Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS INDIVIDU

HIPERTENSI GRADE I
NURFARHATI
H1A012029
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2017
OUTLINE
1. Pendahuluan
2. Gambaran Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kediri dan Tinjauan Pustaka
3. Laporan Kasus
4. Penelusuran home visite
5. Pembahasan
6. Kesimpulan dan Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, negara maju maupun berkembang, termasuk
Indonesia.
JNC-VIII hampir 1 milyar orang menderita HT di dunia.
WHO HT penyebab nomor 1 kematian di dunia. Di AS (2010) 28,6% berusia >18 tahun menderita
hipertensi.
Profil Data Kesehatan Indonesia (2015) HT termasuk 10 besar penyakit rawat inap (19.874 pasien) dan rawat
jalan (80.615 pasien) di RS.
RISKESDAS 2013 NTB (32,4%) merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi HT lebih tinggi dari angka
nasional (31,7%).
Puskesmas Kediri HT merupakan 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan dengan jumlah yang semakin
meningkat.
Dari data tersebut, maka perlu dilakukan usaha untuk menurunkan angka kejadian hipertensi. Dalam hal ini,
Puskesmas sebagai ujung tombak memiliki peranan yang sangat penting demi tercapainya tujuan tersebut.
BAB II
Gambaran Penyakit Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Kediri
No Kasus Jumlah Kasus

