Anda di halaman 1dari 8

Tugas Paper

TRANSPOR AKTIF PADA MEMBRAN SEL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia Fisik

Oleh :

Nama : Purwanto H. Manurung

NIM : 408231037

Program Studi : Kimia

Jurusan : Kimia

M. Kuliah : Biokimia Fisik

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Albinus Silalahi, M.Si

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2011
Sistem Transpor Membran Sel

Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara
dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik
(CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya
seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik
membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.

Gambar 1. Membran Sel

Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu
lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor
pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan
transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus. Lalu lintas membran
akan membuat perbedaan konsentrasi ion sebagai akibat dari dua proses yang berbeda yaitu
difusi dan transpor aktif, yang dikenal sebagai gradien ion. Lebih lanjut, gradien ion tersebut
membuat sel memiliki tegangan listrik seluler. Dalam keadaan istirahat, sitoplasma sel
memiliki tegangan antara 30 hingga 100 mV lebih rendah daripada interstitium.

1. Transpor pasif

Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien


konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi
merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang
meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih
acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengonsumsi O2 masuk.
2
Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya
ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi
terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah
menurut gradien konsentrasinya. Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif
ialah air dan glukosa.

2. Transpor aktif

Definisi transpor aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah proses
yang menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial yang lebih
tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu mekanisme
kopling agar asupan energi dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan
substansi. Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif
merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang bergerak
melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. Transpor aktif
membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor
aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionofor. Yang termasuk transpor aktif
ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor
menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter.
Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan
antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan.

Transpor aktif memerlukan molekul pengangkut berupa protein integral pada


membran, dimana di dalam molekul ini, terdapat situs pengikatan. Proses transport aktif
dimulai dengan pengambilan tiga ion Na+ dari dalam sel dan menempati situs pengikatan
pada protein integral. Energi diperlukan untuk mengubah bentuk protein integral pada
membran yang sebelumnya membuka ke arah dalam sel menjadi membuka ke bagian luar
sel. Selanjutnya, ion Na+ terlepas dari situs pengikatan dan keluar dari protein integral
menuju ke luar sel. Kemudian dari luar sel, dua ion K+ menempati situs pengikatan di
protein integral. Bentuk protein integral berubah, dari sebelumnya membuka ke arah luar
menjadi membuka ke arah dalam sel dan ion kalium dilepaskan ke dalam sel.

3
Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya
muatan listrik di dalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini, misalnya ion K+,
Na+dan Cl+. Keluar masuknya ion Na+ dan K+ diatur oleh pompa natrium-kalium.

Gambar 2. Pompa natrium-kalium (contoh tranpor aktif)

Contoh lain terjadi pada darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion kalium
(K) dan natrium (Na) yang terjadi antara sel darah merah dan cairan ekstrasel (plasma
darah). Kadar ion kalium pada sitoplasma sel darah merah tiga puluh kali lebih besar
daripada cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium plasma darah sebelas kali lebih
besar daripada di dalam sel darah merah. Adanya pengangkutan ion bertujuan agar dapat
tercapai keseimbangan kadar ion di dalam sel. Mekanisme transpor ion

Gambar 3. Transpor Aktif Pada Darah

4
Peristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.

1) Endositosis
Endositosis merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel. Endositosis
terjadi karena ada transfer larutan atau partikel ke dalam sel. Peristiwa endositosis
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Pinositosis
Pinositosis merupakan peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur
dengan membentuk lekukan-lekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila
konsentrasi protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel sesuai dengan
konsentrasi di dalam sel. Proses pinositosis dapat diamati dengan mikroskop elektron.
Sel-sel yang melakukan proses pinositosis ini antara lain sel darah putih, epitel usus,
makrofag hati, dan lain-lain. Tahapan proses pinotosis adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Proses Pinositosis

Keterangan gambar:
1. Molekul-molekul medium kultur mendekati membran sitoplasma.
2. Molekul-molekul mulai melekat (menempel) pada plasma, hal ini terjadi karena
adanya konsentrasi yang sesuai antara protein dan ion tertentu pada medium
sekeliling sel dengan di dalam sel.

3. Mulai terbentuk invaginasi pada membran sitoplasma.

4. Invaginasi semakin ke dalam sitoplasma.

5. Terbentuk kantong dalam sitoplasma dan saluran pinositik.


5
6. Kantong mulai lepas dari membran plasma dan membentuk gelembung
gelembung kantong.

7. Gelembung-gelembung kantong mulai mempersiapkan diri untuk melakukan


fragmentasi.

8. Gelembung pecah menjadi gelembung yang lebih kecil.

b. Fagositosis
Fagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada pinositosis tetapi
terjadi pada benda padat yang ukurannya lebih besar. Fagositosis dapat diamati
dengan mikroskop misalnya yang terjadi pada Amoeba.

os
Gambar 5. Proses Fagositosis

Keterangan gambar:
1. Sebuah sel Amoeba mendekati sel Paramaecium.
2. Amoeba membentuk kaki semu (pseudopodia) dan semakin mendekati
Paramaecium.

3. Amoeba mengurung sel Paramaecium dengan kaki semu dan memasukkannya ke


dalam vakuola makanan.

4. Lisosom pada Amoeba mulai bergabung (fusi) dengan vakuola makanan untuk
mengeluarkan enzim pencernaan.

2) Eksositosis
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat Anda
lihat pada proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses pengeluaran
hormon tertentu. Semua proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Sel-sel
6
yang mengeluarkan protein akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi
protein akan bergerak ke arah permukaan sel untuk mengosongkan isinya.

Gambar 6. Proses Eksositosis

Daftar Pustaka

7
Karmana O. 2008. Biologi. Indonesia: Grafindo Media Pratama. Hal 22. ISBN 978-
979-758-583-9.

George J Siegel, Bernard W Agranoff, R Wayne Albers, Stephen K Fisher, dan


Michael D Uhler. (1999). Basic Neurochemistry - Molecular, Cellular and Medical
Aspects (edisi ke-6). Lippincott-Raven. hlm. Transport Processes. ISBN 0-397-
51820-X. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?
book=bnchm&part=A328#A331.

George J Siegel, Bernard W Agranoff, R Wayne Albers, Stephen K Fisher, dan


Michael D Uhler (1999). Basic Neurochemistry, Molecular, Cellular and Medical
Aspects (edisi ke-6). Lippincott-Raven. hlm. Figure 42-3.. ISBN 0-397-51820-X.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?
book=bnchm&part=A2961&rendertype=figure&id=A2967.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC408323 "Conservation and


Transformation of Energy by Bacterial Membranes - A NOTE ON
TERMINOLOGY"] (pdf). National Jewish Hospital and Research Center and
Department of Microbiology, University of Colorado Medical Center, ; F. M.
Harold. p. 174. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC408323.

"Molecular aspects of thyroid hormone actions". Laboratory of Molecular Biology,


Center for Cancer Research, National Cancer Institute, National Institutes of
Health; Cheng SY, Leonard JL, Davis PJ.

"Molecular structure and mechanisms of action of cyclic and linear ion transport
antibiotics". Hauptman-Woodward Medical Research Institute; Duax WL, Griffin
JF, Langs DA, Smith GD, Grochulski P, Pletnev V, Ivanov V..
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8541445

Setiowati T, Furqonita D. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press. Hal 20. ISBN
979-1211-25-6.

Van Meer G, Voelker DR, Feigenson GW. (2008). "Membrane lipids: where they are
and how they behave". Nature Reviews. Molecular Cell Biology 9 (2): 112–24.

Anda mungkin juga menyukai