Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan
tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki
dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Herpes zoster terjadi
padaorang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela,virus
yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya
tahan tubuh menurun.

Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.
Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat
hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam
subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes
alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini
padasaatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta
mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan
virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.

Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit
radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara
berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan
Herpes Zoster.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama
dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal
paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster
atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.

Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari
pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat
perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan
berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.

Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama
dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal
paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster
atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.

Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari
pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat
perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan
berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Herpes Zoster

2. Untuk mengetahui Patogenesis dari Penyakit Herpes Zoster.

3. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh Penyakit Herpes Zoster.

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Penyakit Herpes Zoster.

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Penyakit Herpes Zoster.


BAB II
TINJAUAN KASUS

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua
yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas
pada dermatom yang dipersyarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik
dari nervus kranialis.
Herpes zoster (shingles, cacar monyet) merupakan kelainan inflamatorik viral dimana
virus penyebabnya menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri disepanjang distribusi saraf
sensorik dari satu atau lebih ganglion posterior.

B. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai kapsid
yang tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter
100nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang
bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organic, detergen,
enzim proteolitik, panas, dan lingkungan pH yang tinggi.

C. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau
replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf
sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa
anakanak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya
dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area
dermatom.
Faktor Resiko Herpes zoster

1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri.

2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan


leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.

3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster

Trauma / luka

Kelelahan

Demam

Alkohol

Gangguan pencernaan

Obat obatan

Sinar ultraviolet

Haid

Stress
D. Patogenesis
Selama terjadinya infeksi varisela VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan
mukosa keujung serabut saraf sensorik. Kemudian secar sentripetal virus ini membawa melalui
serabut saraf sensorik tersebut menuju ganglion saraf sensorik. Dalam ganglion ini virus
memasuki masa laten dan disini tidak infeksius dan tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun
tidak berarti kehi;angan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi reaktivasi virus.
Virus mengalami multiplikasi dan menyebar didalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada
saraf sehingga terjadi inflamasi yang berat, dan biasanya disertai neuralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik sehingga terjadi neuritis.
Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang khas
untuk erupsi hepes zoster.
1) Neuralgia pascaherpetika adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan.
Neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-bulan sampai berapa tahun. Keadaan ini cenderung
terjadi pada penderita diatas usia 40 tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi.
2) Infeksi sekunder oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan
meninggalkan bekas sebagai sikatriks.
3) pada sebagian penderita dapat terjadi paralisis motorik terutama jika virus juga menyerang
ganglion anterior, bagian motorik kranialis. Terjaqadinya biasanya 2 minggu setelah timbulnya
erupsi.

E. Manifestasi klinik
Herpes zoster biasanya mengenai suatu dermatom, dimana yang paling sering biasanya
adalah pada dada dan perut. Timbulnya erupsi mungkin didahului oleh rasa nyeri di daerah
dermatom, dimana hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis sebagai kelainan
dibagian dalam. Rasa nyeri bisa bersifat membakar (panas), tajam (seperti tersayat atau robek),
menusuk atau berupa perasaan pegal. Lesi berupa sederetan kelompok vesikel unilateral dengan
dasar kulit yang eritematosa.
Isi vesikel pada mulanya jernih, kemudian menjadi keruh. Bisa berupa vesikel-vesikel
yang menyebar menjauhi bagian tengah tubuh, dan pada usia lanjut cenderung lebih banyak.
Selain itu, vesikel yang menyebar luas (zoster diseminata) juga terdapat pada orang-orang
dengan imunosupresi,
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom
yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang keluarnya erupsi. Gejala konstitusi
seperti sakit kepala, malaise, dan demam terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak)
dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi lokalisata dan hampir
selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umunya lesi terbatas pada
daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi dimulai dengan makulo papula eritematus. 12-24 jam kemudian terbentuk
vesikula yang dapat berubah menjadi pustule pada hari ke 3. Seminggu sampai 10 hari
kemudian, lesi mongering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap 2-3 minggu.
Herpes zoster pada orang dewasa yang sehat biasanya terlokalisasi dan bersifat
benigna. Namun pada pasien yang sistem kekebalannya terganggu penyekit tersebut dapat
menjadi berat dan perjalan kliniknya bisa menimbulkan ketidakmampuan yang akut, Keluhan
yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua.
Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsinya cepat menyembuh, Rasa
sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah
menghilang.
Menurut daerah penyerangannya dikenal :
1) Herpes zoster oftalmika : menyerang dahi dan sekitar mata
2) Herpes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan
3) Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut
4) Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paka
5) Herpes zoster otikum : menyerang telinga.