1 Infeksi akut pernafasan atas (ISPA) 6017


2 Dispepsia 2285
3 Hipertensi 2151
4 Diare 1550
5 Diabetes melitus 1009
6 Demam 935
7 Asma 738
8 Infeksi kulit 652
9 Cephlgia 554
10 Osteartritis 432 Tabel 1. Penyakit Terbanyak Rawat
Jalan Puskesmas Kediri Tahun 2016
GRAFIK 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN BPJS DI RAWAT
INAP PUSKESMAS KEDIRI KAB.LOMBOK BARAT TAHUN 2015
80
70
60
50
40
30
20
10
0
ASHMA
TIFOID DISPEP GASTRI HIPERT VOMITI
DHF DIARE ISPA ISPA BRONC
FEVER SIA TIS ENSI NG
IAL
DATA 68 64 40 32 20 20 20 17 13 11
GRAFIK 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN UMUM DI
RAWAT INAP PUSKESMAS KEDIRI KABUPATEN LOMBOK
BARAT TAHUN 2016
70
60 60
50
40 38
30 29
20
15 12 9 8 5 5 4
10
0
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah melalui
pembuluh darah. Terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi
dibandingkan kondisi normal secara persisten pada sistem sirkulasi.
keadaan meningkatnya TD sistolik >140 mmHg dan atau diastolik >90 mmHg
pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
istirahat.
PERKI (2015) HT bila memiliki tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
atau tekanan darah sistolik >90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.
Cont
2. Klasifikasi Hipertensi
a) Berdasarkan Penyebab :
1) Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)
2) Hipertensi Sekunder (Hipertensi Non-esensial)
b) Berdasarkan TDS dan TDD (JNC VIII (2015)):
1) Normal sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg
2) Prehypertension sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg
3) Hipertensi stadium 1 sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg
4) Hipertensi stadium 2 sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg
Cont
3. Epidemiologi Hipertensi
a) Orang :
Kaplan (1991) umumnya usia >40 tahun. Komplikasi pembuluh darah otak 6-10x lebih
besar usia 30-40 tahun.
Riskesdas (2013) umur >18 tahun mencapai 31,9%. Berdasarkan kelompok umur
paling tinggi pada umur 65-74 tahun (63,5%) dan umur >75 tahun (67,3%.). Berdasarkan
jenis kelamin laki-laki (31,3%) dan perempuan (31,9%)
Cont
b) Tempat
Riskesdas (2013) prevalensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%), Jawa Timur (37,4%). Yang
terendah adalah papua (22,4%%). angka nasional (31,7%). Nusa Tenggara Barat (32,4%)
10 kabupaten/kota prevalensi tertinggi Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%),
Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%),
Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%).
10 kabupaten/kota prevalensi terendah Jayawijaya (6,8%), Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu
Selatan (11,0%), Kepulauan Mentawai (11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan
Bintang (13,9%), Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), dan Tulang Bawang (15,9%).
Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai lebih rentan karena tingkat mengonsumsi garam lebih
tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buah.
Cont
c) Waktu
SKRT (2001) umur >25 tahun, 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi, 0,3%
mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke.
50% penderita tidak menyadari sehingga penyakitnya memberat.
70% adalah hipertensi ringan diabaikan/terabaikan menjadi ganas (hipertensi maligna)
90% hipertensi esensial dan hanya 10% penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal,
kelainan hormonal dan kelainan pembuluh darah.
SKRT (2014) proporsi hipertensi pada pria 12,2% dan wanita 15,5%.
Riskesdas (2013) prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7% dari total penduduk dewasa.
Cont
4. Faktor Risiko Hipertensi
a) Umur g) Konsumsi garam
b) Jenis Kelamin h) Alkohol
c) Status Sosioekonomi i) Overweight
d) Genetika j) Rokok
e) Ras atau Suku bangsa k) Stress
f) Lemak dan kolesterol l) Status olahraga
Cont
5. Gejala Klinis
sebagian besar asimptomatik,
Gejala sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan.
Jika memberat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul komplikasi :
a) Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, penglihatan terganggu, serangan iskemik sesaat, gangguan panca indera
atau gerak
b) Jantung: berdebar-debar, nyeri dada, sesak nafas, pergelangan kaki bengkak
c) Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria
d) Arteri perifer: tangan kaki dingin, claudicatio intermittens.
e) Penurunan kesadaran
6. Penatalaksanaan
a) Pedoman WHO dan International Society of Hypertension Writing Group (ISWG) 2003:
TD sistolik > 140 mmhg dan diastolik > 90 mmhg diawali terapi non farmakologi :
berat badan, olahraga yang teratur, konsumsi alkohol dan garam, tidak merokok dan
konsumsi sayur dan buah.
Terapi farmakologi : - tanpa komplikasi dimulai dengan diuretik tiazid dosis rendah
- dgn komplikasi lebih dari satu macam obat hipertensi.
b) Joint National Committee (JNC) :
Tanpa komplikasi :
target tekanan darah < 130/80
Perubahan gaya hidup dan terapi obat
Diuretik tiazid obat pilihan pertama untuk mencegah komplikasi kardiovaskular.
Dgn komplikasi :
Target tekanan darah < 140/90
pilihan pertama diuretik tiazid tapi bisa digunakan penghambat ACE, ARB, beta bloker dan antagonis
kalsium. Pasien dengan kondisi lain yang menyertai seperti gagal ginjal dan lain-lain, obat anti hipertensi
disesuaikan dengan kondisinya.
Monitoring 1 bulan sekali sampai target tercapai dilanjutkan setiap 2 bulan, 3 bulan atau 6
bulan. Semakin jauh dari target tekanan darah, semakin sering monitoring dilakukan.
c) British Hypertensive Society (BHS) : d) National Heart Lung Blood Institute (NHLBI) :
Modifikasi gaya hidup, dapat dikombinasi dg
Terapi non farmakologi dilakukan pada pasien
hipertensi dan memiliki keluarga riwayat terapi obat
hipertensi Menerapkan pola makan DASH (Diet
Approach to Stop Hypertension)
Pengobatan dimulai pada tekanan darah Hipertensi tanpa komplikasi dimulai
sistole >140 dan diastole > 90 dengan diuretik atau beta bloker
Target yang ingin dicapai setelah pengobatan, Hipertensi dengan komplikasi pemilihan
sistole < 140 dan diastole < 85 obat harus berdasarkan masing2 individu dan
berubah dari monoterapi ke terapi kombinasi
obat pilihan pertama tiazid atau beta bloker
bila tidak ada kontraindikasi.
yang fleksibel.
e) European Society of Hypertension (ESH): f) UKs NICE :
Penghambat ACE lini pertama bagi
Penderita hipertensi dapat menerima satu atau
lebih macam obat selama tujuan terapi tercapai penderita hipertensi usia < 55 tahun dan
antagonis kalsium atau diuretika bagi penderita
Penatalaksanaan harus difokuskan pada hipertensi > 55 tahun
