Anda di halaman 1dari 13

Tugas Biokimia II

Nama : Sandi Prasetya Saputra

Npm : 11700135

A. Metabolisme Lipid

1. Jelaskan pengaruh obesitas terhadap metabolisme lipid di dalam tubuh!


2. Jelaskan pengaruh hormon leptin terhadap metabolism lipid di dalam tubuh!
3. Jelaskan hubungan antara diabetik ketoastidosis dengan metabolism lipid di dalam tubuh!
4. Jelaskan pengaruh defisiensi enzim asil-KoA dehidrogenase terhadap metabolisme lipid
di dalam tubuh!
5. Jelaskan pengaruh pemberian non-steroid anti inflamatory Drugs terhadap metabolisme
lipid di dalam tubuh!
6. Jelaskan hubungan antara Respiratory Distress Syndrome dengan metabolisme lipid di
dalam tubuh!
7. Jelaskan peranan kombinasi antara obat golongan statin dengan bile acid sequestrant di
dalam mengobati hiperkolesterolemia!
8. Jelaskan hubungan antara terjadinya aterosklerosis dengan metabolisme lipid di dalam
tubuh!
9. Jelaskan peranan dari fosfatidilserin di dalam tubuh!
10. Jelaskan peranan kardiolipin di dalam proses apoptosisn sel!

Jawaban :

1. obesitas adalah kelebihan berat badan akibat dari penimbunan lemak yang berlebihan.
sebuah riset teranyar berskala besar yang dilakukan para peneliti di inggris dan denmark
menemukan adanya hubungan langsung antara indeks massa tubuh (bmi) tinggi dan
peningkatan risiko penyakit jantung. terdapat hubungan yang kuat antara obesitas dengan
sindroma metabolik. hal ini karena pada makanan terkandung sejumlah besar lemak
jenuh dan karbohidrat yang diasup sejak masa kanak-kanak, sehingga membentuk
hiperinsulinemia dan kegemukan. epidemi kegemukan dan diabetes di amerika serikat
berhubungan erat dengan minuman dan makanan komersial, menimbulkan asupan
sejumlah besar minuman bersoda dan jus buah, serta makanan yang mengandung indeks
glikemik yang tinggi. diet karbohidrat dan lemak memicu hiperinsulinisme, berkurangnya
oksidasi asam lemak dan hipertrigliseridemia. pada umumnya, terbentuknya obesitas
dengan sindroma metabolik diawali terbentuknya hiperinsulinemia, sementara beberapa
anak terbentuknya sindroma metabolik tanpa didahului kegemukan. hiperinsulinemia ini
akan menyebabkan perubahan profil lipid dan hipertensi dua hal yang yang merupakan
resiko utama penyakit kardiovaskular di masa dewasa. peningkatan sekresi insulin
memicu peningkatan sintesis asam lemak di hati dan jaringan adiposa, karena ambilan
makanan berlebihan yang disebabkan oleh hilangnya control keseimbangan energy oleh
protein leptin. trigliserida di dalam darah merupakan penanda akumulasi rantai panjang
coa, dan akan meningkatkan sintesis vldl (very-low-density lipoprotein). normalnya nafsu
makan akan tertekan oleh leptin dan insulin, namun diet tinggi lemak akan merangsang
nafsu makan. sindrom metabolik adalah kelompok dari abnormalitas metabolik baik lipid
maupun non-lipid pada seorang individu yang merupakan faktor resiko penyakit jantung
koroner. sindrom metabolik atau sindrom x merupakan kumpulan dari faktor-faktor risiko
untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada seorang individu.

2. hormon leptin diproduksi oleh sel-sel lemak dan disekresikan ke dalam aliran darah kita.
dengan efeknya yang mempengaruhi pusat-pusat tertentu pada otak, hormon leptin dapat
menurunkan nafsu makan seseorang. hormon leptin juga bertugas mengontrol tubuh
dalam mengelola lemak. karena leptin diproduksi oleh lemak, kadar leptin pada orang
yang obesitas cenderung lebih tinggi daripada orang yang memiliki barat badan normal.
namun, meski memiliki kadar hormon leptin yang tinggi, orang-orang yang obesitas tidak
lagi sensitif terhadap efek leptin, dan akibatnya mereka cenderung sulit merasa kenyang
bahkan ketika setelah makan. hingga saat ini penelitian terus dilakukan untuk mencari
tahu mengapa pesan-pesan dari leptin ini tidak sampai ke otak orang yang obesitas.

