PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Golongan sulfonylurea cenderung meningkatkan berat badan. Bila pemberian
dihentikan, obat akan bersih dari serum sesudah 36 jam.(15)
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah efek glibenklamide pada pasien diabetes mellitus tipe 2 ?
C. Tujuan
Mengetahui efek glibenklamide pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
D. Manfaat
1. Sebagai pengetahuan kepada masyarakat apa saja efek glibenklamide
pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
2. Sebagai referensi apa saja glibenklamide pasien diabetes mellitus tipe 2.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabts yang berarti pipa
air melengkung (syphon).(11) Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam
mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh
sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi
insulin) atau justru gabungan dari keduanya.(1)
Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dengan etiologi
multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan
memengaruhi metabolisme karbohidrat, protein serta lemak.(3)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2003, diabetes
melitus merupakan sutau kelompok penyakit metabolik dengan karaketristik
hipoglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.(9)
3
tepat di dalam hati, atau penurunan sentivitas reseptor insulin perifer.
Faktor genetik merupakan hal yang signifikan, dan DM tipe ini
dipercepat oleh obesitas serta gaya hidup yang tidak sehat.(6)
2. Komplikasi
B. Farmasi-Farmakologi
1. Sifat Fisiko Kimia dan rumus kimia obat
4
Gambar 1 : Rumus Kimia Glibenklamide
2. Farmasi Umum
a) Dosis
Dosis umum pemakaian glibenklamid adalah 2,5 mg hingga 5 mg
dalam satu hari. Dosis akan direvisi atau bisa diubah sesuai dengan
respon tubuh terhadap obat.
b) Cara penggunaan
Glibenklamid yang masa kerjanya panjang dapat diberikan 1 kali
sehari sebelum atau bersama sarapan.
3. Farmakologi umum
Resorpsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap, sebagian besar
terikat pada protein antara 90-99%. Plasma t nya glibenklamid 6-7 jam.
a) Indikasi Glibenclamid
Obat penurun gula darah bagi penderita kencing manis
(diabetes).Terdapat beberapa golongan obat diabetes. Glibenclamid
termasuk dalam golongan obat yang disebut sebagai sulfonilurea.
Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan hormon
insulin. Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk membantu
5
pemasukan gulakose dalam sel-sel otot sehingga otot dapat
menggunakannya sebagai sumber energi. Pada penderita diabetes,
terjadi kekurangan insulin atau tidak berfungsinya insulin yang ada.
b) Kontraindikasi Glibenklamid
Tidak boleh diberikan pada diabetes melitus juvenil, prekoma,
koma diabetes, gangguan fungsi ginjal berat, gangguan fungsi hati,
gangguan fungsi tiroid atau adrenal, pasien yang mengalami operasi
dan wanita hamil.
C. Farmakodinamik
Sering disebut insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi
insulin dari granulgranul sel beta langerhans pankreas. Rangsangannya
melalui interaksinyadenganATPsensitiveKChannelpadamembraneselsel
yang menimbulkandepolarisasimembrandankeadaaniniakanmembuka
kanalCa. DenganterbukanyakanalCamakaionCa++akanmasukkesel ,
merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin
dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptidaC. Selain itu, sulfonilurea
dapatmengurangiklirens insulindihepar.
D. Farmakokinetik
6
jam.Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalan
hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid, menghasilkan satu
metabolit dengan aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif.Metabolit
utama (M1) merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans, metabolit kedua
(M2) merupakan hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit lainnya belum
teridentifikasi.Semua metabolit tidak ada yang diakumulasi.Hanya 25-50 %
metabolit diekskresi melalui ginjal, sebagian besar diekskresi melalui empedu
dan dikeluarkan bersama tinja.Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16 jam, dapat
bertambah panjang apabila terdapat kerusakan hati atau ginjal. Bila
pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum setelah 36 jam.
Glibenklamid tidak diakumulasi di dalam tubuh, walaupun dalam pemberian
berulang.Glibenklamide memiliki sedikit efek yang tidak diinginkan selain
dari potensinya untuk menyebabkan hipoglikemia.Warna kemerahan pada
wajah (flushing) jarang dilaporkan setelah mengkonsumsi ethanol. Gliburide
tidak menyebabkan retensi air-seperti yang terjadi pada chlorpromide-tetapi
sedikit meningkatkan klirens air bebas.
