ABSTRAK
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif seperti
osteoporosis akan menjadi masalah yang memerlukan perhatian khusus. Prevalensi osteoporosis di
Indonesia mencapai 19,7%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan resiko osteoporosis pada lansia di kenagarian Api-Api Wilayah Kerja Puskesmas
Pasar Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2013.
Jenis penelitian yang adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian telah
dilakukan pada tanggal 20-31 Januari 2013, jumlah responden 48 orang lansia dan jenis data adalah
data primer. Teknik pengambilan sampel random sampling. Data diolah menggunakan analisis
univariat dan bivariat dengan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan 68,8% responden berjenis kelamin perempuan. 70,8% responden
umur 55 tahun. 58,3% responden memiliki tipe tubuh gemuk. 70,8% responden mempunyai
aktivitas fisik rendah. 79,2% responden diet tidak cukup kalsium. 75,0% responden resiko positif
osteoporosis. Terdapat hubungan: antara jenis kelamin, umur, tipe tubuh, aktivitas fisik dan diet
dengan resiko osteoporosis.
Disarankan kepada Puskesmas untuk memberikan penyuluhan kesehatan kepada lansia tentang
resiko osteoporosis dan modifikasi gaya hidup. Dapat menjadi pedoman bagi peneliti selanjutnya
dalam desain dan alat ukur yang berbeda.
Alamat Korespondensi :
Aida Minropa,SKM.,M.Kes
Dosen Prodi D III Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba
Padang
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembangunan Nasional
yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil
dan makmur bedasarkan Pancasila dan
Undang-undang
Dasar
1945
telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang
makin baik dan usia harapan hidup yang
makin meningkat, sehingga jumlah Lanjut Usia
(Lansia) semakin bertambah (Wijaya, 2010).
Saat ini penduduk di Indonesia mempunyai
umur harapan dari 70,7 tahun menjadi 72
tahun (Depkes RI, 2012).
Pada tahun 2010 jumlah lansia
mengalami peningkatan mencapai 9,58% dan
pada tahun 2020 diprediksi mengalami
peningkatan sebesar 11,20%. Peningkatan usia
harapan hidup menyebabkan pola distribusi
penyakit bergeser dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif. Salah satu penyakit
degeneratif yang semakin tinggi angka
prevalensinya dan perlu di waspadai adalah
Osteoporosis (Depkes RI, 2008).
Osteoporosis adalah penyakit metabolik
tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa
massa
tulang
yang
rendah
disertai
mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang
yang akhirnya dapat
menimbulkan
kerapuhan
tulang
dan
menyebabkan fraktur. Osteoporosis disebut
sebagai silent desease karena proses
kepadatan tulang bekurang secara perlahan
dan berlangsung secara progresif selama
bertahun-tahun tanpa disadari disertai tanpa
adanya gejala. Bahkan pasien Osteopororsis
yang dapat diidentifikasi setelah terjadi fraktur
hanya kurang dari 25% (Cosman, 2009).
Penderita
Osteoporosis
beresiko
mengalami fraktur yang meningkatkan beban
sosioekonomi berupa perawatan biaya ynag
besar. Selain itu juga menyebabkan kecacatan,
ketergantungan pada orang lain yang
menyebabkan gangguan aktivitas hidup,
fungsi sosial, dan gangguan psikologis
sehingga terjadi penurunan kualitas hidup
bahkan sampai menyebabkan kematian.
Resiko kematian bagi pria yang menderita
Osteoporosis sama dengan orang yang
Indonesia
memiliki
resiko
METODE PENELITIAN
1.Jenis Kelamin
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kenagarian Api-Api
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Tahun
2013
No.
Jenis Kelamin
1.
Pria
15
31.3
2.
Wanita
33
68.8
48
100
Jumlah
2. Umur
Tabel 2
Umur
< 55 Tahun
55 Tahun
Jumlah
14
34
29.2
70.8
48
100
3. Tipe Tubuh
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Tubuh di Kenagarian Api-Api
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2013
No.
1.
2.
Tipe Tubuh
Gemuk
Kurus
Jumlah
f
20
28
48
%
41.7
58.3
100
Dari
separoh
aktivitas
Menurut
rendah
olahraga
Aktivitas Fisik
Tinggi
Rendah
Jumlah
f
14
34
48
%
29.2
70.8
100
5. Diet
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diet di Kenagarian Api-Api
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2013
No.
1.
2.
Diet Kalsium
Cukup
Tidak Cukup
Jumlah
f
10
38
48
%
20.8
79.2
100
6. Resiko Osteoporosis
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Resiko Osteoporosis di Kenagarian
Api-Api Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru Kecamatan Bayang Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2013
No.
1.
2.
Resiko Osteoporosis
Resiko Negatif
Resiko Positif
Jumlah
f
12
36
48
%
25.0
75.0
100
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Jumlah
Resiko Osteoporosis
Resiko Negatif
Resiko Positif
Total
F
%
F
%
8
53.3
7
46.7
15
4
12.1
29
87.9
33
12
36
48
value = 0.004
%
100
100
100
Tabel 8 Hubungan Umur dengan Resiko Osteoporosis Pada Lansia di Kenagarian ApiApi Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2013
Umur
< 55 Tahun
55 Tahun
Jumlah
Resiko Osteoporosis
Resiko Negatif
Resiko Positif
Total
F
%
f
%
8
57.1
6
42.9
14
4
11.8
30
88.2
34
12
36
48
value = 0.002
%
100
100
100
Tipe Tubuh
Gemuk
Kurus
Jumlah
Resiko Osteoporosis
Resiko Negatif
Resiko Positif
Total
F
%
f
%
10
50.0
10
50.0
20
2
7.1
26
92.9
28
12
36
48
value = 0.002
%
100
100
100
Badan
yang
gemuk
dapat
memberikan beban berat setiap hari pada
tulang untuk mendorong pembentukan
tulang, sama dengan olahraga. Badan yang
gemuk
juga
dapat
mempermudah
produksi hormon estrogen dari jaringan
lemak. Ini adalah satu-satunya manfaat
badan yang sedikit gemuk pada kesehatan.
Rangka tubuh atau bentuk tubuh dari
wanita menopause. Alat ukur yang
digunakan adalah antropometri dengan
skala interval (Cosman, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Fatmah (2008) dimana didapatkan adanya
hubungan antara tipe tubuh dengan risiko
osteoporosis.
Asumsi
peneliti,
terdapatnya
hubungan antara tipe tubuh dengan resiko
osteoporosis, hal ini disebabkan oleh
karena perawakan yang kurus memiliki
bobot tubuh cenderung ringan, padahal
tulang akan giat membentuk sel bila
ditekan oleh bobot yang berat. Karena
Aktivitas Fisik
Tinggi
Rendah
Jumlah
Resiko Osteoporosis
Resiko Negatif
Resiko Positif
Total
F
%
f
%
11
78.6
3
21.4
14
1
2.9
33
97.1
34
12
36
48
value = 0.000
%
100
100
100
Diet
Resiko Osteoporosis
Resiko Negatif
Resiko Positif
Total
F
7
%
70.0
f
3
%
30.0
5
12
13.2
33
36
86.8
10
100
38
100
48
100
value = 0.001
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko.2002. Biostatistik untuk
kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Jakarta : EGC
Cosman, Felicia. 2009.
Panduan Lengkap
Osteoporosis:
agar Tulang