Sop Pemeriksaan Laboratorium
Sop Pemeriksaan Laboratorium
Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila diperlukan, diberi formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium
Pasien rujukan dokter dari luar Puskesmas yang datang kePuskesmas untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium, setelahmendaftar di loket pendaftaran Puskesmas, langsung menuju
ruang laboratorium untuk menyerahkan formulir permintaan rujukanpemeriksaan laboratorium
dari dokter yang merujuknya (Formuli
Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk dilakukan validasi.
Formulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawa oleh pasien ke ruang pemeriksaan dokter untuk
mendapat penjelasan dari dokter tentang hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.
Untuk pasien rujukan, Formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung dibawa ke dokter yang
merujuk.
Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter pemeriksa kepada pasien.
b. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan penerimaan).
d. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan reagen.
g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena cahaya matahari
langsung.
1. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas
kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
2. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam
laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan jas
laboratorium yang berpotensi infeksi).
3. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi.
4. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan setelah selesai
melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju proteksi sebelum
meninggalkan ruang laboratorium.)
5. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi limbah
medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
4. Methylen-blue 0,3%
5. Air
6. Lidi
7. Lampu bunsen/spiritus
8. Pinset
9. Bak pewarnaan
10.Rak pengering
11. Mikroskop
Prosedur :
1. Ambil contoh uji dahak pada bagian yang purulen dengan lidi
2. Apuskan dahak di atas kaca sediaan pada permukaan yang sama dengan nomor
identitas.
3. Apusan bentuk oval 2x3 cm kemudian ratakan dengan gerakan spiral kecil-kecil.
4. Keringkan di dalam suhu kamar
5. lidi langsung dibuang ke dalam botol berisi disinfektan.
6. Lakukan fiksasi. Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk memegang kaca . Pastikan
apusan menghadap ke atas Lewatkan 3 x melalui api dari lampu spiritus.
7. Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak yang
ditempatkan di atas bak cuci jarak antara satu sediaan dengan sediaan lainnya
masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari
8. Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin.
9. Panasi dari bawahdenganmenggunakan sulut api setiap sediaan sampai keluar uap,
jangan sampai mendidih
10. Dinginkan selama minimal 5 menit
11. Bilas sediaan dengan air mengalir secara hati-hati dari ujung kaca sediaan
12. Miringkan sediaan menggunakan pinset untuk membuang air
13. Genangi dengan asam alcohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin.
Jangan sampai ada percikan ke sediaan lain
14. Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue selama 20-30 detik
15. Miringkan sediaan untuk mengalirkan sisa methylene blue
16. Keringkan sediaan pada rak pengering
17. Setelah kering Teteskan oil imersi pada sediaan sputum lihat pada pembesaran
lensa objektif 100x dan carilah BTA yang berbentuk batang warna merah.
18. Periksa dengan cara mengeser dan membentuk zig zag dari atas kebawah kemudian
ulangi dengan berlawanan arah.
Interpretasi Hasil :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lp, disebut negatif
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lp, ditulis jumlah kuman yang ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lp, disebut + atau (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lp, disebut ++ atau (2+)
Ditemukan >10 BTA dlam 1 lp, disebut +++ atau (3+)
Prosedur
Cara pewarnaan Gram :
Hasil :
Prinsp
Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut sehingga bila
mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypha dan atau spora
Tujuan
Menemukan adanya hypa darn atau spora pada kulit, kuku dan rambut
c. Persiapan Pasien
Tidak diperlukan
A. Pengambilan Specimen
1) Alat
a. Scalpel
b. Pinset
c. Alcohol 70%
d. Kapas
e. Kertas/wadah bersih
2) Lokasi
a. Kulit : Bagian tepi kelainan kulit
b. Kuku : Kuku yang mengarami penebalan
c. Rambut
§ Rambut rapuh dan berwarna agak pucat
§ Pada rambut terdapat benjolan
§ Daerah sekitar rambut menunjukan kelainan kulit, misalnya bersisik, botak dan lain-lain.