Gangguan pada nervus fasialis dan otikus dapat menimbulkan sindrom ramsay-hunt
dengan gejala paralisis otot-otot muka (bells palsy), tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, dan nausea.
Bentuk-bentuk lain herpes zoster :
1) Herpes zoster hemoragika : vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah kehitaman
karena berisi darah
2) Herpes zoster abortivum : penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang singkat dan
erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil.
3) Herpes zoster generalisata : kelainan kulit yang unilateral dan segmental disertai kelainan
kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dan umblikasi. Kasus ini terjadi pada
orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya dengan penderita
limpoma maligna.
4) Zoster sakralis : keterlibatan segmen-segmen sacral bisa menyebabkan retensi urin akut di
mana hal ini bisa dihubungkan dengan adanya ruam kulit
5) Zoster trigeminalis : herpes zoster bisa menyerang setiap bagian dari saraf trigeminus,
tetapi yang paling sering terkena adalah bagian oftalmika. Gangguan mata seperti konjungvitis,
keratitis dan atau iridosiklitis bisa terjadi bila cabang nasosilaris dari bagian oftalmika terkena
(ditunjukkan oleh adanya vesikel-vesikel di tepi hidung). Infeksi pada bagian maksila dari saraf
trigeminus menimbulkan vesikel-vesikel unilateral pada pipi dan pada palatum.
6) Zoster motoris : kadang-kadang selain lesi kulit pada dermatom sensoris, serabut saraf
motoris bisa juga terserang yang menyebabkan terjadinya kelemahan otot.

F. Gejala Klinik
Varicella zoster virus (VZV) merupakan salah satu dari delapan herpes virus yang
diketahui menjangkiti manusia (dan vertebrata lainnya). Ia sering menyebabkan cacar air pada
anak-anak; juga penyakit sinanaga (herpes zoster) dan postherpetic neuralgia (sakit saraf kulit)
pada orang dewasa.
Infeksi utama VZV adalah cacar air (varicella), yang jarang mengakibatkan komplikasi
termasuk ensefalitis (radang akut pada otak) atau pneumonia (radang paru-paru). Bahkan bila
gejala klinis cacar air sudah terselesaikan, VZV menjadi dorman (tidak aktif) dalam sistem saraf
orang yang terinfeksi (namun suatu saat bisa menjadi aktif lagi).
Sekitar 10-20 % kasus, VZV nantinya menjadi aktif kembalii yang dikenal sebagai
penyakit herpes zoster atau ruam saraf. Komplikasi serius dari sinanaga termasuk postherpetic
neuralgia, zoster multiplex, myelitis (radang saraf otak), herpes ophthalmicus, dan zoster sine
herpete.
Virus Varicella zoster dapat laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di
sel non-neuronal satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomic
ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Dalam sebuah individu yang immunocompromised
(kekebalan tubuh rendah), beberapa tahun atau dekade setelah terkena infeksi cacar air, virus
dapat muncul lagi pada sel-sel saraf dan menular melalui saraf axons menyebabkan infeksi kulit
di daerah yang mengandung syaraf.