pencapaian target dg perubahan gaya hidup atau
terapi obat ARB direkomedasikan jika penghambat ACE
tidak dapat ditoleransi
Kombinasi obat untuk mencapai target Penggunakan beta bloker sebagai lini keempat.
tekanan darah harus ditetapkan secara individual
pada masing-masing pasien
Penghambat ACE dan ARB tidak boleh
digunakan pada kehamilan.
g) Pedoman Hipertensi (Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia) :
pemeriksaan TD minimal 2x jarak 1 minggu bila TD <160/100 mmhg
Terapi medikamentosa :
bila memiliki 3 atau lebih faktor risiko atau dengan adanya kerusakan organ target dan penyakit
penyerta.
bila upaya perubahan gaya hidup belum mencapai target tekanan darah (masih > 140/90 atau >
130/80 bagi penderita DM/ penyakit ginjal kronis).
Pemilihan obat didasarkan ada tidaknya indikasi khusus. Bila tidak ada indikasi khusus, obat
tergantung pada derajat hipertensi (derajat 1 atau derajat 2 JNC).
7. Komplikasi
a) Stroke
b) Gagal Ginjal
c) Infark Miokard Akut
d) Gagal Jantung
e) Retinopati Hipertensif
f) Ensefalopati Hipertensif
8. Pencegahan Hipertensi
a) Pencegahan Primordial upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap
hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko.
b) Pencegahan Primer pencegahan terhadap faktor risiko yang tampak pada individu
atau masyarakat.
c) Pencegahan Sekunder pencegahan terhadap mereka yg terkena penyakit hipertensi
melalui diagnosis dini serta pengobatan tepat dg tujuan mencegah timbulnya komplikasi.
d) Pencegahan Tersier mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah kecacatan
dan kematian karena penyakit hipertensi.
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Kelamin : Perempuan
Usia : 49 tahun
Alamat : Karang Bedil Utara, Kediri
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Tgl pemeriksaan : 11 Mei 2017
2. Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan nyeri pada kepala yang dirasakan sejak sekitar 1 bulan yang lalu.
Keluhan ini diakui berlangsung terus menerus dan semakin memberat ketika pasien sedang
banyak pikiran. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher dan rasa
pegal-pegal pada punggung serta kedua kaki. Pasien juga merasa sering pusing dan merasa
kelelahan, namun pasien mengaku tidak merasa mual atau sampai muntah. Jantung berdebar-
debar (-), gangguan penglihatan (-). BAB dan BAK (+) normal.
Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang asin, dan seringkali menaburkan
garam halus di atas nasi yang akan dikonsumsi. Pasien juga sering mengkonsmsi makanan
yang digoreng, jarang mengkonsumsi buah dan sayuran serta jarang berolahraga. Pasien juga
mengaku seringkali merasa stress akibat kondisi perekonomian keluarganya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), DM (-), riwayat operasi (-), asma (-),
bronkitis (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien yaitu ibu kandungnya mengalami penyakit yang sama. Saat ini ada
anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku bahwa ia terkadang mengkonsumsi obat sakit kepala yang dijual di
warung untuk mengatasi nyeri kepala yang dialaminya.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:
Pasien memiliki 4 orang anak:
Tn. E, 37 tahun, Buruh, menikah
Ny. E, 34 tahun, tidak bekerja, menikah
Tn. B, 30 tahun, petani, menikah
Tn. H, 28 tahun, tidak bekerja, belum menikah
Pasien tinggal di rumah bersama anaknya (Ny. E, 34 tahun, IRT, menikah), anak kedua, menantunya (suami dari anak
pertamanya Tn. S, 37 tahun, tukang ojek, menikah) dan satu orang cucu (An. B, 14 tahun, pelajar). Sedangkan suaminya
sudah meninggal. Pasien mengaku tidak pernah merokok atau mengkonsumsi alkohol. Pasien merupakan keluarga
dengan ekonomi menengah ke bawah. Pasien tidak bekerja, pemasukan keuangan didapatkan dari suami anaknya yang
bekerja sebagai tukang ojek dengan penghasilan rata-rata Rp. 15,000/hari. Untuk air minum, pasien menggunakan air
sumur yang dibuat di samping rumahnya. Pasien mengaku terkadang memasak terlebih dahulu air yang diminum
namun pasien juga mengaku terkadang air tidak dimasak terlebih dahulu dan langsung diminum. Untuk mencuci
pakaian, pasien menggunakan air sumur yang ada di samping rumahnya. Untuk memasak, keluarga pasien
menggunakan tungku dan kayu bakar.
Gambar 4.1 Denah
Rumah Pasien
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Frek. Nadi : 92 x/menit
Frek. Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7 C
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 157 cm
Status Gizi : Cukup
Status Generalis Paru
Inspeksi:
Kepala-Leher 1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris,
Kepala : Deformitas (-) barrel chest (-), pergerakan dinding dada simetris.
Rambut : Putih, lurus, tipis 2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-),
ekimosis(-), spider naevi(-), vena kolateral (-),massa (-).
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik-/- 3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak
, mata cekung (-) tampak hipertrofi SCM, otot bantu abdomen tidak
Telinga : Deformitas pinna (-), serumen (-) aktif dan hipertrofi (-).
4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).
Hidung : Deformitas (-), sekret (-) 5. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung,
Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, simetris kiri dan kanan, Fossa jugularis: tak tampak
tonsil T1-T1, detritus (-) deviasi
6. Tipe pernapasan: torako-abdominal.
Gigi dan mulut: Karies dentis (-), sianosis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Paru Abdomen
Palpasi: Inspeksi:
Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea Bentuk: simetris
parasternal sinistra. Umbilicus: masuk merata
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-). Gerakan dinding dada Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi
simetris kiri dan kanan., Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan. (-), ikterik (-), massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-),
Perkusi: papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider nevy (-).
Sonor seluruh lapang paru. Distensi (-), Ascites (-)
Auskultasi:
Batas paru-hepar Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 Bising usus (+) normal, Metallic sound (-), Bising aorta (-)
ICS.
Perkusi:
Batas paru-jantung: Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra Nyeri ketok (-), Nyeri ketok CVA (-/-)
Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra Palpasi:
Auskultasi: Nyeri tekan epigastrium (-), Massa (-), Hepar/lien/ren: tidak
Cor: S S tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-). teraba, Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)
1 2