3) Cara Fengambilan
a. Kerokan Kulit
Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alcohol 70% untuk menghilangkan
lemak, debu dan kotoran lainnya,
Keroklah bagian yang aktif dengan scalpel dengan arah dari atas ke bawah (cara
memegang scalpel harus miring membentuk sudut 450 ke atas)
b. Kerokan/guntingan kuku
Letakkan hasil kerokan kulit dalam kertas atau wadah.
Bersihkan, kuku yang sakit dengan kapas alcohol 70% dengan maksud seperti diatas
Kerokanlah bagian kuku yang sakit pada bagian permukaan dan bagian bawah kuku yang
sakit, bila perlu kuku tersebut digunting Rambut
Rambut yang sakit dicabut dengan pinset
Letakkan rambut tersebut pada kertas{wadah yang bersih
B. Pembuatan sediaan
1. Alat
a. Kaca objek
b. Kaca penutup
c. Lampu spirtus
d. Pinset
2. Reagen
• Larutari KOH 10% untuk kulit dan kuku
• Larutari KOH 20% untuk rambut
3. Cara pembuatan sadiaan
a. Teteskan 1-2 gelas larutari KOH 10% pada kaca objek
b. Letakkan hahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset
yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan
kaca penutup.
c. Biarkan ± 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk
mempercepat proses lisis
C. Pengiriman Spesimen
1) Wadah
Amplop yang bersih
2) Cara Pengiriman
a. Bungkus specimen yang telah diletakkan pada kertas/wadah yang bersih dan kering
b. Kemudian masukkan kedalam amplop
c. Tulis identitas pasien diatasnya : nama dan umur pasien, tanggal pengambilan
d. Kemudian mesukkan lagi kedalam amplop yang lebih besar dan tebal. Lalu rekatkan
e. Spesimen siap dikirim
engertian : Tes malaria adalah tes laboratorium yang dapat memberikan informasi tentang parasit
khususnya genus Plasmodium sebagai penyebab penyakit malaria.
ujuan : Untuk menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan
penyakit malaria
Prosedur:
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu dikonfirmasi oleh
dokter yang bertugas
2. Pra Analitik
a. Persiapan pasien :
-
Pengambilan sampel dilakukan sebelum pasien menggunakan obat antimalaria.
- Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada saat demam
b. Persiapan sampel :
Darah dapat berupa darah kapiler atau darah vena yang diberi antikoagulan Na Citrat 3,8%,
atau EDTA.
c. Alat dan Bahan:
- Kapas alkohol 70%
- Blood lancet
- Etil alkohol
- Object glass
- Larutan Giemsa dengan larutan Buffer Ph 7,2
- Air kran/aquades
- Mikroskop
3. Analitik
A. Tes Pembuatan Sediaan Darah Tebal dan Tipis
1. Bersihkan ujung jari atau anak telinga dengan kapas alkohol 70%. Biarkan mengering.
2. Tusuk kulit dengan jarum (blood lancet) dengan cepat, cukup dalam sehingga darah dapat
mengalir secara bebas tanpa diperas (dipijat). Tetesan darah pertama dibuang.
3. Buat sediaan darah tebal dengan cara meneteskan sebanyak 3 - 4 tetes darah pada daerah
dekat ujung object glass yang bersih dan bebas dari lemak. Dengan sudut object glass yang
lain campurkan tetesan darah tersebut secara membulat sehingga diameternya sekitar 20 mm.
Ketebalannya sedemikian rupa sehingga masih bisa membaca koran yang diletakkan di
belakang sediaan tersebut.
4. Buatlah sediaan darah tipis pada sisa tempat di object glass yang sama.
5. Tempatkan di kotak sediaan atau letakkan horizontal agar mengering. Lindungi terhadap
pengotoran oleh debu atau gangguan lalat, dan kecoa. Sediaan darah tebal kadang-kadang
perlu waktu 2 jam untuk menjadi kering.
B. Prosedur Pewarnaan
Pemeriksaan Hematologi
1. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Metode : Metode sahli
Tujuan : Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
Prinsip : Hemoglobin darah diubah menjadi hematin asam kemudian warna yang
terbentuk dibandingkan secara visual dengan standard pada alat.
