Anda di halaman 1dari 15

Pemeriksaan Nested PCR Urine dengan

target flagellin Gene (Flic) untuk


Diagnosis Demam Tifoid

dr. Fitriyana

Journal of Clinical Microbiology. June 2012


Volume 50 Number 6, p. 1964–1967
Abstrak

Tujuan : menilai efektivitas pemeriksaan


nested PCR urin sehingga dapat digunakan
untuk standar diagnosis demam tifoid.

Sampel : 60 subjek dengan kasus dugaan


demam tifoid dan 20 subjek sebagai kontrol.
Maret 2010 - Juni 2011

Spesimen : darah, urin dan feses.


PCR : flagellin gen (Flic) Salmonella enteric
subspecies enteric serotype Typhi
21 dari 22 sampel urin subjek (95,4%)
menghasilkan amplikon 343 bp, sedangkan
dari 20 sampel urin kontrol tidak ada yang
menghasilkan amplikon.

Sensitifitas sampel darah dan feses lebih


rendah dibanding urin yaitu masing-masing
90,9% dan 68,1%. Sedangkan untuk isolasi
kultur sensitivitasnya sangat rendah (31,8%)
Demam tifoid  infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella Typhi.

Bakteri ini menyebar secara fecal-oral

Banyak penelitian yang dilakukan untuk tes


diagnostik ideal

Gejala klinis hampir sama dengan penyakit infeksi


lainnya

Diagnosis  mendeteksi mikroorganisme atau


respon imun yang terjadi

Kultur sumsum tulang cukup sensitif ≠ sehari-hari


Baku emas berdasarkan rekomendasi WHO  mendekati
100% terkait sensitivitas dan spesifisitas serta nilai
prediksi positif dan negatif.

Amplifikasi berbasis PCR untuk deteksi S.typhi , spesimen


urin :

Hatta,dkk melaporkan sensitivitas deteksi nested PCR


pada darah, urin, feses, tes widal masing-masing 61,8%,
84,5%, 69,3%, 46,9% dan 39% pada kultur darah.

Ambati,dkk melaporkan hasil sensitivitas yang hampir


sama (82,7%) dari deteksi S.typhi dengan PCR
menggunakan sampel darah dan urin
• 1 ml urin untuk ekstraksi DNA
namun hasil sensitivitas S.typhi
Penelitian cukup memuaskan.
sebelumnya

• menilai efeksivitas nested PCR pada


kasus dugaan demam tifoid dengan
pemeriksaan urin yang lebih banyak
Penelitian ini (15 ml) untuk diagnosis
BAHAN DAN METODE
80 orang dengan kelompok
usia 3-45 tahun
60 pasien diduga menderita
demam tifoid
20 orang sehat sebagai
kontrol
60 kasus dugaan demam tifoid
29 (48,3%) usia 15- 4 (6,7%) usia 30
27 (45%) usia 3-15 th
30 th tahun

Jenis kelamin

41(68,3%) laki-laki 19 (31,7%) perempuan

20 subjek kontrol
8(40%) usia 3- 10 (50%) usia 2 (10%) usia 30
♂ : ♀ = 7:3
15 th 15-30 th tahun
22 kasus yang
• 22 subjek yang diduga diduga demam tifoid • 16 laki-laki
demam tifoid • 6 perempuan
• 20 sampel kontrol • 10 (45,5%) usia 3-15
th
• 11 (50%) usia 15-30 th
• 1(4,5%) usia 30 tahun.
Spesimen darah, Jenis kelamin =
urin, feses 8:3

Penelitian ini dilakukan selama Maret 2010 sampai Juni 2011 di Departemen
Mikrobiologi, Institute of Medical Sciences, Banaras Universitas Hindu,
Varanasi, India, bekerja sama dengan bagian Anak dan Kedokteran umum.
HASIL
PEMBAHASAN
Sampel : urin (15ml), feses (3 gr) dan darah (3ml)
untuk amplifikasi nested PCR dan ekstraksi DNA

Penelitian ini menggunakan sampel urin dalam


jumlah banyak sehingga dianggap lebih baik untuk
mendeteksi S.typhi pada kasus demam tifoid akut.

Semua sampel (22/22 [100%]) secara serologi


positif ( TO dan/atau TH/AH ≥1:160)  hasil
positif S.typhi pada satu atau lebih spesimen.

3 kasus peningkatan titer antibodi terhadap


S.typhi pada kontrol  infeksi kronik atau infeksi
S.typhi asimtomatik?
TERIMA KASIH
Telaah Kritis Uji Diagnosis

Validitas :

1. Apakah penelitian uji diagnostik dilakukan secara tersamar


dengan baku emas yang benar? Tidak

2. Apakah uji diagnostik dilakukan terhadap pasien dengan


spektrum penyakit atau kelainan yang memadai sehingga
dapat diterapkan dalam praktek sehari-hari ? Tidak

3. Apakah pemeriksaan dengan baku emas dilakukan tanpa


memandang hasil pemeriksaan dengan uji diagnostik? Tidak
Important :
• Apakah uji diagnostik ini memiliki sensitifitas dan spesifisitas
tinggi? Ya

Apply :
1. Apakah uji diagnostik tersebut tersedia, terjangkau, dan
akurat? Ya
2. Apakah kita dapat memperkirakan pre-test probability
(prevalens) penyakit pada pasien kita? Ya
3. Apakah post-test probability yang dihitung mengubah
tatalaksana? Tidak
4. Apakah secara keseluruhan uji diagnostik tersebut
bermanfaat bagi pasien? Ya

Anda mungkin juga menyukai