E. Toksisitas
1. Efek samping
Efek samping glibenclamide umumnya ringan dan frekuensinya
rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf
pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, dan
hipersekresi asam lambung. Gangguan susunan syaraf pusat berupa sakit
kepala, vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala hematologik
termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulositosis dan anemia
aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Hipoglikemia dapat terjadi
apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan
fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipogikemia sering diakibatkan
oleh obatobat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang. Golongan
sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan.Adverse
reactionHipoglikemik, CNS (asthenia, tremor, nyeri, insomnia, depresi,
7
konfusi), dermatologic (reaksi alergi kulit, eksema, pruritis, urtikaria), GI
(mual, rasa terbakar), hematologi (leukopenia, agranulositosis,
eosinofilia). Beberapa pengaruh diantaranya :
a) Terhadap Kehamilan :
Penggunaan OHO golongan sulfonilurea tidak dianjurkan pada
wanita hamil Glibenklamid tidak terbukti secara signifikan dapat
melintasi plasenta, namun sebuah penelitian retrospektif
menunjukkan bahwa risiko terjadinya eklampsia pada penggunaan
glibenklamid lebih tinggi dibandingkan penggunaan insulin,juga
meningkatkan insidensi fototerapi pada neonatus.
b) Terhadap Ibu Menyusui :
Penggunaan OHO golongan sulfonilurea tidak dianjurkan pada
ibu menyusui, walaupun tidak terkumpul bukti signifikan yang
menunjukkan glibenklamid dapat memasuki ASI jika diberikan pada
ibu menyusui.
8
l) Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi glukosa dan mempunyai efek
aditif terhadap OHO
m) Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan efek hipoglikemik dan
menutupi gejala peringatan, misalnya tremor
n) Penghambat ACE: dapat menambah efek hipoglikemik
o) Urikosurik: sulfinpirazona meningkatkan efek sulfonilurea.
BAB III
PENELITIAN LAIN
9
Kelompok 1 yang mendapat plasebo mengalami peningkatan rerata kadar
kolesterol LDL. Sedangkan pada kelompok 2 yang mendapat glibenklamid 5
mg/kgBB/hari, kelompok 3 yang mendapat kuersetin 20 mg/kgBB/ hari dan
kelompok 4 yang mendapat kombinasi keduanya mengalami penurunan kadar
kolesterol LDL secara bermakna pada pengukuran pos tes. Pada uji perbedaan
rerata kolesterol LDL antar kelompok pada pengukuran pos tes didapatkan
kelompok 4 yang diberi kombinasi kuersetin dan glibenklamid memiliki
rerata kadar LDL serum lebih rendah secara bermakna dibandingkan
kelompok yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi kuersetin dan
glibenklamid menurunkan kadar kolesterol lebih baik secara signifikan dari
pada tanpa kombinasi maupun plasebo (p<0.05). Kuersetin menurunkan
kadar kolesterol LDL lebih baik secara signifikan dari pada plasebo (p<0.05).
10
kortikosteroid dan 1 Penggunaan kombinasi ekstrak menunjukkan penurunan
kadarglukosa darah puasa rata-rata 9,25 mg/dL, glukosa darah 2 jam
postprandial (PP) 22,25 mg/dL, HbA1c 1,30%,serta insulin 12,57 mg/dL bila
dibandingkan dengan baseline glibenklamid rata-rata kadar glukosa darah
puasa72,37 mg/dL, glukosa darah 2 jam PP 114,25 mg/dL, dan HbA1c
4,12%, tetapi meningkatkan insulin 3,34 mg/dL. Kombinasi ekstrak tidak
mempengaruhi fungsi hati, ginjal, dan profil hematologi. Kesimpulannya
kombinasi ekstrak memiliki efek antidiabetes tetapi efek yang ditimbulkan
tidak sebaik glibenklamid.