G. Penyebab
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.
Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat
hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam
subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa
biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada
saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta
mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan
virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
Infeksi awal oleh virus varicella-zoster (yang bisa berupa cacar air) berakhir dengan
masuknya virus ke dalam ganglia (badan saraf) pada saraf spinalis maupun saraf kranialis dan
virus menetap disana dalam keadaan tidak aktif.
Herpes zoster selalu terbatas pada penyebaran akar saraf yang terlibat di kulit
(dermatom).
Virus herpes zoster bisa tidak pernah menimbulkan gejala lagi atau bisa kembali aktif
beberapa tahun kemudian.
Herpes zoster tejadi jika virus kembali aktif. Kadang pengaktivan kembali virus ini
terjadi jika terdapat gangguan pada sistem kekebalan akibat suatu penyakit (misalnya karena
AIDS atau penyakit Hodgkin) atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan. Yang
sering terjadi adalah penyebab dari pengaktivan kembali virus ini tidak diketahui.
Virus menyebar dari satu atau lebih sepanjang ganglia sepanjang saraf dan menulari
segmen dermatome (daerah kulit yang disuplai oleh saraf tulang belakang) menyebabkan sakit
ruam. Meskipun biasanya ruam dapat sembuh sendiri dalam waktu dua sampai empat bulan,
beberapa pengalaman penderita masih merasakan sisa sakit syaraf selama berbulan atau
bertahun-tahun, suatu kondisi yang disebut postherpetic neuralgia.

Penularan
a. Kontak langsung dengan lesi aktif
b. Sekresi pernafasan.
c. Herpes zoster hanya dapat terjadi setelah kita mengalami cacar air. Jika orang yang sudah
menderita cacar air berhubungan dengan cairan dari lepuh herpes zoster, kita tidak dapat
tertular herpes zoster. Namun, kita yang belum menderita cacar air dapat terinfeksi herpes
zoster dan mengembangkan cacar air. Jadi kita yang belum terinfeksi harus menghindari
hubungan dengan ruam herpes zoster atau dengan bahan yang mungkin sudah menyentuh ruam
atau lepuh herpes zoster.

Penularan bisa terjadi melalui kontak udara yang terkontaminasi khususnya pada banyak
orang di dalamnya seperti sekolah. Bisa juga terjadi penularan melalui sentuhan kulit antar
individu.

Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi.Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus
tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster
yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen.
Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko
terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita
imunokompeten, serta imunosupresi.

Tanda-tanda dan gejala


Herpes zoster biasanya memiliki gejala-gejala ringan, tetapi komplikasi dapat terjadi,
mulai dari ringan sampai mengancam nyawa itu. Infeksi herpes zoster merujuk pada sebuah
gangguan terjadi pada sistem kekebalan tubuh pasien atau sebuah manifestasi dari
keterlibatannya, Pada pasien tertentu, perawatan dini dengan antivirus dan kortikosteroid
mungkin telah menunjukkan penurunan durasi penyakit dan untuk mencegah atau memperbaiki
komplikasi.

Gejala awal herpes zoster yaitu sakit kepala, demam, dan rasa tidak nyaman, ini
merupakan gejala-gejala yang nonspecific, dan dapat mengakibatkan salah diagnosa. Gejala ini
biasanya diikuti oleh sensation rasa sakit membakar, gatal, hyperesthesia (oversensitivity), atau
paresthesia ( gelisah, rasa geli, ditusuk-tusuk, dan mati rasa).

