Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PGD

Dr. Fitriyana

LARINGITIS AKUT

I. PENDAHULUAN

Laringitis akut pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut (Common
cold) atau merupakan manifestasi dari radang saluran nafas bagian atas. Pada anak laryngitis
akut dapat menimbulkan sumbatan saluran jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak
secepat pada anak.1,2,3

Biasanya laryngitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun. Anak-anak
tidak termasuk dalam kategori studi tersebut, dan termasuk dalam observasi laryngitis akut
dimana usianya 3 tahun dan diatsnya.1

Laringitis akut biasanya biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan terapi konservatif,
morbiditas dan mortalitas tidak dapat diperhitungkan.pasien dengan laringitis akut yang bersala
dari etiologi infeksi daripada yang disebabkan oleh trauma vocal pada akhirnya dapat melukai
plika vokalis. Ketidaksempurnaan produksi suara pada pasien dengan laringitis akut dapat
diakibatkan oleh penggunaan kekuatan aduksi yang besar atau tekanan untuk mengimbangi
penutupan yang tidak sempurna dari glottis selama episode laringitis akut. Tekanan ini
selanjutnya menegangkan lipatan-lipatan (plika) vocal dan mengurangi produsi suara. Pada
akhirnya menunda kembalinya fonasi normal.1

Laringitis akut memiliki onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Jika pasien
memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini diklasifikasikan sebagai laringitis
kronik. Etiologi larigitis akut dapat berupa penyalahgunaan suara, pemaparan dengan agen yang
berbahaya atau agen infeksius lainnya yang menyebabkan infeksi traktus respirasi bagian atas.
Agen infeksius paling banyak adalah virus, akan tetapi kadang-kadang bakteri.4

Biasanya laringitis akut dapat sembuh spontan dalam beberapa hari. Serak dapat menetap
bila sekresi normal belum pulih. Beberapa pasien cenderung menderita afonia fungsioal setelah
laringitis akut. Pemeriksaan tindak lanjut menunjukkan laring yang normal, akan tetapi hampir
tanpa suara. Rujukan kepada ahli patologi suara akan dapat mengatasi keadaan tersebut.4

2.1. Definisi

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi
virusinfluenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab

1
TUGAS PGD
Dr. Fitriyana

lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,


Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. 2,3

Biasanya laringitis akut merupakan suatu fase infeksi virus pada saluran nafas atas yang dapat
sembuh sendiri, factor prediposisi dapat berupa rhinitis kronik, penyalahgunaan alcohol,
tembakau serta pemakaian suara yang berlebihan.5

2.2. Etiologi

Penyakit ini sering disebabkan oleh virus. Biasanya merupakan perluasan radang
saluran nafas bagian atas oleh karena bakteri Haemophilus Influenzae, Staphylococcus,
streptococcus, atau pneumococcus. Timbulnya penyakit ini sering dihubungkan dengan
perubahan cuaca atau suhu, giza yang kurang/malnutrisi, imunisasi yang tidak lengkap dan
pemakaian suara yang berlebihan.1,3,4

Menurut Rahul K shah etiologi dari laringitis akut adalah :

1. Infeksi (biasanya infeksi virus dari saluran pernafasa atas)

o Rhinovirus
o Parainfluenza virus
o Respiratory syncytial virus
o Adenovirus
o Influenza virus
o Measles virus
o Mumps virus
o Bordetella pertusis
o Varicella-zozter virus

2. Gastroesophageal reflukx disease

3. Environmental insults (polusi)

4. Vocal trauma

5. Komsumsi alkohol berlebihan

6. Alergi

7. Penggunaan suara yang berlebihan

8. Iritasi bahan kimia atau bahan lainnya

2
TUGAS PGD
Dr. Fitriyana

2.3. Anatomi dan Fisiologi

2.3.1. Anatomi

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan
ditampilkan laring secara anatomi.

Gambar 1. Anatomi laring (dikutip dari kepustakaan 6)

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja
pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus,
m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik
infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan
antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk
tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk teganngan korda vokalis, otot
krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda
vokalis.7

Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan
nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf
motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus
superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior
dan inferior.2,3

2.3.2. Fisiologi

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan,
emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda
asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara
bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga
dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar
kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-
bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai

3
TUGAS PGD
Dr. Fitriyana

fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga
mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta
mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring
mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan
lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta
mementukan tinggi rendahnya nada.7

2.5. Patofisiologi

Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang berlangsung
kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis,
masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran nafas lokal yang bersilia,
ditandai dengan edema dari lamina propria, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi
selular dengan histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi
pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan pada
dinding lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago
krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit,
bahkan sampai hanya sebuah celah. Membran pelindung plika vokalis biasanya merah dan
membengkak. Puncak terendah pada pasien dengan laringitis berasal dari penebalan yang tidak
beraturan sepanjang seluruh plika vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa plika vokalis
mengeras daripada menebal. Pengobatan konservatif seperti yang disebutkan sebelumnya
biasanya cukup mengatasi inflamsi laring dan mengembalikan aktivitas vibrasi plika vokalis.1

2.6. Gejala Klinis

Pada laringitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise, gejala
rinofaringitis. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang
kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa /
normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri
dan kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama
sekali (afoni).8

1. Sesak nafas dan stridor

2. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.