3. kad : suatu kedaruratan medik akibat gangguan metabolisme glukosa dengan tanda-tanda
hiperglikemia (kgd sewaktu > 300 mg/dl), hiperketonemia/ ketonuria mg/dl),
hiperketonemia/ ketonuria dan asidosis metabolik (ph darah < 7,3 dan bikarbonat darah <
15 meq/ l)

penyebab kad

a. penghentian pemberian insulin


b. penyakit atau keadaan yang meningkatkan kenaikan metabolisme sehingga
meningkatkan kenaikan metabolisme sehingga kebutuhan insulin meningkat (infeksi,
trauma) dan peningkatan kadar hormon anti insulin (glukagon, epinefrin, kortisol)
c. pasien baru dm tipe 1

ketoastidosis dan metabolisme lipid


1. defisiensi insulin akan menyebabkan lipolisis sehingga kadar asam lemak dalam darah
meningkat
2. asam lemak bebas kemudian diambil oleh hati yang selanjutnya dioksidasi menjadi
badan-badan keton (aseto asetat dan asam hidroksibutirat)
3. penimbunan badan keton atau hiperketonemia akan menyebabkan asidosis metabolik
4. hiperlipidemia dan asidosis akan menyebabkan hiperlipidemia dan asidosis akan
menyebabkan keseimbangan elektrolit terganggu, terutama na
5. pada kad sering terjadi pseudohiponatremia, sehingga perlu dilakukan koreksi dengan
rumus: na yang diukur + {glukosa (mmol/l –5,6} / 2
6. pada kad total body kalium rendah, sehingga walaupun pemeriksaan kalium darah
normal, kalium sebaiknya diberikan sejak awal tatalaksana.
4. metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel.
metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu
menggunakan katalisator enzim. lemak diserap melalui proses secara pasif dalam bentuk
gliserol asam lemak karena giserol larut dalam air. gliserol asam lemak masuk dalam
pembuluh darah dan dibawa ke hati. kemudian didalam hati dengan proses kimiawi
gliserol diubah menjadi glikogen. bersama metabolisme hidarat arang gliserol akan
menghasilkan tenaga. lemak yang dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut
colesterol. asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang.
asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan
senyawa karnitin. langkah-langkah masuknya asil koa ke dalam mitokondria dijelaskan
sebagai berikut.

1. asam lemak bebas (ffa) diaktifkan menjadi asil-koa dengan dikatalisir oleh enzim
tiokinase.

2. setelah menjadi bentuk aktif, asil-koa dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil
transferase i yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. setelah
menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokond

3. pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang
bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar

4.asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan koa dengan
dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase ii yang ada di membran interna
mitokondria menjadi asil koa dan karnitin dibebaskan.

5.asil koa yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi
beta.