Rasa sakit mungkin ekstrim terasa pada dermatome (lapisan kulit), dengan sensasi-
sensasi yang sering digambarkan bebentuk pedas/panas, geli, nyeri, kaku dan berdenyut-denyut,
dan dapat menyebar cepat dengan rasa ditusuk-tusuk. Dalam banyak kasus, setelah 1-2 hari (tapi
kadang-kadang selama 3 minggu) tahap awal ini diikuti dengan tampilan karakteristik: ruam
kulit. Rasa sakit dan ruam yang paling sering terjadi pada seluruh tubuh, tetapi dapat muncul di
wajah, mata atau bagian lain dari tubuh. Pada awalnya, ruam yang muncul mirip dengan
tampilan penyakit hives (Urticaria), namun tidak seperti hives, herpes zoster menyebabkan kulit
terbatas pada perubahan di kulit, biasanya bentuknya strip/jalur atau seperti pola pada sabuk/belt
yang terbatas pada satu sisi tubuh.
Zoster sine herpete menjelaskan semua pasien yang memiliki gejala-gejala dari herpes
zoster ini kecuali karakteristik ruam.
Kemudian, ruam menjadi vesicular (seperti tekstur batu vulkanik), terbentuknya ruam-
ruam kecil berisi cairan, demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh. Vesicle (gelembung)
akhirnya menjadi berwarna abu-abu dan gelap karena diiisi dengan darah.
Pengelupasan terjadi anatara tujuh sampai sepuluh hari kemudian, dan biasanya jatuh
dan menyembuhkan kulit tetapi kadang-kadang setelah ruam yang parah dapat menimbulkan
bekas parutan dan perubahan warna kulit.
Herpes mungkin memiliki gejala tambahan , tergantung pada lapisan kulit yang terlibat.
Herpes zoster ophthalmicus muncul pada mata dan terjadi di sekitar 10-25% kasus. Hal ini
disebabkan karena virus menjadi aktif pada daerah ophthalmic dari saraf trigeminal.
Pada beberapa pasien, muncul pula gejala radang lainnya pada mata seperti :
conjunctivitis, keratitis, uveitis, dan saraf optik palsies yang kadang-kadang dapat menyebabkan
radang mata kronis, dan kehilangan penglihatan. Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai
Ramsay Hunt syndrome tipe II, melibatkan telinga. Ia adalah hasil penyebaran virus dari syaraf
wajah ke saraf vestibulocochlear. Gejala termasuk kehilangan pendengaran dan vertigo.
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada
pria dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa. Sebelum
timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik seperti demam, pusing, malaise
maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul eritema yang
dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan
edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat
menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut herpes zoster
haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan
penyembuhan berupa sikatriks. Massa tunasnya 7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-
lesi baru yang tetap timbul berlangsung kurang lebih 1-2 minggu.
Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar geth bening regional.
Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat
persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik tetapi pada susunan saraf
pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut.
Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka
sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas nervus fasialis dan otikus.
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang-cabang pertana nervus
trigeminus. Sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan
ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafannya.
Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasalis dan otikus sehingga
menyebabkan pengelihatan ganda paralisis otot muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai
dengan tingkat persyarafan, tinnitus vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan
gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsnug dalam waktu yang
singkat dan kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema.
Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah
kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel yang solitar dan ada umbilikasi.
Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri
ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang
bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun.
Tanda dan gejala Herpes zoster :
1. Gejala prodomal
Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 4 hari.
Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash,
kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan
kesemutan.
Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga
bisa terjadi selama erupsi kulit.
Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya,
pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan
dan lain lain.
2. Timbul erupsi kulit
Kadang terjadi limfadenopati regional
Erupsi kulit hampir selalu unilateraldan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafioleh
satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah
ganglion torakalis.
Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papulpapul dan dalam
waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul
yang akan mengering menjadi krusta dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan sampai 23 minggu
kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang.
Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai hari ke-7.
Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut
(pitted scar)
Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap
nyeri yang dialami.

Komplikasi Herpes Zoster


1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic
(singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di
dermatom yang terkena setelah erupsi.

2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan
setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang
spontan setelah 16 bulan

3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan


penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder,
ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.

5. Herpes zoster diseminata / generalisata

6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik,


progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa
disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).

H. Pemeriksaan Penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a. Kultur virus
Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media virus untuk
segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman cukup lama, sampel dapat
diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan
uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%.
b. Deteksi antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel. Sel
dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum kemudian
dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan
pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.
c. Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.
d. PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh, contohnya
cairan serebrospina.
e. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes
zoster dan herpes simplex.
f. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis
herpes virus
g. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
h. Pemeriksaan histopatologik
i. Pemerikasaan mikroskop electron

I. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
1. Pengobatan topical

Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah

Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau
kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit

Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin /
polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari

2. Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan
penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif
pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil
terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat diberikan
lewat infus intravena atau salep mata.
Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun
penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon
immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin
diberikan untuk menyembuhkan priritus.

b. Penderita dengan keluhan mata


Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang
nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati
dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan

c. Neuralgia Pasca Herpes zoster

Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat
diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 75 mg/hari)

Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan

Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak
teratasi.