Pulmo: Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru, Rhonki (-/-),Wheezing


(-/-).
Ekstremitas

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa


4. Pemeriksaan Penunjang 6. Penatalaksanaan
Tidak dievaluasi. Captopril 25 mg, 2x1 tablet
Ibuprofen 400 mg, 3x1 tablet
Multivitamin, 1x1 tablet
5. Diagnosis Kerja
7. Prognosis
Hipertensi Grade I. Dubia ad Bonam
8. Konseling
Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensu yang tidak menular dan tidak bisa sembuh dan
hanya bisa dikontrol.
Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit hipertensi dan resiko penyulit yang
mungkin terjadi.
Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang asin dan berhenti menaburkan
garam pada nasi yang dikonsumsi, serta mengurangi konsumsi makana yang digoreng dan makanan
yang berlemak.
Menjelaskan kepada pasien agar tekun meminum obat dan rutin memeriksakan dirinya di
Puskemas Kediri, meskipun pasien sudah merasa sehat.
Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
BAB IV
PENELUSURAN KASUS

Dasar Pemilihan Kasus


Berdasarkan data jumlah kasus hipertensi yang rawat jalan di Puskesmas Kediri, Lombok Barat pada
tahun 2015-2017 awal, jumlah pasien terdiagnosis hipertensi cenderung meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa potensi terjadinya hipertensi di NTB dan terutama Kediri masih cukup tinggi.

Berdasarkan data di atas, maka perlu ditelaah lebih lanjut mengenai aspek yang menyebabkan kejadian
hipertensi yang masih tinggi. Oleh karena itu, dengan diambilnya kasus mengenai hipertensi ini,
diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai hipertensi, sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan yang tepat dan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi pada pasien dalam kasus ini yaitu
Ny. A dan memberikan intervensi dari aspek ilmu kesehatan masyarakat.

Metodologi
Metode yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah wawancara dn pengamatan tempat tinggal
pasien dengan melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui kondisi fisik pasien setelah pulang dari
puskesmas dan kondisi rumah serta lingkungan pasien yang mendukung terjadinya hipertensi
BIOLOGIS
Usia

KERANGKA KONSEP - Usia pasien 49 tahun


- Kejadian hipertensi paling tinggi
pada usia 30-50 tahun

MASALAH PASIEN Riwayat keluarga yang menderita


hipertensi
20-40% hipertensi esensial
disebabkan oleh faktor genetik.