pada proses oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5
tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom c dengan hasil akhir berupa
asetil koa. selanjutnya asetil koa masuk ke dalam siklus asam sitrat.menurut poedjiadi
(1994: 279-280), tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a) pembentukan asil koa dari asam lemak berlangsung dengan katalis enzim asil koa
sintetase yang disebut juga tiokinase.
b) reaksi kedua adalah reaksi pembentukan enoil koa dengan cara oksidasi. enzim asil koa
dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. koenzim yang dibutuhkan
dalam reaksi ini adalah fad yang berperan sebagai akseptor hydrogen. dua molekul atp
dibentuk untuk tiap pasang electron yang ditransportasikan dari molekul fadh2 melalui
sistem transport electron.
c) pada reaksi ketiga, enzim enoil koa hidratase merupakan katalis yang menghasilkan l-
hidroksiasil koa. reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap anatar c-2 dan c-
3.
d) reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil koenzim a menjadi
ketoasil koenzim a. enzim l-hidrokdiasil koenzim a dehidrogenase melibatkan nad yang
direduksi menjadi nadh.
e) tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan c-c, sehingga menghasilkan aseil koenzim
a dan asil koenzim a yang mempunyai jumlah atom c dua buah lebih pendek dari
molekul semula. asil koa yang terbentuk pada reaksi tahap 5, mengalami metabolisme
lebih lanjut melalui reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian seterusnya sampai
rantai c pada asam lemak terpecah menjadi molekul-molekul asetil koa. selanjutnya
asetil koa dapat teroksidasi menjadi co2 dan h2o melalui siklus asam sitrat (poedjiadi,
1994: 282). asetil koa yang dihasilkan dari oksidasi asam lemak tidak berbeda dengan
asetil koa yang dibentuk dari piruvat.
5. gastropati nsaid merupakan penyebab kedua gastropati setelah helicobacter pylori dan
penyebab kedua perdarahan saluran cerna bagian atas setelah rupturvarises oesophagus.
menurut data dari moskow ilmiah lembaga penelitian gastroenterology, pengobatan
dengan nsaid menyebabkan gastritis akut dalam 100% kasusdalam satu minggu setelah
awal pengobatan. lesi erosif gastrointestinal terjadi pada 20-40%pasien, yang menerima
secara teratur nsaid. sekali atau untuk perawatan waktu yang lama dengan tukak lambung
nsaid menyatakan di 12-30%, dan ulkus duodenum di 2-19%. untuk penangkal iritasi
tersedia sistem biologi canggih, dalam mempertahankan keutuhan dan pembaikan
mukosa lambung bila timbul kerusakan. sistem pertahanan mukosa gastrodeudonal
terdiri dari 3 rintangan yaitu

a. lapisan pre-epitel, sebagai tempat:


sekresi mukus : lapisan tipis pada permukaan mukosa lambung. cairan yang
mengandung asam dan pepsin keluar dari kelenjar lambung melewati lapisan
permukaan mukosa dan memasuki lumen lambung secara langsung tanpa kontak
langsung dengan sel – sel epitel permukaan lambung.
sekresi bikarbonat : sel - sel epitel permukaan lambung mensekresi bikarbonat kezona
batas adhesi mukus, membuat ph mikro lingkungan netral pada perbatasan dengan sel
epitel.
active surface phospholipid yang berperan untuk meningkatkan hidrofobisitas
membrane sel dan meningkatkan viskositas mucus.
b. lapisan epitel sebagai tempat:
kecepatan perbaikan mukosa yang rusak dimana terjadi migrasi sel - sel yang sehat ke
daerah yang rusak untuk perbaikan.
pertahanan seluler yaitu kemampuan untuk memelihara electrical gradient dan mencegah
pengasaman sel.
kemampuan transporter asam basa untuk mengangkut bikarbonat ke dalam lapisan mukus
dan jaringan sub epitel dan untuk mendorong asam keluar jaringan.
prostaglandin merangsang produksi mukus dan bikarbonat, yang mana akan menghambat sekresi
asam sel parietal. disamping itu, aksi vasodilatasi dari prostaglandin edan i akan
meningkatkan aliran darah mukosa. obat-obat yang menghambat sintesis prostaglandin,
misalnya nsaid akan menurunkan sitoproteksi dan memicu perlukaan mukosa lambung
dan ulserasi.
mekanisme nsaid menginduksi traktus gastrointestuinal tidak sepenuhnya dipahami.
dalam sebuah referensi,nsaid merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu
tropikal dan sistemik. kerusakan mukosa secara tropikal terjadi karena nsaid bersifat
asam dan lipofili, sehingga mempermudah trapping ionhydrogen masuk mukosa dan
menimbulkan kerusakan. efek sistemik nsaid lebih penting yaitu kerusakan mukosa
terjadi akibat produksi prostaglandin menurun secara bermakna.