Alat dan Bahan :
Alat
Hemoglobinometer (hemometer) sahli
Lancet
Tissue
Bahan
Darah kapiler
Larutan HCl 0,1 N
Aquadest
Kapas alkohol 70%
Cara Kerja :
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer sampai tanda “2”.
c. Isaplah darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 µl atau 0,02
ml.
d. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
e. Segeralah alirkan darah dari pipet ke dasar tabung pengencer yang berisi HCl 0,1 N.
Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
f. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa homogen sehingga
warna campuran menjadi coklat tua.
g. Tambahkan aquadest tetes demi tetes setiap kali diaduk dengan batang pengaduk.
Persamaan warna campuran dan batang standar harus dicapai pada cahaya terang.
h. Bacalah kadar hb dalam satuan gram/100 ml darah atau g%.
Nilai Normal : Laki-laki : 14-16 gr%
Perempuan : 12-14 gr%
Metode : Tabung
Tujuan : Untuk menghitung jumlah trombosit dalam darah
Prinsip kerja : Darah diencerkan kemudian hitung jumlah leukosit dalam
volume pengenceran tertentu dalam mengalikan factor pengenceran.
Alat dan Bahan :
Alat
pipet 20µl
kamar hitung (improved neubaure)
deck glass/cover glass
tabung reaksi
mikroskop
Pipet volume
Bahan :
Kapas alcohol 70%
Larutan Turk
Darah kapiler
Cara kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet larutan Turk sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi.
c. Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20µl
d. Homogenkan
e. Buang beberapa tetes, kemudian masukkan kedalam kamar hitung.
f. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10× lensa objektif.
Perhitungan : N × 50
Nilai normal : 5.000 - 10.000 / mm3
5. Pemeriksaan LED (laju endap darah)
Metode : Westergreen
Tujuan : Untuk mengetahui terjadinya infeksi dan homokonsentrasi pada darah.
Prinsip : Pengendapan sel-sel darah merah ke dasar tabung, jika darah yang
sudah diberi antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung westergreen yang
diletakkan secara vertical.
Alat dan Bahan :
Alat
Tabung Westergreen
Tabung
Rak tabung westergreen
Timer
Tabung reaksi
Bahan
Sampel darah vena
Natrium citrate 3,8%
Cara kerja :
a. citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA
yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl
0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
b. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
c. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun
sinar matahari langsung.
d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
Tabung reaksi
Lampu spiritus
Asam asetat 6%
Cara Kerja
a. Masukkan urin jernih (sentrifus terlebih dahulu) ke dalam tabung reaksi sampai 2/3
penuh
b. Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan penjepit tabung
reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala api sampai mendidih 30 detik.
c. Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi kekeruhan,
kemungkinan disebabkan oleh protein, kalsiumfosfat, kalsiumkarbonat.
d. Teteskan 3-5 tetes asam asetat 6% ke dalam urine yang masih panas itu. Jika
kekeruhan disebabkan oleh kalsiumfosfat maka kekeruhan akan lenyap. Jika
kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat maka kekeruhan akan tetap hilang tapi
dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi,
maka tes terhadap protein adalah positif.
Penilaian
Syarat = urine yang dipakai untuk pemeriksaan harus jernih. Bila tidak jernih, maka
harus dilakukan sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatan.
3. Mikroskopik urine
Metode : Natif
Tujuan : untuk mengetahui unsur organik dan anorganik.
Prinsip : adanya bentukan-bentukan atau elemen-elemen atau
unsur-unsur yang teresuspensi dalam urine akan
dipresipitatkan denga jalan di centrifuge.
Alat dan Bahan :
Alat
Centrifuge
Tabung centrifuge
Objek glass
Deek glass
Mikroskop
Bahan
Urine segar
Cara kerja :
a. Kocok botol penampung urine agar homogen.
b. Masukkan urine sebanyak 7-8 ml kedalam tabung centrifuge.
c. Centrifuge urine pada alat centrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5
menit.
d. Buang cairan atas(supernatant)sehingga tersisa sedimen kira” 0,5 ml.
e. Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
f. Teteskan 1 tetes diatas obyek glass tutup dengan deck glass.
g. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa obyektif 10 x kemudian 40 x.
Nilai normal :
Sel erytrosit : 0-1 per Lapang Pandan Besar (LPB).
Sel leukosit : 1-5 per Lapang Pandang Besar (LPB).