3. Gejala radang umum seperti demam, malaise

4. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

5. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang
tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.

4
TUGAS PGD
Dr. Fitriyana

6. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan
hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni
lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri
diseluruh tubuh.10

2.7. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang.

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan suara yang serak, coryza, faring yang meradang
dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang meningkat, disertai pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal, infrasternal dan intercostal serta stridor yang terus menerus, dan anak bisa
sampai megap-megap (air hunger). Bila terjadi sumbatan total jalan nafas maka akan didapatkan
hipoksia dan saturasi oksigen yang rendah. Bila hipoksia terjadi, anak akan menjadi gelisah dan
tidak dapat beristirahat, atau dapat menjadi penurunan kesadaran atau sianosis. Dan kegelisahan
dan tangisan dari anak dapat memperburuk stridor akibat dari penekanan dinamik dari saluran
nafas yang tersumbat. Dari penelitian didapatkan bahwa frekuensi pernafasan merupakan
petunjuk yang paling baik untuk keadaan hipoksemia. Pada auskultasi suara pernafasan dapat
normal tanpa suara tambahan kecuali perambatan dari stridor. Kadang-kadang dapat ditemukan
mengi yang menandakan penyempitan yang parah, bronkitis, atau kemungkinan asma yang
sudah ada sebelumnya.2

2.7.1. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan


diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama
dibagian atas dan bawah glotis

5
TUGAS PGD
Dr. Fitriyana

Sebetulnya pemeriksaan rontagen leher tidak berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi
dapat ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari supraglotis) Foto rontgen leher AP
bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50%
kasus pada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran
tersebut tidak didapatkan. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan
eksudat di orofaring atau plika suara, pemeriksaan kultur dapat dilakukan.Dari darah didapatkan
lekositosis ringan dan limfositosis.1

Gambar 2.4. Gambaran rontagen laringitis akut, gambaran steeple sign(panah) (dikutip dari
kepustakaan 9)

2.8. Penatalaksanaan

Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi
masuk rumah sakit apabila :

· Usia penderita dibawah 3 tahun


· Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
· Diagnosis penderita masih belum jelas
· Perawatan dirumah kurang memadai

Perawatan Umum
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari

2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit

6
TUGAS PGD
Dr. Fitriyana

3. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul
sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas
dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray

Perawatan Khusus

Terapi Medikamentosa

1. Antibiotika golongan penisilin

Anak 50 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis

Dewasa 3 x 500 mg perhari.3

Menurut Reveiz L, Cardona AF, Ospina EG dari hasil penelitiannya menjelaskan dari
penggunaan penisilin V dan eritromisin pada 100 psien didapatkan antibiotic yang lebih baik
yaitu eritromisin karena dapat mengurangi suara serak dalamsatu minggu dan batuk yang sudah
dua minggu.10

2. Kortikosteroid diberikan untuk mengatasi edema laring.1

Pencegahan :

Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan
mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga
agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan,
batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem
untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi
abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan
tenggorokan memproduksi lebih banyak lender.8

2.9. Prognosis

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama
satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan
udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal
ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.8

7
TUGAS PGD
Dr. Fitriyana

DAFTAR PUSTAKA

1. K Shah, Rahul ; Acute Laryngitis, Available at :


http://www.emedicine.com/ENT/topic353.htm
2. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931.
3. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190-200
4. Cody R, Thane. Kern B. Lugene, Pearson W. Bruce. Serak dan Kelainan Suara. Dalam
Buku Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Alih bahasa Samsudin Sonny, Editor,
Adrianto Petrus, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1991, Hal 340-354
5. Benovetz,JD, Gangguan Laring Jinak, Dalam : Adam, Boies, Higler, Editor. BOIES.
Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 3, Jakarta ; EGC, 1997, Hal 378-396
6. http://www.yoursurgery.com/
7. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi
ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76.
8. Faradilla N Laringitis Akut, Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau
2009
9. Gambar Croup Steeple sign Available at :
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Croup_steeple_sign.jpg
10. Laryngitis, NHS Direct Online Health Encyclopaedia.
,http://www.nhsdirect.nhs.uk/articles/article,

Anda mungkin juga menyukai