peningkatan ekspresi molekul adhesi seperti molekul adhesi antar sel-1 oleh
mediatorpro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-α mengarah ke peningkatan adheren
dan aktivasi neutrofil-endotel. wallace mendalilkan bahwa pengaruh nsaid terhadap
neutrofil adheren mungkin berkontribusi terhadap patogenesis kerusakan mukosa
lambung melalui dua mekanisme utama: oklusi microvessels lambung oleh microthrombi
menyebabkan aliran darah lambung berkurang dan kerusakan sel iskemik, meningkatkan
pembebasan dari radikal bebas yang berasal dari oksigen. oksigen radikal bebas bereaksi
dengan poli asam lemak tak jenuh dari mukosa menyebabkan peroksidasi lipid dan
kerusakan jaringan. nsaid tidak hanya merusak perut,tetapi dapat mempengaruhi saluran
pencernaan seluruh dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi ekstraintestinal parah
seperti kerusakan ginjal sampai gagal ginjal akut pada pasien yang memiliki faktor risiko,
retensi natrium dan cairan, hipertensi arterial, dan,kemudian, gagal jantung.

6. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi
yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya
atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya
serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Penyebab
terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur adalah Respiratory
Distress Syndrome ( RDS ). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50%
pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka kejadian berhubungan dengan umur
gestasi dan berat badan dan menurun sejak digunakan surfaktan eksogen ( Malloy &
Freeman 2000). Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus.4,5
Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai
faktor penyebab terjadinya RDS. Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu
kemajuan di bidang kedokteran, karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan
tekanan ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji
coba klinik penggunaan surfaktan buatan, surfaktan dari cairan amnion manusia, dan
surfaktan dari sejenis lembu/bovine dapat dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan.
Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun sebagai terapi penyakit
pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan.

7. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan di mana kolesterol dalam tubuh sudah


melebihi kadar normal dalam darah. Kadar kolesterol yang berlebihan akan mengendap
di saluran peredaran darah sehingga menyempitkan saluran aliran darah tersebut dan
mengganggu sistem peredaran darah normal. Obat golongan Statin efektif untuk
menurunkan kadar LDL dan meningkatkan HDL, sehingga mencegah pembentukan plak
pada dinding pembuluh darah. Sedangkan obat golongan bile acid sequestrance dalah
obat tambahan yang digunakan untuk menurunkan LDL apabila kelompok statin tidak
mampu., karena obat golongan ini mempunyai kemampuan toleransi dan dalam
penurunan LDL lebih tinggi.

8. Aterosklerosis disebabkan karena adanya peningkatan kadar kolestrol plasma dan juga
triasilgliserol. Aterosklerosis ditandai dengan penimbunan kolesterol dan ester kolesteril
dari lipoprotein plasma ke dinding arteri. Penyakit ini dapat meningkatan berkepanjangan
kadar VLDL, IDL, sisa kilomikron, dan LDL dalam darah (misalnya diabetes militus,
nefrosis lipid, hipotiroidisme, dan penyakit hiperlipidemia lainnya) seringdisertai oleh
aterosklerosis yang bersifat prematur dan lebih parah. Juga terdapat hubungan terbalik
antara kadar HDL (HDL2) dan penyakit jantung koroner sehingga rasion kolesterol
LDL2 : HDL merupakan parameter prediktif yang penting. Hal ini konsisten dengan
fungsi HDL dalam trasnport kolesterol terbalik. Aterosklerosis juga dapat terpicu karena
diet tinggi kolesterol.
9. fosfolipid adalah sel lemak yang muncul; secara alami dalam otak, dan diantaranya
meliputi fosfatidil kolin, fosfatidil serin, fosfatidil etanolamin, dan fosfatidil inositol.
semua jenis fosfolipid meningkatkan daya lumas membran yang sangat penting bagi
tingkat respons antar sel, pemrosesan nutrisi, dan transfer informasi. fosfatidil kolin dan
fosfatidil serin diperkirakan dapat membantu ingatan dengan meningkatkan produksi
asetilkolin di otak dan mengaktifkan metabolisme dan daya lumas sel otak.fungsi dari
fosfolipid antara lain sebagai bahan penyusun membran sel. beberapa fungsi biologik
lainnya antara lain adalah sebagai surfaktan paru-paru yang mencegah perlekatan dinding
alveoli paru-paru sewaktu ekspirasi.