Silinder : 0-1 per Lapang Pandang Kecil (LPK)
Epitel : Negatif.
D. Pemeriksaan Immunoserologi
1. Pemeriksaan Plano Test (Tes Kehamilan)
Metode : Immunokromatografi
Tujuan : Untuk memeriksa kehamilan dengan mendeteksi
adanya Human Chorionic Gonadothropin (HCG) dalam urine dengan kepekatan
hingga 25 mIU/ml urine.
Prinsip : Strip dicelupkan ke dalam urine. HCG yang dihasilkan oleh jaringan
placenta muncul dalam urine dan konsentrasinya meningkat cepat. Kadar HCG
mencapai 100 mIU/ml urine.
Alat dan Bahan :
Alat
Strip plano test
Wadah urine
Bahan
Urine segar
Cara Kerja :
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Tampung urine segar ke dalam wadah yang bersih dan kering.
c. Celupkan strip ke dalam urine sesuai dengan tanda panah batas maksimum selama
30-60 detik.
d. Angkat strip, tunggu selama 1-3 menit.
e. Baca hasil pemeriksaan.
Interpretasi Hasil :
Positif : Jika muncul dua garis merah (garis
control dan garis test)
Negatif : Jika muncul satu garis merah (garis
control)
Prinsip Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakkan pada alat, ketika darah diteteskan pada
zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang
terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah.
Persiapan : Pasang lancet pada alat pena coblos Accu Check soft click. Atur sesuai kedalaman yang diinginkan.
2.
Usap jari tengah menggunakan alkohol swab dan tunggu hingga kering. 3.
Pasang strip. Ambil satu strip dari tabung kemudian dipasang ke slot tempat strip. Nyalakan alatnya menjadi
on. 4.
Check nomor kode kalibrasi. Bandingkan no. Kode kalibrasi yang muncul di layar dengan yang tertera di tabung
harus sama. Yang tertera di tabung 222 sama dengan no yang muncul di layar. 5.
Ambil sampling darah dengan menggunakan pena soft click. Lokasi pengambilan sampling darah di samping
jari karena sedikit jala ujung saraf penyebab nyeri. 6.
II. PERATURAN-PERATURAN
III. PENGERTIAN
Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam
bentuk padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi.
Limbah Klinis adalah limbah yang berasal dan Pelayanan Medis, Laboratorium,
Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya yang menggunakan bahan-bahan
beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.
Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu:
1. Limbah Benda tajam
2. Limbah Infeksius
3. Limbah Jaringan tubuh
4. Limbah Sitotoksik
5. Limbah Bahan kimia
c. Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks)
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
d. Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap
oleh resin anion.
2. Limbah infeksius
Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu
a. Metode Desinfeksi
Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang
dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif.
Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu untuk:
- Menggunakan desinfektan yang sesuai, misalnya Chlorine,Iodophore, Alcohol,
Formaldehyde, Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini merupakan satu-
satunya jenis desinfektan yang digunakan secara rutin untuk mendesinfeksi limbah penyakit
menular.
- Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan harus
berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan mengikat
desinfektan dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman penyakit.
- Memberikan waktu kontak yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas
pengolahan.
- Mengawasi kondisi-kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai akan
meningkatkan / menghambat proses desinfeksi.
- Temperatur, dapat meningkatkan atau menurunkan efektifitas dan kecepatan proses
pengolahan.
- Pengadukan.
b. Metode Pengenceran (Dilution)
Yaitu dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi
terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga
dapat menimbulkan banjir.
c. Metode Proses Biologis
Yaitu dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut
akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.
d. Metode Ditanam (Landfill)
Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.
e. Metode Insinerasi (Pembakaran)
Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa
kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O.
Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan
tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk
abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).
Agar insinerasi berlangsung optimal, perlu 5 kondisi:
- Diperlukan oksigen dalam jumlah yang cukup,
- Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat kecil dan
gas,
- Proses pengadukan dan pencampuran dalam insinerator,
- Suhu yang cukup untuk volatilisasi,
- Cukup waktu untuk terjadinya reaksi.
Alat insinerator yang baik adalah yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling
sedikit 800 - 1000°C.
3. Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi.
Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
a. Bentuk : cair, padat dan gas,
b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
c. Tinggi-rendahnya aktifitas
d. Panjang-pendeknya waktu paruh,
e. Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
a. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan
dan pembuangan.
b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan
Tanaga Atom Nasional (BATAN).
4. Limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat
dan dibakar di insinerator.
V. PEMISAHAN LIMBAH
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah
dengan cara menggunakan kantong dengan kode warna yang disarankan untuk limbah klinis
adalah seperti pada tabel 1.
Kebersihan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta
keterampilan petugas sampah/kebersihan.
Selain kode warna pada kantong plastik untuk pemisahan limbah juga terdapat kode/simbol
yang telah distandarisasi untuk 3 golongan sampah yang paling berbahaya, yaitu :
2. Sampah Sitotoksik :
Kantong berwarna ungu dengan simbol
sitotoksik (berbentuk cell dalam telofase)
3. Sampah Radioaktif :
Kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif yang telah dikenal secara
internasional.
1. Limbah Cair:
a. Limbah Cair Infeksius:
Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu dalam
wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak digunakan
adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan desinfektan makin lama
makin menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.
Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang selanjutnya
dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b. Limbah Cair Domestik:
Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju
bak penampungan untuk diolah.
c. Limbah Cair Kimia:
Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai konsentrasi
rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal menuju bak
penampungan untuk diolah.
Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai
cara, antara lain :
a. FBK Bioreactor
FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam bak
penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses, limbah
disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk lapisan biomassa.
Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam tangki
Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biomassa terjadi
berulang-ulang, melalui perjalanan panjang sehingga mencapai efisiensi degradasi
BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara
dimasukkan ke dalam tangki Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-
gelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik
rnenghasilkan efek floatasi dan sedimentasi.
Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat disalurkan
ke saluran umum.
b. Sewage Treatment Plant (STP) :
Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair menjadi air
bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari lingkungan.
Metode yang digunakan adalah:
- Screen Pit
Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk
menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan menghancurkan
material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis dapat berfungsi dengan baik.
- Equalizing Tank:
Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
- Aeration tank
Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi diproses
dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga ditambahkan
lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui proses aerasi, air
mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).
- Settling Tank :
Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki dan
disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian
didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan yang kedua masuk
ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir melalui Over Flow Weir
selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses ( untuk mendestruksi mikroba
patogen.
- Effluent Tank :
Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini dipompa
ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.
2. Limbah Padat :
a. Limbah Padat Infeksius:
- Limbah benda tajam
Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk keamanan,
pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan desinfektan seperti lysol.
Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning dengan simbol biohazard diikat
kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.
- Limbah sisa bahan pemeriksaan
Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam
autoclave suhu 121°C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi dengan
kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator.
b. Limbah Padat Non Infeksius:
Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam. Setelah
sampah mengisi ¾ kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat pembuangan untuk
dibakar dalam insinerator.
3. Limbah Gas:
Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter
harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati batas yang telah
ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif dari filter, maka
filter harus dibungkus dengan plastik polietilen.
VII. EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH
Para petugas yang menangani limbah selain mempunyai resiko terkena penyakit juga
mempunyai resiko mendapatkan kecelakaan. Luka karena benda tajam adalah penyebab
kecelakaan terbesar di kalangan petugas pelayanan kesehatan dan petugas yang menangani
limbah, karena adanya resiko ganda berupa luka dan tertular penyakit. Oleh karena itu
diwajibkan bagi petugas pengantar/pengelola limbah untuk menggunakan pelindung diri,
seperti sarung tangan karet dan plastik pengaman untuk mencuci alat laboratorium.
IX. KESIMPULAN
Sistem pengelolaan limbah yang baik dan benar dapat meningkatkan keamanan dalam
kerja terutama bagi petugas kesehatan yang berhubungan dengan limbah tersebut, pasien,
pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit dan laboratorium. Penanganan limbah yang
kurang baik akan dapat atau potensial sebagai sumber pencemaran penularan penyakit bagi
warga laboratorium sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes R.I, Pedoman Pelayanan Rumah Sakit dan Laboratorium Klinik, Jakarta, Tahun
1980
2. Depkes R.I, Pedoman Penanganan Limbah dan Sanitasi Rumah Sakit, Jakarta, Tahun 1985