11
masing). Pada kelompok gliclazide, rata ketebalan intima-media (IMT) pada
arteri karotis meningkat selama masa follow-up, tapi perubahan tahunan rata-
rata ketebalan intima-media (IMT) pada arteri karotis secara signifikan lebih
kecil dari kelompok glibenclamide (p = 0,005). Analisis regresi multivariabel
menunjukkan bahwa pemberian metformin atau gliclazide secara signifikan
(p <0,05) mengurangi perkembangan rata-rata ketebalan intima-media (IMT)
pada arteri karotis, dibandingkan dengan glibenclamide monoterapi.
Kesimpulan / interpretasi. Data ini menunjukkan bahwa metformin atau
gliclazide memiliki efek anti-aterogenik lebih baik daripada glibenklamid
pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
12
pasien. Tidak ada efek samping yang diamati dan ada tidak adanya episode
hipoglikemia.
Kesimpulan dari penelitian ini Glimepirid 1-6 mg sekali sehari dan
glibenklamid 5-20 mg sehari-hari adalah obat-obat yang efektif untuk orang
Nigeria dengan DM tipe 2.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
terdapat di sel otot jantung dan sel otot polos. Berbagai Sulfonylurea yang
beredar selama ini ternya mempunyai reseptor yangberbeda.Pada membran
sel beta didapat SUR-1 sedangkan pada membran sel otot jantung dan otot
skelet didapat SUR-2A dan membran sel otot polos SUR-2B.Karena
golongan SU ini termasuk insulin secretagouge maka semua mempunyai
SUR-1 sehingga terjadi sekresi insulin, tetapi tidak semua SU mempunyai
reseptor di organ jantung, seperti Tolbutamid, Glicazide, dan
glimepiride.Dengan terjadi ikatan SU dengan reseptornya pada jaringan organ
jantung dapat memberi keuntungan melalui mekanisme relaksasi sel otot
polos pembuluh darah yang memperbaiki aliran pada koroner, mengurangi
kerusakan jaringan miokard akibat iskemia, dan proteksi kardiomiosit dari
pembentukan energi mitokondria. Phenomena miokard toleran terhadap
periode iskemia ( setelah terjadi iskemia yang lama dapat menyebabkan
sedikit kerusakan dibanding dengan kondisi yang tidak terjadi iskemia ) yang
dikenal sebagai prekondisional iskemia.
15
mempunyai kadar gula darah dengan kontrol yang buruk akibat terjadi
kegagalan sekunder.
UKPDS menyimpulkan bahwa 53% penderita baru DMT2 dengan terapi
Sulfonilurea, setelah 6 tahun ternyata memerlukan terapi tambahan insulin
dalam upaya mengontrol glikemiknya.Sedangkan pada penelitian lainnya,
menyimpulkan bahwa DMT2 dengan terapi kombinasi konvensional lebih
awal antara SU dengan metformin, meningkatkan tercapainya glikemik
kontrol dengan baik.Hambatan utama dalam mencapai hasil yang baik dalam
pengelolaan DMT2 adalah kompleksnya patofisiologi DMT2, keterbatasan
pengobatan dan kepatuhan yang buruk dari penderita.Salah satu keterbatasan
ini adalah adanya patofisiologi DMT2 sangat komplek, yaitu adanya
kegagalan sekresi insulin dan resistensi insulin yang mendasar kelainan
selanjutnya.Apabila kedua keadaan tersebut terjadi pada saat bersama dan
timbul secara simultan menyebabkan hiperglikemia yang manifest sebagai
DMT2.Dua hal yang menarik perhatian insulin secretagouge yang berpotensi
terjadi efek kardiovaskuler yang tidak diharapkan. Pertama, Secara teoritis
peningkatan kadar insulin yang tinggi mempromosi proses atherosklerotik,
walaupun pada penelitian invivo terakhir dijelaskan bahwa secara klinis tidak
berdasar alasan tersebut serta penelitian UKPDS memperlihatkan bahwa
penurunan HbA1c berhubungan dengan penurunan risiko 3-4 kali kejadian
infark miokard. (10). Hal kedua adalah perhatian terhadap kemungkinan SU
mempunyai efek kardiotoksik, yang dihubungkan dengan inhibisi reseptor SU
pada jantung (kardiomiosit) lebih besar atau lebih kecil, seperti juga terjadi
pada pancreas. Adanya kontroversi penggunaan SU terkait dengan adanya
efek farmakologi yang sama pada sel kardiomiosit, seperti adanya sifat
aterogenititas insulin serta Insulin secretagogue mempunyai efek
kardiovaskuler yang tidak diharapkan (adverse effect). Walaupun demikian
tidak semua SU bisa menyebabkan gangguan yang sama pada system
kardiovaskuler.
