Sri Mulyaningsih - Aktivitas Vulkanisme Eksplosif Penghasil Formasi Semilir Bagian Bawah Di Jetis, Imogiri
Sri Mulyaningsih - Aktivitas Vulkanisme Eksplosif Penghasil Formasi Semilir Bagian Bawah Di Jetis, Imogiri
Masuk: 3 April 2011, revisi masuk : 2 Desember 2010, diterima: 24 Januari 2011
ABSTRACT
The widely exposed of volcanic rocks within western part of Central Java-DIY
Southern Mountain areas, indicates that volcanic activities had influenced geology of this
area. Volcanic-stratigraphic study finds pumiceus rocks, tuff and co-ignimbrite breccias
that can be described as primery volcanic rocks at study areas. Those volcanic rocks
were erupted explosively followed by collapsing strato cone and forming new caldera.
The associate of volcanic rocks with co-ignimbrite breccias, indicates that the central
eruption was not far from the outcropes. Shallow intrusive rocks of andecites bearing
hornblendes that exposed at the highest cone shape geomorphology of Gunung Gede,
south to southwest Sudimoro, might be as the central eruptions.
INTISARI
Kemunculan batuan gunung api secara melimpah di bagian barat Pegunungan
Selatan Jawa Tengah-DIY mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanisme telah berlang-
sung di daerah ini. Studi stratigrafi batuan gunung api di daerah penelitian menjumpai
singkapan breksi pumis, tuf dan breksi koignimbrit yang dapat diperikan sebagai batuan
vulkanik primer. Batuan vulkanik tersebut dierupsikan secara eksplosif disertai dengan
penghancuran tubuh kerucutnya, hingga membentuk kaldera baru. Asosiasi batuan
vulkanik tersebut dengan breksi koignimbrit, mengindikasikan bahwa pusat erupsnya
tidak terlalu jauh dari lokasi singkapan. Intrusi batuan beku dangkal, berupa andesit
horenblende yang tersingkap di Gunung Gede pada morfologi dengan bentukan kerucut
tertinggi, yang terletak di sebelah selatan-baratdaya Sudimoro, mungkin sebagai pusat
erupsi batuan gunung api tersebut.
1
sri_m@akprind.ac.id
64
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
perselingan breksi pumis dan tuf adalah Penelitian ini dilakukan dengan di-
batuan sedimen yang diendapkan oleh dasarkan pada pemahaman stratigrafi,
arus turbid dalam lingkungan laut dalam. melalui konsep vulkanologi. Pemetaan
Para ahli geotektonik, struktur geologi geologi dengan didukung pengukuran
dan geomorfologi beranggapan bahwa, data stratigrafi dan struktur geologi, serta
geomorfologi gawir dengan litologi pe- pengamatan petrologi (mikro dan makro)
nyusun batuan gunung api di sepanjang telah dilakukan, dengan lokasi penelitian
Pegunungan Selatan tersebut, terbentuk terletak di daerah Gunung Gede dan se-
oleh proses pengangkatan (uplifting), kitarnya, Desa Trimulyo, Kec. Jetis dan
yang mengangkat dasar laut dalam men- Kec. Imogiri, Kab. Bantul, koordinat 110°
jadi pegunungan, yang berlangsung pada 23-27’ BT dan 7°54-55’ LS diperlihatkan
Plio-Pleistosen. pada Gambar 1.
65
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
nya, dapat diketahui dari sifat fisik dan (Sutawijaya, 2006) dan Gunung Batur
kimia materialnya. Erupsi gunung api (Sutawijaya, 1990), yang berlangsung
yang bersifat sangat esksplosif memfrag- sejak Pleistosen sampai sekarang. Seca-
mentasi materialnya dengan tingkat frag- ra stratigrafi, litologi Gunung Krakatau.