PERILAKU
Diet Tinggi Garam
LINGKUNGAN
HIPER
HIPER Tingkat Pendidikan
Jarang Berolah Raga
TENSI
TENSI aStress psikis
Stress Psikis
Diet Tinggi Lemak

PELAYANAN
KESEHATAN
Tidak ada program khusus untuk
menangani penyakit hipertensi
BAB V
PEMBAHASAN
1. Aspek Klinis
Wanita, 49 tahun
Nyeri kepala, memberat saat stress
Nyeri belakang leher, pusing, mudah lelah
Sering konsumsi makanan asin, menaburkan
garam halus di atas nasi yang akan dikonsumsi.
Tab Captopril 25 mg 2x1
Sering konsumsi makanan yang digoreng, Hipertensi Grade I
Tab Ibuprofen 400 mg 3x1
Jarang makan buah dan sayuran
Jarang berolahraga.
Sering merasa stress
TD: 150/90 mmHg,
2. Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
a) Biologis
Usia Beberapa studi didapatkan bahwa prevalaensi hipertensi pada usia 45-54 tahun dan lebih
tua selalu lebih tinggi pada kelompok hipertensi dibandingkan kelompok kontrol.
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi 20-40% variasi tekanan darah diantara individu
disebabkan oleh faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa TD anak akan lebih mendekati TD
orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding dengan anak adopsi.
b) Perilaku
Diet tinggi garam : asupan natrium retensi cairan -kan volume darah jantung
harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat Hipertensi.
Jarang berolah raga : Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap
hipertensi.
Makanan tinggi lemak : Konsumsi makanan yang tinggi lemak dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi.
c) Lingkungan
Tingkat pendidikan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan memiliki
pengetahuan atau informasi tentang hipertensi dan faktor resikonya yang lebih
baik. Masalah hipertensi sering timbul karena ketidaktahuan atau kurangnya
informasi yang memadai tentang penyakit ini.
Stress Psikis orang yang mengalami stres akan mempunyai proporsi lebih
tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak
mengalami stress psikis. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress
dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap.
d) Pelayanan Kesehatan
Tidak ada program khusus untuk menangani penyakit hipertensi Masyarakat perlu diberikan
informasi mengenai hipertensi karena seringkali hal ini diabaikan oleh masyarakat. Kegiatan
Pelayanan Lansia sendiri sudah sering dilakukan oleh PKM Kediri akan tetapi pada kenyataannya
kegiatan tersebut lebih mengutamakan upaya kuratif dibandingkan upaya-upaya pencegahan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Jumlah kasus hipertensi di wilayah Indonesia masih mengalami peningkatan
Kasus hipertensi di Kediri, Lombok Barat tahun ke tahun mengalami peningkatan
Empat faktor yang saling berpengaruh satu sama lain adalah faktor genetic/biologis,
faktor lingkungan, faktor perilaku dan faktor pelayanan kesehatan
Terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit pada pasien
serta tingginya jumlah kasus hipertensi secara umum. Salah satu faktor yang paling
berperan adalah faktor genetic/biologis, faktor perilaku dan lingkungan
Saran
Diharapkan pasien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke arah berulangnya
hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress, jangan banyak pikiran, dan olah raga
teratur. Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi pasien demi peningakat status kesehatan pasien
dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga pasien sendiri.
Melakukan penyuluhan yang dikoordinasikan dengan program promosi kesehatan di seluruh daerah yang
tergabung dalam wilayah puskesmas
Melakukan pembinaan pada setiap desa di wilayah Kediri untuk membentuk kader pemantau hipertensi
FOTO RUMAH PASIEN

Sumur dan Kamar mandi Dapur


Kamar Anak

Ruang Tamu

Kamar Pasien
Jendela rumah pasien
Kandang ayam
DAFTAR PUSTAKA

U.S. Department of Health and Human Services. 2004. Complete Report: The Seventh Report pf the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, dan Treatment of High Blood Pressure. United States: U.S. Department
of Health and Human Services.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Castillon et al. 2007. Intake of fried foods is associated with obesity in the cohort of Spanish adults from the European
Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. Am J Clin Nutr (86): 198-205.
Universitas Sumatera Utara. Hipertensi. 2002. [Accessed on August 17, 2013]
Rahajeng W dan Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume 59, Nomor 12: 580-587.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Tim Penyusun. 2010. Data Puskesmas Narmada Tahun 2010. Puskesmas Narmada.
Tim Penyusun. 2011. Data Puskesmas Narmada Tahun 2011. Puskesmas Narmada.
Tim Penyusun. 2012. Data Puskesmas Narmada Tahun 2012. Puskesmas Narmada.
Fauci, A.S., et al. 2008. Harrisons Principle of Internal Medicine. 17th Edition. New York: McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai