ O’
x’ O x
v..t
v.t
2