mentasi yang sangat tinggi, menghasil- Pada fasies proksimal dan sen-
kan pumis dan tuf. Umumnya, tipe mag- tral, yang tersingkap di sisi depan hog-
matiknya adalah asam, yaitu dasitik hing- back Gunung Rakata tersusun atas
ga riolitik dengan kandungan silika ≥ material ignimbrit fragmental kasar, frag-
55%. Sebaliknya, erupsi yang bersifat mental sedang sampai halus yang juga
efusif memiliki tipe magma lebih basa, berasosiasi dengan lava yang bersifat
yaitu basaltik-endesitik dengan kandung- koheren (Sutawijaya, 2006) begitu pula
an silika ≤ 55%. yang dijumpai di Gunung Batur, yaitu
Litologi yang menyusun daerah sekitar Danau Kintamani (Sutawidjaja,
penelitian adalah material klastika gu- 1990). Jadi, pada fasa konstruksi, aktivi-
nung api, berupa breksi pumis dan tuf tas dari gunung api semacam Gunung
(Formasi Semilir) dan breksi dan lava an- Krakatau, menghasilkan lava koheren
desit dan basalt (Formasi Nglanggeran). dan breksi yang bersusunan basalt an-
Keberadaan batuan dari gunung api ini desit, namun pada fasa destruksi akti-
dan tersebut di beberapa tempat sering vitasnya menghasilkan fragmental ignim-
berasosiasi dengan batuan karbonat, brit.
berupa napal, batupasir gampingan dan Menurut Cas & Wright (1987),
batu-gamping (Husadani, 2008; Irawan, material ignimbrit yang dihasilkan oleh
2008). Itulah sebabnya, para ahli geologi erupsi eksplosif gunung api, dapat tersu-
terdahulu menentukan batuan gunung sun atas batuan hasil penghancuran
api tersebut sebagai material turbidit laut tubuh kerucutnya (accidental), material
dalam (seperti Suyoto, 1997; dan Nugra- magmatik (juvenil) dan batuan dasar
heni, 1998). (asesoris). Lebih jauh lagi, Cas & Wright
Menurut Surono (1989), Surono (1987) membaginya ke dalam dua ke-
dkk.(1992), Rahardjo dkk. (1977/1995) lompok, berdasarkan komposisinya, yaitu
dan Suyoto (1992), dalam penelitiannya ignimbrit (rempah gunung api) dan koig-
menentukan hubungan stratigrafi antara nimbrit dari (material penyerta ignimbrit).
formasi Semilir dan Formasi Nglangge- Material koignimbrit tersusun atas frag-
ran adalah menjari. Di atas ke dua for- men batuan magmatik, asesoris dan
masi tersebut baru ditentukan secara accidental, yang dihasilkan dari erupsi
tegas selaras dengan batuan karbonatan eksplosif yang bersifat destruktif, sedang-
Formasi Sambipitu. Secara tidak selaras kan material gunung api asal magmatik,
di atas Formasi Sambipitu adalah For- seperti perselingan lava dan breksi
masi Oyo, yang tersusun atas napal, tuf (umumnya dengan fragmen andesit) ber-
gampingan dan batugamping klastik. Ke- asal dari erupsi gunungapi yang bersifat
mudian semua ahli sepakat bahwa, di konstruktif. Kedua material gunung api
atas Formasi Oyo adalah Formasi Wono- tersebut dapat hadir bersama-sama me-
sari yang menandai berubahnya ling- nyusun stratigrafi kompleks gunung api
kungan laut dalam menjadi lingkungan secara berselingan dari yang bertipe
laut dangkal dengan mengendapkan konstruktif ke tipe destruktif (letusan
batugamping terumbu hingga Plistosen. kaldera). Tipe konstruktif biasanya meng-
Tabel 1 adalah hubungan stratigrafi awali pembangunan kerucutnya. Saat
regional masing-masing formasi batuan tubuh kerucutnya telah sempurna, pipa
tersebut terhadap daerah penelitian me- kepundan dapat saja tertutup oleh hasil
nurut beberapa peneliti terdahulu. pembekuan magma yang tidak mampu
Secara konseptual, dengan dida- mengalir hingga ke permukaan. Akibat-
sarkan pada pemahaman kegunungapi- nya, tubuh magma tertahan dalam dapur
an, fasa konstruksi dan fasa destruksi magma, hingga terjadi perlapisan mag-
gunung api dapat saja berlangsung seca- ma. Magma yang berdensitas tinggi
ra berulang. Pada masa kini, kondisi ter- berada pada lapisan paling bawah, mag-
sebut dapat dijumpai di Gunung Krakatau ma yang lebih asam di atasnya dan
66
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
lapisan paling atas berupa busa magma bentuk batuan polimik (aneka bahan),