contoh :
kolin fosfotidilkolin
serin fosfotidilserin
metanolamin fosfotidilmetanolamin

10 . apoptosis adalah salah satu bentuk proses yang terjadi pada sel dimana sel
melekukantindakan bunuh diri saat dirasa dirinya dalam keadaan rusak, tidak dapat
melakukan pemulihansaat dirinya mengalami luka, atau pada saat sel tersebut tidak
diperlukan lagi sehingga akandilakukan perombakan. kardiolipin merupakan bagian dari
plasma lipo-protein. penelitian baru mengungkapkan bahwa terletak dalam mitokondria
dimana bekerja dalam aktivasi enzim dalam proses fosfolirasi oksidatif.
B. oksidan, anti –oksidan dan radikal bebas
1. jelaskan perbedaan antara oksidan dengan radikal bebas
2. jelaskan mekanisme terbentuknya radikal bebas yang berhubungan dengan proses
fosforilasi oksidasi
3. jelaskan mekanisme terbentuknya radikal bebas yang berhubungan dengan proses
respiratory burst
4. jelaskan mekanisme terbentuknya radikal bebas yang berhubungan dengan proses
degradasi dopamin
5. jelaskan mengapa suatu radikal bebas mempunyai tendesi untuk menyebabkan
terjadinya reaksi berantai
6. jelaskan mekanisme pembentukan anion hipoklorida dan bagaimana pengaruhnya
terhadap sel-sel tubuh
7. jelaskan mekanisme kerja preventif-antioxidant
8. jelaskan mekanisme kerja chain breaking antioxidant
9. jelaskan mekanisme terjadinya delokalisasi elektron
10. jelaskan mekanisme terbentuknya radikal bebas akibat proses yang dikatalisa oleh
nadh oksidase
Jawaban :
1. radikal bebas termasuk oksidan, tapi oksidan belum tentu radikal bebas. definisi radikal
bebas adalah suatu molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbit
terluarnya, jadi ia cenderung merebut elektron molekul lain agar ia menjadi stabil.dengan
demikian radikal bebas dapat mengoksidasi zat lain.
oksidan adalah zat yang bisa mengoksidasi zat lain tapi belum tentu ia berada dalam
keadaan kekurangan elektron pada orbit terluarnya.misalkan hidrogen peroksida (h2o2),
ia bisa mengoksidasi zat lain, misalkan lemak,tapi ia bukan radikal bebas sebab ia tidak
memiliki elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya.
2. Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu elektron tidak berpasangan pada
orbit terluarnya. Selama metabolisme oksidatif, banyak oksigen yang dikonsumsi akan
terkait pada hidrogen selama fosforilasi oksidatif, kemudian membentuk air. Akan tetapi,
diperkirakan bahwa 4-5% oksigen yang dikonsumsi saat bernapas tidak diubah menjadi
air, tetapi akan membentuk radikal bebas. Maka, konsumsi akan meningkat selama
pelatihan, juga akan terjadi peningkatan produksi radikal bebas dan peroksida lipid, yang
kemudian radikal bebas tadi akan menimbulkan respon inflamasi menyebabkan
kerusakan otot setelah pelatihan. Tubuh mempunyai sistem pertahanan antioksidan yang
tergantung dari asupan vitamin, antioksidan dan mineral dan produksi antioksidan
endogen seperti glutation. Vitamin A (betakaroten) ,C dan E adalah antioksidan dan
vitamin utama. (Clarkson dan Thompson,2000). Pada keadaan normal (saat istirahat)
sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh dapat secara mudah mengatasi radikal
bebas yang terbentuk. Selama waktu terjadi peningkatan pemakaian oksigen (contohnya
saat pelatihan) produksi radikal bebas diyakini berperan menyebabkan penyakit
kardiovaskuler, kanker, penyakit Alzheimer dan Parkinson.
Pada fosforilasi oksidasi terjadi proses reduksi co enzim Q ada yang tidak bisa teroksidasi
dan ada juga yang bisa teroksidasi. Dan yang teroksidasi membentuk anion superoksida
(O2) dan bereaksi dengan H2O2 yang dihasilkan oleh peroksisam dan membentuk
radikal hidroksil.
3. merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana
selfagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis.lebih
kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalamproduksi
superoksida. fagositik sel tersebut memiliki sistem membran boundflavoprotein
cytochrome-b-245 nadph oxidase. enzim membran sel sepertinadph-oxidase keluar dalam
bentuk inaktif. paparan terhadap bakteri yangdiselimuti imunoglobulin, kompleks imun,
komplemen 5a, atau leukotrien dapatmengaktifkan enzim nadph-oxidase. aktifasi tersebut
mengawali respiratory (abate c,1990) burst pada membran sel untuk memproduksi
superoksida. kemudian h2o2 dibentuk dari 7 superoksida dengan cara dismutasi bersama
generasi berikutnya dari oh dan hocl oleh bakteri.(albina je,1998)
4. a. Sumber endogen