Penatalaksanaan herpes zoster bertujuan untuk mengatasi infeksi virus akut, mengatasi nyeri
akut yang ditimbulkan oleh herpes zoster dan mencegah post herpetic neuralgia. Antiviral, oral
kortikosteroid dan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dapat digunakan untuk mengobati
herpes zoster pada fase akut.
1. Antiviral
Antiviral terbukti dapat mempercepat penyembuhandan mengurangi rasa nyeri yang
timbul. Terapi efektif jika diberikan dalam waktu kurang dari 72 jam setelah timbulnya ruam,
selama lesi masih aktif dan tidak efektif jika diberikan pada fase krustasi. Antiviral menurut
beberapa penelitian dapat menurunkan durasi PHN akan tetapi efek dapat mencegah terjadinya
PHN masih kontroversial. Beberapa antivirus yang terbukti efektif untuk mengobati infeksi
herpes zoster, yaitu asiklovir, valasiklovir, famsiklovir. Valasiklovir, famsiklovir masih
mempunyai efektivitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan asiklovir.
Asiklovi rmerupakan antiviral yang menghambat DNA polimerase. Dapat diberikan oral
maupun IV. Pemberian oral mempunyai bioavailiabilitas rendah sehingga diberikan 5 kali sehari.
Pengobatan secara IV diberikan pada pasien imunocompromise berat atau tidak dapat minum
obat secara oral. Efektivitas pemberian secara topikal diragukan. Bioavailabilitas asiklovir yang
diberikan per oral berkisar antara 10%-30% dan menurun dengan peningkatan dosis.
Asiklovir disebarluas kedalam berbagai cairan tubuh termasuk cairan vesikel, bola mata,
dan serebrospinal. Kadar dalam cairan saliva rendah, dan dalam cairan vagina bervariasi,
dibandingkan kadarnya dalam plasma. Kadar asiklovir di air susu, cairan amnion, dan plasenta
lebih tinggi daripada dalam plasma. Kadar dalam plasma bayi baru lahir sama tinggi dengan
kadar dalam plasma ibu. Penyerapan asiklovir melalui kulit setelah pemberian topikal adalah
rendah.
Valasiklovir merupakan prodrug asiklovir diberikan 3 kali sehari, lebih efektif untuk
menurunkan nyeri pada PHN. Bioavailiablitas lebih baik dibandingkan asiklovir. Pemberian oral
sama dengan pemberian asiklovir IV. Famsiklovir waktu paruh intrasel lebih lama dibandingkan
dengan asiklovir dan valasikovir. Efek samping pemberian antiviral antara lain mual, muntah,
pusing dan nyeri perut.
2. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid pada herpes zoster menunjukkan hasil yang bervariasi pada
percobaan klinik. Pemberian prednison bersama dengan asiklovir menunjukkan penurunan nyeri
yang signifikan, mencegah neuritis akibat proses inflamasi karena infeksi, serta menurunkan
kerusakan pada saraf yang terkena. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
kortikostreroid dapat mencegah terjadinya PHN, dan menurunkan nyeri dalam waktu 3 bulan.
Percobaan lain tidak menunjukkan manfaat. Beberapa peneliti menganjurkan pemberian
kortikosteroid hanya pada pasien berumur lebih dari 50 tahun karena resiko lebih besar untuk
terjadi PHN.
3. Analgesik
Nyeri yang diakibatkan oleh herpes zoster dari sedang sampai berat. Nyeri sedang dapat
berespon baik terhadap antinyeri, pada nyeri yang berat kadangkala membutuhkan anti nyeri
golongan narkotik. Losio yang mengandung calamine , bedak salisilat 2 % sebagai terapi topikal
dapat digunakan pada lesi terbuka untuk mengurangi nyeri, gatal serta mencegah timbulnya
infeksi sekunder. Bila terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik. Topikal lidokain dan
blok saraf dapat digunakan untuk mengurangi nyeri.
4. Beberapa jenis obat dipakai untuk mengobati herpes zoster. Obat ini termasuk obat
antiherpes, dan beberapa jenis obat penawar nyeri.
a. Obat antiherpes
Pengobatan baku untuk herpes zoster adalah dengan asiklovir, yang dapat diberikan dalam
bentuk pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih berat.
Dua obat yang agak baru telah disetujui untuk pengobatan herpes zoster: famsiklovir dan
valasiklovir. Obat ini diminum tiga kali sehari, dibanding dengan asiklovir yang diminum lima
kali sehari. Semua obat ini paling berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa
nyeri herpes zoster mulai terasa.
b. Penghambat saraf (nerve blockers): Dokter sering meresepkan berbagai obat penawar
nyeri untuk orang dengan herpes zoster. Karena rasa nyeri herpes zoster dapat begitu hebat,
peneliti mencari cara untuk menghambat rasa nyeri tersebut. Suntikan obat bius dan/atau steroid
sedang diteliti sebagai penghambat saraf. Obat tersebut dapat disuntikkan pada saraf perifer atau
pada sumsum tulang belakang (susunan saraf pusat).
c. Pengobatan kulit
Beberapa jenis krim, gel dan semprotan sedang diteliti. Obat ini memberi keringanan sementara
pada rasa sakit. Capsaicin, senyawa kimia yang membuat cabe pedas, tampaknya berhasil baik.
Tambahannya, pada 1999, obat bius lidokain dalam bentuk tempelan disetujui di AS. Tempelan
ini, dengan nama merek Lidoderm, meringankan rasa nyeri pada beberapa orang dengan herpes
zoster. Karena dioleskan pada kulit, risiko efek samping obat ini lebih rendah dibanding dengan
obat penawar nyeri dengan bentuk pil.
d. Obat penawar nyeri lain
Beberapa obat yang biasanya dipakai untuk mengobati depresi, epilepsi dan rasa sakit yang berat
kadang kala dipakai untuk nyeri herpes zoster. Obat tersebut dapat menimbulkan berbagai efek
samping. Nortriptilin adalah obat antidepresi yang paling umum dipakai untuk nyeri herpes
zoster. Pregabalin adalah obat antiepilepsi yang juga dipakai untuk rasa nyeri setelah herpes
zoster.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer.

Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis, brakialis,
torakalis, lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat berupa kelompok-
kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang khas bersifat unilateral
pada dermatom yang sesuai dengan letak syaraf yang terinfeksi virus.

Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, yaitu tes Tzanck
dengan menemukan sel datia berinti banyak. Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat
sembuh sendiri (self limiting disease), tetapi pada beberapa kasus dapat timbul komplikasi.
Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Purnawan Junadi, dkk.
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/asuhan-keperawatan-herpes-zoster.html

Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2005; 110-2.
Martodihardjo S. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit dan
Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Virus. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000, 128-9.
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/08/anatomi-dan-fisiologi-kulit.html

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-cacar-herpes.html
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/herpes-zoster-atau-dampa.html

http://www.docstoc.com/docs/73812186/ASUHAN-KEPERAWATAN-HERPES-ZOSTER

http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/26/askep-herpes-zoster/

http://www.scribd.com/doc/50852231/ASUHAN-KEPERAWATAN-HERPES-ZOSTER

Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
http://firmanpharos.files.wordpress.com/2010/05/makalah-herpes-zoster.doc
http://pisangkipas.wordpress.com/2009/06/03/herpes-zoster/
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya

yang senantiasa memberi kemudahan untuk kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada

waktunya. Tak lupa shalawat dan salam selalu kami panjatkan kepada junjungan besar kita, Nabi

Muhammad SAW atas keteladanan dan kesabaran yang telah beliau ajarkan pada seluruh

umatnya.

Makalah ini disusun sebagai satu di antara tugas mata kuliah farmasi semester ganjil

tahun akademik 2013/2014 Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, penulis telah banyak mendapat hambatan yang

tidak akan terselesaikan tanpa adaanya semangat dan dorongan dari pihak sekitar. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman yangselalu

memberidukungan moral kepada penulis, dan tidak henti-hentinya memberikan saran dan kritik

yang bersifat membangun terhadap penulis, serta mendengarkan keluh kesah penulis.

Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil, baik secara

langsung dan tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.Penulis mengetahui

bahwa pengetahuan yang penulis miliki amat terbatas dan perlu lebih banyak belajar dalam

mengerjakan makalah ini.

Surabaya,4 Januari 2015

penulis
TUGAS FARMASI

HERPES ZOSTER

Oleh :

Sandi Prasetya Saputra

2011A / 11700135

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

SURABAYA

2015

Anda mungkin juga menyukai