16
C. Keterbatasan SU sebagai terapi tunggal Obat anti diabetes.
UKPDS mendapatkan hampir seperempat penderita DMT2 dengan
control glikemik yang baik ( A1C< 7%) selama menjalani pengobatan 3
tahun. Sedangkan hampir setengahnya penderita yang mendapat terapi SU
selama 3 tahun akan mendapat insulin dan control glikemik baru tercapai
pada tahun ke 6-9. Hal ini menggambarkan adanya konsistensi kerusakan
pada sel beta pancreas yang mendapatkan terapi tunggal OAD, artinya dengan
perencanaan makan, aktifitas fisik dan pemberian OAD tunggal akan terjadi
kegagalan sekunder, sehingga menyebabkan kontrol glikemik yang makin
memburuk. (10)
Untuk mencapai efek terapi maksimal diperlukan cara penggunaan obat
yang benar sebagai contoh penggunaan obat glibenklamid yang benar adalah
30 menit sebelum makan dengan menggunakan maksimal dua kali sehari
pada pagi hari sebelum makan dan sebelum makan siang. Diberikan 30 menit
sebelum makan bertujuan agar obat dapat merangsang keluarnya insulin
sehingga dapat mengatasi peningkatan gula darah setelah makan ( McEvoy,
2002).
Selain cara penggunaan obat yang benar, efek samping yang minimal
juga dibutuhkan untuk mencapai efek terapi yang maksimal dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup pasien. Efek samping glibenklamid yang harus
diwaspadai adalah hipoglikemia karena dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran (koma). Tanda-tanda yang muncul pada saat hipoglikemia antara
lain adalah berkeringat, gemetar, muka pucat, jantung berdebar, dan merasa
lapar. Untuk mengatasi hipoglikemia ringan dimana pasien masih sadar cukup
diberikan gula atau minuman yang mengandung gula, tetapi bila hipoglikemia
sudah berat dimana pasien dimana pasien kehilangan kesadaran maka larutan
gula diberikan secara intravena (Katzung, 2004).
17
BAB V
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa orang tentang manfaat
glibenklamid pada pasien diabetes mellitus tipe 2, dapat disimpulkan bahwa:
18
BAB VI
CONCLUSION
From the research that has been done by some people about the benefits of
glibenclamide in patients with diabetes mellitus type 2 , it can be concluded that :
1. The combination of quercetin and glibenclamide can lower LDL
cholesterol levels in mice with type 2 diabetes.
19
Daftar Pustaka
11. Nugroho, Agung E. 2006. Hewan Percobaan Diabetes Melitus : Patologi Dan
Mekanisme Aksi Diabetogenik, BIODIVERSITAS, Vol. 7 No. 4, hal.379.
20
12. Puepet H F, Onwuegbuzie AG, Ugoya OS. 2007. Clinical Trial Of
Glimepiride Compared With Glibenclamide For Efficacy And Safety In Type
2 Diabetes Mellitus In Jos, Nigeria. Highland medical Research Journal Vol.5
13. Sacher RA, Mc Pherson RA. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium 11th Ed., EGC, Jakarta, hal.519
14. Setiawan A, dkk. 2011. Efek Anti diabetes Kombinasi Ekstrak Bawang Putih
(Allium sativum Linn.) dan Rimpang Kunyit (Curcumma domestica Val.)
dengan Pembanding Glibenklamid pada Penderita Diabetes MelitusTipe 2.
MKB, Vol. 43, No. 1
16. Yuriska A, Komala PSR. 2009. Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah
Tikus Wistar, Universitas Diponegoro, Semarang.
17. World Health Organization. 1993. Research guidelines for evaluating the
safety and efficacy of herbal medicines. Manila : WHO on regional office for
the western pacific.
21