1. Autoksidasi :
Merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang mengalami
autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom C yang tereduksi,
dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal
dan pembentukan kelompok reaktif oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal
radikal. Ion ferrous (Fe II) juga dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk
membuat superoksida dan Fe III melalui proses autoksidasi.1,2
2. Oksidasi enzimatik
Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang
cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in ischemia-reperfusion),
prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino acid oxidase. Enzim
myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi
ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat asam hipoklor.4
3. Respiratory burst
Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel
fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih
kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi
superoksida. Fagositik sel tersebut memiliki sistem membran bound flavoprotein
cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar
dalam bentuk inaktif. Paparan terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks
imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPH-oxidase.
Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada membran sel untuk memproduksi
superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida dengan cara dismutasi bersama
generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri.5,6
b. Sumber eksogen
1. Obat-obatan :
Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk
peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia dapat
mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok quinoid
atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin,
anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan.
Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen
aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan penggunaan asam
askorbat dalam jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak.2,4
2. Radiasi :
Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal
bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel
elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer dengan cara
memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat
mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler.1
3. Asap rokok :
Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan yang
besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap tembakau
menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang
dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai
bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan
radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan hingga
menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan
radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang
relatif stabil dalam fase tar. Contoh radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties
dihasilkan dari bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil berulang
merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam jaringan paru
perokok. Besi dalam bentuk tersebut meyebabkan pembentukan radikal hidroksil yang
mematikan dari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa perokok mengalami
peningkatan netrofil dalam saluran napas bawah yang mempunyai kontribusi pada
peningkatan lebih lanjut konsentrasi radikal bebas.

5. radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan, karena radikal bebas
mempunyai reaktifitas lebih tinggi untuk mencapai kondisi stabil, oksigen radikalakan
menangkap elektron dari senyawa-senyawa penyusun sel maupun organ, baik
karbohidrat,protein ataupun lemak.

radikal bebas → merusak dna sel → pertumbuhan sel abnormal→ sel kanker / tumor.

radikal bebas → menyerang organel-organel sel → kematian sel → penurunan fungsi


organ danpenyakit degeneratif.

radikal bebas → memicu atherosclerosis,merusak kontrol sistim imun tubuh → penyakit


autoimun.

6. Anion adalah atom negatif bila kelebihan elektron.Anion atau ion negatif terletak pada
golongan utama dan tergantung pada kelarutan garam-garamnya, baik itu garam perak,
garam kalsium, garam barium, ataupun garam zinknya. Anion bermuatan negatif ion, dan
sering terbentuk dari atom atau molekul yang memiliki elektron lebih dari proton. Anion
sering dikombinasikan dengan kation untuk membuat garam, yang penting dalam tubuh
manusia. Partikel-partikel ini berperan dalam banyak proses biologis penting, dari
produksi hormon pembentukan DNA.

7. pada dasarnya tujuan antioksidan ini mencegah terjadinya radikal hidroksil, yaitu radikal
yang paling berbahaya. diperlukan tiga komponen untuk terbentuknya radikal hidroksil,
yaitu logam transisi fe atau cu, h2o2dan ion superoksid. agar reaksi fenton tidak terjadi,
maka harus dicegah keberadaan ion fe2+atau cu2+ bebas. untuk itu berperan beberapa
protein penting, yaitu transferin atau feritin (untuk fe) dan seruloplasmin atau albumin
(untuk cu). penimbunan ion superoksid (o2-)dapat dicegah oleh enzim sod (superoksid
dismutase) dengan mengkatalisis reaksi dismutase ion superoksid:2o2-+ 2h+ h2o2+
o2penimbunan h2o2 dapat dicegah melalui aktivitas dua enzim,yaitu katalase
(mengkatalisis reaksi dismutasi h2o2) dan peroksidase. Preventive antioxidant adalah
proses pencegahan akumulasi radikal bebas dengan cara antioksidan yang bertugas untuk
menangkap spesi teroksidasi sebelum kerusakan terjadi.
8. berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
antioksidan primer (antioksidan endogen atau antioksidan enzimatis). contohnya enzim
superokside dismutase, katalase, dan glutation peroksidase. enzim-enzim ini mampu
menekan atau menghambat pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi
berantai dan mengubahnya menjadi produk lebih stabil. reaksi ini disebut sebagai chain-
breaking-antioxidant.

9. Mekanisme delokalisasi elektron pemindahan dari NADH ke O2 berawal dari pemberian 2


elektron dari NADH ke kompleks protein pertama dalam rantai, NADH dehidrogenase,
komplek yang berukuran sangat besar ini yang terdiri dari banyak subunit protein,
menggandung flavin mononukleotida (FMN) dan pusat besi sulfur (Fe-S). FMN menerima
elektron dari NADH dan mampu menyalurkan elektron tunggal ke pusat Fe-S, NADH
dioksidasi menjadi NADH+ yang dapat kembali ke siklus asam trikarbosilat atau jalur
metabolik lain untuk menerima elektron. Pusat Fe-S yang mampu menyebabkan
delokalisasi elektron dan memberinya orbital yang sangat besar, berperan dalam
pemindahan elektron ke dan dari KoQ.
10. Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan salah satu elektron pada lapisan terluarnya,
sehingga mereka cenderung mencari dan menangkap elektron dari molekul yang lain
untuk menetralisasikan diri mereka. Radikal bebas dapat berupa Reactive oxygen species
(ROS) dan Reactive nigtrogen species (RNS). Contoh ROS adalah anion superoksida,
hidrogen peroksida (H2O2), radikal hidroksil, radikal peroksil, hidroperoksida organik,
singlet oksigen, ozon (O3). Contoh RNS adalah nitrik oksida, peroksida nitrit, asam
peroxynitrous (ONOOH), nitrogen dioksida (NO2). Sumber radikal bebas dalam tubuh
adalah mitokondria, NADPH oksidase, dan 5- lipoksigenase. Uraian masing-masing
sumber radikal bebas terdapat pada sub bab berikut : Mitokondria Proses respirasi sel yang
terjadi di mitokondria menghasilkan radikal bebas, yakni semiquinone atau
ubisemiquinone. Setelah itu, terjadi proses transpor elektron ke oksigen yang
menghasilkan molekul radikal anion superoksida. selanjutnya diubah oleh enzim
dismutase (SOD) menjadi H2O2. H2O2 dapat membentuk radikal hidroksil dalam
mitokondria. ROS ini sendiri dapat menyebabkan kerusakan DNA mitokondria, membran
lipid, dan protein; yang kemudian berimplikasi pada disfungsi mitokondria dan kematian
sel.
NADPH oksidase merupakan kompleks enzim membrane-coupled pada sel fagositik
maupun sel non fagositik. Proses transfer elektron dari NADPH di dalam sel melalui
membran menyebabkan terjadinya penggabungan elektron dan O2 yang menghasilkan,
yang selanjutnya membentuk H2O2. Walaupun menghasilkan radikal bebas, defisiensi
NADPH oksidase dapat menyebabkan immunosupresi dan proses otokonogenesis terhenti.
Peningkatan aktivitas dari NADPH oksidase menyebabkan berbagai penyakit seperti sakit
jantung dan pembentukan neurode.

Anda mungkin juga menyukai