dengan kandungan gas yang sangat ting- yang terdiri atas batuan magmatik, ase-
gi (Gambar 2). Tekanan gas yang sangat soris dan accidental. Makin jauh dari
tinggi, serta suplai magma yang terus- sumber erupsinya, makin sedikit kan-
menerus, menyebabkan dinding dapur dungan fragmen batuan asesoris dan
magma mengalami inflasi (pembeng- accidental, komposisinya berupa pumis
kakan). Saat inflasi magma tidak mampu dan/tuf murni. Susunan stratigrafi batu-an
ditahan lagi oleh dinding dapur magma, gunung api fasa dustruktif didominasi
terjadilah ledakan sehingga tubuh keru- oleh material hasil erupsi eksplosif pa-
cut gunung api ikut hancur. Ledakan aki- roksismal, yang secara lateral berupa co-
bat erupsi gunung api tersebut yang ignimbrite breccia sebagai endapan ja-
disebut dengan fasa destruktif gunung tuhan tipe plini; ignimbrite flow units
api. (sebagai endapan ground surge); very
Secara umum, mekanisme peng- pumice rich distal flow units sebagai
endapan material klastika (fragmental) endapan abu cendawan; dan laterally
hasil erupsi gunung api dapat terjadi very extensive co-ignimbrite ash fall
secara aliran, hembusan dan jatuhan. deposits dari endapan abu halus fasies
Secara diskriptif petrologi dan sediment- distal dari erupsi tipe Plini diperlihatkan
logi, batuan gunung api dapat berupa pada Gambar 5. Bentang alam breksi
batuan beku, breksi, konglomerat, batu- pumis dan tuf di gunung Plencing (G.
pasir dan batulanau-batulempung. Gede) dan tuf di daerah Sindet (Kec.
Namun karena komposisi dan Jetis). Breksi ko-ignimbrit tersusun atas
mekanisme dari pembentukannya tidak endapan kaya litik yang berukuran kasar,
mengikuti kaidah sedimentologi, maka dan dibentuk oleh runtuhnya kolom
pemeriannya harus dilakukan secara erupsi (Gambar 2). Material fragmental
deskriptif mengikuti kaidah vulkanologi. tersebut biasanya berkembang secara
Penamaan berdasarkan deskripsi vulka- menerus di dekat runtuhan kolom erupsi,
nologi yaitu batuan beku intrusi/lava, dan penyusun utamanya adalah piroklas
breksi, aglomerat, batulapili dan tuf; yang terlalu berat dan terlalu besar untuk
tergantung dari komponen penyusunnya, dapat ditransportasikan oleh kolom eru-
yaitu dengan fragmen blok (breksi), psi; disebut “lag fall” karena merupakan
fragmen bom (aglomerat), fragmen lapili akumulasi fragmen litik yang tertinggal
(batulapili: pumis atau skoria) dan tuf oleh aliran pumis dari kolom erupsi
(abu gunung api yang terbatukan). Se- tersebut.
dangkan secara genesis, yaitu intrusi, Sebagian besar peneliti terdahu-
lava, ignimbrit atau piroklastika (aliran, lu (Bothe, 1929; van Bemmelen, 1949;
seruakan dan jatuhan) dan aglomerat. Sumarso & Ismoyowati, 1975; Surono,
Dengan demikian, nama batuannya pun 1992; dan Samodra, 1997) menyebutkan
berupa lava andesit, breksi pumis, breksi bahwa urut-urutan batuan di Pegunung-
ko-ignimbrit, aglomerat, tuf dan lain-lain. an Selatan Jawa Timur dari tua ke muda
Secara umum, material fragmen- adalah batuan metamorf (PraTersier);
tal gunung api diendapkan dengan media batugamping, batulempung dan napal
gas bersuhu tinggi, yang kadang-kadang Formasi Gamping-Wungkal (Eosen);
miskin partikel, sehingga sering berstruk- perselingan batupasir dan lava basalt
tur massif, gradasi, antidune dan / ripple Formasi Kebo-Butak (Oligosen); tuf dan
– convolute, dan berlapis. Tekstur peng- breksi pumis Formasi Semilir (Miosen
endapan batuan gunung api dicirikan Awal-Atas); breksi andesit, aglomerat
oleh sortasi buruk (aliran piroklastika dan lava andesit Formasi Nglanggeran
berdensitas) hingga baik (piroklastika (Miosen Tengah-Atas); breksi, batupasir
jatuhan), kemas terbuka hingga tertutup, dan konglomerat
bentuk butir sangat menyudut (blok) Formasi Sambipitu (Miosen Te-
hingga sangat membulat (bom), dan ngah-Atas); tuf dan napal Formasi Oyo
berdiameter butir dari mikrometer hingga (Miosen Atas-Pliosen) dan batugamping
beberapa meter. Komposisi batuan gu- Formasi Wonosari (Miosen Tengah-Plio-
nung api dapat sangat bervariasi mem- sen), seperti pada Tabel 1.
67
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
Gambar 2. Model erupsi eksplosif gunung api (atas) yang menghasilkan material
fragmental dengan penyebaran dari fasies proksimal breksi koignimbrit, fasies
medial endapan piroklastika kaya pumis dan fasies distal abu gunung api fraksi
halus (bawah).
68
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
69
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
70
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
rat-baratlaut. Didasarkan atas morfo- nya diperlihatkan pada Gambar 5. Hal itu
loginya yang lebih cenderung berbentuk menjadi dasar bahwa bagian dalam dari
lingkaran tersebut, dapat diinterpretasi gawir tersebut sebagai pusat erupsi dari
bahwa pembangunannya lebih meng- beberapa fasa aktivitas gunung api pada
indikasikan tidak berhubungan dengan masa lampau. Hal itu juga didukung oleh
tektonik aktif yang dapat mengangkat susunan litologinya, yang didominasi
Pegunungan Selatan pada Plio-Pleisto- oleh material gunung api. Bahkan di dae-
sen. Sebab Pembentukan geomorfologi rah Sindet dan Gunung Gede, menjum-
setengah lingkaran (tapal kuda) akibat pai litologi asal gunung api berupa ba-
adanya aktivitas vulkanisme pada masa tuan beku intrusi dangkal dan breksi
lampau. Sedangkan kemunculannya di koignimbrit. Sedang di daerah Pucung ke
darat, serta gawir memanjang berarah utara hingga pada Segoroyoso dijumpai
baratdaya-timurlaut dapat diinterpretasi- beberapa runtunan material gunung api
kan dapat terbentuk akibat pengangkatan berupa lava basal, lava andesit, breksi
Pegunungan Selatan yang berlangsung piroklastika (dengan fragmen andesit dan
secara bertahap. Menginterpretasi peng- basal) dan tuf/pumis. Secara umum, lito-
angkatan tersebut berlangsung sejak logi ini yang menyusun daerah penelitian
Miosen akhir hingga Pleistosen, bahkan adalah perlapisan breksi pumis dan tuf
hingga saat ini. Hal itu ditunjukkan oleh yang sifatnya non gampingan. Batuan
masih sering dijumpai gempabumi ber- tersebut dijumpai di daerah Sindet-Jetis,
sekala besar sebagaimana yang terjadi Sentong-Pagergunung dan Banyakan-
pada 27 Mei 2006 yang lalu. Kerusakan Bawuran.
terbesar dari gempabumi tersebut ter- Ketebalan dari kelompok batuan
letak di kecamatan Jetis, Imogiri dan tersebut bervariasi; di beberapa lokasi
Pleret . da-pat mencapai beberapa ratus meter
seperti yang tersingkap di Tlukan dan
Bawuran, dan di beberapa daerah yang
lain hanya belasan meter, seperti di
Dengkeng dan Sentong. Batuan tersebut
menumpang secara selaras di atas per-
lapisan batupasir dan batulempung yang
sebagian bersifat gampingan.Gambar 6.
Namun, di beberapa lokasi yang lain,
seperti di daerah Pagergunung, batuan
tersebut juga menumpang secara selaras
di atas breksi basal dan perlapisan lava
basal dan batupasir hitam-kecoklatan.
Kebanyakan peneliti terdahulu mema-
sukkan litologi ini yang menyusun daerah
penelitian ke dalam formasi Semilir ba-
gian bawah (Surono dkk., 1992 dan Ra-
hardjo dkk,1977).Secara fisik, ada yang
membedakan antara penyusun bagian
bawah Formasi Semilir dengan bagian
Gambar 4. Hasil analisis citra srtm di atasnya. Batuan penyusun formasi Se-
daerah pegunungan selatan bagian barat milir bagian atas tersingkap di bagian ti-
Parangtritis-Prambanan menjumpai tiga mur daerah penelitian. Menjumpai bagian
gawir terpisah dan empat gawir bentukan atas Formasi Semilir tersebut lebih dici-
melingkar yang diinterpretasi sebagai rikan oleh komposisinya yang relatif dasi-
pusat erupsi gunung api masa lalu tik dan berwarna lebih terang (abu-abu
agak kekuningan). Sedangkan litologi
Hasil pengamatan di lapangan yang menyusun daerah-daerah peneli-
juga menjumpai bahwa, gawir terbawah tian berkomposisi basaltik-andesitik.
berbentuk tapal kuda tersebut terlihat- dengan warna abu-abu gelap agak
terpisah dari morfologi di sebelah timur- kehijauan.
71
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
Gambar 5. Bentang alam breksi pumis dan tuf di gunung Plencing (G. Gede) dan
tuf di daerah Sindet (Kec. Jetis) dan posisi breksi dan lava andesit di daerah
Wonolelo (Kec. Pleret) dilihat dari arah selatan (utara Goa Cerme Kec. Imogiri)
72
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
Gambar 6. Singkapan perselingan breksi pumis massif dan tuf berlapis yang
bersifat nongampingan dan perlapisan batupasir dan batulempung, yang sebagi-
an bersifat gampingan di daerah Dahromo.
Breksi koignimbrit ini tersingkap ung fragmen pumis basaltik yang ter-
hingga sejauh 1-2km dari Plencing, maka singkap di Dahromo-Tlukan.
hal ini dapat diinterpretasi bahwa batuan Artinya, lava basaltik tersebut
tersebut dihasilkan oleh aktivitas gunung telah membentuk tubuh kerucut gunung
api secara eksplosif dengan pusat erupsi api, ketika terjadi erupsi eksplosif, basalt
yang tidak jauh dari daerah Plencing. ikut terlontarkan bersama-sama dengan
Sekitar 500m ke arah selatan dari material erupsi yang lain dan
singkapan breksi koignimbrit tersebut di diendapkan sebagai breksi pumis di
Plencing, dijumpai Gunung Gede de- Dahromo dan sekitarnya.
ngan morfologi tertinggi dan berbentuk
kerucut. Litologi yang menyusun Gunung
Gede adalah batuan beku intrusi dangkal
andesit horenblende berwarna abu-abu
terang agak kehijauan. Keberadaan Gu-
nung Gede tersebut diinterpretasi seba-
gai leher vulkanik yang muncul setelah
aktivitas eksplosif berlangsung.
Di bagian tengah dari daerah
penelitian tersingkap batuan beku lava
andesit dan basal berstruktur bantal di
Dengkeng (400m ke utara dari Pucung).
Kelompok batuan tersebut secara posisi-
onal berada di atas kelompok batuan tuf
dan breksi pumis. Namun, secara stra-
tigrafi dengan pendekatan kegunung-api- Gambar 7. Singkapan breksi koignim-
an, litologi tersebut dierupsikan lebih brit mengandung fragmen blok bongkah
dahulu dari satuan tuf dan breksi pumis. andesit dan pumis berdiameter besar,
Hal itu didukung dengan adanya yang tersingkap di daerah Plencing,
singkapan breksi pumis yang mengan- 1,5Km ke selatan Sindet.
73
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
74
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
akhiri runtunan batuan vulkanik hasil hasilkan material aktivitas gunung api
erupsi eksplosif di daerah penelitian, dan baru, berupa breksi andesit dan lava
sebagai jeda waktu pengendapan dengan yang selanjutnya diikuti pula dengan
batuan fasa konstruksi gunung api di pembentukan pipa-pipa kepundan baru
atasnya. Jadi, aktivitas gunung api eks- yang lain, seperti di selatan Dengkeng,
plosif di daerah penelitian, yang meng- Watukelir dan sebelah utara Pucung.
hasilkan tuf dan breksi pumis Formasi
Semilir bagian bawah, berlangsung sebe-
lum Miosen Awal. Sedangkan setelahnya
dilanjutkan dengan adanya pembangun-
an gunung api menghasilkan runtunan
breksi dan lava andesitis bagian dari
Formasi Nglanggeran.
Gambar 10 adalah hasil korelasi
stratigrafi daerah penelitian dari zona
pusat hingga zona terluar (bagian utara).
Dari hasil korelasi pada stratigrafi dapat
diketahui bahwa ada kemenerusan anta-
ra batuan breksi koignimbrit dan breksi
pumis, yang makin ke utara dan makin ke
timur makin berukuran halus. Di daerah
Dengkeng, justru litologinya lebih didomi-
nasi oleh tuf epiklastika yang berselingan
dengan breksi pumis dan tuf piroklastika.
Hal itu mengindikasikan bahwa sumber
erupsi berada di sekitar bagian baratdaya
daerah penelitian. Jika dikompilasikan
dengan bentukan morfologi tapal kuda,
terlihat bahwa adanya batuan gunung api
kaya pumis dan tuf di daerah penelitian,
mengindikasikan pernah berlangsung ak- Gambar 9.Singkapan bagian atas litolo-
tivitas eksplosif gunung api di wilayah ini. gi daerah penelitian di Pucung, yang
Breksi koignimbrit dengan fragmen blok membatasinya dengan batuan di atas-
andesit berukuran maksimum 4,5m di nya (breksi andesit).
Plencing, menunjukkan bahwa daerah ini
sangat dekat dengan pusat erupsinya. Hasil korelasi stratigrafi di
Hal itu dengan alasan bahwa material daerah penelitian menunjukkan bahwa
dengan berat jenis dan berat massa yang makin ke arah utara ukuran butir breksi
besar tidak dapat terbawa oleh angin koignimbrit makin kecil dengan fragmen
maupun lontaran balistik dalam jangka- litik yang bercampur dengan fragmen
uan yang sangat jauh (puluhan kilome- pumis dengan diameter 4-6cm. Frag-
ter). sebaran tuf/pumis lebih dominan men litik tersebut makin ke utara (Mun-
mengarah ke baratlaut–utara. tuk-Tangkil) berselingan dengan breksi
Sedangkan material yang ber- pumis. Ke arah utara-baratlaut, fragmen
ukuran lebih halus, seperti pumis dan tuf litik telah menghilang sepenuh-nya dan
dapat terbawa angin, sehingga dapat didominasi oleh fargmen pumis dengan
tertransport sangat jauh, dalam radius diameter yang cukup besar yaitu 4-6cm
puluhan kilometer. Gunung Gede yang dan gelas basalt, sehingga warnanya
memiliki morfologi kerucut dengan relief menjadi gelap. Di daerah Kedungpring,
tertinggi dengan litologi paling resisten breksi pumis tersebut juga mengandung
diinterpretasi sebagai pusat kerucut gu- fragmen batulempung dengan diameter
nung api pasca eruspi eksplosif. Gunung 5-15cm, yang bentuk butirnya memipih.
Gede yang dilingkupi oleh perkampung- Hal itu mengindikasikan bahwa, saat
an Plencing yang secara umum mem- sedimentasi berlangsung, lempung ter-
bentuk morfologi tapal kuda telah meng- sebut belum terlitifikasi dan langsung
75
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
terseret oleh material aliran gunung api sedimentasi) dengan pumis; hal itu
yang masuk ke dalam air. Warna abu-abu hanya dapat terjadi di dalam air.
gelap dalam breksi pumis dan tuf, dengan Makin ke arah timur, yaitu di
kandungan serbuk dan fragmen arang di daerah Dengkeng, aktivitas epiklastika
dalamnya, serta strukturnya yang massif, yang berselingan dengan aktivitas piro-
mengindikasikan bahwa energi alirannya klastika berlangsung. Material-material
sangat besar. Hal itu memperkuat duga- yang diendapkan dalam waktu yang ti-
an bahwa material gunung api tersebut dak terlalu lama, yang belum mengalami
adalah endapan aliran piroklastika. Per- pembatuan, tererosi dan tertransportasi
selingan beksi pumis dan batupasir war- kembali oleh bahan aliran dan seruakan
na kecoklatan di Dahromo adalah indikasi piroklastika. Itulah sebabnya, struktur
bahwa ada proses settling yang memi- sedimen yang berkembang di dalamnya
sahkan antara material kaya lumpur (saat adalah slump hingga ripple.
Gambar 10. Korelasi stratigrafi batuan gunung api di daerah Sindet dan
sekitarnya
76
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
77
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
78